Anda di halaman 1dari 13

48 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Pada Materi


Pangkat Rasional di SMAN 3 Palangka Raya

Demitra, Sarjoko
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Palangka Raya
Korespondesi: Jl. Kerinci no. 214B Palangka Raya
Demitra : 0813 4903 9203 Email: demitra_pahan@ymail.com

Absract: The purpose of the study is to analyse the impact of handep cooperative learning model to mastery
of concepts and ability to solve mathematical problems. The research method used the classroom action
UHVHDUFK'DWDZHUHFROOHFWHGE\REVHUYDWLRQDQGWHVWVDQGDQDO\]HGE\WDEXODWLRQEDUFKDUWVDQGUHGXFWLRQ
The results showed that students were able to (1) distinguish rational numbers and irrational numbers (90%),
 GH¿QHWKHUDWLRQDODQGLUUDWLRQDOQXPEHUV    ¿QGWKHFKDUDFWHULVWLFVRIUDWLRQDOQXPEHUVDQG
LUUDWLRQDOQXPEHUV    GH¿QHWKHURRWDQGQRWWKHURRWQXPEHUV  7KHUHZDVDGLYHUVHSDWWHUQ
RIVWXGHQW¶VUHVSRQVHVWRLGHQWLI\WKHUDWLRQDODQGLUUDWLRQDOQXPEHUV

Key words: handep cooperative learning model, mastery of mathematical concepts, mathematical problem
solving ability

Abstrak: Tujuan penelitian adalah mengkaji dampak pembelajaran dari model pembelajaran kooperatif
handep terhadap penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah matematika. Metode penelitian
menggunakan penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan dengan observasi dan tes, serta dianalisis dengan
tabulasi, diagram batang, dan reduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu (1) membedakan

rasional dan irrasional.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif handep, penguasaan konsep matematika, kemampuan pemecahan
masalah matematika

Pola gotong royong handep dalam masyarakat di model pembelajaran kooperatif handep (Demitra, et
Kalimantan, memiliki keunikan dalam mekanisme al., 2010). Model pembelajaran kooperatif handep
kerjasama yang dijalankan oleh anggota-anggota memiliki komponen-komponen model mengajar
masyarakat yang sepakat bekerjasama dengan pola seperti yang disarankan oleh Joyce, et al. (2009)
tersebut. Keunikan pola kerja sama tersebut adalah yaitu komponen-komponen skenario, orientasi
adanya kolaborasi timbal balik antar anggota- model, tujuan dan asumsi, konsep kunci, dan model
anggota masyarakat yang bekerjasama, dengan mengajar. Model mengajar memuat unsur-unsur
memberikan andep (bantuan) kepada anggota lain sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, dan sistem
dan menerima andep (yang menerima bantuan) pendukung (Demitra, et al., 2011).
dari anggota yang lain. Pemberian andep (bantuan) Model pembelajaran kooperatif handep tersebut
tersebut sesuai dengan kemampuan masing-masing telah diuji kelayakannya sebagai metode mengajar
anggota masyarakat. Pola kerjasama semacam ini oleh ahli-ahli pembelajaran (Demitra, et al., 2012).
dipakai dalam menyelesaikan pekerjaan menanam Hasil uji ahli tersebut merekomendasikan bahwa
padi (manugal), memindahkan rumah, hajatan model pembelajaran kooperatif handep telah
pernikahan, atau kematian (Mobyarto, 1993; Bunu, memenuhi prinsip-prinsip dasar model pembelajaran
2012). kooperatif menurut Jacob, et al. (1996) dan Sharan
Pola kerjasama semacam ini telah menginspirasi (2012) yaitu: (1) ketergantungan positif, (2) tanggung
sebuah penelitian tentang pengembangan metode jawab individu, (3) keberagaman kelompok, (4)
pembelajaran kooperatif, yang produknya berupa mengajarkan keterampilan berkolaborasi, (5)

48
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 49

interaksi dalam kelompok, dan (6) multiple ability pembelajaran berupa penyusunan rancangan
task. pembelajaran untuk uji coba model pembelajaran
Teknologi pembelajaran memprediksi dampak kooperatif kepada guru-guru Matematika SMAN 3
pembelajaran yang mungkin terjadi melalui Palangkaraya; dan (2) melaksanakan pembelajaran
penerapan model pembelajaran kooperatif handep Matematika dengan model pembelajaran kooperatif
mencapai 85%. Dampak pembelajaran dimaksud ada handep di kelas. Data dikumpulkan dengan
ketercapaian penguasaan konsep dan kemampuan observasi, tes hasil belajar Matematika SMA,
pemecahan masalah (Demitra, et al., 2012). dan perangkat pembelajaran berupa Rencana
Kajian mendalam tentang proses terbentuknya Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
penguasaan konsep matematika dan kemampuan Kerja Siswa (LKS). Data dianalisis dengan tabulasi,
pemecahan masalah matematika perlu dilaksanakan. diagram garis, distribusi frekuensi, reduksi.
Kajian mendalam ini diperlukan untuk melengkapi
HASIL
model pembelajaran kooperatif handep terhadap Penguasaan konsep pangkat rasional
penguasaan konsep matematika dan kemampuan Kompetensi dasar dan indikator penguasaan
pemecahan masalah matematika. konsep pangkat rasional di ukur dengan tes esai yang
Penelitian ini bertujuan melakukan mengkaji disajikan dalam Tabel 1.
dampak pembelajaran dengan model pembelajaran Penguasaan konsep pangkat rasional dinyatakan
kooperatif handep terhadap pencapaian penguasaan sebagai ketuntasan penguasaan siswa dalam mencapai
konsep pangkat rasional dan kemampuan pemecahan tujuan pembelajaran berikut (1) membedakan
masalah pangkat rasional di SMAN-3 Palangka
Raya. pengertian bilangan rasional dan irrasional, (3)
menemukan ciri-ciri bilangan rasional dan bilangan
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan akar dan bukan bentuk akar.
metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan Penguasaan konsep dasar pangkat rasional
dalam dua siklus. Kegiatan penelitian dilaksanakan ditetapkan dengan membandingkan skor yang
dengan tahapan (1) melaksanakan workshop diperoleh dengan skor ketuntasan yang ditetapkan
50 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

oleh guru Matematika bagi siswa kelas X-1 SMAN- alasan-alasannya.


3. Skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Pertama, ada empat bilangan rasional dan
kompetensi dasar menggunakan aturan pangkat, akar, irrasional yaitu: (a) 0,252525...., (b) 2,555 ..., (c)
dan logaritma sebesar 70. 0,352014100..., (d) 3,10100110001.... Siswa yang
mampu membedakan bilangan rasional dan irrasional
Siklus 1 dengan benar, memilih nomor (a) dan (c) sebagai
Penguasaan konsep pangkat rasional dilihat dari bilangan rasional dan (b) sedangkan (d) sebagai
hasil tes formatif Siklus-1. Jumlah siswa yang telah bilangan irrasional. Kedua, siswa mampu memilih
mencapai ketuntasan ada 15 orang (50%) sedangkan bilangan rasional dan bilangan irrasional beserta
yang belum tuntas ada 15 orang (50%) dari 30 siswa. alasan-alasannya.
Uraian berikut ini menyajikan deskripsi Sedangkan siswa yang tidak mampu
kemampuan siswa menyelesaikan setiap butir membedakan, terjadi kesalahan dalam hal berikut.
soal yang meliputi kemampuan: (1) membedakan Pertama, pemilahan bilangan terbalik dari konsep
sesungguhnya. Pilihan yang mereka buat adalah (a)
pengertian bilangan rasional dan irrasional, (3) dan (c) sebagai bilangan irrasional sedangkan (b) dan
menemukan ciri-ciri bilangan rasional dan bilangan (d) bilangan rasional. Pilihan tersebut mengandung
arti bahwa terjadi pemahaman yang terbalik
akar dan bukan bentuk akar. pengertian tentang bilangan rasional dipersepsikan
Kemampuan membedakan bilangan rasional sebagai bilangan irrasional, sedangkan bilangan
dan irrasional. Sebaran jumlah siswa yang mampu irrasional dipersepsikan sebagai bilangan rasional.
membedakan bilangan rasional dan irrasional, Kedua, pilihan yang merupakan bilangan rasional
disajikan dalam Tabel 2. Jumlah siswa yang mampu adalah (a) dan (b), sedangkan bilangan irrasional
melampaui batas KKM ada 20 orang (66,7%) (c) dan (d). Siswa tidak mampu membedakan
sedangkan yang berada di bawah batas ketuntasan bilangan rasional dan irrasional, karena tidak
ada 10 orang (33,3%). memahami dengan benar ciri-ciri bilangan rasional
Kemampuan membedakan bilangan rasional dan irrasional. Pilihan yang dilakukan oleh siswa,
dan irrasional dilihat dari kemampuan siswa memilih menunjukkan bahwa bilangan rasional masih
contoh bilangan yang rasional dan irrasional yang tercampur.
dicantumkan dalam soal nomor 1. Siswa yang Kemampuan mendefinisikan pengertian
mampu menjawab soal dengan benar, memiliki pola bilangan rasional dan irrasional. Kemampuan yang
jawaban sebagai berikut.
Pertama, ada empat bilangan rasional dan bilangan irrasional dengan beserta bahasanya sendiri,
irrasional yaitu: (a) 0,252525...., (b) 2,555 ..., (c) dan memberikan dua contoh.
0,352014100..., (d) 3,10100110001.... Siswa yang
mampu membedakan bilangan rasional dan irrasional
dengan benar, memilih nomor (a) dan (c) sebagai
bilangan rasional dan (b) sedangkan (d) sebagai
bilangan irrasional. Kedua, siswa mampu memilih
bilangan rasional dan bilangan irrasional beserta
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 51

Tabel 3 menyajikan frekuensi jumlah siswa Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat
yang mampu mencapai ketuntasan dan yang belum dinyatakan dalam bentuk a/b a, b . Contoh rasional:
0,2222; 0,232323; 0,2662626; 0,282828282828;
bilangan rasional dan irrasional. 0,3333333333. Contoh irrasional: 1,333; 1,44444;
Jumlah siswa yang mampu melampaui batas
KKM ada 21 orang (70%) dengan skor berada pada yang dibuat siswa kurang lengkap, dimana pembilang
rentang 70-100. Sedangkan yang berada di bawah a dan penyebut b tidak lengkap dinyatakan sebagai
batas ketuntasan ada 9 orang (30%) dengan rentang bilangan bulat. Contoh yang diberikan tidak jelas
skor berada pada rentang 40-60. menunjukkan perbedaan nyata bilangan rasional dan
irrasional. Contoh bilangan rasional dan irrasional
dan memberikan contoh bilangan rasional dan yang dibuat siswa, tercampur.
irrasional memiliki pola jawaban sebagai berikut. Kedua, bilangan rasional yang dinyatakan
Pertama, bilangan rasional adalah bilangan yang dalam bentuk a/b dan a, b bilangan bulat, dan
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa,
desimal terbatas, desimal berulang dan tak terbatas. dalam bentuk bentuk a/b dan a, b bilangan bulat,
Contohnya: 4; 6/3 ; 0,121212...; 1,33333...; 4/1; 5;
10; 10/2; 5,303030...; 8/2. Bilangan rasional adalah dan 0,352014100. Sedangkan contoh bilangan
bilangan yang dinyatakan dalam bentuk desimal tak irrasional 2,555 dan 3,10100110001. Siswa tidak
terbatas dan tak berulang. Contohnya: 0,12345...; mampu menerapkan konsep bilangan rasional dan
7,2314...; 3,02573...; 3,141516...; 4,12543...;
2,1378... yang diberikan baik bilangan rasional dan irrasional
Kedua, bilangan rasional adalah bilangan tercampur.
yang dapat ditentukan oleh pecahan biasa a/b, Kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan
rasional dan bilangan irrasional. Kemampuan yang
1,3333...; 0,252525...; 2,555...; 2,2222...; 0,323232... harus ditunjukkan oleh siswa dalam menemukan
Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat ciri-ciri bilangan rasional dan irrasional, adalah
ditentukan oleh pecahan biasa a/b, dimana a, b, menuliskan ciri-ciri bilangan rasional dan irrasional.
Tabel 4 berikut menyajikan frekuensi siswa yang
0,347895281...; 4,576891321...; 6,10100110001...; tuntas dan belum tuntas menguasai kemampuan
2,765427891... tersebut.
Pola jawaban siswa yang tidak tuntas Jumlah siswa yang mampu melampaui batas
KKM ada 10 orang (33,3%) dengan rentang skor
dan irrasional memiliki pola jawaban sebagai 70 – 100. Sedangkan yang berada di bawah batas
berikut. Pertama, bilangan rasional adalah bilangan ketuntasan ada 20 orang (66,7%) dengan rentang skor
yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b a, b . 0-50. Pola jawaban siswa yang mampu menuliskan
ciri-ciri bilangan rasional dan irrasional dengan kata-
52 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

katanya sendiri sebagai berikut. Pertama, bilangan ฀ ฀ ฀ ฀


rasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) dapat Pola jawaban siswa yang tidak tuntas menguasai
dinyatakan dalam bentuk desimal terbatas, (2) dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa, (3) dan juga bentuk akar sebagai berikut. Pertama, bentuk akar
dapat dinyatakan dalam bentuk desimal tak terbatas adalah akar bilangan yang hasilnya bukan merupakan
dan tak berulang. Bilangan irrasional memiliki ciri, bilangan rasional. Bukan bentuk akar adalah
dapat dinyatakan dalam bentuk desimal tak terbatas kebalikan dari bilangan rasional. Contoh bentuk
dan tak berulang.
Kedua, ciri-ciri bilangan rasional: (1) dapat Kedua, bentuk akar adalah akar-akar bilangan
dinyatakan sebagai pecahan biasa, dan (2) dapat rasional yang hasilnya bukan bilangan rasional.
dinyatakan sebagai pecahan desimal. Sedangkan
ciri bilangan irrasional: (1) tidak dapat dinyatakan
sebagai pecahan biasa, dan (2) tidak dapat dinyatakan Ketiga, bentuk akar adalah akar bilangan
sebagai pecahan desimal. rasional yang hasilnya bukan bilangan rasional

bentuk akar. Kemampuan yang diminta adalah bentuk akar adalah akar bilangan yang hasilnya

adalah menulis pengertian bentuk akar dan bukan


bentuk akar, disertai contohnya masing-masing lima
bilangan. Tabel 5 menyajikan frekuensi siswa yang Siklus-2
menjawab menurut skor. Penguasaan konsep pangkat rasional dilihat
Jumlah siswa yang mampu melampaui batas dari hasil tes formatif Siklus-2, jumlah siswa yang
KKM ada 10 orang (33,3%) dengan skor 70 dan telah mencapai ketuntasan ada 28 orang (93,3%)
100. Sedangkan siswa yang berada di bawah batas sedangkan yang belum tuntas ada 2 orang (6,7%)
ketuntasan ada 20 orang (66,7%), dengan skor pada dari keseluruhan siswa.
rentang 30-60. Uraian berikut ini menyajikan deskripsi
Pola jawaban yang ditunjukkan oleh siswa yang kemampuan siswa menyelesaikan setiap butir
tuntas menguasai kemampuan ini sebagai berikut. soal pada Siklus-2 yang meliputi kemampuan: (1)
Pertama, bentuk akar adalah bilangan yang dibentuk/ membedakan bilangan rasional dan irrasional, (2)
dinyatakan dari bilangan irrasional yang hasilnya
bukan rasional, sedangkan pengertian bukan bentuk irrasional, (3) menemukan ciri-ciri bilangan rasional
akar adalah bilangan dalam bentuk rasional yang dan bilangan irrasional, dan (4) mendefinisikan
hasilnya bukan bilangan irrasional. Contoh bentuk bilangan bentuk akar dan bukan bentuk akar.
Kemampuan membedakan bilangan rasional
dan irrasional. Tabel 7 menyajikan sebaran jumlah
Kedua, bentuk akar adalah akar bilangan yang siswa yang mampu membedakan bilangan rasional
hasilnya sama dengan bilangan rasional. Contoh:
Tabel 7. Frekuensi siswa untuk masing-masing skor
bentuk akar adalah akar-akar bilangan yang hasilnya kemampuan membedakan bilangan rasional dan
irrasional.
Skor Frekuensi Persentase
Ketiga, bentuk akar adalah bilangan yang tidak
0 1 3,3
40 1 3,3
60 1 3,3
80 5 16,7
Keempat, bentuk akar adalah bilangan akar dari 90 2 6,7
bilangan rasional yang hasilnya bilangan irrasional, 100 20 66,7
sebaliknya, bukan bentuk akar adalah bilangan akar
Total 30 100,0
dari bilangan rasional dengan hasilnya bilangan
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 53

dan irrasional. Jumlah siswa yang mampu melampaui bilangan rasional adalah bilangan yang dapat
batas KKM ada 27 orang (90%) dengan skor berada dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa, desimal
pada rentang 80-100. Sedangkan yang berada di terbatas, desimal berulang dan tak terbatas.
bawah batas ketuntasan ada 3 orang (10 %). memiliki Contohnya: 4; 6/3 ; 0,121212...; 1,33333...; 4/1; 5;
skor 0 - 60. 10; 10/2; 5,303030...; 8/2. Bilangan rasional adalah
Kemampuan membedakan bilangan rasional bilangan yang dinyatakan dalam bentuk desimal tak
dan irrasional dilihat dari kemampuan siswa memilih terbatas dan tak berulang. Contohnya: 0,12345...;
contoh bilangan yang rasional dan irrasional yang 7,2314...; 3,02573...; 3,141516...; 4,12543...;
dicantumkan dalam soal nomor 1. Pertama, ada 2,1378...
empat bilangan rasional dan irrasional yaitu: (a) Kedua, bilangan rasional adalah bilangan
0,252525...., (b) 2,555 ..., (c) 0,352014100..., (d) yang dapat ditentukan oleh pecahan biasa a/b,
3,10100110001.... Siswa yang mampu membedakan dimana a, b
bilangan rasional dan irrasional memilih nomor (a) 1,3333...; 0,252525...; 2,555...; 2,2222...; 0,323232...
dan (c) sebagai bilangan rasional dan (b) sedangkan Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat
(d) sebagai bilangan irrasional disertai alasan. ditentukan oleh pecahan biasa a/b, dimana a, b
Sedangkan siswa yang tidak mampu
membedakan, terjadi kesalahan dalam hal berikut. 0,347895281...; 4,576891321...; 6,10100110001...;
Pertama, memilah bilangan terbalik dari konsep 2,765427891...
sesungguhnya. Pilihan yang mereka buat adalah (a) Pola jawaban siswa yang tidak tuntas
dan (c) sebagai bilangan irrasional sedangkan (b) dan
(d) bilangan rasional. dan irrasional memiliki pola jawaban sebagai
Kemampuan mendefinisikan pengertian berikut. Pertama, bilangan rasional adalah bilangan
bilangan rasional dan irrasional. Kemampuan yang yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b a, b
. Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak
bilangan rasional dan bilangan irrasional dengan dapat dinyatakan dalam bentuk a/b a, b . Contoh
bahasanya sendiri, disertai dua contoh. bilangan rasional adalah 0,2222; 0,323232. Contoh
Tabel 8 menyajikan frekuensi jumlah siswa bilangan irrasional adalah 1,555; 1,6666; 1,3535;
yang mampu mencapai ketuntasan dan yang belum 1,45450041101.
Menemukan ciri-ciri bilangan rasional dan
bilangan rasional dan irrasional. bilangan irrasional. Kemampuan yang harus
ditunjukkan oleh siswa dalam menemukan ciri-ciri
Tabel 8. Frekuensi siswa untuk masing-masing
bilangan rasional dan irrasional, adalah menuliskan
skor kemampuan mendefinisikan pengertian bilan-
ciri-ciri bilangan rasional dan irrasional. Tabel 9
gan rasional dan irrasional.
menyajikan frekuensi siswa yang tuntas dan belum
Skor Frekuensi Persentase tuntas menguasai kemampuan tersebut.
0 1 3,3 Tabel 9. Frekuensi siswa untuk masing-masing skor
60 2 6,7 kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan rasion-
80 4 13,3 al dan irrasional.
90 6 20,0 Skor Frekuensi Persentase
100 17 56,7 30 1 3,3
Total 30 100 40 1 3,3
60 2 6,7
Jumlah siswa yang mampu melampaui batas
70 3 10,0
KKM ada 27 orang (90%) sedangkan yang berada
di bawah batas ketuntasan ada 3 orang (10%). Skor 80 14 46,7
siswa yang melampaui KKM berada pada rentang 90 4 13,3
skor 80 – 100. Sedangkan skor siswa yang belum 100 5 16,7
mencapai KKM memiliki skor 0 dan 60. Total 30 100,0
Pola jawaban siswa yang tuntas memberikan
Jumlah siswa yang mampu melampaui batas
memiliki pola jawaban sebagai berikut. Pertama, KKM ada 26 orang (86%) dengan rentang skor
54 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

70 – 100. Sedangkan yang berada di bawah batas ada 6 orang (30%) pada rentang 30-60. Pola jawaban
ketuntasan ada 4 orang (14%) dengan rentang skor yang ditunjukkan oleh siswa yang tuntas menguasai
30-60. kemampuan ini sebagai berikut. Pertama, bentuk
Pola jawaban siswa yang mampu menuliskan akar adalah bilangan yang dibentuk/dinyatakan dari
ciri-ciri bilangan rasional dan irrasional dengan kata- bilangan irrasional yang hasilnya bukan rasional,
katanya sendiri sebagai berikut. Pertama, bilangan sedangkan pengertian bukan bentuk akar adalah
rasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) dapat bilangan dalam bentuk rasional yang hasilnya bukan
dinyatakan dalam bentuk desimal terbatas, (2) dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa, (3) dan juga
dapat dinyatakan dalam bentuk desimal tak terbatas
dan tak berulang. Bilangan irrasional memiliki ciri Kedua, bentuk akar adalah akar bilangan yang
sebagai berikut, dapat dinyatakan dalam bentuk hasilnya sama dengan bilangan rasional. Contoh:
desimal tak terbatas dan tak berulang.
bentuk akar adalah akar-akar bilangan yang hasilnya
bentuk akar. Kemampuan yang harus ditunjukkan

bukan bentuk akar adalah menulis pengertian bentuk Ketiga, bentuk akar adalah bilangan yang tidak
akar dan bukan bentuk akar, disertai contohnya
masing-masing lima bilangan. Tabel 10 menyajikan
frekuensi siswa yang menjawab menurut skor.
Tabel 10. Frekuensi skor jawaban siswa mendefinisikan
Keempat, bentuk akar adalah bilangan akar dari
bentuk akar dan bukan bentuk akar.
bilangan rasional yang hasilnya bilangan irrasional,
Skor Frekuensi Persentase sebaliknya, bukan bentuk akar adalah bilangan akar
40 2 6,7 dari bilangan rasional dengan hasilnya bilangan
50 1 3,3
60 3 10,0
3 3 3 3
70 7 23,3
Pola jawaban siswa yang tidak tuntas menguasai
80 6 20,0
90 3 10,0
bentuk akar sebagai berikut. Pertama, bentuk akar
100 8 26,7 adalah akar bilangan yang hasilnya bukan merupakan
Total 30 100,0 bilangan rasional. Bukan bentuk akar adalah
kebalikan dari bilangan rasional. Contoh bentuk akar:
2 2 3 1 1
Jumlah siswa yang mampu melampaui batas .
KKM ada 24 orang (70%) pada skor 70 dan 100. Kedua, bentuk akar adalah akar-akar bilangan
Sedangkan yang berada di bawah batas ketuntasan rasional yang hasilnya bukan bilangan rasional.
Tabel 11. Rekapitulasi skor rata-rata penguasaan konsep bilangan rasional dan irrasional.
Nomor
Indikator Kemampuan Siklus-1 Ketuntasan Siklus-2 Ketuntasan
butir
Kemampuan membedakan bilangan rasional dan
1 8,0 Tuntas 8,9 Tuntas
irrasional
Kemampuan mendefinisikan pengertian bilangan
2 7,9 Tuntas 8,9 Tuntas
rasional dan irrasional.
Kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan ra-
3 5,2 Belum tuntas 7,9 Tuntas
sional dan bilangan irrasional.
Kemampuan mendefinisikan bilangan bentuk
4 5,8 Belum tuntas 7,8 Tuntas
akar dan bukan bentuk akar.
Rata-rata 6,58 8,4
Prosentase skor rata-rata 65,8 Belum tuntas 84 Tuntas
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 55

bilangan rasional dan irrasional, menemukan ciri-


ciri bilangan rasional dan bilangan irrasional dan
Peningkatan penguasaan konsep pangkat rasional
bentuk akar.
Peningkatan penguasaan konsep pangkat Peningkatan kemampuan membedakan bilangan
rasional untuk empat indikator kemampuan, secara rasional dan irrasional. Kemampuan membedakan
keseluruhan terdapat peningkatan skor rata-rata dan bilangan rasional dan irrasional dievaluasi melalui
jumlah siswa yang mampu mencapai KKM. butir soal nomor 1. Rekapitulasi peningkatan
Skor rata-rata penguasaan konsep pangkat frekuensi siswa yang tuntas dan belum tuntas
rasional setelah pembelajaran dengan Model mengerjakan soal nomor 1, merupakan indikator
Pembelajaran Kooperatif Handep pada Siklus-1 peningkatan penguasaan kemampuan membedakan
sebesar 65,83 dan setelah Siklus-2 sebesar 84. Jumlah bilangan rasional dan irrasional. Tabel 12 menyajikan
siswa yang mampu mencapai KKM pada Siklus – rekapitulasi frekuensi skor yang muncul dari jawaban
1 ada 15 orang (50%), setelah Siklus-2 berjumlah siswa terhadap butir nomor 1.
27 orang (90%) dari keseluruhan siswa kelas X-1 Tabel 12. Rekapitulasi frekuensi skor yang muncul
SMAN-3 Palangka Raya. dari jawaban siswa terhadap butir nomor 1.
Tabel 11 menyajikan hasil analisis peningkatan Skor Siklus-1 Siklus-2
skor kemampuan untuk masing-masing indikator 0 1 1
kemampuan penguasaan pangkat rasional. Penguasaan 40 5 1
konsep bilangan rasional dan bilangan irrasional pada 50 4 0
Siklus -1 mampu dicapai pada indikator-indikator 60 0 1
kemampuan (1) membedakan bilangan rasional 80 0 5
90 0 2
bilangan rasional dan irrasional. Sedangkan pada 100 20 20
indikator-indikator kemampuan yang belum dikuasai Total 30 30
adalah (1) menemukan ciri-ciri bilangan rasional dan

bentuk akar dan bukan bentuk akar. Frekuensi siswa yang mencapai ketuntasan
Berikut ini dipaparkan peningkatan skor per- menguasai kemampuan membedakan bilangan
indikator kemampuan penguasaan konsep bilangan rasional dan irrasional pada Siklus-1 berjumlah 20
rasional dan irrasional. orang meningkat pada Siklus-2 menjadi 27 orang.
Tabel 13. Rekapitulasi frekuensi skor untuk butir
Gambar 1. Grafik peningkatan penguasaan nomor 2.
konsep bilangan rasional dan irrasional pada Skor Siklus-1 Siklus-2
Siklus-1 dan Siklus-2. 0 1 1
40 3 0
50 2 0
60 3 2
70 3 0
80 2 4
90 1 6
100 15 17
Total 30 30

Peningkatan kemampuan mendefinisikan


Setelah tindak lanjut dalam pembelajaran pengertian bilangan rasional dan irrasional.
dalam Siklus-2, penguasaan konsep bilangan
rasional dan irrasional meningkat, dimana ada rasional dan irrasional dievaluasi melalui butir
peningkatan ketuntasan menguasai indikator- soal nomor 2. Rekapitulasi peningkatan frekuensi
indikator kemampuan membedakan bilangan siswa yang tuntas dan belum tuntas mengerjakan
56 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

soal nomor 2, merupakan indikator peningkatan Tabel 15. Rekapitulasi frekuensi skor siswa terha-
penguasaan kemampuan membedakan bilangan dap butir nomor 4.
rasional dan irrasional. Tabel 13 menyajikan Skor Siklus-1 Siklus-2
rekapitulasi frekuensi skor yang muncul dari jawaban 0 4 0
siswa terhadap butir nomor 2. 20 1 0
Frekuensi siswa yang mencapai ketuntasan 30 3 0
40 8 2

bilangan rasional dan irrasional pada Siklus-1 50 3 1

berjumlah 21 orang meningkat pada Siklus-2 menjadi 60 1 3

27 orang. 70 2 7

Peningkatan kemampuan menemukan ciri- 80 0 6


90 0 3
ciri bilangan rasional dan bilangan irrasional.
100 8 8
Kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan rasional
Total 30 30
dan irrasional dievaluasi melalui butir soal nomor 3.
Rekapitulasi peningkatan frekuensi siswa yang
Frekuensi siswa yang mencapai ketuntasan
tuntas dan belum tuntas mengerjakan soal nomor
menguasai kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan
3, merupakan indikator peningkatan penguasaan
rasional dan irrasional pada Siklus-1 berjumlah 10
kemampuan membedakan bilangan rasional
orang meningkat pada Siklus-2 menjadi 24 orang.
dan irrasional. Tabel 14 menyajikan rekapitulasi
frekuensi skor yang muncul dari jawaban siswa
Pola pemecahan masalah pangkat rasional
terhadap butir nomor 3.
Proses penguasaan keterampilan pemecahan
Tabel 14. Rekapitulasi frekuensi skor siswa terha- masalah pangkat rasional dilakukan dengan
dap butir nomor 3 menganalisis jawaban siswa dalam mengerjakan
Skor Siklus-1 Siklus-2 tugas di LKS. Dari 30 siswa kelas X-1 SMAN-3,
0 3 0 dipilih LKS dari siswa yang mencapai ketuntasan
20 1 0 rata-rata 70.
30 2 1 Kemampuan membedakan bilangan rasional
40 8 1 dan irrasional. Pola jawaban siswa pada materi
50 6 0 membedakan bilangan rasional dan irrasional
60 0 2 memiliki keragaman. Keragaman pola jawaban
70 1 3 tersebut dipaparkan berikut ini.
80 5 14 Pola-1. Pertama, bilangan rasional adalah
90 0 4 bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b
100 4 5 dengan a, b
Total 30 30 lain, bilangan irasional adalah bilangan real yang
bukan merupakan bilangan rasional. Kedua, bilangan
rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan
Frekuensi siswa yang mencapai ketuntasan
dalam bentuk a/b, dengan a, b bilangan bulat dan
menguasai kemampuan menemukan ciri-ciri bilangan
rasional dan irrasional pada Siklus-1 berjumlah 10
pecahan biasa, sebagai pecahan desimal terbatas, dan
orang meningkat pada Siklus-2 menjadi 26 orang.
dinyatakan sebagai pecahan desimal tak terbatas dan
Peningkatan kemampuan mendefinisikan
berulang. Ketiga, bilangan rasional adalah bilangan
bilangan bentuk akar dan bukan bentuk akar.
yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b, dengan a,
b
dan bukan bentuk akar dievaluasi melalui butir
irrasional tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b
soal nomor 4. Rekapitulasi peningkatan frekuensi
dengan a, b
siswa yang tuntas dan belum tuntas mengerjakan
Pola-2. Pertama, bilangan rasional adalah
soal nomor 4, merupakan indikator peningkatan
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b
penguasaan kemampuan membedakan bilangan
dengan a, b
rasional dan irrasional. Tabel 15 menyajikan
bilangan rasional adalah bilanagan yang dapat
rekapitulasi frekuensi skor yang muncul dari jawaban
dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b
siswa terhadap butir nomor 4.
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 57

bilangan bulat atau bilangan pecahan. Ketiga, Bukan bentuk akar adalah akar adalah akar-akar
bilangan rasional adalah bilangan yang dapat bilangan irrasional yang hasilnya bilangan rasional.
dinyatakan dalam bentuk a/b, dengan a, b bilangan Pola-3. Bentuk akar adalah bilangan rasional
yang bilangan hasinya irrasional. Sedangkan bukan
sebagai pecahan biasa, seperti 2, -1, 2/5, dan 9/8. bentuk adalah bilangan irrasional yang bilangan
Pola-3.Pertama, bilangan rasional adalah hasilnya bilangan rasional.
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk Pola-4. Pertama, bentuk akar adalah bilangan
pecahan biasa, pecahan desimal terbatas, pecahan yang tidak bisa dibagi, sedangkan bukan bentuk akar
desimal tak terbatas dan berulang. Kedua, bilangan adalah bilangan yang bisa dibagi. Kedua, bentuk
rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan akar adalah bilangan yang dapat disederhanakan,
dalam bentuk pecahan desimal tak terbatas dan sedangkan bilangan bukan bentuk akar adalah
berulang. bilangan yang tidak dapat disederhanakan.
Pola-4. Pertama, bilangan rasional adalah Pola-5. Bentuk akar adalah bilangan yang
bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk hasilnya dinyatakan atau dikenal sebagai pecahan
pecahan. Kedua, bilangan rasional adalah bilangan berpangkat. Sedangkan bukan bentuk akar adalah
yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa. bilangan yang hasilnya tidak dinyatakan sebagai
Ketiga, bilangan rasional adalah bilangan yang dapat bilangan pecahan berpangkat.
dinyatakan dalam bentuk pecahan biasa maupun Ketuntasan penguasaan kemampuan
sebaliknya.
Mendefinisikan ciri-ciri bilangan rasional rasional dan bilangan irrasional, merupakan dampak
dan irrasional. Pola-1. Pertama, bilangan rasional instruksional model pembelajaran kooperatif handep
adalah bilanan yang dapat dinyatakan dalam yang dievaluasi dalam kajian penelitian ini. Indikator
bentuk a/b. dengan a, b penguasaan kompetensi tersebut mencakup (1)
Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat kemampuan membedakan bilangan rasional dan
dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan
bilangan rasional dan irrasional, (3) kemampuan
sebagai pecahan biasa, bilangan bulat, pecahan menemukan ciri-ciri bilangan rasional dan bilangan
desimal terbatas dan pecahan desimal tak terbatas dan irrasional, dan (4) kemampuan mendefinisikan
berulang. Pecahan yang dapat dibagikan, bilangan bilangan bentuk akar dan bukan bentuk akar.
positif, dan dapat dinyatakan dalam penjumlahan. Ketuntasan pencapaian keempat indikator
Bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat kompetensi tersebut setelah pembelajaran dengan
dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan model kooperatif handep dilaksanakan dalam dua
siklus dijelaskan sebagai berikut. Pada Siklus-1,
yang merupakan bilangan desimal tak terbatas. terdapat 50% dari 30 siswa yang mencapai skor
Pola-2. Bilangan rasional adalah bilangan ketuntasan 70, dengan nilai rata-rata kelas 65,8 dan
yang dapat dinyatakan secara berulang-ulang dalam pada Siklus-2 meningkatkan menjadi 90 % dari 30
bentuk desimal terbatas dan tidak terbatas. Bilangan siswa yang mencapai ketuntasan, dengan skor rata-
irrasional adalah bilangan yang dinyatakan secara rata kelas 84.
tidak berulang-ulang karena hasil akar atau hasil Pencapaian ketuntasan penguasaan kompetensi
pecahan desimal yang berbeda. tersebut secara lebih dalam dapat dicermati pada
Pola-3. Bilangan rasional adalah bilangan yang pencapaian masing-masing keempat indikator
dapat dinyatakan sebagai pecahan desimal, seperti cakupannya. Pada Siklus-1, terdapat 20 orang siswa
0,2 dan 0,625. Bilangan irrasional adalah bilangan yang mampu mencapai skor ketuntasan 10. Skor 10
yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan untuk pencapaian penguasaan indikator kemampuan
a, b membedakan bilangan rasional dan bilangan
irrasional dengan benar disertai alasan-alasannya.
akar adalah akar-akar bilangan rasional yang hasilnya Setelah tindak lanjut pembelajaran pada
bukan bilangan rasional (irrasional). Sedangkan Siklus-2 dilaksanakan terdapat peningkatan jumlah
bukan bentuk akar adalah akar-akar bilangan siswa yang mencapai ketuntasan 27 orang, dengan
irrasional yang hasilnya bilangan rasional. variasi ketuntasan pada skor 80, 90, dan 100. Pada
Pola-2. Bentuk akar adalah akar-akar bilangan Siklus-1 ke tujuh orang siswa tersebut tidak mampu
yang hasilnya bukan bilangan rasional (irrasional). membedakan bilangan rasional dan irrasional
58 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

dengan benar. Bilangan yang merupakan bilangan pembelajaran kooperatif handep dilanjutkan di
rasional tercampur dengan bilangan irrasional. Siswa Siklus-2 terdapat peningkatan jumlah siswa yang
tidak mampu memilah bilangan, karena kurangnya tuntas sebesar 26 orang dari 30 orang siswa di kelas
pemahaman tentang konsep bilangan rasional. X-3 SMAN-3 Palangka Raya, dengan skor yang
Setelah pembelajaran dengan model pembelajaran bervariasi antar 70-100.
kooperatif handep pada Siklus-2 dilaksanakan,
terdapat peningkatan jumlah siswa yang mencapai PEMBAHASAN
ketuntasan sebesar tujuh orang siswa, yang memiliki
skor 80 dan 90. Siswa yang mencapai ketuntasan Peningkatan kemampuan siswa menguasai
80 dan 90 mampu membedakan bilangan rasional konsep bilangan rasional menunjukkan bahwa secara
dan irrasional dengan benar, namun tidak mampu empiris model pembelajaran kooperatif handep
memberikan alasan-alasan. mampu memfasilitasi siswa mencapai kompetensi
Pada Siklus-1 siswa yang mencapai ketuntasan yang diharapkan. Pada Siklus-2 pencapaian

dan bilangan irrasional berjumlah 21 orang dengan rasional dan irrasional mencapai ketuntasan 90%.
skor yang bervariasi pada rentang 70-100. Skor Pencapaian ketuntasan ini melampaui ketercapaian
10 mengandung makna bahwa siswa mampu tujuan pembelajaran yang diprediksi oleh teknolog
mendefinisikan bilangan rasional dan bilangan pembelajaran dalam uji ahli, sebesar 85% (Demitra,
irrasional dengan benar dilengkapi dengan simbol- et al., 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat Duffy
simbol, pernyataan yang logis, dan disertai contoh- dan Cuningham (1992), Slavin (1984), dan Reigeluth
contoh bilangan rasional dan irrasional yang benar. dan Cheliman (2009) yang menyatakan bahwa suatu
Skor 90 mengandung makna bahwa siswa mampu model pembelajaran harus dapat memfasilitas siswa
mendefinisikan bilangan rasional dan bilangan dalam belajar untuk membangun pengetahuan baru.
irrasional dengan benar dengan simbol-simbol, Demikian juga, hasil pengujian hipotesis dalam uji
pernyataan yang logis, namun tidak dilengkapi lapangan melalui metode eksperimen semu penerapan
contoh-contoh. Sedangkan skor 70-80 mengandung model pembelajaran kooperatif handep menunjukkan
bahwa penguasaan materi pangkat rasional lebih
rasional dan irrasional dengan pernyataan-pernyataan tinggi dari kelompok siswa yang belajar dengan
yang logis, namun tidak menggunakan simbol- pendekatan problem based learning (Demitra, et
simbol matematika, dan tidak disertai contoh-contoh. al., 2011). Keberhasilan model pembelajaran dalam
Setelah pembelajaran dilanjutkan pada Siklus-2 memfasilitas proses belajar materi pangkat rasional
terdapat peningkatan jumlah siswa yang mencapai dapat dijelaskan sebagai berikut.
skor ketuntasan. Siswa yang tuntas menguasai Pertama, langkah-langkah model pembelajaran
indikator ini mencapai jumlah 27 orang. kooperatif handep memfasilitasi proses belajar
Peningkatan yang cukup berarti terjadi pada memecahkan masalah individual siswa yang
penguasaan indikator kemampuan menemukan dipecahkan melalui proses kerjasama kelompok.
ciri-ciri bilangan rasional dan bilangan irrasional Langkah-langkah yang memfasilitasi proses
memecahkan masalah individual tersebut dalam
bentuk akar dan bukan bentuk akar. Siswa yang model pembelajaran kooperatif handep ada pada
tuntas menguasai kemampuan menyatakan ciri- langkah ke 3 sampai dengan ke 6. Dalam buku model
ciri bilangan rasional dan bilangan irrasional, pada pembelajaran kooperatif handep (Demitra, et al,
Siklus-1 ada 10 orang dengan skor bervariasi pada 2011), langkah-langkah ke 3 sampai ke 6, sebagai
70, 80, dan 100. Setelah pembelajaran dengan berikut. Langkah ke 3, masing-masing anggota
model pembelajaran kooperatif handep dilanjutkan kelompok melakukan refleksi dan memahami
di Siklus-2 terdapat peningkatan jumlah siswa yang masalah secara individual. Pada tahap ini siswa
tuntas sebesar 26 orang dari 30 orang siswa di kelas belajar secara mandiri sesuai kemampuan masing-
X-3 SMAN-3 Palangka Raya, dengan skor yang masing. Apabila menghadapi kendala dalam
bervariasi antar 70-100. memahami materi, siswa melakukan refleksi
Siswa yang tuntas menguasai kemampuan terhadap kesulitan yang dihadapi dan memberi
mendefinisikan bentuk akar dan bukan bentuk tanda pada bagian-bagian materi yang sulit dipahami
akar pada Siklus-1 sebesar 10 orang dengan skor dalam mempelajari materi pangkat rasional. Proses
70 dan 100. Setelah pembelajaran dengan model
Demitra, Sarjoko , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep ... 59

masalah yang dihadapinya. Pengenalan secara lebih Raya; (2) siswa yang tuntas menguasai kemampuan
mendalam terhadap permasalahan yang dihadapi membedakan bilangan rasional dan bilangan
menjadikan masalah tersebut memiliki makna irrasional mencapai 27 orang (90%) dari keseluruhan
bagi siswa, dan mendorong siswa untuk mencari siswa dengan nilai bervariasi pada skor 80-100;
pemecahannya. Kebutuhan akan pemecahan masalah (3)siswa yang tuntas menguasai kemampuan
individual difasilitasi dengan Langkah ke-4 dalam
model pembelajaran kooperatif handep. irrasional 7 orang (90%) dari keseluruhan siswa
Preskripsi Langkah ke-4, menyampaikan dengan nilai bervariasi pada skor 80-100; (4) siswa
masalah individual oleh anggota kelompok dihadapan yang tuntas menemukan ciri-ciri bilangan rasional
anggota-anggota kelompok lainnya, masalah dan bilangan irrasional berjumlah 26 orang (86%)
individual menjadi masalah bersama dalam kelompok. dari 30 orang siswa, dengan rentang skor berada
Kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah
individual masing-masing dapat terpenuhi melalui bilangan bentuk akar dan bukan bentuk akar
Langkah ke-4 ini. Siswa mendapat kesempatan berjumlah 24 orang (70%) dari 30 orang siswa,
mencurahkan isi hatinya dalam menghadapi kesulitan dengan skor berada pada rentang 70-100; (6) hasil
memahami materi dan menyampaikan masalah yang pemecahan masalah pangkat rasional menunjukkan
dihadapinya. Beban berpikir siswa secara individual pola jawaban yang beragam untuk masing-masing
akan terasa lebih ringan. Masalah individual dihadapi
dan akan dipecahkan dalam kebersamaan dalam rasional dan irrasional.
kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan Langkah Saran bagi penelitian lebih lanjut, agar
ke-5 menetapkan kesepakatan urutan pemecahan melakukan kajian yang lebih difokuskan pada aspek
masalah individual. Pada Langkah ke-5 ini, dimana motivasi yang muncul, bagaimana terbentuknya
semua anggota memiliki kebutuhan yang sama kebiasaan positif dalam belajar, setelah belajar
yaitu memiliki masalah dalam memahami materi, dengan model pembelajaran kooperatif handep.
maka diskusi untuk menetapkan urutan pemecahan
masalah individual menjadi sangat penting bagi DAFTAR RUJUKAN
anggota-anggota kelompok.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan Bunu, H.Y. 2012. Pendidikan dalam konstruksi
Langkah ke-6, dengan kegiatan memecahkan masalah masyarakat suku dayak Ot Danum: kajian
individual dibantu anggota-anggota kelompok lain fenomenologi di Kabupaten Palangka Raya
secara bergiliran. Pada Langkah ke-6 ini, siswa yang Kalimantan Tengah. Surabaya: Jenggala
memiliki masalah dibantu memecahkan masalah Pustaka Utama.
yang dihadapinya. Siswa mendapat kesempatan Demitra, Sarjoko, Saritha Kittie Uda. 2010.
untuk belajar memahami materi dibantu oleh teman Pengembangan model pembelajaran
dalam kelompok, dengan saling memberikan ide dan kooperatif Handep dalam pembelajaran
saran pemecahan. Siswa mendapatkan penjelasan matematika dan sains. Laporan Penelitian.
dari teman yang lain yang lebih pandai. Palangkaraya: Lembaga Penelitian Unpar.
Pola jawaban beragam hasil pemecahan Demitra, Sarjoko, Saritha Kittie Uda. 2011.
masalah dalam proses penguasaan keterampilan Model pembelajaran kooperatif Handep.
pemecahan masalah pangkat rasional, menunjukkan Palangkaraya: UM Press.
bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran Demitra, Sarjoko, Saritha Kittie Uda. 2012.
kooperatif handep mendorong munculnya beragam Pengembangan model pembelajaran
ide pada anggota-anggota kelompok, sesuai dengan kooperatif Handep untuk pembelajaran
skema berpikir masing-masing anggota. matematika. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran, 19 (1), April 2012, pp. 15-27.
KESIMPULAN DAN SARAN Duffy, T.M. dan Cunningham, D.J. 1992.
Constructivist: new implication for
Kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut: instructional technology. Editor: Duffy,
(1) ketuntasan penguasaan konsep pangkat rasional T.M. dan Jonassen, D.H.. Constructivist and
dengan model pembelajaran kooperatif handep technology of instruction: A coversation,
mencapai 90% dari 30 orang siswa yang mengikuti pp. 1-16. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum
Associate Publishers.
pembelajaran di kelas X-3 SMAN-3 Palangka
60 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR 1, APRIL 2014

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. 2009. Models Sharan, S. 2012. The handbook of cooperative
of teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. learning: inovasi pengajaran dan
Jacob, G.M., Lee, G.S., dan Ball, J. 1996. Learning pembelajaran untuk memacu keberhasilan
cooperative via cooperative learning. siswa di kelas. Terjemahan Sigit Pranowo.
Singapore: SEAMEO Regional Language Jogyakarta: Familia.
Center Singapore.
Mobyarto. 1993. Desa-desa Kalimantan: studi
bina desa pedalaman Kalimantan Tengah.
Yogyakarta: Aditya Media.

Anda mungkin juga menyukai