Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu bagian terpenting di rumah sakit adalah Instalasi Gawat


Darurat(IGD). IGD merupakan pintu gerbang masuknya pasien baik dengan
kondisi emergency maupun non emergency yang membutuhkan peertolongan
cepat dan tepat.. Menurut peraturan pemerintah tahun 2011, Instalasi Gawat
Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan ancaman kematian dan
kecacatan secara terpadu dengan melibatkan multidisiplin ilmu

Kunjungan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) terus bertambah tiap


tahunnya. Peningkatan jumlah kunjungan rumah sakit berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah pasien yang masuk ke ruang kegawat daruratan. salah satu
dampak dari peningkatan jumlah kunjungan adalah kondis crowding di intalasi
gawat darurat (IGD).

Kondisi crowding di instalasi gawat darurat (IGD) telah menjadi isu global
di seluruh system pelayanan kesehatan di dunia lebih dari dua dekade. IGD
crowding di definisikan sebagai kondisi dimana permintaan pelayanan darurat
melebihi kemampuan instalasi gawat darurat untuk memberikan pelayanan
berkualitas dalam kerangka waktu yang tepat. Kondis crowding di kaitkan
dengan meningkatnya kejadian yang tidak di harapkan , penundaan pelayanan,
meningkatnya angka kematian dan lama hari perawatan. (Yarmohammadian,
2017).

Sesuia dengan moto rumah sakit RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado
“kepuasan pasien di atas segala –galanya”, tentu menjadi suatu hal yang
penting untuk bisa menjaga kepuasa pasien terhadap palayanan RS termasuk
di IGD yang menjadi pintu gerbang utama yang memberikan kesan pertama
untuk menilai keberhasilan sistem pelayanan.. Namun keadan IGD yang
crowding ini membuat pasien dengan baik dan akhirnya menyampaikan
keluhan. Bentuk mutu pelayanan lain yang sering dikeluhkan masyarakat
adalah waktu tunggu. Sejalan dengan Survey awal yang di lakukan oleh
peneliti di IGD RSUP Prof. DR. R.D.Kandou Manado masih di temukan
komplain dan data memanjangnya Length of stay (LOS) dari target 8 jam yang
di tetapkan.

Length of stay LOS merupakan fenomena yang semakin umum di seluruh


dunia. Petugas , pasien, dan keluarga mereka menjadi lebih tertekan ketika
durasi boarding pasien di intalasi gawat darurat meningkat. Pasien rawat inap
yang boarded (menunggu tempat tidur rawat inap ) di IGD beresiko 28 %
mengalami beberapa kesalahan (error) atau kejadian buruk atau (adverse event)
selama boarding (Bernstein et al ., 2009)

Banyaknya kunjungan ke UGD pada waktu bersamaan membuat UGD menjadi


penuh sesak. Kunjungan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) terus
bertambah tiap tahunnya. Peningkatan terjadi sekitar 30% di seluruh IGD
rumah sakit dunia (Bashkin et al, 2015). The nationl Hospital Ambilatory
Medical Care Survey 2013 melaporkan sekitar 130.353 juta kunjungan pasien
ke IGD Amerika. Naik 14% dari laporan kunjungan tahun 2003 atau rata-rata
1.64 juta kunjungan pertahun, dan dilaporkan 23.8% menghabiskan waktu
lebih dari 4 jam di IGD dan 35.4% (National center for health statistic, 2013)1.

Data kunjungan masuk pasien ke IGD di Indonesia adalah 4.402.205 pasien


(13,3%) dari total seluruh kunjungan di rumah sakit umum (Menteri Kesehatan
RI, 2014). Data kunjungan pasien di IGD RSUP RD.R.D. Kandou manado
tahun 2019 berjumlah 44.723 pasien, dengan jumlah pasien perbulannya rata-
rata 3726 pasien meningkat dua kali lipat di bandingkan tahun 2014 yang
hanya rata-rata 1500 kunjungn pasien perbulannya. .
Data supervisor IGD bulan maret tahun 2019 menunjukan bahwa jumah pasien
dengan lenght of stay >8jam sebanyak 547 pasien. Dimana sebanyak 46,2%
merupakan pasien dengan lama waktu tunggu 13-24 jam. Dengan jumlah
pasien perhari rata –rata 124 pasien dan terdapat rata-rata 17 pasien setiap
harinya yang mengalami penundaan untuk di transfer ke rawat inap.

Berdasarkan pengamatan peneliti serta berdasarkan data laporan supervisor di


dapatkan bahwa sebagaian besar penyebab memanjangnya LOS di sebabkan
karena jumlah sumber daya yang terbatas, kondisi, pasien yang menerima
beberapa jenis pemeriksaan berulang misalnya pemeriksaan laboratorium,
adanya perencanaan tindakan khusus seperti pemasangan DLC, waktu
mendiagnosa penyakit yang lama, banyaknya pasien yang datang saat shift,
kesiapan dan ketersediaan ruangan rawat inap menerima pasien dari IGD
menjadi factor yang menyebabkan meningkatnya LOS pasien di IGD.

Penelitian Forero, McCarthy, dan Hillman (2011) menyimpulkan bahwa risiko


kematian meningkat 20%–30% pada lingkungan yang overcrowding akibat
dari tertahannya pasien. Sementara Singer, et al (2011) menyimpulkan bahwa
lamanya pemindahan pasien dari IGD ke rawat inap berhubungan dengan
tingginya rata-rata angka kematian.

LOS yang memanjang akan menimbulkan overcrowded dan akan memberikan


dampak pada pelayanan pasien yaitu sepertiga beban kerja staf IGD dihabiskan
untuk merawat pasien yang menunggu ruang rawat inap (Bukhari et al, 2014).
Selain dampak pada pasien memanjangnya LOS pn berdampak pada petugas,
menurut Kileoyne dan Dowling (2007, dalam College of Nurse of Ontario,
2009) berpendapat bahwa bekerja pada lingkungan dengan kondisi yang
crowded akibat tertahannya akses pasien dapat mengakibatkan
ketidakberdayaan dan kejenuhan staf serta konflik moral. (erlan nurmansyah
2014). Tentu ini tidak efektif untuk staf IGD, mengingat ini akan berpotensi
tertundanya pelayanan untuk pasien baru dan tidak maksimalnya perawatan
pasien yang menunggu ruang rawat inap tersebut. Dari masalah tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti factor-foktor yang berhubungan dengan Length
of stay Pasien di IGD RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.

B. RUMUSAN MASALAH
Apa sajakah faktor – faktor yang berhubungan dengan Length of stay Pasien di
IGD RSUP RD.R.D. Kandou Manado

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang yang berhubungan Length of stay
Pasien IGD RSUP RD.R.D. Kandou manado

2. Tujuan Khusus
secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui hubungan ketersediaan tempat tidur rawat inap dengan
Length of stay Pasien di IGD RSUP RD.R.D. Kandou manado
b. Mengetahui hubungan kesiapan ruangan rawat inap untuk menerima
pasien dengan Length of stay Pasien di IGD RSUP RD.R.D. Kandou
manado
c. Mengetahui hubungan jumlah kunjungan pasien dengan Length of
stay Pasien di IGD RSUP RD.R.D. Kandou manado

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan Manajemen Rumah
Sakit khususnya mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
lamanya waktu tunggu di Emergency
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang factor-
faktor yang berhubungan dengan lama waktu tunggu lama waktu
tunggu pasien setelah keputusan rawat inap pasien di zona kuning
IGD RSUP RD.R.D. Kandou manado`

c. Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai data untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

Dengan mengetahui faktor – faktor yang berhubungn dengan lamanya

waktu tunggu pasien rawat inap di zona kuning di IGD RSUP RD.R.D.

Kandou manado, diharapkan mampu meningkatkan pelayanan rumah sakit

khususnya di IGD terutama mengenai waktu tunggu pasien supaya lebih

efektif dan efisien.


E. untuk merencanakan layanan dengan tepat, memenuhi kebutuhan pasien,
dan mematuhi target waktu tunggu.

Beberapa faktor yang diduga menjadi risiko penyebab pasien stagnan antara
lain ketersediaan tempat atau bangsal, tidak sesuainya bangsal yang tersedia
dengan permintaan pasien, adanya pengelompokan penyakit yang
membutuhkan bangsal khusus (cohorting), menunggu fogging ruang bangsal,
kesibukan perawat di bangsal, dan keterbatasan tenaga pengantar. Disamping
itu, pasien rujukan juga salah satu yang menjadi penyebab kondisi di IGD
menjadi semakin penuh.

Rumah sakit Sebagai penyelenggara pengobatan dan pemulihan Menurut


undang-undang Republik Indonesi nomor 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang
Rumah sakit disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanann rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Dari pasal 1 ayat 1 tersebut menyebutkan bahwa penyelenggaraan
pelayanan gawat darurat merupakan salah satu tanggung jawab rumah sakit.
Instalasi gawat darurat menjadi salah satu bagian penting dalam mewujudkan
fungsi rumah sakit.
Sebuah penelitian di California menyimpulkan bahwa kepadatan pasien di
IGD berkaitan dengan kematian 300 pasien di tahun 2007.
Adanya pasien yang stagnan di IGD dapat menimbulkan beberapa efek
negatif bagi keselamatan pasien itu sendiri. Hal ini juga dapat menjadi
penyebab
IGD penuh dengan pasien yang menunggu untuk dilayani. Beberapa akibat
yang
dapat ditimbulkan dari adanya pasien yang stagnan di IGD antara lain pasien
yang
meninggalkan IGD tanpa diperiksa, waktu tunggu pasien yang lama, kondisi
pasien yang bertambah buruk karena tidak ditangani secara cepat, adanya
penundaan pemberian obat penting kepada pasien karena terbatasnya jumlah
tenaga kesehatan, tingkat komplikasi penyakit yang tinggi, risiko terjadinya
kejadian tidak diinginkan dan dapat membahayakan nyawa pasien (Singer et
al, 2011).

Menurut institute kedokteran salah satu maslah yang umum terjadi di IGD
adalah crowding dan penting untuk memahami penyebab , dampak dan strategi
pencegahan hal ini. kepadatan pasien di IGD menurunkan kemampuan IGD
untuk memanage, menyediakan akses dan stabislisasi segera bagi pasien
dengan kondisi emergency.
The joint commission on the accreditation of health care (JCAHO) mencatat
bahwa 50 % kejadian sentinel terjadi di IGD dan sepertiganya disebabkan oleh
kondisi crowding

seperti yang diungkapkan oleh Kileoyne dan Dowling (2007, dalam College of
Nurse of Ontario, 2009) bahwa kekurangan ruangan, ketidakberdayaan, dan
kejenuhan staf yang disebabkan oleh overcrowding menyebabkan konflik
moral, pasien tidak dirawat atau diobati dengan rasa hormat dan bermartabat
serta tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien. (erlan nurmansyah 2014)

Secara umum Richardson, dkk., (2009) berkesimpulan bahwa berlebihnya


pasien yang menunggu ruang perawatan di IGD akan mengurangi kualitas
pelayanan keperawatan dan hasil akhir pasien yang buruk.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU
TUNGGU PASIEN SETELAH KEUTUSAN RAWAT INAP DI ZONA
KUNING DI IGD
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU
TUNGGU PASIEN SETELAH KEUTUSAN RAWAT INAP DI ZONA
KUNING DI IGD

Pelayanan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan di dalam pelayanan IGD.
Akan tetapi, pelayanan di IGD dapat terhambat jika kondisi di dalam IGD
mengalami crowding. IGD crowding di definisikan sebagai kondisi dimana
permintaan layanan darurat melebihi kemampuan instalasi gawat darurat untuk
memberikan pelayana berkualitas dalam kerangka waktu yang tepat. Kondsi
crowding di kaitkan dengan meningkatknya kejadian yang tidak di harapkan,
penundaan pelayanan, meningkatnya angka kematian dan lama hari perawatan
( yarmohammadian,2017)

Adrian Boyl et al. 2015. Is“boarding”appropriatetohelpreducecrowdingin


emergencydepartments?.

suatu unit pelayanan di Rumah Sakit yang harus memberikan pelayanan


yang cepat dan tepat agar tujuan dari pelayanan gawat darurat tercapai dan
sekaligus memberikan kepuasan kepada pasien.

Jumlah pasien yang meningkat mengakibatkan adanya penumpukan


pasien di IGD dan menyebabkan waktu tunggu setelah keputusan rawat inap
diputuskan semakin lama (Fitrio Deviantony.2017)
%, di ikuti oleh pasien 8-12 jam sebanyak 41.3%. sisanya pasien >24 jam
sebanyak 12.5 %..

a. Mengetahui hubungan jenis pemeriksaan yang di terima pasien dan


rencana tindakan khusus pasien dengan lama waktu tunggu pasien
setelah keutusan rawat inap di zona kuning di IGD RSUP RD.R.D.
Kandou manado
Mengetahui hubungan perbandingan jumlah sumberdaya manusia
terhadap jumlah pasien dengan lama waktu tunggu pasien setelah
keuptusan rawat inap di zona kuning di IGD RSUP RD.R.D. Kandou
Manado

Anda mungkin juga menyukai