Skip to content
Home
About
Akreditasi
Format Pengkajian Keperawatan
Pengumuman
Program Akademik
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1. Batasan Masalah
Masalah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan Ketoasidosis
Diabetik.
1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah konsep teori dari penyakit KAD ?
3. Bagaimana pengkajian keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
4. Bagaimana diagnosa keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
5. Bagaimana intervensi keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
6. Tujuan
7. Tujuan umum
Diharapkan dapat memahami dan menegetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan KAD.
2. Tujuan Khusus
3. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit pada pasien KAD.
4. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan KAD.
5. Mahasiswa mampu mengetaui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
KAD.
6. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
KAD.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi
Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat adanya defisiensi insulin
yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan kadar hormone yang berlawanan dengan
isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13)
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau akut dari diabetes tipe 1, yang
di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau
defisiensi insulin. KAD di karakteristikkan dengan hiperglikemia, asidosis metanolik, dan
keton sebagai akibat kekurangannya insulin. (Krisanty, 2009, hal. 137)
Jadi Ketoasidosis Diabetik adalah suatu kondisi gawat di mana terjadi akibat adanya
defisiensi insulin yang bersifat absolut atau kekurangan insulin dan menimbulkan
meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton.
2. Etiologi
Pada pasien ketoasidosis diabetik biasanya karena tidak adanya atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau dengan diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
terobati.(Wijaya, 2013, hal. 13)
1. Poliuria
Terdapatnya badan keton didalam urin disebut ketonuria. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan kadarnya di urin meningkat. Meningkatnya kadar glukosa
urin akan menyebabkan volume urin bertambah sehingga cairan didalam tubuh akan
berkurang dan adanya hiperglikemi yang mengakibatkan poliuria dan polidipsi.
2. Polidipsi
Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
1. Dehidrasi
Hasil dari hiperosmolaritas adalah perpindahan cairan dari dalam sel ke serum, hal ini
menyebabkan hilangnya cairan dalam urin sehingga terjadi perubahan elektrolit dan dehidrasi
total pada tubuh.
Pasien dengan kondisi dehidrasi progresif dapat mengalami penurunan status mental hingga
koma.
1. Kelemahan umum
Karena mengalami : mual, muntal nyeri abdomen,hiperventilasi, napas bau buah, adanya
perubahan tingkat kesadaran,koma,kematian.
1. Letargi ( mengantuk )
Dikarenakan cairan yang dikeluarkan oleh tubuh tidak normal, dan tumuh mengalami
kelemasan dan akan mengalami latergi ( mengantuk )
kondisi KAD dapat menyebabkan gejala gastrointestinal muncul, seperti mual, muntah dan
nyeri perut. Gejala mual dan muntah dipicu oleh ketonemia dan asidosis, yang mana akan
semakin diperberat oleh kondisi kehilangan cairan dan elektrolit.
1. Nyeri abdomen
1. Takikardi
Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad
ventilasi (peranfasan Kussmaul).
1. Hipotensi
adanya defisiensi cairan pada KAD. Suhu pasien KAD yang meningkat tidak disebabkan oleh
kondisi KAD itu secara langsung, melainkan suatu pertanda bahwa terdapat infeksi yang
menyebabkan KAD tersebut tercetus
1. Hipotermia
Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui
urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik
Karena adanya peningkatan badan keton, maka nafas akan berbau aseton (bau manis seperti
buah)
pasien yang sudah mengalami kondisi asidemia akan melakukan kompensasi dengan
meningkatkan kecepatan pernapasannya sehingga timbul pernapasan yang cepat dan dalam
dan menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari
pembentukan badan keton.. (Jeffery, 2012, hal. 254)
4. Patofisiologi
Ketoasidosis diabetik di tandai oleh kekurangan relatif atau absolut insulin. Insulin mungkin
ada, tapi tidak di dalam jumlah yang cukup untuk peningkatan kebutuhan glukosa yang dapat
berhubungan dengan adanya stresor (infeksi). Ketika tubuh kekurangan insulin dan tidak
dapat menggunakan KH untuk energi, hal ini memaksa untuk menggunakan lemak dan
protein. Produksi berlebihan hormon-hormon skunder melawan pengaturan (glukagon,
katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan) terhadap stres tampaknya memainkan peran
penting dalam perkembangan ketoasidosis diabetik. Hormon-hormon antagonis ini
mempengaruhi insulin dan membantu perkembangan ketoasidosis diabetik dengan
mempertinggi hiperglikemia, diuresis osmotik, lipolisis dengan hiperglikemia skunder, dan
asidosis. Figur 45-7 merangkum patofisiologi yang terlibat. Proses pemecahan lemak untuk
bahan bakar mengarah kepada 3 kejadian patologis: ketosis dan asidosis, dehidrasi, serta
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. (M Black, 2009, hal. 662)
Efek metabolik dari ketidakcukupan insulin pada metabolisme lemak diperiksa sebelumnya.
Pada ketoasidosis diabetik, penyangga asam dengan bikarbonat, yang di ekskresikan sebagai
CO2 dan air , gagal untuk mengompensasi ketosis. (M Black, 2009, hal. 662)
Dehidrasi
Pasien dengan ketoasidosis kehilangan cairan dari beberapa sumber. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar urine di dalam upaya tubuh untuk menghilangkankelebihan glukosa dan
keton. (M Black, 2009, hal. 662)
Ketidakseimbangan elektrolit
Oleh karena pH darah turun (asidosis), akumulasi ion hidrogen pindah dari cairan
ekstraseluler ke cairan intreaseluler. Pergerakan ion hidrogen ke dalam sel meningkatkan
pergerakan kalium keluar sel menuju ke dalam cairan ekstraseluler.
Phatway:
Kehilangan kalium
*ketosis
*asidosis
muntah
Dehidrasi
Syok
< volume cairan dan elektrolit
Rasa haus
polidipsi
Angka pH tubuh dan darah manusia yang seimbang berada pada pH 7,3 – 7,5. Artinya tubuh
yang sehat justru harus bersifat agak basa (alkalin). pH tubuh yang tidak seimbang dapat
menimbulkan gangguan metabolisme, yang berujung pada gangguan kesehatan secara umum.
pH normal dalam tubuh adalah 7,35-7,45 jika pH kurang dari tersebut akan menimbulkan
gagal ginjal.
Jika ph 7,1 maka itu artinya tubuh terlalu asam. Ini sangat berbahaya karena tubuh tidak bisa
mentolerir ketidakseimbangan asam dalam waktu lama. Jika pH terlalu rendah itu artinya
terjadi penumpukan karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang tinggi akan membuat
pernafasan jadi sulit.
Kondisi tubuh yang asam menyebabkan kelelahan, nyeri, kulit melepuh, sakit kepala,
mengantuk, alergi, pilek dan flu, masalah sinus. Kadar oksigen menurun akibat penumpukan
karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun sel-sel tubuh akan mati. Orang yang
memiliki tubuh terlalu asam lebih gampang terkena bakteri atau virus. Asal tahu saja, sel
kanker lebih mudah berkembang jika tubuh dalam kondisi asam yang berlebihan.
Darah yang asam akan memblokir penyerapan vitamin, membuat racun tersumbat dalam sel,
memperlambat fungsi organ, mengganggu sistem pencernaan yang baik, mengeluarkan
banyak gas dan perut kembung, menyebabkan kenaikan berat badan tidak sehat dan
mempercepat proses penuaan. (Krisanty, 2009, hal. 138)
6. Komplikasi
1. Riwayat kesehatan
2. Keluhan Utama
Pasien sering mengalami dehidrasi dan syok yang di sebabkan defesiensi cairan.
3. Riwayat Pengobatan
4. Penggantian cairan yang hilang.
5. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan gluconeogenesis sel hati dengan pemberian
insulin.
6. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD. (Wijaya, 2013, hal. 16)
7. Pemeriksaan Fisik
8. Keadaan umum
9. Kesadaran
Pasien KAD biasanya mengalami kesadaran delirium. Dimana pasien mengalami penurunan
kesadaran disertai kekacauan motorik. (Krisanty, 2009, hal. 137)
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang secara tiba-tiba).
Nadi : tachycardia(denyut jantung yang lebih cepat >100/menit.
RR : tachypnea sampai pernapasan kussmaul(pernafasan cepat dan dangkal
biasanya>60 hembusah/menit.
Ekg : T mungkin elevasi.(Krisanty, 2009, hal. 138)
2. Body Sistem
3. Sistem pernafasan (Wijaya, 2013, hal. 16)
Inspeksi: bentuk dada simetris, kusmaul( cepat dan dalam), kesimetrisan dada pada
pria
Perkusi: sonor
Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada dada
Auskultasi : bunyi paru hilang timbul
Isnpeksi: takikardi
Palpasi: distritmia,distensi vena jugularis.
Perkusi: hipertensi
Auskultasi:
1. Sistem perkemihan
1. Sistem percernaan
1. Sistem intergumen
1. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : Sulit bergerak, kram otot, tonus obat menurun, kelemahan (Tarwoto, 2010,
hal. 258)
1. Sistem reproduksi
Impontent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita dan keputihan. (Wijaya I. S.,
2013, hal. 17)
1. Pemeriksaan penunjang
2. Pada pasien KAD ,kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memperlihatkan kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau
lebih ( yang biasanya bergantung pada drajat dehidrasi ).
1. Harus didasari bahwa ketoasidosis diabetik tidak slalu berhubungan dengan
kadar glukosa darah.
2. Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100-200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
Bukti adanya ketoasidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah ( 0-15
mEq/L ) dan pH yang rendah ( 6,8-7,3 ). Tingkat pCO yang rendah (10-30 mmHg )
mencerminkan kompensasi respiratorik ( pernafasan kusmaul ) terhadap asidosis metabolik.
Akumulasi badan keton ( yang mencetus asidosis ) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin.
Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal atau tinggi,sesuai jumlah cairan yang hilang
( dehidrasi ). Sekalipun terdapat pemekatan plasma harus di ingat adanya deplesi total
elektrolit tersebut ( dan elektrolit lainnya ) yang amoak nyata dari tubuh. Akhirnya elektrolit
yang mengalami penurunan ini harus di ganti.
Kenaikan kaar kreatinin, urea nitrogen darah ( BUN ) Hb, Hmt juga dapat terjadi pada
dehidrasi. Setelah terapi dehidarsi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang
terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufiensi renal. (Wijaya, 2013,
hal. 15)
2. Analisa darah
3. GDS :hiperglikemia >250 mg/dl, HbA1c meningkat
4. Darah lengkap leukosit meningkat akibat infeksi
5. Pemeriksaan AGD, pH arteri <7.30, bikarbonat menurun (<15 mmol/L)
6. Aseton plasma meningkat
7. Pemeriksaan elektrolit adanya hiponatrimia dan hiperkalemia
8. Pemeriksaan EKG, adanya tanda hiperkalemia, miokardiak infark.
9. Kultur urin untuk menentukan adanaya infeksi
10. Urinalis, adanya keton dan glukosa
11. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat pada dehidrasi
12. Anion gap meningkat (25-35 mmol/L)
13. Peningkatan serum amilase.
1. Penatalaksaan
Berikan kristaloid sesuai intruksi untuk mengoreksi dehidrasi. Bolus NS sampai 1000
ml/jam mungkin di perlukan hingga haluaran urine. TTV, dan pengkajian klinis
menggambarkan status hidrasi yang adekuat. Resusitasi cairan yang kurang agresif
mungkin di perlukan pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskuler, terutama
gagal jantung. Salin setengah normal mungkin di perlukan pada pasien tersebut,
bukan NS. Tambahkan dekstrosa 5% pada infus intravena ketika glukosa serum ≤250
mg/dl, untuk mencegah hipoglikemia rebound.
Berikan seteguk air atau kepingan es sedikit dan sering jika pasien diizinkan untuk
mengonsumsi cairan melalui mulut.
Berikan higiene oral secara sering karena dehidrasi menyebabkan kekeringan pada
membran mukosa.
Berikan terapi insulin intravena sesuai intruksi. Regimen tipikal di mulai dengan dosis
muatan 0,15 U insulin/kg, yang dilanjutkan dengan infusi dengan rumatan 0,1 U
insulin /kg/jam. Drip insulin mungkin di hentikan dan insulin SK mungkin di berikan
pada saat glukosa serum ≤250 mg/dl, asidosis sikoreksi, dan pasien mampu
menoleransi asupan per oral.
2. Diagnosa keperawatan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan
Faktor resiko:
Faktor resiko
1. Diabetes militus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)
1. Resiko syok
Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
Faktor resiko:
1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Hipotensi
4. Kekuranagn volume cairan
5. Sepsis
6. Sindrom respons inflamasi sistemik
1. Perdarahan
2. trauma multipel
3. Pneumothoraks
4. Infark miokard
5. Kardiomiopati
6. Cedera medula spinalis
7. anafilaksis
8. Sepsis
9. Koagulasi intravaskuler
Penyebab
Kondisi klinis
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amvotropic lateral sclerosis
Revrensi
1. Luka bakar
2. Kanker
3. Infeksi
4. AIDS
5. Enterokolitis
6. Fibrosis kistik
3. Intervensi
4. Volume Cairan, Resiko Ketidak Seimbangan(Wilkinson, 2014, hal. 178)
5. Tujuan/ kriteria hasil
Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbnagan cairan, hidrasi yang
adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.
2. Contoh lain
3. Memiliki konsterasi urin yang normal.
4. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien
5. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentan yang diharapkan
6. Tidak mengalami haus yang tidak normal.
7. Pengkajian
8. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
9. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya,
diare, drainase luka, penghisapan nasogastrik, diaforesis, dan drainase ileostomi)
10. Pantau pendarahan (misalnya, periksa semua sekret dari adanya darah nyata atau
darah samar).
11. Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambha buruknya dehidrasi (misalnya, obat-
obatan, demam, stres, dan progam pengobatan)
12. Penyuluan terhadap pasien dan keluarga
5. Aktivitas lain
6. Lakukan hygine oral secara sering
7. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang diinginkan
sepanjang shif siang, sore, dan malam
8. Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
9. Ubah posisi pasien terndelenbrug atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi kecuali
dikontraindikasikan.
10. Aktivitas kolaboratif
11. Laporkan dan catat haluaran kurang dari<250 ml
12. Laporkan dan catat haluaran lebih dari>250 ml
13. Laporkan abnormalitas elektrolit
Kadar glukosa darah stabil, yang dibuktikan oleh kadar glukosa, hemoglobin terglikolosasi,
glukosa urin, dan keton urin (sebutkan 1-5: penyimpangan sangat berat, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal)
2. Contoh lain
3. Menunjukan prosedur yang benar untuk memeriksa kadar glukosa darah.
4. Mematuhi regimen yang diprogamkan untuk pemantauan glukosa darah
5. Mematuhi rekomendasi diet dan latihan fisik
6. Memperlihatkan prosedur yang benar untuk pemberian obat secara mandiri
7. Pemgkajian
8. Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan glukosa
9. Pantau kadar glukosa serum (dibawah 60 mg/dl menunjukan hipolglikemia; diatas
300 mg/dl menunjukan hiperglikemia) Sesuai dengan progam atau protokol
10. Pantau keton urin
11. Pantau asupan dan haluaran
12. Penyuluhan keluarga/pasien
13. Beri informasi mengenai diabetes
14. Berikan informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik untuk mencapai
keseimbangan kadar glukosa
15. Beri informasi mengenai obat-obatan yang digunakan untuk mengendalikan diabetes
16. Beri informasi mengenai penatalaksanaan diabetes selama sakit
17. Aktivitas lain
1. Resiko syok
2. Tujuan/ kriteria hasil
Pasien tidak akan mengalami syok, yang ditunjukan dengan perfusi jaringan: selular adekuat,
tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Contoh lain
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal untuk pasien (sebagai aturan, tekanana darah
minimal 90 mmHg, denyut jantung antara 60 dan 100 kali/ menit dengan irama
normal, dan kecepatan pernafasan 12 dan 20 kali/ menit)
4. Haluaran urnie normal (0,5 ml / kg / jam)
5. Asupan dan haluaran cairan seimbang
6. Pengkajian
7. Pantau asupan haluaran, termasuk luka, dan muntah
8. Pantau tanda-tanda vital
9. Pantau warna dan kelembapan kulit
10. Penyuluhan pasien/ keluarga
11. Ajarkan pasien atau keluarga tentang mencegah infeksi(mis., perawatan luka dan
kulit)
12. Ajarkan tanda dan gejala syok (mis., kehilangan cairan) ajarakan untuk melaporkan
gejala ini
13. Aktivitas lain
14. Siapkan untuk memberikan cairan, dan elektrolit
15. Gunakan metode aseptik ketat untuk mencegah infeksi (mis., perawatan luka aseptik)
16. Berikan nutrisi oral, enternal, dan parenteral
17. Aktivitas kolaborativ
18. Berikan medikasi yang diprogramkan untuk menangani faktor resiko (mis., obat
vasoaktif)
19. Rujuk ke Dokter Gizi jika diperlukan diet khusus untuk meningkatkan kesehatan atau
penyembuhan sistem imun.
(Wilkinson, 2014, hal. 395-396)
Memperlihatkan status nutrisi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal):
asupan gizi, asupan makanan, dan asupan cairan
2. Contoh lain
3. Memperthankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
4. Melaporkan tingkat energi yang adekuat.
5. Pengkajian
6. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
7. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
8. Menejemen nutrisi NIC:
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
5. Aktivitas lain
6. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan
makan, kesukaan dan ketidak sukaan pasien, serta suhu makanan
7. Suapin pasien, jika perlu
8. Menejemen nutrisi NIC:
Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian makanan, jika perlu
6. Aktivitas kolaborativ
7. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
8. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
9. Menegemen nutrisi NIC: tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi,
jika di perlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang di butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Jeffery. (2012). Master Plan Kegawat Daruratan Medik. Tanggerang: Binarupa Aksara.
Krisanty, P. (2009). Asuhan Perawat Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.
PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Advertisements
Report this ad
Share this:
Twitter
Facebook
Related
About samoke2012
Staf Pengajar di Prodi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi
View all posts by samoke2012 →
This entry was posted in Keperawatan Medikal Bedah. Bookmark the permalink.
← ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT THYPOID
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA →
Leave a Reply
Recent Posts
o PENDIDIKAN KESEHATAN
o PUSKESMAS
o BPJS
o SISTEM KESEHATAN NASIONAL
o SDG’S
Archives
o May 2019
o January 2019
o September 2018
o August 2018
o March 2017
o February 2017
o October 2015
o December 2012
o November 2012
o October 2012
o September 2012
Categories
o Askep Komunitas 2
o Asuhan Keperawatan Keluarga
o Asuhan Keperawatan Klinik 8
o Berpikir Ilmiah
o Ilmu Keperawatan Gerontik
o Jabatan Fungsional Akademik 2017
o Keperawatan gawat darurat
o Keperawatan Jiwa
o Keperawatan Komunitas 1
o Keperawatan Maternitas
o Keperawatan Medikal Bedah
o Kumpulan Soal KMB 1
o Pengantar Riset
o Transkultural Nursing
Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com
Advertisements
Report this ad
Nursing Science
Create a free website or blog at WordPress.com.
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy