Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN ASESMEN GIZI

RUMAH SAKIT PELABUHAN PALEMBANG

POKJA AP
(Asesmen Pasien)

2017
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Nutrisi memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien. Dari penelitian
yang dilakukan, ditemukan jumlah pasien yang mengalami malnutrisi cukup tinggi, hasil
penelitian menunjukkan angka 50% pasien yang akan dirawat sudah menderita malnutrisi,
bahkan 10% diantaranya sudah menderita malnutrisi berat. Pengalaman di negara maju
telah membuktikan bahwa malnutrisi di rumah sakit merupakan masalah yang kompleks
dan dinamik.
Mengingat pemenuhan nutrisi terhadap pasien berpengaruh terhadap proses
penyembuhan suatu penyakit dan berdampak pada lamanya hari rawat, serta kualitas hidup
seseorang, maka pengelolaan nutrisi di Rumah Sakit Pelabuhan Palembang menjadi salah
satu hal yang menjadi perhatian serius dan perlu dilakukan tindak lanjut.
Kemajuan IPTEK kedokteran dan gizi menghasilkan kemajuan metode pemberian
nutrisi di. rumah sakit, mulai dari pipa nasogastrik, nasoduodenal, nasojejunal hingga
gotrostomi dan enterostomi, dan dari nutrisi parenteral perifer hingga sentral. Tersedianya
formula enteral dan parenteral memungkinkan pemberian gizi yang adekuat bagi sebagian
besar pasien pada keadaan malnutrisi. Tingginya prevalensi malnutrisi dan komplikasi
pasien dengan malnutrisi menyebabkan perlunya pelayanan gizi melalui pendekatan
multidisiplin dalam tim gizi.
Terapi gizi meliputi beberapa langkah, yaitu asesmen, diagnosis, intervensi dan
monitoring. Proses asesmen didahului dengan proses skrining untuk mengidentifikasi
pasien malnutrisi dan yang berisiko malnutrisi. Asesmen gizi dilakukan untuk pasien
malnutrisi maupun pasien yang berisiko malnutrisi sehingga dapat ditentukan masalah gizi
yang mendasari dan dapat dilakukan intervensi yang sesuai dengan masalah gizi.

B. Tujuan dan sasaran


Tujuan :
1. Tersedianya panduan bagi pelaksana pelayanan gizi klinik untuk menjalankan
prosedur dalam pemberian gizi yaitu asesmen gizi.
2. Tersedianya panduan untuk sosialisasi prosedur asesmen kepada pelaksana
pelayanan gizi
3. Tersedianya acuan untuk menyusun kebijakan, pedoman, prosedur asesmen Gizi

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 1


Sasaran :
1. DPJP
2. Perawat
3. Tim pelayanan gizi klinik dan pihak terkait (rehab medik, farmasi dll)

C. Pengertian

Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian pelayanan kesehatan dan


pengobatan pasien di rumah sakit. dalam usaha memenuhi kebutuhan gizi dan memberi
terapi gizi untuk peningkatan kesehatan, daya tahan dan menunjang perbaikan
metabolisme pasien. Pelayanan ini dilaksanakan oleh tim pelayanan gizi klinik rumah sakit
dan Bagian Gizi (dietary).

Tim pelayanan gizi klinik adalah sekelompok tenaga kesehatan di Rumah Sakit
Pelabuhan Palembang yang mempunyai komitmen untuk memberikan pelayanan gizi yang
optimal dan menyelenggarakan terapi gizi. Tim ini merupakan tim multidisiplin yang
dibentuk oleh Direktur RS. Tim ini terdiri dari dr. SpGK (kalau ada) atau dokter internis
yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik yang menyediakan waktu penuh
untuk pelayanan Gizi Klinik, Dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi untuk
memberikan pelayanan bagi pasien rawat inap.

Dokter Spesialis Gizi Klinik (dr.SpGK) merupakan dokter dalam bidang gizi klinik
yang telah menyelesaikan dan lulus pendidikan keprofesian bidang gizi klinik sesuai
dengan kurikulum Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Institusi yang diakui oleh Dikti dan
dinyatakan mempunyai kompetensi dalam gizi klinik dan metabolisme nutrien dalam
hubungannya dengan patofisiologi penyakit dan terapi gizi.

Dietisien adalah tenaga kesehatan RS yang merupakan lulusan D3 Gizi/S1 Gizi


yang sudah memiliki Sertifikat Kompetensi Gizi dan memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) Tenaga Gizi.

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 2


BAB II RUANG
LINGKUP

Pelayanan gizi klinik di Rumah Sakit Pelabuhan Palembang meliputi seluruh upaya
kesehatan untuk mempertahankan dan atau meningkatkan status gizi pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Dalam pelayanan gizi klinik di rumah sakit seperti juga
pelayanan kesehatan lainnya melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1. Upaya promotif
Melakukan penyuluhan, informasi dan edukasi tentang pola makan dan makanan
yang sehat dan sesuai kebutuhan menccgah terjadi gangguan gizi dan penyakit
akibat gangguan gizi
2. Upaya preventif
Memberikan edukasi dan penanganan yang tepat pada keadaan sakit untuk
mencegah dan atau meminimalkan gangguan gizi dan komplikasi penyakitnya lebih
lanjut.
3. Upaya kuratif
Penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif
untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit, atau mempertahankan status gizi
4. Upaya Rehabilitatif
Penatalaksanaan gizi melalui paduan intervensi medik, dan upaya rehabilitatif
lainnya untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit

Kegiatan pelayanan gizi klinik RS meliputi pelayanan rawat inap maupun rawat
jalan. Kegiatan pelayanan gizi diawali dengan asesmen awal (skrining gizi), asesmen gizi
(riwayat gizi / makanan, pemeriksaan klinis, antropometri, laboratorium, pemeriksaan
pendukung gizi klinik / komposisi tubuh), diagnosis, intervensi (pemberian makanan dan
zat gizi, edukasi gizi, konseling gizi, koordinasi pelayanan gizi ) dan monitoring evaluasi.

DASAR HUKUM

1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Standar Nasional Pelayanan Gizi Klinik, PDGKI 2009, ISBN 978-979-17611-2-3
4. Pedoman Penyelenggaraan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit Departemen Kesehatan
RI 2009
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 tahun 1986 tentang
Upaya Pclayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 3


6. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/Per/II11998 tahun 1998 tentang
Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 1045/Menkes/Per/XI1 2006 tahun 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 512 /Menkes/Per/IV/ 2007 tahun 2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/ SK/VI/1993 tahun 1993 tentang
Pelayanan Medik
11. Surat Pengakuan Dokter Spesialis Gizi Klinik Sebagai Dokter Spesialis Penunjang
(MKKI-IDI) No. 181/KI/VII/2003
12. SK Pengesahan Program Studi Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinik (MKKI — IDI)
No. 191/SK/MKKI/IX/2003
13. Surat Keputusan Kolegium Ilmu Gizi Klinik No. 05/SK/KIGK/IX/2004 tentang
Pengakuan Dokter Spesialis Ilmu Gizi Klinik
14. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. 11 K.00.06.3.4.1819
tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di Rumah Sakit tahun 2007
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.374/Menkes/SKIII/2007 tentang Standar
Profesi Gizi.

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 4


BAB III TATA

LAKSANA

A. Pasien rawat inap


Pasien baru rawat inap yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) diukur
berat badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa ditimbang dilakukan pengukuran LLA (
Lingkar Lengan Atas ) untuk pasien anak – anak usia 0 – 14 tahun diukur berat badan dan
panjang badan, skrining gizi dilakukan oleh perawat di rawat inap dalam 24 jam setelah
pasien dirawat dengan menggunakan SGA. Bila hasil skrining menunjukkan hasil pasien
dengan resiko malnutrisi dan malnutrisi maka perawat ruangan menginformasikan ke Bagian
Gizi (dietisien). Bagi pasien dengan status gizi baik dan pasien resiko malnutrisi ringan dan
sedang, maka asesmen gizi dilakukan oleh dietisien dan bila pasien malnutrisi berat maka
asesmen gizi dilakukan oleh Tim Terapi Gizi. Bagi pasien dengan status gizi baik evaluasi
dapat dilakukan setelah 7 hari rawat. Pasien dengan resiko malnutrisi sedang dan berat
dimonitor dan dievaluasi setiap hari kemudian dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.

B. Pasien rawat jalan


Poliklinik Umum / Poliklinik Spesialis

Skrining dilakukan oleh perawat dengan menggunakan menggunakan IMT


(Indeks Masa Tubuh) atau LLA untuk pasien dewasa dan baku WHO NCHS untuk anak –
anak usia 0 sampai 14 tahun. Bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi ringan dan
sedang dirujuk ke klinik gizi dan ditangani oleh Dietisien, bila ditemukan pasien dengan
resiko malnutrisi berat dirujuk ke klinik gizi dan ditangani oleh Dokter SpGK atau Dietisien.

Poliklinik Gizi

Skrining dilakukan oleh Dietisien atau Dokter SpGK dengan menggunakan IMT (
Indeks Masa Tubuh ) atau LLA untuk pasien dewasa dan baku WHO NCHS untuk anak –
anak usia 0 sampai 14 tahun. Bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi dapat
ditangani oleh Dietisien dan dievaluasi setelah pasien kunjungan ulang dan bila ditemukan
pasien dengan malnutrisi berat maka pasien ditangani oleh Dokter SpGK atau Dietisien.

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 5


C. Asesmen Gizi

Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining gizi oleh dietesien dan
penetapan order diet awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien/klien yang beresiko, tidak
beresiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah
pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak; geriatric; kanker dengan
kemoerapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis dan
sebagainya.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah pasien masuk RS.
Metoda skrining yang digunakan di rumah sakit menggunakan Malnutrition
Screening Tools (MST) untuk pasien dewasa. Skrining untuk pasien anak 1 – 14
tahun menggunakan Strong Kids.
Bila hasil skrining gizi menunjukan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian atau assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses
asuhan gizi terstandar oleh DIetesien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
beresiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hsil
skrining ulang beresiko maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar.
Proses asuhan gizi dilakukan pada pasien yang beresiko malnutrisi, sudah
mengalami malnutrisi, dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses
ini merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1) Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu Anamnesis riwayat
gizi, Data Biokimia (data laboratorium), Data Antopometri, Pemeriksaan
Fisik dan klinis, dan Riwayat Personal.
a) Anamnesis Riwayat Gizi
Data yang meliputi asupan makanan termasuk komposisi, pola makan,
diet saat ini dan data lain yang terkait. Gambaran asupan makan digali
melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif. Anamnesis kualitatif
dilakukan untuk emmperoleh gambaran kebiasaan pola makan sehari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara
kualitatif dilakukan melalui “food recall” makanan 24 jam terakhir.
b) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik, dan gambaran
fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi.
Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi
harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 6


yang lengkap termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya.
c) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu yang dapat
dilakukan dengan berbgai cara, antara lain pengukuran tinggi badan
(TB), berat badan (BB).
Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat diukur menggunakan
tinggi lutut (TL), atau pengukuran lainnya seperti Lingkar lengan Atas
(LLA) untuk mengestimasi berat badan.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa
ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu ratio
BB terhadap TB.
Parameter antopometri yang penting untuk melakukan evaluasi status
gizi pada bayi, anak remaja dan pertumbuhan dapat digambarkan
melalui pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar
kepala dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada
pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan
menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik.
Pengukuran BB perlu mempertimbangkan hal-hal diantaranya kondisi
kegemukan dan edema.

d) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan
masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan tanda-tanda vital
dan antopometri yang dapat dikumpulkan dari hasil wawancara dengan
pasien. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkiait gizi, edema,
asites, kondisi gigi geligi, masa otot yang hilang, lemak tubuh
menumpuk, dll.
e) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu ;
(1) Riwayat obat obatan yang digunakan pasien
(2) Status sosial, ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,
dukungan pelayanan kesehatan serta hubungan social
(3) Riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit
kronik atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga
(4) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, tingkat pendidik

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 7


a. Asesmen Gizi Pasien Dewasa
1) melakukan pengisian identitas pasien

2) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel
dibawah ini .
Pengukuran dimulai dari siku (olekranon) hingga titik tengah prosesus
stiloideus (penonjolan tulang di pergelangan tangan), jika memungkinkan,
gunakanlah tangan kiri.

3) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan


atas (LLA)
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan
lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu
(akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel
terlalu ketat
4) Langkah 3: adanya penurunan berat badan yang tidak direncanakan/tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir rentang skor 0-2
Apabila ada berat badan sebanyak :
-1-5 kg skor1
- 6-10 kg skor 2
- 11-15 kg skor 3
- >15 kg skor 4
Tidak tahu berapa kg penurunanya skor 2
5) Langkah 4 : a s u p a n m a k a n b e r k u r a n g k a r e n a p e n u r u n a n
nafsu makan/ kesulitan menerima makanan skor 0-1
6) Langkah 5: total skor dari langkah 3 dan 4 apabila >=2 pasien beresiko
malnutrisi, perlu dilakulaksana panduan tata laksana untuk merencanakan strategi
keperawatan sebagai berikut:

a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan
usia > 75 (tiap tahun).

b) Risiko sedang
Observasi:
– Catat asupan makanan selama 3 hari
Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 8
– Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap
2-3 bulan).
– Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian
nutrisi secara teratur
c) Risiko tinggi
Tatalaksana:
– Rujuk ke ahli gizi
– Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
– Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di
rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum (tiap bulan).
7 . jika dalam pengkajian awal pasien
menunjukkan adanya resiko maltnutrisi
perlu dilakukan proses asuhan gizi lanjut
meliputi assessment gizi lanjut dewasa,
gizi, rencana monitoring evaluasi gizi
yang dilakukan oleh ahli gizi
8. mendokumentasikan hasil assessment
gizi awal pasien ke dalam rekam medis pasien
diruangan
b. Asesmen Gizi Pasien A nak
langkah-langkah melakukan assessment gizi awal anak sebagaai berkut:

1) M elakukan pengisian identitas pasien


2)melakukan pengukuran berupa berat
badan, tinggi badan/panjang badan
3) pasien tampak kurus skor 0-1
4) adanya kondisi diare, muntah,
pengurangan asupan makanan skor 1-2
5) adanya penyakit atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko mengalami
maltnutrisi skor 0-2
6) total skor 0 resiko rendah
Skor 1-3 resiko sedang
Skor 4-5 resiko tinggi
7) m e n y i m p u l k a n Asesmen Gizi Anak <
13 tahun
Dengan melihat grafik Z – Score WHO 2005,
dengan uraian sebagai berikut :
>3 SD : Obesitas
2 SD – 3 SD : Gizi Lebih
- 2 SD – 2 SD : Gizi baik
- 2 SD - - 3 SD: Gizi kurang
- 3 SD : Gizi buruk

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 9


8) jika dalam pengkajian gizi awal pasien anak menunjukkan adanya malnutrisi
maka ahli gizi rumah sakit menyusun PAGT ( proses asuhan gizi terstandart)
yang isinya ADIME ( Assessment, Diagnosa Gizi, Intervensi, Monitoring, dan
Evaluasi)
9) mendokumentasikan hasil assessment gizi awal pasien ke dalam rekam medis
diruangan

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 1


0
BAB IV

DOKUMENTASI

Rekam Medis

1. SPO pengisian screening pasien dewasa dengan metode MST


2. SPO pengisian screening pasien anak dengan metode strong kids
3. SPO assessment pasien
4. SPO asuhan gizi
5. SPO asuhan gizi resiko tinggi
6. SPO monitoring terapi gizi
7. SPO pelayanan gizi pasien eawat inap
8. SPO pemberian terapi nutrisi
9. SPO penyuluhan dan konsultasi gizi rawat jalan
10. SPO penyuluhan dan konsultasi gizi rawat inap
11. SPO perencanaan teerapi nutrisi
12. SPO hidangan sehari ( recall 24 jam) sebelum sakit/sebelum dirawat
13. SPO pengukuran antropometri
14. SPO pengukuran alternatif antropometri apabila dalam keadaan berbaring pada
pasien dewasa
15. SPO perhitungan status gizi pasien dewasa
16. SPO perhitungan status gizi bayi dan anak balita
17. SPO pengukuran berat badan bayi
18. SPO pengukuran panjang badan bayi dan anak yang belum bias berdiri
19. SPO pengukuran berat badan anak yang belum bias berdiri
20. SPO screening gizi
21. SPO visit gizi
22. SPO pengukuran alternatif apabila timbangan bayi

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 1


1
BAB V

PENUTUP

Asesmen gizi merupakan tahap penting dalam proses terapi gizi. Asesmen awal/
skrining gizi dilakukan oleh perawat sementara asesmen gizi / asesmen lanjut dilakukan
oleh dietisien dan dokter SpGK bersama-sama dengan pembagian tugas dan wewenang
yang sudah ditentukan. Tindak lanjut dari asesmen adalah penentuan diagnosis gizi,
intervensi gizi, dan monitoring evaluasi kemudian dilanjutkan asesmen ulang untuk
melihat dampak intervensi gizi terhadap pasien. Oleh karena tingginya prevalensi
malnutrisi di RS, maka skrining gizi dilakukan pada semua pasien baru dan asesmen gizi /
lanjut dilakukan pada pasien baru yang malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Asesmen ulang
dilakukan setelah dilakukan intervensi. Tersedianya panduan bagi pelaksana pelayanan gizi
klinik untuk menjalankan prosedur dalam pemberian gizi yaitu asesmen gizi.

Ditetapkan di: PALEMBANG

Pada tanggal :

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang


Direktur,

drg. Durror En Nasik, MARS

Rumah Sakit Pelabuhan Palembang 1


2

Anda mungkin juga menyukai