1
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah,
kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama
Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat).
Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri
makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-
minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta
itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.”
4
2.2 Hukum Islam Tentang Qurban
Ibadah qurban merupakan ibadah yang mempunyai keutamaan dan untuk
pemilihan hewan qurban bisa disesuaikan dengan kemampuan. Ada juga pendapat
dari beberapa kalangan ulama dalam menentukan hukum qurban dalam Islam dan
berkaitan dengan hukum kurban berdasarkan empat madzhab adalah sebagai
berikut.
1. Madzhab Syafi’i
Madzhab Syafi’i mempunyai pendapat jika ibadah kurban hukumnya adalah
sunnah muakkad yakni sunnah yang diutamakan akan tetapi hukumnya bisa
juga berubah menjadi makruh untuk orang yang sebenarnya mampu tetapi
tidak ingin melaksanakan ibadah qurban tersebut.
2. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki juga memiliki pendapat yang serupa dengan madzhab
Syafi’i yakni ibadah qurban hukumnya adalah sunnah muakkad yakni
sunnah yang diutamakan akan tetapi hukumnya bisa berubah menjadi
makruh untuk orang yang sebenarnya mampu akan tetapi tidak melakukan
ibadah qurban tersebut.
3. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berpendapat jika hukum qurban dalam Islam adalah wajib
untuk dilakukan sekali dalam setiap tahunnya. Pendapat ini mempunyai
dasar hukum yang sangat jelas yakni berdasarkan firman Allah SWT.
Namun, meski pun begitu, masih juga ada beberapa ulama dari madzhab
Hanafi yang tidak sama pendapatnya dan menyatakan jika hukumnya adalah
sunnah muakkad.
5
4. Madzhab Hambali
Madzhab Hambali juga memberi pernyataan jika qurban dalam Islam
hukumnya adalah wajib, akan tetapi hukum ini masih bisa berubah menjadi
sunnah apabila dilakukan oleh seseorang yang kurang mampu.
Akan tetapi, ulama dari semua madzhab juga sepakat jika hukum qurban
dalam Islam akan menjadi wajib apabila sudah bernazar sehingga wajib dilakukan
dengan baik dalam keadaan mempunyai atau tidak mempunyai uang karena sudah
bernazar.
3. Bebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya, yaitu apa yang telah
dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
a. Sakit yang jelas.
b. Pincang yang jelas.
c. Sangat kurus, tidak mempunyai sumsum tulang.
d. Buta sebelah yang jelas/tampak.
Dan hal yang serupa atau lebih dari yang disebutkan di atas dimasukkan
ke dalam aib-aib (cacat) ini, sehingga tidak sah berkurban dengannya,
seperti buta kedua matanya, kedua tangan dan kakinya putus, ataupun
lumpuh.
6
4. Hewan qurban tersebut milik orang yang berkurban atau diperbolehkan (di
izinkan) baginya untuk berkurban dengannya. Maka tidak sah berkurban
dengan hewan hasil merampok dan mencuri, atau hewan tersebut milik dua
orang yang beserikat kecuali dengan izin teman serikatnya tersebut.
5. Tidak ada hubungan dengan hak orang lain. Maka tidak sah berqurban
dengan hewan gadai dan hewan warisan sebelum warisannya di bagi.
6. Penyembelihan qurbannya harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan
syariat. Maka jika disembelih sebelum atau sesudah waktu tersebut, maka
sembelihan qurbannya tidak sah.
7
2. Penyembelih adalah Orang muslim
Q.S. Al-Maidah ayat 5
ۖ ط َعا ُم ُك ْم ِح ٌّل لَ ُه ْم َ طعَا ُم الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت
َ َاب ِح ٌّل لَ ُك ْم َو ْال َي ْو َم أ ُ ِح هل لَ ُك ُم ه
َ الط ِيِّ َباتُ ۖ َو
َ صنَاتُ ِمنَ الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت
َاب ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم ِإذَا َ ْت َو ْال ُمح ِ صنَاتُ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنَا َ َْو ْال ُمح
ان ِ ْ ان ۗ َو َم ْن َي ْكفُ ْر ِب
ِ اْلي َم ٍ َسا ِف ِحينَ َو ََل ُمت ه ِخذِي أ َ ْخد َ َصنِين
َ غي َْر ُم ِ ْور ُه هن ُمح َ آت َ ْيت ُ ُمو ُه هن أ ُ ُج
َع َملُهُ َو ُه َو فِي ْاْل ِخ َرةِ ِمنَ ْالخَا ِس ِرين َ ِفَقَ ْد َحب
َ ط
Artinya:
8
2.7 Orang yang Berhak Menerima Daging Qurban
Secara umum, ada tiga kelompok orang yang berhak menerima daging
qurban:
1. Orang yang berqurban dan keluarganya. Orang yang berqurban dan
kelurganya dianjurkan untuk makan sebagian daging hewan qurbannya. Hal
ini karena Nabi Saw. pernah makan dari daging hewan qurbannya sendiri.
Disebutkan dalam hadis riwayat Imam AlBaihaqi disebutkan;
“Rasulullah Saw. ketika hari Idul Fitri tidak keluar dulu sebelum makan
sesuatu. Ketika Idul Adha tidak makan sesuatu hingga beliau kembali ke
rumah. Saat kembali, beliau makan hati dari hewan kurbannya.”
2. Kerabat, teman dan tetangga sekitar. Dalam kitab Alfiqhul Islami wa
Adillatuhu disebutkan, bahwa ulama Hanafiyah dan Hanabilah
menganjurkan agar sebagian daging hewan qurban dibagikan kepada
kerabat, teman dan tetangga sekitar meskipun mereka kaya.
3. Orang fakir dan miskin. Ulama sepakat bahwa fakir miskin berhak
menerima daging hewan qurban. Bahkan ulama Hanabilah mengatakan
bahwa hukum membagikan sebagian daging hewan qurban kepada fakir
miskin adalah wajib. Hal ini karena Allah memerintahkan untuk
memberikan makan kepada orang fakir miskin dari daging hewan qurban,
Q.S. Al-Hajj ayat 28
علَ َٰى َما َرزَ قَ ُه ْم ِم ْن بَ ِهي َم ِة ٍ َّللاِ فِي أَي ٍهام َم ْعلُو َما
َ ت ِليَ ْش َهدُوا َمنَافِ َع لَ ُه ْم َويَ ْذ ُك ُروا اس َْم ه
ير َ س ْالفَ ِق
َ ِط ِع ُموا ْال َبائ
ْ َ ْاْل َ ْن َع ِام ۖ فَ ُكلُوا ِم ْن َها َوأ
Artinya:
“supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki
yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk
dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
9
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
10
Daftar Pustaka
11