Anda di halaman 1dari 27

1

G2P1A0 Hamil 38 Minggu Inpartu Kala II dengan Ekstraksi


Vakum
(Case Report)

Disusun oleh :
Nabila Luthfiana
1618012102

Pembimbing :
dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG

SMF OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
2

KATA PENGANTAR

Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “G2P1A0
Hamil 38 Minggu Inpartu Kala II dengan Ekstraksi Vakum” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung.Saya mengucapkan
terima kasih kepada dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG yang telah meluangkan
waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus ini.Saya menyadari banyak
sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Maret 2017

Penulis
3

STATUS OBSTETRI

Tgl. Masuk RSAM : 2 Maret 2017


Pukul : 05.00 WIB

A. Anamnesa (Autoanamnesis)
I. Identifikasi
Nama Pasien : Ny. S Suami : Tn. Sl
Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sukabumi, Bandar Lampung

II. Keluhan
Utama : Ny. S G2P1A0 Hamil 38 Minggu datang dengan mules - mules

III. Riwayat Haid


Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Jumlahnya : Jumlah darah normal, tidak nyeri
Lamanya : 7 hari
HPHT : 06 Juni 2016

IV. Riwayat Perkawinan


Menikah 1 kali, lamanya 5 tahun. Usia menikah 20 tahun.
4

V. Riwayat Kehamilan Sekarang


±6 jam SMRS os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang, hilang
timbul, makin lama makin sering. Keluar darah dan lendir (+), keluar air-air (-),
os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Pada
persalinan anak pertama os memiliki riwayat operasi seksio sesarea.

VI. Riwayat Kehamilan – Persalinan


Anak 1 : 2012, seksio sesaria, oleh dokter, aterm, letak lintang, 2800 gram,
sehat

VII. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, asma dan diabetes namun
memiliki riwayat operasi caesar pada tahun 2012

VIII. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga disangkal.

IX.Riwayat Kontrasepsi
Os pernah menggunakan kontrasepsi suntik selama 3 tahun.

X. Riwayat Imunisasi Selama Hamil


Pasien mendapat 1x imunisasi TT

B.PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Present

Keadaan umum : Baik


5

Kesadaran : Compos mentis


Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,3o C
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 73 kg

2. Status Generalis

Kulit : Dalam batas normal


Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik
Gigi / mulut : Gigi geligi lengkap, Karies (-)
Thorax : Dalam batas normal
Mamme : Mamae tegang dan membesar, hiperpigmentasi areola
Jantung : Ictus cordis tidak terlihat dan teraba
Bunyi jantung I–II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Pergerakan hemithoraks kanan dan kiri sama,
Fremitus taktil hemithoraks kanan dan kiri sama,
Sonor, suara vesikuler pada seluruh lapang paru,
ronchi dan wheezing tidak ada.
Abdomen : Cembung, hepar dan lien sulit dinilai.
Ekstremitas : Edema pretibial ‒/‒

3. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
 Inspeksi
 Wajah : Chloasma gravidarum (-)
6

 Payudara : pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), aerola


hiperpigmentasi
 Abdomen : membesar, letak memanjang, striae (-), linea nigra (-), bekas
operasi (+)

 Palpasi
 Leopold I : TFU 2jbpx (29 cm), bulat, lunak, tidak melenting (bokong)
 Leopold II : keras memanjang pada bagian kanan
 Leopold III : bulat, keras, melenting (kepala)
 Leopold IV : kedua tangan divergen, kepala janin telah masuk PAP

DJJ : 132 x/menit, reguler


His : (+) 3-4x/10’/40”
TBJ : 2790 gram

Pemeriksaan Dalam
 VT : Portio lunak, posterior, eff 100%, Ø 8 cm, kepala, HIII, ketuban
(+), jernih, bau(-), penunjuk uuk kanan

4. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi (02 Maret 2017)
1. Hemoglobin : 13,4 g/dL
2. Leukosit : 13.100 x103/mikroL
3. Eritrosit : 4,7 x106/mikroL
4. Hematokrit : 38%
5. Trombosit : 297.000 x103/mikroL
6. Mcv : 81 fL
7. Mch : 29 pg
8. Mchc : 35 g/dL
9. Hitung jenis
7

a. Basofil : 0%
b. Eosinofil : 0%
c. Batang : 0%
d. Segmen : 80%
e. Limfosit : 16%
f. Monosit : 4%
10. LED : 30 mm/jam

C. DIAGNOSIS
G2P1A0 hamil 38 Minggu inpartu kala I dengan riwayat bekas sc 1x a.i letli JTH
preskep.

D. PENATALAKSANAAN

 Observasi TVI, his, DJJ, dan tanda perdarahan


 Cek laboratorium: darah lengkap, cross match
 Kosongkan kandung kemih
 IVFD RL gtt xx/m

E. PROGNOSIS

Ibu
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Anak
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
8

Follow Up

HARI/
CATATAN INSTRUKSI
TANGGAL
02/3/2017 S/ KU P/
05.00 WIB Os datang dengan keluhan  Cek laboratorium: darah
mules mules sejak pukul 01.00 lengkap.
WIB.  Observasi TVI, his, DJJ
 Kosongkan Kandung
RPP Kemih
±6 jam SMRS os mengeluh  IVFD RL gtt xx/m
perut mules yang menjalar ke
pinggang, hilang timbul,
makin lama makin sering.
Keluar darah dan lendir (+),
keluar air-air (-), os mengaku
hamil cukup bulan dan
gerakan janin masih dirasakan.
Pada persalinan anak pertama
os memiliki riwayat operasi
seksio sesarea.

O/ Status present
KU : Sedang
Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,3oC

Status Obstetri
FUT 2 jbpx (29 cm),
Memanjang, Puka, Kepala, His
3x/10’/40”, DJJ 132x, TBJ:
2790gram
VT: Portio lunak, posterior,
eff 100%, Ø 8 cm, kepala,
HII, ketuban (+), jernih, bau(-)
penunjuk uuk kanan
9

A/ G2P1A0 hamil 38 minggu


inpartu kala 1 fase aktif JTH
Preskep

06.00 WIB S/KU M/ - Amniotomi


Klien mau melahirkan dengan - Pimpin persalinan
perut mules-mules

O/status present

KU : sedang
Sens: CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR: 22x/menit
Suhu : 36,3oC

Status Obstetri
FUT 2 jbpx (32 cm), Memanjang,
Puka, Kepala, His 4x/10’/20”, DJJ
132x, TBJ: 2790gram
VT: Portio tidak teraba Ø 10 cm,
kepala, HIII, ketuban (+), jernih,
bau(-)

A/Assesment
G2P1A0 hamil 38 Minggu inpartu
kala II dengan bekas sc 1x a.i letli
inpartu JTH preskep

06.45 Tidak ada kemajuan persalinan P/ - Ekstraksi vakum


- Episiotomi

07.05 WIB Bayi lahir dengan ekstraksi P/ injeksi oxytocin 1 amp im


Hb: 13,4 vakum, berjenis kelamin laki-laki
gr/dL BB: 2600 gram
Ht: 38% PB: 47CM
Trombosit : Apgar score : 6/8
279000
07.10 WIB Plasenta lahir spontan, berat P/
plasenta ± 400gr, panjang tali
10

pusat : 40cm  Pemasangan IUD


Perdarahan kala III dan IV : 150  Pemasangan D/C
cc
Kontraksi uterus (+)

09.00 WIB Pasien dirawat di bangsal


kebidanan

11.00 WIB S/ Nyeri post partum P/


 Cefadroxil 3x500mg
O/ Status Present  Asam mefenamat 3x500mg
KU : Sedang  Mobilisasi
Sens: CM
Nadi : 90x/menit
TD: 120/80 mmHg
RR: 20x/menit
Suhu: 36,3OC

A/ Assesment
P2A0 Post Partum dengan
Ekstraksi Vakum

15.00 WIB S/ Nyeri luka jahitan P/


 Observasi TVI
O/ Status present
KU : Baik
Sens : CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36.5oC

A/ Assesment
P2A0 Post Partum dengan
Ekstraksi Vakum

21.30 WIB S/ Nyeri pada jahitan episiotomi P/


O/Status present  Observasi TVI
KU : Baik
Sens : CM
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
T : 37oC
11

Perdarahan dalam batas


normal
Kontraksi uterus (+)
TFU 2 jbtps

A/ P2A0 PP Ekstraksi Vakum

03/03/2017 S/ Nyeri pada luka jahitan


05.20 WIB
O/Status present
KU : Baik
Sens : CM
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit
RR : 19x/menit
T : 39 oC
perdarahan aktif (‒), lokia (+),
BAK (+)

A/ P2A0 PP Ekstraksi Vakum

08.00 WIB S/ Lelah sehabis melahirkan P/


 Cefadroxil 3x 500 mg
O/Status present  Paracetamol 3 x 500 mg
TD : 120/80 mmHg  B-complex 3x1 tab
Nadi : 80 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36oC

Status Obstetri
TFU 3jbtps, luka jahitan
operasi baik, perdarahan aktif
(‒),lokia (+), BAK (+)
10.00 WIB Kondisi pasien baik, pasien
dipulangkan
12

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEHAMILAN
A. Definisi
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan dikatakan aterm atau
cukup bulan apabila usia kehamilannya 37-42 minggu, kehamilan preterm apabila
usia kehamilannya < 37 minggu dan kehamilan post term apabila usia kehamilannya
>42 minggu1. Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan
ovum (konsepsi) dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi2.

B. Fisiologi Kehamilan
Pembuahan
Fertilisasi (pembuahan), penyatuan gamet pria dan wanita, dalam keadaan
normal terjadi di ampula, sepertiga atas tuba uterina. Ketika dibebaskan saat ovulasi,
ovum segera diambil oleh tuba uterina. Ujung tuba uterina yang melebar
membungkus ovarium yang menngandung fimbria, tonjolan mirip jari yang
berkonraksi dengan gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang dibebaskan ke
dalam tuba uterina. Fimbria dilapisi oleh silia yaitu tonjolan halus mirip rambut yang
berdenyut dalam gelombang-gelombang mengarah ke interior tuba uterina yang ikut
menjamin mengalirnya ovum ke dalam tuba uterina. Di dalam tuba uterina, ovum
cepat didorong oleh kontraksi peristaltik dan gerakan silia ampula3. Jutaan
spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus.
Hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba di mana spermatozoa
dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang
13

mempungai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Untuk mencapai ovum,


spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar ovum) dan zona
pelusida ( suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler). Suatu molekul komplemen khusus
di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona
pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu
spermatozoa menembuh zona pelusida. pada saat ovarium menembus zona pelusida
terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi
dengan membran plasma sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan
secara eksositosis ke zona pelusida. hal ini menyebabkan glikoprotein di zona
pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat
ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu
sperma.

Gambar 1. Proses fertilisasi3

Beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot


dikarenakan sitoplasma dalam ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi
berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini didapatkan dari vitelus,
sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Hasil
konsespi di teruskan ke pars ismika dan pars interstisialis tuba dan terus disalurkan ke
14

arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan
kontraksi tuba.

Nidasi
Hari ke- 4 hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista, suatu
bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa
inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas menjadi
plasenta. Trofoblas berfungsi sebagai tempat produksi hormon kehamilan yaitu
Human Chorionic Gonadotropin (HCG), proteksi imunitas bagi janin, dan
peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Nidasi diatur
oleh suatu proses yang kompleks antar trofoblas dan endometrium. Trofoblas
mempunyai kemampuan invasif yang kuat, sementara endometrium mengontrol
invasi trofoblas dengan menyekresikan faktor yang aktif setempat (lokal) yaitu
inhibitor cytokines dan protease.
Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan
proses antara trofoblas dan endometrium. Bila nidasi telah terjadi, sel-sel blastokista
akan berdiferensiasi. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat dalam ruang eksoselom
akan membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi
ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat
suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan yakni ruang amnion dan
yolk sac. Setelah proses nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsespi akan bertumbuh
dan berkembang di dalam endometrium2.

Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12-18 minggu. Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin
dini dapat diidentifikasikan dan dimulai pembentukan vili korealis. Seirkulasi darah
janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korealis yang
ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis
15

dan dikeluarkan melalui vena uterina, vili korealis ini akan tumbuh menjadi suatu
massa jaringan yaitu plasenta. Permukaan plasenta diperkirakan luasnya 11m2 yang
menjadi tempat pertukaran nutrisi, elektrolit, CO2 dan oksigen2-4.

Gambar 2. Fertilisasi, nidasi dan plasentasi

C. Mekanisme Persalinan Normal


Mekanisme persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dinamakan kala
pembukaan, serviks membuka sampai terjadi bukaan 10cm. Kala II disebut kala
pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong
keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus
dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam.

Kala I
Klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir bersemu
darah. Lendir bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
16

mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh


kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Pada primigravida, ostium uteri internum akan
membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru
kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum
dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam
saat yang sama pada pembukaan. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah
lengkap. Pada primigravida, kala I berlangsung selama 13 jam, sedangkan pada
multipara selama 7 jam.

Kala II
His pada kala II akan menjadi lebih kuat dan cepat kira-kira 2 – 3 menit
sekali. Kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi
di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka serta dagu melewati perineum.
Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1 ½ jam dan pada multigravida rata-
rata ½ jam.

Kala III
Uterus akan teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat setelah
bayi lahir. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri5.
17

Kala IV
Kala IV merupakan waktu setelah persalinan bayi-plasenta sampai 1-2 jam
post partum. 2 jam pertama pasca persalinan yang harus dipantau adalah tekanan
darah, nadi, tinggi fundus uteri, dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua kala IV5.

PERSALINAN DENGAN EKSTRAKSI VAKUM


Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi
pada bayi. Karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan
bayinya merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga
dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi,
dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif
(vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat
tekanan vakum, menjadi caput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik
(yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang
bekerja pada ekstraksi vakum, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraksi) tekanan
ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum)6
.

.Gambar 3. Ekstraksi Vakum


18

Indikasi dilakukannya ekstraksi vakum adalah untuk memperpendek kala II


pada peyakit jantung kompensata atau pada penyakit paru fibrotik, kala II yang
memanjang dan adanya gawat janin. Kontra indikasi dari ekstraksi vakum adalah
ruptur uteri, penyakit yang mempersulit ibu untuk mengedan seperti preeklamsia
berat, janin preterm dan letak muka. Sedangkan syarat-syarat ekstraksi vakum yaitu
pembukaan lebih dari 7cm (pada multigravida), penurunan kepala janin boleh pada
Hodge II dan harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga mengejan.

Prosedur Ekstraksi Vakum


Prosedur yang dilakukan pada ekstraksi vakum adalah sebagai berikut:
1. Ibu tidur dalam posisi litotomi.
2. Tidak diperlukan narkosis umum. Bila pada pemasangan mangkuk, ibu
mengeluhkan nyeri, dapat diberi anestesi infiltrasi atau pudendal nerve
block.
3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih
mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks. Pada pembukaan
serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk
dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada
bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada
mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator.
4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga – 0,2
kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan ialah: -
0,7 sampai – 0,8 kg/cm2. Ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit.
Dengan adanya tenaga negatif, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput
suksadenum artifisialis (chignon).
5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah
ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta untuk mengejan, dan
mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul. Pada waktu
19

melakukan tarikan ini, harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri
dan tangan kanan penolong.
7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kri menahan mangkuk, sedangkan tangan
kanan melakuan tarikan dengan memegan pada pemegang.
8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putar paksi
dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila his
berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara
intermitten, bersama – sama dengan his.
9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga
kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai
hipomokhlion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana
lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka
tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir,
pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi
hilang, dan mangkuk dilepas.

Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal

Kriteria ekstraksi vakum gagal adalah sebagai berikut :


1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada
waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
a. Tenaga vakum yang terlalu rendah
b. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput
suksadaneum yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
c. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk
tidak dapat mencengkeram dengan baik.
d. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam
mangkuk.
e. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan
baik.
20

f. Traksi terlalu kuat


g. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari ekstraksi vakum bagi ibu adalah
perdarahan, trauma jalan lahir, dan infeksi. Sedangkan pada janin, ekstraksi vakum
dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, sefalohematoma, subgalael hematoma
dan nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia.

Keunggulan Ekstraksi Vakum dibandingkan dengan Ekstraksi Cunam


Keunggulan dari ektraksi vakum adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan mudah
2. Tidak diperlukan narkosis umum.
3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada pembukaan serviks yang belum lengkap
5. Trauma pada kepala janin lebih ringan5.
21

III. ANALISIS KASUS

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus


ini sudah tepat ?
2. Apakah diagnosa kasus ini sudah tepat ?
3. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pada


kasus ini sudah tepat?
 Anamnesis
Anamnesis dilengkapi dengan identitas pasien, identitas suami pasien,
riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan dan nifas terdahulu, riwayat penyakit pasien terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.

±6 jam SMRS os mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang,


hilang timbul, makin lama makin sering. Keluar darah dan lendir (+),
keluar air-air (-), os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin
masih dirasakan. Pada persalinan anak pertama os memiliki riwayat
operasi seksio sesarea.

Anamnesis dapat merujuk diagnosa sementara, yang dibuat


berdasarkan keluhan utama yang disampaikan oleh pasien. Keluhan
utama merupakan alasan yang menyebabkan pasien datang ke rumah
sakit. Os datang ke rumah sakit ingin melahirkan dan os mempunyai
riwayat operasi seksio sesar a.i letak lintang.
22

Dari anamnesis yang dilakukan os mengaku hari pertama haid terakhir


pada tanggal 10 juni 2016 sehingga taksiran persalinan pada tanggal 13
maret 2017, dan pada tanggal 2 Maret 2017 Ny. S melahirkan dengan
ekstraksi vakum.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg


pada saat masuk, nadi 82 x/menit, pernapasan 22 x/menit, dan
suhu 36,3o C. Status obstetri pada pemeriksaan luar didapatkan
tinggi fundus uteri 2 jbpx (29 cm), memanjang, puka, kepala, his
3x/10’/40”, DJJ 132x, TBJ: 2790gram.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan


pemeriksaan fisik head-toe, kemudian di titik beratkan pada
pemeriksaan obstetrik yang dilakukan untuk penegakkan diagnosis.
Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan mencakup pemeriksaan luar.

 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan
hematologi dan tidak dilakukan pemeriksaan urinalisis serta kimia
darah, karena tidak terdapat indikasi seperti curiga hipertensi dalam
kehamilan (terutama preeklamsi dan eklampsi). Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil yang normal.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat


disimpulkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat.
23

2. Apakah diagnosa kasus ini sudah tepat?


Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka
didiagnosa sudah yaitu G2P1A0 hamil 38 Minggu inpartu dengan riwayat
bekas sc 1x a.i letli JTH preskep.

 Dari anamnesis didapatkan Os mengaku sedang mengalami kehamilan


yang kedua, melahirkan satu kali dan tidak pernah mengalami keguguran
sehingga G2P1A0.
 HPHT pada tanggal 6 Juni 2016 sehingga taksiran persalinan dengan
menggunakan rumus neagele adalah 13 Maret 2017, dengan usia
kehamilan aterm 37-40 minggu.
 Tinggi fundus uteri 2 jari di bawah procecus xhypoideus (29 cm), janin
tunggal hidup presentasi kepala karena pada pemeriksaan leopold
dirasakan hanya terdapat 1 sisi bagian besar janin dan sisi yang lain
merupakan bagian kecil. Kemudian pada palpasi bagian yang terdapat
fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga kesan bokong, kemudian
letak bayi memanjang dan bagian paling bawah teraba keras dan lenting
kesan kepala. Kemudian denyut jantung janin masih terdengar dengan
menggunakan Doppler 132x/menit regular.→Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala.
 Pada pemeriksaan dalam didapatkan : Portio lunak, posterior, eff 100%,
Ø 8 cm, kepala, HIII, ketuban (+), jernih, bau(-), penunjuk uuk kanan
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu normal 110/70
mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit, dan suhu 36,3ºC,
abdomen cembung, tegang, striae gravidarum (+), nyeri tekan (-).
 Pada riwayat persalinan Os melakukan operasi sesar pada tahun 2012 a.i
janin letak lintang.
24

3. Apakah penatalkansanaan kasus ini sudah tepat?


Pada kasus ini persalinan os merupakan persalinan pervaginam dengan
ekstraksi vakum. Pada kasus ini, digunakan VBAC (Vaginal Birth After
Cesarian Section) yang dapat digunakan dalam merekomendasikan pasien
yang akan melakukan persalinan pervaginam dengan riwayat operasi sesar
sebelumnya. Menurut Cunningham FG (2001) kriteria dilakukannya VBAC
adalah sebagai berikut :
1. Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesaria dengan insisi segmen bawah
rahim.
2. Secara klinis panggul adekuat.
3. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus.
4. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring
persalinan dan seksio sesaria secara emergensi7.

Kontra indikasi dilakukannya VBAC apabila terdapat :


1. Bekas seksio sesarea klasik
2. Bekas seksio sesarea dengan insisi T
3. Bekas ruptur uteri
4. Bekas komplikasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
5. Disproporsi sefalopelvik
6. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi

VBAC digunakan untuk memprediksi persalinan pervaginam dengan riwayat


seksio sesarea, beberapa peneliti membuat sistem skoring. Flam dan Geiger
(1997) menentukan panduan dalam penanganan persalinan dengan riwayat
seksio sesarea dalam bentuk skoring. Adapun skoring dalam VBAC terdapat
pada tabel di bawah sebagai berikut8:
25

No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginam
 Sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
 Persalinan pervaginam sesudah seksio sesarea 2
 Persalinan pervaginam sebelum seksio sesarea 1

 Tidak ada 0

3 Alasan lain seksio sesarea terdahulu 1


4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di rumah sakit dalam
keadaan inpartu:
 75% 2
 25-75% 1
 <25% 0
5 Dilatasi serviks > 4cm 1

Angka keberhasilan VBAC menurut Flamm dan Geiger dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :

Skor Angka Keberhasilan (%)


0-2 42-49
3 59-60
4 64-67
5 77-79
6 88-89
7 93
8-9 95-99
Tabel 1. Angka Keberhasilan VBAC

Pada pasien dalam kasus ini skor VBAC yang diperoleh adalah :
26

1. Usia < 40 tahun didapatkan skor 2


2. Tidak ada riwayat persalinan pervaginam didapatkan skor 0
3. Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam keadaan
keadaan inpartu 75 % didapatkan skor 2
4. Dilatasi serviks > 4cm didapatkan skor 2

Total skor yang didaptkan adalah 6. Sehingga angka keberhasilan pada


persalinan pervaginam sebesar 88-89%. Pada pasien ini didapatkan kala II yang
memanjang. Kala II pada primigravida normalnya berlangsung 1,5 jam dan
pada nulipara 0,5 jam. Pada pasien ini dilakukan persalinan pervaginam dengan
ekstraksi vakum. Indikasi ekstraksi vakum bagi ibu adalah bagi ibu yang
mempunyai penyakit kardiovaskular atau cerebrovaskular, pimpinan persalinan
yang salah, dan indikasi bagi janin yaitu adanya gawat janin, serta kala II yang
memanjang. Pada ekstraksi vakum juga diperlukan kekuatan meneran dari ibu.
Sedangkan kontraindikasinya adalah janin yang prematur ( <35 minggu),
pembukaan serviks yang belum lengkap, perdarahan aktif, suspek makrosomia,
sefalopelvik disproporsi, presentasi non vertex dan anestesi yang tidak adekuat.
Keuntungan dari ekstraksi vakum adalah sebagai berikut:
1. Lebih mudah dipelajari
2. Proses persalinan lebih cepat
3. Sedikit trauma pada genital
4. Mengurangi trauma kraniofasial pada neonatus.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari ekstraksi vakum adalah perdarahan


subgaleal, sefalohematoma dan dapat menyebabkan perdarahan intrakranial9.
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Martaadisoebrata R, Wirakusumah F, Effendi J. 2013. Obstetri Patologi.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
3. Sherwood L. 3013. Fisiologi Manusia. Jakarta : Buku Penebit Kedokteran.
4. Mannuaba, Chandranita M, Fajar M. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Wiknjosastro H. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. Saifuddin AB, Adriansz G, Wiknjosastro H. 2014. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
7. Cunningham FG et al. Williams Obstetric. Edisi 23. 2010. New York: Mac
Graw Hill.
8. Flamm BL, Geiger AM. 1997. Vaginal Birth after Caesarean Delivery: An
Admission Scoring System. Obstet Gynecol. 90: 907-10.
9. Putta L, Spencer J. Assisted Vaginal Delivery Using The Vacum Extractor.
2000. American Family Physician. 15: 1316-1320. Diakses dari www.afp.org
pada tanggal 10 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai