OLEH :
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................... 1
Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman............................................................................................. 4
Syarat Tumbuh............................................................................................... 5
Iklim ..................................................................................................... 5
Tanah.................................................................................................... 6
Hama Pada Tebu............................................................................................ 6
Penyakit Pada Tebu ....................................................................................... 8
Pengendalian................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub
familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari
Irian, dan dari sana menyebar ke kepulauan Indonesia yang lain, Malaysia,
Filipina, Thailand, Burma, dan India. Dari India kemudian dibawa ke Iran sekitar
tahun 600 M, dan selanjutnya oleh orang-orang Arab dibawa ke Mesir, Maroko,
Spanyol, dan Zanzibar. Beberapa peneliti yang lain berkesimpulan bahwa
tanaman ini berasal dari India berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri
tersebut (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005 dalam Sinaga, 2010).
Tebu (Sacharum officinarum L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan/industri berupa rumput tahunan yang merupakan bahan baku
pembuatan gula. Tanaman ini merupakan komoditi penting karena didalam
batangnnya terkandung 20% cairan gula (Anonim, 2008a). Tanaman ini berasal
dari India, tetapi ada kemungkinan berasal dari Irian Barat karena disanalah
ditemukan tanaman tebu liar.
Sebagai bahan baku pembuatan gula pasir, tebu berperan besar dalam
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Komsumsi gula pasir di Indonesia terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Komsumsi gula nasional mencapai 3,3 juta ton yang
terdiri atas 2,5 juta ton gula komsumsi dan 0,8 juta ton untuk kebutuhan industri
makanan dan minuman, sedangkan produksi gula nasional pada tahun 2004 baru
mencapai 2 juta ton (Anonim, 2005a).
Sebagai bahan baku pembuatan gula pasir, tebu berperan besar dalam
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Komsumsi gula pasir di Indonesia terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Komsumsi gula nasional mencapai 3,3 juta ton yang
c. Penyakit mosaik
Tanaman tebu (S. officinarum) dapat terserang berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh virus yang diantaranya adalah penyakit mosaik yang di
sebabkan oleh virus Sugarcane Mosaic Virus (SCMV) . Kehadiran virus ini dapat
menghambat fotosintesis, merusak tanaman dan menekan tingkat produktifitas
tanaman tebu (S. officinarum) hingga 0.2% sampai 50% tergantung seberapa berat
infeksi virus dan ketahanan varietas terhadap virus SCMV (Duriat, 1979)
SCMV dapat mempertahankan diri pada tanaman jagung. Namun setelah
itu tidak ada lagi laporan tentang SCMV di Indonesia hingga ditemukan di
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan walaupun serangannya tidak terlalu luas
karena dari sebuah areal pertanaman jagung yang diamati, hanya beberapa
tanaman saja yang menampakkan gejala serangan SCMV ini. SCMV ini telah
ditemukan di hampir semua wilayah tropis dan subtropis dimana tanaman jagung
ditanam berdekatan dengan pertanaman tebu (Semangun, 1991).
Pengendalian Hama
Pengendalian hama pada tanaman tebu saat ini cenderung dilakukan secara
hayati, dengan memanfaatkan parasitoid. Pengendalian hayati memiliki kelebihan
dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain, karena tidak memiliki
pengaruh negatif terhadap produk pertanian yang dihasilkan (Sukmawaty et al.
2008).
Pengendalian penggerek batang bergaris juga telah dilakukan dengan
menggunakan perangkap berupa feromon. Musuh alami dari penggerek batang
bergaris antara lain adalah Pheidoe megacephala F. (Hymenoptera: Formicidae)
merupakan serangga predator yang utama (Goebel et al., 2001).
Pelepah daun tebu seringkali menjadi tempat berkembangnya beberapa
hama, seperti kutu perisai, kutu bulu putih, atau kutu babi. Klentek merupakan
kegiatan membuka batang tebu dari pelepah-pelepah yang terserang hama dengan
menggunakan gancu. Areal dengan tingkat serangan hama cukup besar menjadi
prioritas dalam kegiatan pengendalian ini. Kebutuhan tenaga kerja rata-rata pada
kegiatan ini yaitu 25 orang/ha/hari (Dhiyaudzdzikrillah, 2011).
Bahan kimia pestisida merupakan teknologi yang banyak digunakan dalam
pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT), senyawa senyawa pestisida
itu yang paling banyak diadopsi oleh para petani karena penggunaannya sangat
mudah, cepat dan memberikan hasil yang jelas (Suparyono, 2002). Akan tetapi,
jika aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama
sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto, 1998).
Pengendalian Penyakit
pengendalian dengan pemakaian zat kimia. Tergantung dari macamnya
patogen, maka senyawa kimia dapat digolongkan kedalam fungisida, bakterisida
atau virisida. Hampir semua penyakit tanaman dapat dikendalikan oleh jenis-jenis
fungisida yang ada (Haryono, 2000).
Salah satu penerapan PHT adalah pengendalian biologi yang dilakukan
dengan pendekatan penggunaan agens biokontrol yang dianggap lebih ramah
lingkungan.Beberapa tahun belakangan ini telah dicoba pengendalian dengan
memanfaatkan mikroorganisme antagonis. Diantara jamur antagonis yang umum
Kesimpulan
1. Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub
familia Andropogonae
2. Tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang
daun, dan bunga. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri
3. Beberapa macam hama pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk,
penggerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret dan babi hutan. Uret dan
kutu bulu putih merupakan hama utama bagi tanaman tebu di lahan kering
4. Beberapa penyakit pada tanaman tebu adalah nodamerah, noda kuning,
noda cincin, pokkabungm mosai, penyakit pembuluuh, penyakit blondok
dan lain – lain
5. Pengendalian dalam mengendalikan hama dan penyakit tebu dapat
dilakukan dengan cara kimia, hayati dan biologi
Saran
Untuk mengetahui jenis dan macam – macam keanekaragaman hama dan
penyakit yang ada di areal pertanaman tebu maka dibutuhkan penelitian lebih
lanjut agar data yang diperoleh lebih tepat dan akurat
Anonim, 2005a. Swasembada Gula Nasional. Bali post. Jakarta. diakses tanggal
21 Oktober 2008. www.google.com.
Asil, B., H, P, Situmeang. dan Irsal. 2015. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh dan Sumber Bud Chips Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu
(Saccharum officinarum) di Pottray.FP USU. Medan.
Beardsley, J. W. 1962. Notes on the Biology of the Pink Sugar Cane Mealybug,
Saccharicoccus sacchari (Cockerell), in Hawaii
(Homoptera:Pseudococcidae). Tersedia dalam
https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/handle/10125/10849. Diakses
pada tanggal 19 April 2011.
Duriat, A.S. 1997. Identifikasi gejala virus pada Gerkin cv. Calypso. hlm. 512-
516. Dalam Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Rakyat di
Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar
Ilmiah PFI di Mataram
Ferry, E, T, S., R, Rikardo dan Meiriani. 2015. Respons Pertumbuhan Bibit Bud
Chips Tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk N, P dan K pada Wadah Pembibitan yang Berbeda. FP
USU. Medan.
Rauf, A.W., Syamsuddin, T., Sri, R.S. 2000. Peranan Pupuk NPK Pada Tanaman
Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan. Irian Jaya, hlm 3-4.
Setyamidjaja, D dan H. Azharni. 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pasca Panen.
CV. Yasaguna. Jakarta. 152 hal.
Syahrial, O., J, Simatupang dan F, Zahara. 2015. Pengaruh Ukuran Pupa Beberapa
Penggerek Batang Tebu terhadap Jumlah PopulasiTetrastichus sp.
(Hymenoptera : Eulophidae) di Laboratorium. FP USU. Medan.
Van Emden HF. 1991. Plant diversity and natural enemy efficiency in
agroecosystems, p.63−80. In M. Mackauer, L.E. Ehler & J. Roland (eds.)
Critical issues in Biological Control. Athenaeum Press Ltd. Great Britain.
Winasa IW. 1992. Kajian beberapa Teknik Pengendalian Penggerek Padi Putih,
Scriphophaga innotata (Wlk,) (Lepidoptera : Pyralidae). Makalah
disajikan pada Seminar Hasil Penelitian Pendukung PHT; 7-8 September
1992. Bogor. 21h.