Induksi Ovulasi Pada Pasien Sindroma Ovarium Polikistik (Sopk)
Induksi Ovulasi Pada Pasien Sindroma Ovarium Polikistik (Sopk)
OLEH :
PEMBIMBING :
Halaman
DAFTAR GAMBAR……….…………………...……………..………........... iv
DAFTAR SINGKATAN……….………………………………….………...... v
BAB II PEMBAHASAN……….……………………………...…..………...... 3
SOPK……….………...………………………..…………………………….... 3
ii
2.3.2.2 Insulin Sensitisasi ……………………………...…….. 33
2.3.5.1 Karnitin………………………………………………. 51
2.3.5.2 Herbal…………………………………………...…… 52
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
SITRAT......................................................................................................27
iv
DAFTAR SINGKATAN
17-OHP : 17-hidroksiprogesteron
DHEA : Dehidroepiandosteron
DM : Diabetes Melitus
E2 : Estrogen
v
HOMA IR : homeostatic model assessment of insulin resistance
HPO : Hipotalamus-Pituatari-Ovari
IL-6 : Interleukin - 6
IU : Internasional Unit
LH : Luteinizing Hormone
RE : Reseptor Estrogen
TMX : Tamoxifen
vi
USG : Ultrasonografi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kumpulan gejala dan tanda dari
pada wanita usia reproduktif, dimana menimbulkan keluhan atau masalah yang
berkaitan dengan fertilitas. Masalah infertilitas yang sering terjadi pada pasien
gabaran polikistik ovarian yang dideteksi ketika dilakukan USG, dan 10% dari
infertilitas , jika fertilitas adalah tujuan yang ingin dicapai, maka sangat penting
kehamilan. Perubahan pada gaya hidup, termasuk konseling nutrisi dan penurunan
berat badan harus menjadi bagian penting dari keseluruhan terapi. Penurunan
berat badan minimal (5% dari berat badan) pada wanita obesitas dengan SOPK
menstimulasi produksi dan sekresi FSH untuk pertumbuhan folikel. Namun jika
1
2
induksi ovulasi pada wanita dengan SOPK. Jenis aromatase inhibitor yang paling
setara dengan gonadotropin dengan biaya dan efek samping yang lebih sedikit.7,8
(LOD) merupakan indikasi pada pasien SOPK yang mengalami siklus anovulasi
yang resisten klomifen sitrat dan menurunkan kadar LH yang tinggi. 4,6 Jika terapi
(Fertilisasi In Vitro).4
patofisiologi dan etiologi infertilitas pada SOPK maka pilihan terapi yang
digunakan pada SOPK menjadi semakin beragam.4,5 Oleh sebab itu Sari Pustaka
ini akan membahas tatalaksana induksi ovulasi pada pasien SOPK sesuai dengan
penelitian terbaru, agar penatalaksaan menjadi lebih efektif dan pada akhirnya
dapat meninggatkan angka ovulasi maupun angka kelahiran pada wanita dengan
SOPK.
BAB II
PEMBAHASAN
tanda dari kelainan hiperandrogen serta anovulasi yang diakibatkan oleh gangguan
sistem endokrin. Kelainan ini dijumpai pada sekitar 20% perempuan umur
reproduksi tanpa disertai adanya penyakit primer pada kelenjar hipofisis atau
SOPK merupakan suatu sindroma yang memiliki kaitan erat dengan proses
TNF-α dan reseptor TNF tipe 2 serta interleukin 6 (IL-6). Pada umumnya
penderita SOPK memiliki timbunan lemak viseral yang banyak dan hal ini
Alasan yang paling sering menjadi penyebab pasien dengan sindroma ini
datang ke dokter ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi, infertilitas, dan
3
4
10% wanita pada usia reproduktif. Angka kejadian ini bergantung pada populasi
penelitian untuk mencari penyebab SOPK terus berubah, dari faktor ovarium,
autosomal dominan atau terpaut-X. Selain itu, juga dilaporkan adanya penetrasi
inkomplit, penurunan poligenik, dan faktor epigenetik, mutasi tungal juga dapat
menghasilkan fenotip SOPK. Salah satunya adalah polimorfisme pada gen 17-
berada pada tahap stabil, yang berarti konsentrasi gonadotropin dan steroid seks
cenderung stabil. Hal ini berbeda dengan konsentrasi siklik pada perempuan
normal.3
5
Kelainan Androgen
diakibatkan produksi berlebih pada ovarium dan kelenjar suprarenal. Sekitar 60-
Ovarium polikistik memiliki lapisan teka yang tebal dan pada uji in vitro,
Gangguan Folikulogenesis
Jumlah folikel primer, sekunder, dan antral kecil pada ovarium polikistik
adalah 2-6 kali lebih banyak dibandingkan ovarium normal. Mekanisme yang
korelasi positif antara jumlah folikel dengan kadar Testosteron dan androstenedion
morfologi serupa SOPK, yaitu peningkatan volume ovarium dan jumlah folikel.2
6
Selain efek androgen pada folikel, jumlah folikel yang berlebih juga
oosit atau efek inhibisi AMH (Anti Mullerian Hormon) yang berlebih.2
diameternya kurang dari 10 mm, yaitu pada tahap sebelum munculnya folikel
ditunjukkan oleh adanya luteinisasi prematur pada ovarium pasien SOPK dengan
insulin selektif dimana terjadi resistensi pada jalur metabolisme glukosa, tetapi
7
tidak pada jalur steroidogenesis. Gangguan metabolisme glukosa ini juga tampak
Estrogen dalam jumlah besar yang dihasilkan oleh berbagai folikel tersebut
Pada SOPK terjadi hipersekresi LH dengan kadar FSH yang normal atau
dengan diabetes tipe 2 dimana terjadi penurunan ambilan glukosa yang dimediasi
insulin sebesar 35-40%. Resistensi insulin yang terjadi pada SOPK bersifat
selektif, artinya resiten pada beberapa jaringan (seperti pada jaringan otot), tetapi
kelenjar suprarenal.
9
obesitas sentral yang berdampak pada metabolisme insulin. Akan tetapi, resitensi
insulin bukan merupakan gambaran umum dari SOPK. Berdasarkan data RSCM,
75% pasien dengan SOPK mengalami resistensi insulin dengan rata-rata indeks
SOPK adalah sindroma klinis yang hingga saat ini belum ada kriteria
tunggal yang cukup untuk mendiagnosis penyakit ini. Saat ini, kriteria diagnosis
Kriteria Rotterdam :
Sekitar 60-85% pasien SOPK memiliki gangguan menstruasi dan jenis yang
perempuan dengan gejala ini adalah kadar FSH dan E2 serum untuk mengeksklusi
Hiperandrogenisme
1. Hiperandrogenisme biokimiawi
dan DHEA-S. Diantara androgen tersebut, yang lebih sensitif untuk mendiagnosis
free Testosteron dari SHBG dan total Testosteron tidak akurat. Pemeriksaan total
2. Hiperandrogenisme klinis
yang tidak terbatas pada gejala yang disebutkan sebelumnya. Hirsutisme adalah
tanda kelebihan androgen yang paling jelas dan merupakan gejala yang penting
Galwey yang dimodifikasi (mFG). Setiap area diberikan skor 0-4 dan penilaian 9
area tersebut dijumlahkan. Skor ≤15 : hirsutisme ringan, skor 16-25 : hirsutisme
adanya 12 folikel atau lebih yang memiliki diameter 2-9 mm pada masing-masing
ovarium dan/ atau peningkatan volume ovarium ( > 10ml). Distribusi folikel dan
lebar x tebal
perempuan ini, hanya dibutuhkan satu ovarium yang memenuhi definisi di atas.
14
Jika ditemukan folikel dominan atau korpus luteum, pemeriksaan diulang pada
siklus berikutnya.4,5
ovulasi, dan eksklusi penyakit lain. Diagnosis SOPK ditegakkan apabila ketiga
merupakan kriteria yang harus dipenuhi. AES melakukan revisi terhadap kriteria
merupakan tanda dari hiperandrogenism. Selain itu, ditemukan bahwa kadar AMH
serum juga berhubungan dengan jumlah folikel dan secara tidak langsung juga
ambang jumlah folikel yang mereka dapatkan adalah > 19 folikel dengan
sensitivitas 81% dan spesitifitas 92%. Temuan dan klasifikasi Dwailly dkk,
fitur lain yang tidak termasuk kriteria diagnosis, seperti gangguan pola sekresi
dislipidemia.7
kadar FSH yang normal atau cenderung rendah, serta peningkatan rasio LH dan
FSH. Keadaan tersebut lebih sering ditemukan pada pasien SOPK non obesitas
penderita obesitas SOPK dan 20% nir obesitas SOPK. Hingga saat ini, skiring
TTGO 2 jam untuk mencari gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus.
Pada studi terbaru oleh Veltman-Verhults dilaporkan bahwa pada tahap awal
Kejadian ovulasi yang jarang ini, tingkat infertilitas pada pasien dengan SOPK
tanpa terapi tidak lah nol, meskipun lebih rendah daripada wanita yang ovulasi
regular. Sebagai tambahan beberapa pasien dengan SOPK memiliki ovulasi yang
Lima teori telah dtemukan untuk mejelaskan terjadinya anovulasi pada SOPK
: (a) Teori efek auto inhibitor dikarenakan jumlah folikel pilihan yang berlebihan.
(b) teori efek prematur dari LH pada sel granulosa terhadap seleksi folikel. (c)
hiperinsulinemia. (d) teori peningkatan aktivitas dari c-AMP pada sel granulosa
dari folikel. (e) Teori abnormalitas oosit dan teori peningkatan AMH (Anti
infertilitas pada pasien SOPK. Telah lama diketahui bahwa pada pasien SOPK
selama induksi ovulasi multipel saat proses FIV (Fertilisasi In Vitro), didapatkan
oosit dalam jumlah banyak saat pengambilaan oosit. Namun oosit tersebut
Kegagalan pematangan oosit dan perkembangan janin pada pasien SOPK ini
17
dan pematangan folikel. Lebih jauh lagi, pengetahuan kita mengenai hubungan
antara SOPK dan abnormalitas yang terjadi di dalam maupun sekitar rahim dan
efek dari faktor penghubung antara sel granulosa dan oosit, maturasi oosit dan
obesitas belum diketahui. Namun baik pada hewan percobaan dan penelitian klinis
menunjukan obesitas memberi efek negatif pada tingkat axis HPO (Hipotalamus-
dengan menurunnya berat badan dan perbaikan gaya hidup akan memperbaiki
metabolisme dan oksigenasi tubuh, maka resistensi insulin yang terjadi pada sel-
sel perifer khususnya di otot dan lemak akan berkurang, ini akan mengakibatkan
berat badan merupakan pilihan terapi utama pada pasien infertilitas dengan
obesitas.4,7
prilaku dan intervensi pada diet dan olah raga, menunjukkan hasil yang sangat
efektif dalam memperbaiki reproduksi dan juga gangguan metabolik yang terjadi
pada pasien berat badan berlebih ataupun obesitas dengan atau tanpa SOPK.
Penelitian awal pada 33 wanita berat badan lebih dengan SOPK, penurunan berat
badan dicapai dengan diet rendah kalori dibarengi dengan olah raga menghasilkan
19
siklus menstruasi yang regular pada 18 pasien, ovulasi spontan pada 15 pasien dan
kehamilan spontan pada 10 pasien. Pada penelitian yang lebih besar pada 143
pasien obesitas dengan SOPK, penurunan berat badan melalui perubahan gaya
hidup memperbaiki frekuensi menstruasi. Tidak ada data spesifik mengenai jenis
diet dan olah raga yang dilakukan, lebih ditekankan pada perubahan gaya hidup
dan koreksi terhadap asupan makanan yang tidak proporsional. Olah raga
Meskipun pembatasan konsumsi energi dengan diet adalah yang utama saat awal
penurunan berat badan, tapi olah raga teratur berkontribusi untuk menjaga
kembali.7,13
substansial biasanya terjadi pada 6 bulan pertama, diikuti fase kedua dimana pada
fase ini sulit untuk mencapai penuruan berat badan lebih lanjut. Hal ini
penurunan berat badan sesuai dengan adaptasi fisologis. Fase kedua dari
penurunan berat badan lebih diutamakan untuk menjaga penurunan berat badan
yang sudah terjadi. Semakin lama periode penurunan berat badan yang
Target awal pada pasien obesitas harus menurunkan berat badan 5-10%
dari berat badan awal. Rekomendasi ini berdasarkan beberapa penelitian, dimana
osteoarthiritis dan sindroma sleep apnea, dan juga dapat meningkatkan angka
kehamilan.13
Diet pada pasein obesitas harus seimbang, komposis yang ideal adalah
50% karbohidrat, 20% protein, dan 30% lemak. Asupan lemak 10% harus
merupakan lemak jenuh, 10% lemak tak jenuh ganda, 10% lemak tak jenuh.
Secara umum penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggunya, dengan cara
Diet rendah kalori tidak boleh kurang dari 1.200 kalori per hari, karena
berat badan secara cepat, namun pengurangan berat badan ini hanya bersifat
sementara dan akan terjadi lagi peningkatan berat badan setelahnya. Metode diet
sangat rendah kalori, yaitu konsumsi 0,8-1 g protein per kilogram berat badan, 45-
50 g karbohidrat dan sedikit asam lemak esensial. Meskipun diet sangat rendah
kalori ini efektif, tapi ini tidak dapat diterapkan karena angka kepatuhan yang
rendah, penambahan berat badan setalah diet juga terjadi secara cepat, dan karena
pengeluaran energi berkurang secara substansial, tidak ada penurunan berat badan
Prinsip dasar diet, harus bisa diikuti. Konsumsi kalori harus dibagi
menjadi beberapa porsi kecil, sarapan pagi, makan siang, makan malam dan dua
21
atau tiga porsi kecil makan kecil diantara makan utama. Sebagai tambahan menu
makanan yang dibuat harus seimbang antara macam makanan yang berbeda-beda,
karbohidrat, protein, lemak dan mineral harus dikomsumsi dalam proporsi yang
tepat.13
bedasarkan usia, tinggi badan dan berat badan, menggunakan perhitungan tingkat
metabolisme dasar. Setelah itu diet rendah kalori harus dilakukan, berdasarkan
dipakai sehingga bisa menghasilkan penurunan berat badan dan yang lebih
raga 3-5 kali perminggu dan lebih ideal jika setiap hari, pilihan olah raganya
22
adalah berjalan, berenang, pekerjaan rumah tangga dan berkebun. Durasi olah
raga setidak-tidaknya 30-45 menit setiap hari atau lebih dari 150 menit per
minggu.13
Perubahan gaya hidup tidak efektif karena pasien obesitas yang kehilangan
berat badan sering pasien kembali ke gaya hidup yang lama, sehingga berat badan
kembali naik selama 2-5 tahun setelahnya. Oleh karena itu, tambahan pengobatan
lebih dari 50% penurunan berat badan awal untuk 2-4 tahun. Namun setelah
Terapi farmakologis ini dianjurkan untuk pasien dengan BMI >30 atau
>27 dengan penyakit metabolik, termasuk DM tipe II, yang juga biasanya
penurunan berat badan 5-10% dari berat badan awal, karena ini terbukti
dengan mengurangi nafsu makan dan merangsang rasa kenyang atau dengan
menurunkan berat badan 4,3% lebih baik dari hanya dengan diet saja dan
Kategori yang kedua adalah agen yang berkerja secara perifer, bekerja dengan
yang terbukti mengurangi berat badan dan juga mengurangi resistensi insulin dan
menurunkan berat badan pada obesitas. Dua pendekatan utama terapi ini adalah
bypass.6,7,13
operasi bariatrik bisa menurunkan berat badan 41-50 kg dalam 12 bulan, dan
hirsutisme, tapi pada penelitian lain mengatakan meski dapat menurunkan berat
pada pada berat ideal namun operasi bariatrik ini tidak dapat menormalisasi secara
tinggi kekurangan gizi, termasuk protein, zat besi, vitamin B12, asam folat,
2.3.2 Medikamentosa
Klomifen sitrat telah menjadi agen lini pertama pada induksi ovulasi lebih
dari 40 tahun. Klomifen sitrat merupakan reseptor modulator selektif dari estrogen
umpan balik estrogen ke hipotalamus dan hipofisis.15 Pasien SOPK lebih sensitif
terhadap induksi ovulasi dikarenakan terdapat folikel antral dalam jumlah besar,
ini menjadikan wanita dengan SOPK memiliki risiko respon pertumbuhan folikel
berlebihan dan hipestimulasi ovarium, disisi lain ada juga yang memiliki respon
yang buruk dengan tidak adanya pertumbuhan folikel dominan meskipun sudah
40 tahun yang lalu Klomifen sitrat digunakan sebagi induksi ovulasi sebelum
klomifen cukup panjang kurang lebih 5 hari sampai dengan 3 minggu, bergantung
penelitian yang ada bahwa enklomifen merupakan unsur yang lebih poten sebagai
pemicu ovulasi, sehingga saat ini mulai banyak diciptakan obat yang lebih banyak
cepat setelah obat ini diminum dan akan menghilang dari sirkulasi darah setelah
beberapa hari. Berbeda dengan enklomofen, zuklomifen akan bertahan lebih lama
dalam sirkulasi pembuluh darah, bahkan isomer aktifnya masih dapat dideteksi
dalam darah sampai kurang lebih satu bulan setelah terapi dan dapat terakumulasi
lebih banyak setelah beberapa kali terapi.18,20 Saat ini klomifen sitrat yang
dikeluarkan melalui tinja. Sekitar 85% dari dosis yang diberikan akan tereliminasi
diseluruh tubuh manusia, mirip dengan estrogen. Klomifen sitrat akan berikatan
dengan reseptor estrogen untuk waktu yang lebih panjang jika dibandingkan
dengan estrogen alamiah.2,18 Ikatan klomifen sitrat dengan reseptor estrogen dapat
berikatan dalam hitungan jam saja. Efek antiestrogenik dari klomifen sitrat
26
dan hipofisis akan menerima persepsi yang salah, sehingga berespon seolah telah
terjadi penurunan kadar estrogen di dalam sirkulasi perifer. Pada wanita dengan
peningkatan frekuensi sekresi GnRH. Pada wanita dengan SOPK, klomifen sitrat
GnRH yang mempunyai frekuensi yang abnormal tinggi, maka sekresi LH yang
dengan estrogen, klomifen sitrat mengikat RE dalam jangka waktu yang lebih
menggangu proses pengisisan RE. Efektifitas obat pada induksi ovulasi ini
mencegah interpretasi dari estrogen dalam sirkulasi pada kadar yang rendah.20,23
SOPK yang memiliki frekuensi denyut GnRH sudah tinggi, pemberian klomifen
Selama pemberian klomifen sitrat tingkat kedua Hormon ovarium LH dan FSH
naik, dan kembali turun pada hari ke 5 setelah pemberian terkahir. Pada siklus
pengobatan yang berhasil satu atau lebih folikel dominan muncul dan matang.
Pada umumnya lonjakan LH terjadi 5-12 hari setelah pemberian dosis terkahir
klomifen sitrat.20,21,27
Klomifen sitrat diberikan secara oral selama 5 hari pemberian. Dosis awal
klomifen sitrat adalah 50mg per hari selama 5 hari, mulai diberikan antara hari ke
progestin. Jika dengan dosis ini terdapat pertumbuhan folikel multipel, dosis dapat
diturunkan menjadi 25 mg. jika ovulasi belum terjadi dosis dapat ditingkatkan.
Pabrik pembuat obat menyarankan dosis pemakaian tidak lebih dari 100 mg
perhari, namun banyak klinisi yang memberikan hingga dosis 150 mg dan bahkan
Sebagian besar wanita akan ovulasi pada pemberian dosis 50 mg. Wanita
yang tidak ovulasi dengan pemberian dosis 50 mg klomifen sitrat mungkin dapat
berovulasi dengan pemberian dosis yang lebih tinggi secara bertahap setiap
didapatkan dengan siklus anovulasi, 22% akan ovulasi dengan pemberian dosis
100 mg, 12 % dengan dosis 150 mg, dan 7% dengan dosis 200 mg dan 5% dengan
dosis 250 mg). Dosis yang lebih tinggi biasanya dibutuhkan pada pasien dengan
IMT yang lebih tinggi (>27). Diantara wanita anovulasi yang mengalami ovulasi
dengan peningkatan dosis selama 3 bulan untuk 50 mg, 100 mg, dan 150 mg
masing-masing adalah 50%, 45%, 33%, dan pada pemberian 6 bulan adalah 62%,
66% dan 38%.20 Pada umumnya wanita yang diterapi mengunakan terapi
mendapatkan kelahiran hidup pada wanita dengan IMT >35 dibandingkan 28%
Secara umum dikatakan respon terhadap ovulasi adalah jika terjadi pola bifasik
pada grafik suhu basal tubuh dan serum progesteron > 10nmol/L pada hari ke 6-8
dan ketebalan endometrium melalui USG transvaginal selama akhir fase folikular
lebih berguna.15,18,23
kemungkinan besar kehamilan akan terjadi pada 3 sampai 6 siklus, dan terapi
Pada wanita yang gagal untuk ovulasi dengan regimen klomifen sitrat
berespon lebih baik dengan pemberian yang lebih panjang (7-8 hari pemberian)
yang gagal berespon pada pemberian dosis awal klomifen sitrat, progestin
Protokol yang baru-baru ini lebih banyak dipakai adalah protokol “stair-
step”, dimana jika sekali gagal untuk ovulasi, selanjutnya diberikan dengan dosis
yang lebih tinggi pada hari ke 14-21 menstruasi tanpa terlebih dahulu
untuk mencapai ovulasi lebih pendek pada pasien yang memang memerlukan
dosis klomifen sitrat yang lebih tinggi.18 Selain itu menginduksi perdarahan
dengan angka konsepsi dan angka kelahiran hidup yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang mendapatkan klomifen sitrat pada fase folikular yang
progestin.15,18,20
30
Pilihan tidak dilakukan secara sembarang tetapi berdasarkan riwayat pasien, hasil
Regimen ini juga dapat sebagai syarat awal untuk terapi selanjutnya yang lebih
angka kelahiran hidup antara wanita yang mendapatkan klomifen sitrat saja
Namun pada wanita yang gagal ovulasi dengan klomifen sitrat, pemberian
dan angka kehamilan pada wanita yang sebelumnya gagal berovulasi dengan
pemberian klomifen sitrat saja.20,25 Pemberian metformin pada wanita yang respon
31
terhadap Klomifen sitrat, sebelum terapi tidak meningkatkan ovulasi dan juga
tidak dapat menggurangi dosis klomifen sitrat yang dibutuhkan untuk induksi
ovulasi.20 Pada wanita obesitas yang telah gagal dengan terapi klomifen sitrat atau
dibarengi dengan diet dan olah raga untuk menurunkan berat badan merupakan
asidosis laktat, namun angka kejadiannya sangat kecil. Fungsi hati dan ginjal
berkala.20,27,28
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan hingga 150 mg pada hari ke 5-9, sedangkan
kelompok yang lain diberikan klomifen sitrat ditambah dengan dexamethason 0,5
mg setiap hari. Pada mereka yang menerima hanya klomifen sitrat 14 dari 22
orang mengalami ovulasi dan 8 dari 14 orang tersebut berhasil hamil, sedangkan
serum DHEA-S > 200 mg/dl. Dua penelitian besar mengevaluasi klomifen sitrat
32
mengalami ovulasi, 40% berhasil hamil, sedangkan yang hanya diterapi dengan
klomifen sitrat 15 - 20% mengalami ovulasi dan 55 berhasil hamil.20 Ketika terapi
ini berhasil menghasilkan ovulasi namun belum terjadi kehamilan terapi ini dapat
dilanjutkan sampai 3-6 siklus, ketika terapi ini tidak menghasilkan ovulasi maka
Wanita anovulasi yang resisten terhadap klomifen sitrat dan wanita dengan
kombinasi klomifen sitrat dan gonadotropin. Mengingat biaya dan risiko dari
kompeten. Pada terapi kombinasi ini diawali dengan pemberian klomifen sitrat
dosis awal 50 mg, dilanjutkan dengan dosis rendah hMG (Human Menopausal
Gonadotropin) atau FSH (Follicle Stimulating Hormon) (75-150 IU/ hari selama 3
Siklus kesuburan pada wanita yang mendapat terapi kombinasi ini hampir sama
anovulasi dan 2,6-7,4% pada wanita dengan infertilitas yang tak terjelaskan.20
terapi dengan klomifen sitrat meningkat dari kehamilan spontan. Namun pada
terapi klomifen sitrat sulit ditentukan, karena definisi OHSS belum jelas dan
OHSS berat ditandai pembesaran masif ovarium, peningkatan berat badan secara
signifikan, nyeri perut hebat, mual dan muntah, hipovolemia, asites dan
oliguria.20,21,26 Kanker ovarium pada pasien dengan induksi ovulasi tidak terbukti
meningkat. 20,21,22,26
insulin sentisasi dapat digunakan sebagai agen induksi ovulasi dengan mengatasi
21,26,27
gangguan endokrin yang timbul pada SOPK. Insulin sensitisasi yang
Saat ini yang paling banyak digunakan adalah metformin yang merupakan
agen sentisisasi insulin biguanida yang menghambat produksi glukosa hepatik dan
metformin bersifat basa lemah. Metformin diabsorbsi di usus kecil. Obat ini
bersifat stabil tidak berikatan dengan protein plasma, dan diekskresi melalui
urin.27,29 Obat ini mencapai konsentasi maksimal pada sirkulasi darah vena dalam
hepar dan memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin. Selain itu metformin
juga dihubungkan dengan efek penurunan berat badan dengan cara menurunkan
penurunan kadar insulin dalam sirkulasi, sehingga secara tidak langsung akan
efek langsung terhadap sel teka dalam menurunkan produksi androgen, sehingga
secara kumulatif akan terjadi penurunan kadar androgen total dan androgen bebas
dalam sirkulasi.29,30
35
basal di hepar secara signifikan sampai 30%. Tetapi metformin juga menurunkan
dan kolesterol LDL.29,30 Efek metformin terhadap pembuluh darah juga banyak
15% wanita akan tetap anovulasi dengan klomifen sitrat. Karena diduga resistensi
klomifen sitrat terjadi akibat adanya resistesi insulin pada pasien SOPK, maka
kardiovaskular.15,29,30
SOPK cenderung mengalami kenaikan berat badan dan lemak yang berakibat
tromboemboli.29
secara acak oleh Lord dkk pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa metformin
efektif dalam mencapai ovulasi pada wanita dengan SOPK, dengan rasio odds dari
3,88 (95% CI 2,25-6,69) untuk metformin dibandingkan dengan plasebo dan 4,41
dibandingkan dengan plasebo (OR 2,76; 95% CI 0,85 untuk 8.98), namun
Sebuah meta-analisis yang lebih baru yang diterbitkan pada bulan April
2008 membandingkan klomifen sitrat dan metformin, baik sendiri maupun dalam
ovulasi dibandingkan dengan plasebo (OR 2,94; 95% CI 1,43-6,02) tapi tidak
menghasilkan perbedaan yang signifikan pada angka kehamilan (OR 1,56; 95%
klomifen sitrat saja, baik ovulasi dan tingkat kehamilan secara statistik meningkat
Pada studi meta analisis ini juga dilaporkan angka kelahiran hidup, Ng dkk
kelahiran hidup, meskipun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (OR
0,44; 95% CI 0,03-5,88). Pada empat percobaan diperiksa tingkat kelahiran hidup
dengan klomifen sitrat dan metformin dibandingkan klomifen sitrat saja, pada
hidup lebih tinggi dibandingkan klomifen sitrat saja, tetapi kenaikan ini tidak
penelitian yang cukup besar yang dilakukan untuk menilai angka kelahiran hidup
dilakukan oleh Legro dkk pada 2007, penelitian ini melibatkan 626 pasien dan
sitrat lebih baik dari metformin sebagai terapi lini pertama bersamaan dengan
perubahan gaya hidup. Namun pada wanita dengan dengan resisten klomifen sitrat
sitrat.15
Oleh karenan efek baiknya ini banyak praktisi yang melanjutkan pemakain
pada 200 orang pasien SOPK non diabetes yang menjalani terapi reproduksi
terbantu, 120 pasien hamil dan diberikan metformin dengan dosis 1000-2000 mg
pada saat konsepsi dan dijadikan kelompok kontrol. Kedua kelompok disamakan
abortus trimester pertama pada kelompok kasus awal 11,6%, 36,6% pada
kelompok kontrol.27
gen CPY19) yang berperan untuk katalisasi produksi estrogen dari androgen.
dan Testosteron menjadi estradiol. Aktifitas enzim aromatase ini dapat dijumpai
pada jaringan ovarium, otak lemak, otot, hati, payudara dan tumor payudara.
39
pengobatan alternatif untuk induksi ovulasi pada wanita dengan SOPK. Dari
penelitian terbukti wanita dengan anovulasi WHO kelas 2 yang resisten terhadap
didapatkan hasil yang menjanjikan sebagai alternatif terapi untuk induksi ovulasi,
generasi ketiga aromatase inhibitor, yaitu yang bersifat non steroid ( Anastrozole
oral, dengan waktu paruh 45 jam (30-60 jam), dan dibersihkan terutama oleh
Perbedaan yang utama adalah aromatase inhibitor sama sekali tidak menempati
ovarium menurun dalam waktu yang singkat, 45 jam. Hal ini menyebabkan
hilangnya umpan balik negatif estrogen ke hipotalamus dan hipofisis untuk jangka
waktu pendek pula.11,31 Hipofisis akan menghasilkan FSH yang lebih banyak
40
untuk waktu yang pendek dan akan kembali normal setelah kadar aromatase
reaksi berupa pertumbuhan folikel dominan yang lebih dari satu, maka aromatase
inhibitor hanya akan menstimulasi pertumbuhan satu folikel dominan saja. Hal ini
terjadi akibat jendela FSH yang terbuka lebih pendek jika dibandingkan dengan
klomifen sitrat.18,32
Akibat lebar jendela FSH yang lebih kecil pada aromatase inhibitor
dibandingkan klomifen sitrat, maka hanya satu folikel yang akan berkembang
kadar estrogen untuk waktu yang pendek, maka penggunaan aromatase inhibitor
androgen sesaat pada fase folikular awal yang tentunya justru akan meningkatkan
folikel dominan saja. Reaksi ini tentu akan sangat bermanfaat sekali dalam
membuat preparat ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kegagalan ovulasi pada
Letrozole telah digunakan sebagai obat pilihan baru untuk induksi ovulasi,
khususnya pada pasien SOPK yang resisten terhadap klomifen sitrat. Letrozole
sangat memiliki angka kehamilan yang setara dengan injeksi gonadotropin dengan
Pengunaan letrozole sekarang ini sudah dapat dijadikan sebagai terapi lini
negatif pada endometrium dan lendir serviks, sehingga lebih rendah risiko
membutuhkan monitoring. Efek baik lain dalam terapi infertilitas seperti untuk
dan sebagai terapi adjuvant pada protokol stimulasi ovarium untuk preservasi
ovarium dengan klomifen sitrat tentu bukanlah pilihan yang baik akibar kadar
estradiol yang meningkat lebih tinggi setelah pemberian klomifen sitrat. Pilihan
pada pasien kanker payudara tentunya adalah aromatase inhibitor. Letrozole dan
Anastrozole.33
Pemberian letrozole untuk induksi ovarium dimulai dengan dosis awal 2,5
Nichd Reproductive Medicine Network (RMN) dan data meta analisis Cochrane
dengan pemberian klomifen sitrat dan meniliki angka kejadian OHSS yang lebih
rendah, namun tidak berbeda bermakna pada angka komplikasi abortus dan
kehamilan ganda.31
dan angka kehamilan 20-27% per siklusnya pada wanita dengan SOPK yang
resisten terhadap klomifen sitrat. Baik dosis tunggal maupun dosis terbagi
mencapai angka kehamilan yang hampir sama. Perkembangan folikel yang lebih
dan angka kehamilan tinggi dilaporkan pada pemberian letrozole 2,5 mg selama
Dosis yang biasa digunakan untuk Letrozole adalah 2,5 dan 5 mg, dosis
yang lebih tinggi dari 5 mg per hari selama 5 hari dapat mengakibatkan resisten
endometrium pada saat ovulasi. Dosis yang disarankan pada beberapa penelitian
perpanjangan dosis 2,5 atau 5 mg hingga 7-10 hari, dan peningkatan dosis
berjenjang dimulai 2,5 mg pada hari ke-3 hingga 10 mg pada hari ke-6.33
klomifen sitrat sekitar 1,8% dan sekitar 0,4% pada aromatase inhibitor.18 Induksi
ovulasi dengan klomifen sitrat dan aromatase inhibitor, angka kehamilan dapat
2.3.2.4 Tamoxifen
yang mirip dengan klomifen sitrat. Pada penelitian meta analisis yang dilakukan
Tamoxifen juga menunjukkan hasil yang baik pada pasien yang resisten
terhadap klomifen sitrat.34,35 Angka ovulasi dan kehamilan yang tinggi ini
disebabkan mukosa servik yang lebih banyak dan corpus luteum yang dapat
Tamoxifen menjadi pilihan yang baik pada pasien yang gagal ovulasi
dengan pemberian klomifen sitrat dikarenakan efek samping pada mukus servikal
Dosis yang dianjurkan untuk induksi ovulasi adalah 20-40 mg per hari,
dimulai pada hari ke 3 menstruasi dan dilanjutkan hingga hari ke-5.32 Pengunaan
tamoxifen ini masih jarang digunakan, penggunaan klinis hanya diresepkan pada
wanita yang mengalami efek samping hebat dari klomifen sitrat, atau yang
mengalami resisten pada pemberian klomifen sitrat. Dari penelitian meta analisis
perbandingan angka ovulasi dan kehamilan antara tamoxifen dan klomifen sitrat
adalah sama.32,36
44
tamoxifen per hari dimulai hari ke-5 hingga hari ke-9 menstruasi.32,35
2.3.2.5 Gonadotropin
terapi penurunan berat badan dan 6 siklus pemberian klomifen sitrat, maka
selanjutnya.30,37
Pada siklus alamiah, terdapat konsep batas ambang minimal kadar FSH
mengalami atresia. Konsep ini dikenal sebagai FSH window concept.37 Pemberian
dengan memperpanjang lama window FSH dan kadar diatas batas ambang
hingga saat ini, namun tiga yang sering dipakai adalah Human Menopausal
dan 95% kontaminasi protein urin. Sediaan hMG yang tersedia mengandung
sehingga rentan terjadi perkembangan folikel yang berlebihan dan besar risiko
terjadi OHSS. Oleh karena itu American Society for Reproductive Medicine
FSH dosis rendah (37,5-50 IU/hari) pada hari pertama atau kedua siklus
menstruasi dan secara bertahap dosis ditingkatkan selama 14 hari sampai dosis
ambang FSH yang dibutuhkan untuk folikulogenesis terlampaui, yang dilihat dari
7
diameter folikel pada USG dan kadar estradiol. Atau dapat diberikan dengan
dosis 75 IU perhari pada hari pertama atau kedua siklus haid , jika tidak
dinaikan bertahap ( 37,5 IU) selama 7 hari, dosis dapat dinaikan lagi jika tidak ada
respon.6,37
pada pasien SOPK, protokol ini dianggap lebih sesuai untuk SOPK, karena
berusaha untuk mencapai pertumbuhan folikel yang lebih sedikit. Pada protokol
46
70%. Pada 11 penelitian dengan dosis awal 75 IU didapatkan angka kehamilan per
siklus mencapai 20% dengan angka kehamilan ganda yang rendah (5,7%) dan
Protokol “step-down” dimulai dengan dosis awal FSH yang lebih tinggi,
folikel.6,13,26
keadaan fisiologis (kadar FSH lebih tinggi pada fase folikular awal dan lebih
rendah pada fase folikular akhir. Tujuan dari protokol “step-down” adalah
Pemberian FSH dimulai dengan dosis 150 IU/ hari, dosis dilanjutkan
sampai folikel dominan (≥ 10mm) tampak pada TVS, dosis kemudian diturunkan
menjadi 75 IU/ 3 hari. Dosis ini terus dipertahankan sampai diberikan hCG untuk
maturasi oosit dan induksi ovulasi, jika respon ovarium tidak terlihat setelah 3-5
berkaitan dengan perkembangan folikel dominan tunggal dan lebih mudah untuk
Selain itu kedua protokol ini dapat dikombinasi dengan secara bertahap
Setelah folikel mencapai tahap matang, sel granulosa dan apparatus folikel
47
menjadi tergantung pada FSH dan LH. Sullivan dkk membuktikan pada stimulasi
folikel yang besar terus berkembang ke tahap preovulasi, dan ovulasi dapat
dilakukan jika didapatkan lebih dari 2 folikel > 16 mm atau lebih dari satu folikel
>16 mm dengan dua folikel tambahan >14 mm atau jika serum estradion antara
1000 – 2500 pg/ml, terutama pada wanita < 38 tahun tanpa faktor infertilitas
lainnya.6,12
tingkat ovulasi mencapai 70%, kehamilan 20% dan angka kelahiran hidup 5,7%,
dengan insiden kehamilan ganda yang cukup rendah (<6%) dan OHSS (<1%)
dibandingkan klomifen sitrat dengan tingkat ovulasi 80%, kehamilan 30-43% dan
sekresi LH, terapi laparoskopi juga diindikasikan pada pasien yang tetap
diduga LOD merusak stroma ovarium sebagai penghasil androgen, sehingga kadar
hipofisis anterior terhadap GnRH juga menurun selaras dengan turunnya kadar
hipofisis-ovari.6,39
Kadar LH terbukti menurun paska LOD, tetapi dampak LOD pada kadar
FSH sangat tidak menonjol. Kadar FSH umumnya meningkat dengan cepat dan
Pulsasi inhibin B normal sesuai dengan awal siklus ovulasi yang teratur. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi parakrin intra ovarium tetap normal. Sekresi FSH
paling baik untuk respon LOD. LOD pada wanita dengan LH serum awal > 10
IU/L mempunyai respon lebih baik secara bermakna dibanding pada wanita
dengan LH serum awal lebih rendah. Pada wanita dengan LH serum awal tinggi,
pasca LOD akan mengalami penurunan kadar LH serum dan Testosteron serum
secara bermakna.39
secara garis besar wanita gemuk cenderung memberikan respon lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang tidak gemuk. Namun demikian oleh karena
rongga pelvik atau pasien SOPK yang sulit melakukan pemantauan intensif
Pada kasus non fertilitas seperti pasien SOPK yang ingin mengatasi
panjang.38,40
ini tidak memberikan perbedaan pada hasil yang diperoleh. Respon terhadap
tindakan laparoskopi ovarium lebih ditentukan dari karakteristik pasien dan juga
50
laparoskopi ovarium akan menjadi baik jika dilakukan tusukan sebanyak 4 hingga
10 tusukan pada ovarium. Bila lebih dari 10 tusukan, maka risiko terjadinya
melahirkan bayi hidup paska terapi. Namun, terapi lanjutan masih dibutuhkan
setelah laparoskopi ovarium. Terapi lanjutan yang diberikan adalah klomifen sitrat
Komplikasi yang bersifat akut jarang sekali terjadi pada pembedahan. Dari
778 kasus laparoskopi ovarium, ditemukan dua kasus dengan pendarahan yang
membutuhkan laparotmi dan satu kasus dengan perforasi usus. Efek samping
jangka panjang yang dapat ditemukan adalah perlenketan dengan organ obdomen
dan menopause dini, terutama bila dilakukan jumlah tusukan yang banyak.38,40
adalah pilihan terapi untuk wanita dengan SOPK yang gagal hamil setelah
kehamilan pada FIV bisa mencapai 40-50% per siklus FIV, namun angka ini
bergantung pada usia wanita. Pasien dengan SOPK yang diterapi FIV
memiliki angka kehamilan dan kelahiran yang hampir sama dengan wanita
Vitro (FIV). FIV dengan transfer satu embrio secara bermakna menurunkan
agonis dimulai biasa pada awal, pertengahan ataupun akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya atau pada fase folikular sampai pemberian hCG. Stimulasi
terjadi.6,13,15
52
2.3.5.1 Karnitin
dari dua asam amino lisin dan metionin. Pada sel berfungsi untuk membantu
lipid dalam proses pembentukan energi. Bentuk aktif dari karnitin pada
metabolic seperti diabetes tipe 2 dan obesitas, pada wanita dengan SOPK
diketahui L-karnitin didapatkan dalam kadar rendah pada serum, dimana ini
hiperandrogen.
oksigen reaktif dan juga mengurangi zat oksidatif berbahaya yang biasanya
menstruasi sampai didapatkan hasil tes kehamilan positif dengan 250 mg per
pasien dengan SOPK (64,4%). Pembentukan follikel matur pun dapat terjadi
lebih cepat.41
2.3.5.2 Herbal
dan gangguan haid. Keuntungan dengan produk ini juga memiliki efek
memperbaiki keluhan mestruasi yang tidak teratur dan gejala lain yang
terkait.42
dan kadar estrogen yang seimbang, dan mengurangin sekresi insulin. Hal
54
metabolik.42
KESIMPULAN
SOPK (Sindroma Ovari Polikistik) adalah kumpulan gejala dan tanda dari
hirsutisme dan akne.1,2 Infertilitas pada pasien dengan SOPK diakibatkan oleh
dengan induksi pada pasien infertil lainnya. Pada SOPK induksi ovulasi yang
pertama kali dilakukan adalah dengan mengurangi berat badan dan mengubah
gaya hidup yang menyebabkan kegemukan. Jika langkah ini kurang atau tidak
dosis maksimal dan pengulangan lebih dari 6 siklus tidak menghasilkan ovulasi
terdapat alternatif induksi lainnya yang bisa digunakan atau digabungkan dengan
Vitro.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
10. Abdoulaye, d., et al. 2014. Prior caloric restriction increase survival of
prepubertal obese- and PCOS-prone rats exposed to a challenge of
time limited feeding and physical activity. serial online), [cited 2015
oktober 29]. Available from : http://www.the-aps.org/publications/jappl
11. Robert, L.B., 2014. Female Infertility. Jerome, F.S., Robert L.B. Yen
& Jaffe’s Reproductive Endocrinology. 7th Edition.Elsevier Sandera P
485- 520-531.
12. Fritz, M.A, Speroff, L., 2011. Induction of Ovulation. Clinical
Gynecologic Endocrinology and Infertility 8th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins. P 495-529
13. American Society for Reproductive Medicine. 2012. Medication For
inducing Ovulation. A Guide for Patients. (serial online), [cited 2015
oktober 29]. Available from : URL : http://www.ReproductiveFacts.org
14. Bulent, O.Y., Ricardo, A., 2010. Polycystic Ovary Syndrome and
Ovulation Induction. Contemporary Endocrinology : Androgen
Disorder in Women : Polycystic Ovary Syndrome and Other Disorder,
2nd Edition. Azziz, R., et al. Humana Press Inc, Totowa, NJ. P 389-
404.
15. Tanny, D.R.V., et al. 2010. Ovulation Induction in Polycystic Ovary
Syndrome. SOGC Clinical Practice Guideline No. 242, May 2010.
Journal Obstetric and Gynecology. P 495-502.
16. Richard, S.L., et al. 2013. Diagnosis and treatment of Polycystic Ovary
Syndrome : An Endocrine Society Clinical Practice Guideline. Clinical
Guideline Endocrine Society’s.
17. Michael, T.S., 2010. Polycystic Ovarian Syndrome : Diagnosis and
Management. Clinical Medicine & Research, Vol 2 No 1 : 13-27.
58
18. Andon, H., 2009. Antiestrogen. Aplikasi klinis Induksi Ovulasi dan
Stimulasi Ovarium Himpunan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi
Perkumpulan Obstetri & Ginekologi Indonesia. Samsul, H., Hendy, H.,
Sagung Seto, Jakarta. P 37-48
19. Marie, L.M., et al. 2013. Metformin versus clomiphene citrate for
infertility in non-obese women with polycystic ovary syndrome : a
systematic review and meta-analysis. Human Reproduction Update,
Vol 19, No.1. p 2-11. (serial online), [cited 2015 oktober 20].
Available from : URL : http://humupd.oxfordjournals.org.
20. Samantha, P., et al. 2013. Use of clomiphene citrate in infertile women
: a committee opinion. American Society for Reproductive Medicine. .
(serial online), [cited 2015 oktober 23]. Available from : URL :
http://fertstertforum.com/goldsteinj-clomiphene-citrate-infertility-pcos/
21. Helena, T., et al., 2011. Evidence based Guideline for the assessment
and management of polycystic ovary syndrome. PCOS Australian
Alliance.
22. Lobke, M.M., et al. 2014. Cost effectiveness of treatment strategies in
women with PCOS who do not conceive after six cycle of clomiphene
citrate. Reproductive Biomedicine online. Elsevier. (serial online),
[cited 2015 oktober 23]. Available from : URL :
http://dx.doi.org/10.1016/j.rbmo.2014.01.014.
23. Hatem, A.H., 2010. Management of Women with Clomifene Citrate
Resistant Polycystic Ovary Syndrome- An Evidence Based Approach.
Polycystic Ovary Syndrome. (serial online), [cited 2015 oktober 23].
Available from : URL : http://www.intechopen.com .
24. Farzana, A., Nesreen, A., Hafeez, H., 2015. Frequency and outcome of
treatment in polycystic ovaries related infertility. Pak Journal Medicine
Science. (serial online), [cited 2015 oktober 23]. Available from : URL
: http://dx.doi.org/10.12669/pjms.313.8003.
25. Zhyan, B.H., 2015. Comparisson between tamoxifen and clomifen
citrate for induction ovulation and successful conception in polycystic
59
26. Andon, H., Putri, D.K., 2012. Sindroma Ovarian Polikistik. Best
Practices on IMPERIAL. Andon, H., dkk. Sagung Seto, Jakarta. P 43-
61
27. Stefano, P., Angela, F., Giovanni, B.L.S., 2014. Metformin and
gonadotropins for ovulation induction in patiens with polycystic ovary
syndrome : a systematic review with meta-analysis of randomized
controlled trials. Reproductive Bilogy and Endocrinology. (serial
online), [cited 2015 oktober 20]. Available from : URL :
http://www.rbej.com/content/12/1/3.
28. Johnny, A., et al. 2013. Guideline for the use of Insulin Sensitizing
Drugs in the management of PCOS-associated Infertilty. Clinical
Practice Guidelines Middle East Fertility Society.
30. Stefano, P., Angela, F., Giovanni, B.L.S., 2014. Metformin and
gonadotropins for ovulation induction in patiens with polycystic ovary
syndrome : a systematic review with meta-analysis of randomized
controlled trials. Reproductive Bilogy and Endocrinology. (serial
online), [cited 2015 oktober 21]. Available from : URL :
http://www.rbej.com/content/12/1/3.
31. Anat, H.K., Robert, F.C., 2015. The use of aromatase inhibitors for
ovulation induction. Fertilty, in-vitro fertilization and reproductive
genetics. Wolters Kluwer Health, Ontario, Canada. P 1-4.
60