TINJAUAN PUSTAKA
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah suatu terminologi yang digunakan untuk
menggambarkan kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil
(APTS), infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen
ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard
gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/ STEMI) 8.
Menurut Garko, penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner adalah
penyakit jantung di mana dinding endotel bagian dalam pada satu atau lebih arteri
koroner menjadi sempit akibat akumulasi kronis dari plak ateromatous yang
mengurangi aliran darah yang kaya nutrisi dan oksigen sehingga merusak struktur dan
fungsi jantung dan meningkatkan resiko nyeri dada (contohnya angina pektoris) dan
serangan jantung (infark miokard) 9.
a) Bila pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, di mana angina
adalah cukup berat dan frekuensi lebih dari 3 kali per hari.
b) Bila pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina
stabil, tapi serangan angina timbul lebih sering dan lebih berat nyerinya tetapi
faktor presipitasi makin ringan.
1. Ruptur Plak
Ruptur plak arterosklerotik adalah penyebab penting untuk kasus angina
pektoris tak stabil, hingga terjadi oklusi subtotal atau total secara tiba-tiba dari
pembuluh koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan yang minimal. Plak
arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung lemak dan jaringan fibrotik (fibrotic
cap). Plak yang tidak stabil bila terdapat infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi
pada tepi plak berdekatan intima yang normal. Keretakan bisa juga terjadi pada dinding
plak yang lemah karena terdapat enzim protease yang dihasilkan oleh makrofag yang
dapat melemahkan dinding plak (fibrous cap). Ruptur menyebabkan terjadinya
aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan mengakibatkan terbentuknya trombus.
Trombus akan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah 100% dan
mengakibatkan terjadinya infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bagi pembuluh
yang tidak disumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan
menyebabkan angina tak stabil 9.
3. Vasospasme
Spasme berlaku bila terdapat perubahan tonus pembuluh darah yang terjadi
karena adanya produksi bahan vasoaktif dan disfungsi endotel oleh platelet. Spasme
sering kali terjadi pada plak yang tak stabil dan berperan dalam pembentukan trombus.
Spasme yang terlokalisir pada angina prinzmetal juga menyebabkan angina tak stabil 9.
STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi
trombus pada plak aterosklerosik sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injury vaskular, injury dicetus oleh hipertensi,
merokok dan akumulasi lipid. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara
lambat selalunya tidak akan memicu STEMI 13.
Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus,
menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon pada terapi trombolitik.
Pada lokasi ruptur, agonis(kolagen,ADP,efinefrin,serotonin) memicu aktivasi
trombosit yang akan memproduksi dan melepaskan tromboxanA2 (vasokonstriktor).
Juga terjadi perubahan konfirmasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa 13.
Setelah mengalami konversi fungsi, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap
sekuan asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von
Faktor resiko penyakit jantung koroner dapat dibagi kepada dua faktor resiko
utama dan faktor resiko pendukung 15.
Faktor resiko utama adalah faktor yang sering menyebabkan penyakit jantung koroner.
Faktor resiko utama dapat dibagi lagi kepada dua yaitu faktor resiko utama yang tidak
dapat dimodifikasi dan faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi.
2.1.5.1 Faktor Resiko Utama
b) Jenis kelamin
Pria mempunyai risiko lebih besar dan kecenderungan mendapat serangan lebih
awal dalam kehidupannya kalau dibandingkan wanita 18. Setelah menopause, estrogen
tidak melindungi wanita, maka angka kematian pada wanita akibat penyakit jantung
koroner meningkat 19.
Wanita mempunyai faktor resiko tambahan yang berperan meningkatkan
kejadian terjadinya penyakit jantung koroner. Faktor resiko tambahan adalah seperti
sindrom ovarium polikistik, preeklampsia, menopause, penggunaan obat kontrasepsi
oral dan terapi hormonal 20.
Wanita dengan sindrom ovarium polikistik menyebabkan peningkatan resiko
terjadinya sindroma metabolik dan faktor resiko penyakit jantung koroner 21.
Wanita hamil dengan preeklampsia ditandai dengan hipertensi (>140/90 mmHg)
dan proteinuria (> 0,3g/24 jam) masa kehamilan 20 minggu berisiko 2 kali terkena
penyakit jantung koroner dibanding dengan wanita normotensi selama masa kehamilan
22
.
Menopause awal pada wanita meningkatkan resiko terkena penyakit jantung
koroner atau stroke dibanding dengan wanita yang dapat menopause pada waktu
normal 23.
a) Merokok
Rokok mengandung zat kimia seperti nikotin, karbon monoksida, ammonia,
formaldehida, tar dan lain-lain. Bahan aktif utama adalah nikotin yang memberi efek
akut dan tar memberi efek kronis. Nikotin menyebabkan efek simpatomimetik pada
sistem kardiovaskuler seperti takikardi, kontraksi ventrikuler di luar sistol,
meningkatkan noradrenalin dalam plasma, meningkatkan tekanan darah, cardiac
output naik, dan meningkatkan konsumsi oksigen sehingga menyebabkan penyempitan
aterosklerotik, penempelan platelet dan menurunkan HDL 27.
Merokok dapat meningkatkan oksidasi dari LDL yang dapat meningkatkan faktor
lain seperti hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes melittus 28.
Merokok meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-4 kali dari orang
yang tidak merokok. Orang yang merokok satu bungkus rokok setiap hari resiko
19
serangan jantung berlipat 2 kali dari orang yang tidak merokok . Wanita yang
merokok mempunyai resiko 25% lebih besar terkena penyakit jantung koroner
dibanding dengan pria yang merokok 29.
a) Stress
Stress merupakan efek fisik dan emosi yang dapat berefek pada jantung akibat
perlepasan hormon-hormon tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat
mendorong pembentukan clotting pada arteri. Yang termasuk dalam pemicu stress
adalah isolasi sosial, stress pekerjaan dan peristiwa dalam kehidupan. Stress bisa
meningkatkan tekanan darah karena menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh
darah arteri. Ini bisa menyebabkan peningkatan serangan jantung 18.
Faktor psikologi seperti stress, depresi, dan anxiety secara signifikan kontribusi
41
dalam onset, gejala klinis dan prognosis penyakit jantung koroner . Orang yang
mengalami stres berat beresiko terkena penyakit jantung koroner sebesar 1,27 kali
dibanding yang mengalami stres ringan 42.
b) Alkohol
Alkohol berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga
19
menyebabkan gagal jantung dan memicu stroke . Minum alkohol dalam jumlah
sedang dapat menurunkan resiko penyakit jantung 30. Alkohol dengan dosis 15g/hari
untuk wanita dan 30g/hari untuk pria secara signifikan dapat meningkatkan kadar
HDL, apolipoprotein A1, adiponektin dan tidak berefek pada level trigliserida 43.