Anda di halaman 1dari 22

Nursing Science

Pembelajaran ilmu keperawatan

Skip to content

 Home
 About
 Akreditasi
 Format Pengkajian Keperawatan
 Pengumuman
 Program Akademik

← ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT THYPOID


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA →

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan


Ketoasidosis Diebetik
Posted on September 1, 2018 by samoke2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut DM 1 yang di tandai oleh Hiperglikemia,


lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis (produksi keton),
keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskular, hiperkalemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis metabolik. Akibat defisiensi insulin
absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake glukosa oleh sel otot, peningkatan produksi
glukosa oleh hepar, dan terjadi peningkatan metabolisme asam lemak bebas menjadi keton.
Walaupun hiperglikemia, sel tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
sehingga memerlukan konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton untuk
energi.(Tarwoto N. S., 2010, hal. 257)
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut yang serius pada pasien diabetes militus.
Keadaan hiperglikemia ini merupakan keadaan emergensi yang memputuhkan penanganan
cepat dan akurat karena dapat menimbulkan kematian. Pasien dengan ketoasidosis diabetik
mempunyai karakteristik hiperglikemia, asidosis dan ketosis. (Stillwell, 2011, hal. 243)

1. Batasan Masalah

Masalah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan Ketoasidosis
Diabetik.

1. Rumusan Masalah
2. Bagaimanakah konsep teori dari penyakit KAD ?
3. Bagaimana pengkajian keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
4. Bagaimana diagnosa keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
5. Bagaimana intervensi keperawatan klien dengan gangguan KAD ?
6. Tujuan
7. Tujuan umum

Diharapkan dapat memahami dan menegetahui tentang konsep teori dan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan KAD.

2. Tujuan Khusus
3. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit pada pasien KAD.
4. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan KAD.
5. Mahasiswa mampu mengetaui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
KAD.
6. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
KAD.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi

Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat adanya defisiensi insulin
yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan kadar hormone yang berlawanan dengan
isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13)
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau akut dari diabetes tipe 1, yang
di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau
defisiensi insulin. KAD di karakteristikkan dengan hiperglikemia, asidosis metanolik, dan
keton sebagai akibat kekurangannya insulin. (Krisanty, 2009, hal. 137)

Jadi Ketoasidosis Diabetik adalah suatu kondisi gawat di mana terjadi akibat adanya
defisiensi insulin yang bersifat absolut atau kekurangan insulin dan menimbulkan
meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton.

2. Etiologi

Pada pasien ketoasidosis diabetik biasanya karena tidak adanya atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :

1. Insulin tidak diberikan atau dengan diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
terobati.(Wijaya, 2013, hal. 13)

3. Tanda dan Gejala

Ketoasidosis kebanyakan kompilokasi dari penyakit DM tipe I yang disebabkan oleh


kekurangan insulin yang di hasilkan oleh pangkreas yang dapat menyebabkan beberapa tanda
dan gejala sebagai berikut :

1. Poliuria
Terdapatnya badan keton didalam urin disebut ketonuria. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan kadarnya di urin meningkat. Meningkatnya kadar glukosa
urin akan menyebabkan volume urin bertambah sehingga cairan didalam tubuh akan
berkurang dan adanya hiperglikemi yang mengakibatkan poliuria dan polidipsi.
2. Polidipsi

Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

1. Dehidrasi

Hasil dari hiperosmolaritas adalah perpindahan cairan dari dalam sel ke serum, hal ini
menyebabkan hilangnya cairan dalam urin sehingga terjadi perubahan elektrolit dan dehidrasi
total pada tubuh.

Pasien dengan kondisi dehidrasi progresif dapat mengalami penurunan status mental hingga
koma.

1. Kelemahan umum
Karena mengalami : mual, muntal nyeri abdomen,hiperventilasi, napas bau buah, adanya
perubahan tingkat kesadaran,koma,kematian.

1. Letargi ( mengantuk )

Dikarenakan cairan yang dikeluarkan oleh tubuh tidak normal, dan tumuh mengalami
kelemasan dan akan mengalami latergi ( mengantuk )

1. Nause atau muntah

kondisi KAD dapat menyebabkan gejala gastrointestinal muncul, seperti mual, muntah dan
nyeri perut. Gejala mual dan muntah dipicu oleh ketonemia dan asidosis, yang mana akan
semakin diperberat oleh kondisi kehilangan cairan dan elektrolit.

1. Nyeri abdomen

Nyeri abdomen disebabkan oleh distensi lambung atau ileus.

1. Takikardi

Diabetik ketoasidosis yang membahayakan jiwa umumnya menimbulkan takikardia dan


denyut yang tipis.

Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajad
ventilasi (peranfasan Kussmaul).

1. Hipotensi

adanya defisiensi cairan pada KAD. Suhu pasien KAD yang meningkat tidak disebabkan oleh
kondisi KAD itu secara langsung, melainkan suatu pertanda bahwa terdapat infeksi yang
menyebabkan KAD tersebut tercetus

1. Hipotermia

Penurunan suhu tubuh yang membuatnya selalu merasa dingin

1. Perubahan stastus mental dan koma

Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui
urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik

1. Peningkatan peristaltik usus


Adanya rasa mual, muntah maka akan terjadi peningkatan peristaltik usus

1. Bau napas aseton

Karena adanya peningkatan badan keton, maka nafas akan berbau aseton (bau manis seperti
buah)

1. Respirasi kusmaul ( napas cepat dan dangkal )

pasien yang sudah mengalami kondisi asidemia akan melakukan kompensasi dengan
meningkatkan kecepatan pernapasannya sehingga timbul pernapasan yang cepat dan dalam
dan menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari
pembentukan badan keton.. (Jeffery, 2012, hal. 254)

4. Patofisiologi

Ketoasidosis diabetik di tandai oleh kekurangan relatif atau absolut insulin. Insulin mungkin
ada, tapi tidak di dalam jumlah yang cukup untuk peningkatan kebutuhan glukosa yang dapat
berhubungan dengan adanya stresor (infeksi). Ketika tubuh kekurangan insulin dan tidak
dapat menggunakan KH untuk energi, hal ini memaksa untuk menggunakan lemak dan
protein. Produksi berlebihan hormon-hormon skunder melawan pengaturan (glukagon,
katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan) terhadap stres tampaknya memainkan peran
penting dalam perkembangan ketoasidosis diabetik. Hormon-hormon antagonis ini
mempengaruhi insulin dan membantu perkembangan ketoasidosis diabetik dengan
mempertinggi hiperglikemia, diuresis osmotik, lipolisis dengan hiperglikemia skunder, dan
asidosis. Figur 45-7 merangkum patofisiologi yang terlibat. Proses pemecahan lemak untuk
bahan bakar mengarah kepada 3 kejadian patologis: ketosis dan asidosis, dehidrasi, serta
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. (M Black, 2009, hal. 662)

Ketosis dan asidosis

Efek metabolik dari ketidakcukupan insulin pada metabolisme lemak diperiksa sebelumnya.
Pada ketoasidosis diabetik, penyangga asam dengan bikarbonat, yang di ekskresikan sebagai
CO2 dan air , gagal untuk mengompensasi ketosis. (M Black, 2009, hal. 662)

Dehidrasi

Pasien dengan ketoasidosis kehilangan cairan dari beberapa sumber. Pasien mengekskresikan
sejumlah besar urine di dalam upaya tubuh untuk menghilangkankelebihan glukosa dan
keton. (M Black, 2009, hal. 662)

Ketidakseimbangan elektrolit

Oleh karena pH darah turun (asidosis), akumulasi ion hidrogen pindah dari cairan
ekstraseluler ke cairan intreaseluler. Pergerakan ion hidrogen ke dalam sel meningkatkan
pergerakan kalium keluar sel menuju ke dalam cairan ekstraseluler.

(M Black, 2009, hal. 662)


Stres infeksi
Dosis insulin salah diabetes onset baru

Phatway:

Sekresi berlebihan hormon glikogen dan hormon melawan pengaturan lainnya


Peningkatan lipolisis dari jaringan lemak
ketogenesis
Insulin tidak adekuat
Penurunan ambilan glukosa
Hiperglikemia
Diuresis osmotik
Glikogenolisis & glukoneogenesis oleh hati
Perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh

Kehilangan kalium

*ketosis
*asidosis
muntah
Dehidrasi
Syok
< volume cairan dan elektrolit

Rasa haus

polidipsi

(M Black, 2009, hal. 663)


5. Klasifikasi
6. RINGAN : pH darah < 7,3

Angka pH tubuh dan darah manusia yang seimbang berada pada pH 7,3 – 7,5. Artinya tubuh
yang sehat justru harus bersifat agak basa (alkalin). pH tubuh yang tidak seimbang dapat
menimbulkan gangguan metabolisme, yang berujung pada gangguan kesehatan secara umum.

1. SEDANG: pH darah < 7,2

pH normal dalam tubuh adalah 7,35-7,45 jika pH kurang dari tersebut akan menimbulkan
gagal ginjal.

1. BERAT : puh adalah darah < 7,1

Jika ph 7,1 maka itu artinya tubuh terlalu asam. Ini sangat berbahaya karena tubuh tidak bisa
mentolerir ketidakseimbangan asam dalam waktu lama. Jika pH terlalu rendah itu artinya
terjadi penumpukan karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang tinggi akan membuat
pernafasan jadi sulit.
Kondisi tubuh yang asam menyebabkan kelelahan, nyeri, kulit melepuh, sakit kepala,
mengantuk, alergi, pilek dan flu, masalah sinus. Kadar oksigen menurun akibat penumpukan
karbondioksida dalam darah. Jika oksigen turun sel-sel tubuh akan mati. Orang yang
memiliki tubuh terlalu asam lebih gampang terkena bakteri atau virus. Asal tahu saja, sel
kanker lebih mudah berkembang jika tubuh dalam kondisi asam yang berlebihan.
Darah yang asam akan memblokir penyerapan vitamin, membuat racun tersumbat dalam sel,
memperlambat fungsi organ, mengganggu sistem pencernaan yang baik, mengeluarkan
banyak gas dan perut kembung, menyebabkan kenaikan berat badan tidak sehat dan
mempercepat proses penuaan. (Krisanty, 2009, hal. 138)

6. Komplikasi

Komplikasi yang harus di perhatikan dalam kasus KAD :

1. Tidak adekuatnya rehidrasi : tidak adekuatnya rehidrasi di karenakan ginjal


kekurangan perfusi sehingga fungsinya berkurang.
2. Hiperglikemia: keadaan hipergikemia menimbulkan pengeluaran glukosa yang
berlebihan melalui urine, akibat volume plasma yang berkurang akan menyebabkan
ginjal kekurangan perfusi sehingga fungsinya berkurang.dan menyebabkan
hiperglikemia mesakin parah.
3. Hipokalemia: di akibatkan penurunan simpanan kalium dalam tubuh. Kadar kalium
yang rendah dapat terjadi akibat rehidrasi.
4. Asidosis metabolik : keadaan dimana produksi asam yang berkebihan, menurunnya
sekresi asam atau hilangnya alkali tubuh.

(Stillwell, 2011, hal. 254)

1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2. Pengkajian
3. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dari pasien

(Wijaya I. S., 2013, hal. 16)

1. Riwayat kesehatan
2. Keluhan Utama

Menimbulkan gejala gastrointestinal seperti, anoreksia ( gangguan psikologis ), Mual,


muntah,pusing, dan nyeri abdomen. (Wijaya, 2013, hal. 16)

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien sering mengalami dehidrasi dan syok yang di sebabkan defesiensi cairan.

(M Black, 2009, hal. 663)

3. Riwayat penyakit sekarang


4. Adanya keluhan rasa baal, penglihatan kabur, badan tampak kurus, impotent pada
laki-laki dan keputihan pada wanita.
5. Pasien mengeluhkan apa yang di rasakan yang mengacu pada manifestasi
klinis.(Wijaya, 2013, hal. 16)
6. Riwayat kesehatan terdahulu
7. Riwayat Penyakit Sebelumnya
8. Kemungkinan adanya riwayat DM,infeksi.
9. Kemungkinan adanya riwayat malnutrisi.
10. Kemungkinan adanya riwayat obesitas.
11. Kemungkinan adanya riwayat akoholik.

(Wijaya, 2013, hal. 16)

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya riwayat DM dalam anggota keluarga (Wijaya, 2013, hal. 16)

3. Riwayat Pengobatan
4. Penggantian cairan yang hilang.
5. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan gluconeogenesis sel hati dengan pemberian
insulin.
6. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD. (Wijaya, 2013, hal. 16)
7. Pemeriksaan Fisik
8. Keadaan umum
9. Kesadaran
Pasien KAD biasanya mengalami kesadaran delirium. Dimana pasien mengalami penurunan
kesadaran disertai kekacauan motorik. (Krisanty, 2009, hal. 137)

1. Tanda-tanda vital

 Tekanan darah : hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang secara tiba-tiba).
 Nadi : tachycardia(denyut jantung yang lebih cepat >100/menit.
 RR : tachypnea sampai pernapasan kussmaul(pernafasan cepat dan dangkal
biasanya>60 hembusah/menit.
 Ekg : T mungkin elevasi.(Krisanty, 2009, hal. 138)

2. Body Sistem
3. Sistem pernafasan (Wijaya, 2013, hal. 16)

 Inspeksi: bentuk dada simetris, kusmaul( cepat dan dalam), kesimetrisan dada pada
pria
 Perkusi: sonor
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada dada
 Auskultasi : bunyi paru hilang timbul

1. Sistem kardiovaskuler(Wijaya, 2013, hal. 16)

 Isnpeksi: takikardi
 Palpasi: distritmia,distensi vena jugularis.
 Perkusi: hipertensi
 Auskultasi:

Takikardi, hipertensi, distritmia, distensi vena jugularis.

1. Sistem persyarafan(Wijaya, 2013, hal. 16)

 Inspeksi:gangguan pengelihatan, mual, muntah, kesadaran menurun .

1. Sistem perkemihan

 Inspeksi : poliuri (Jeffery, 2012, hal. 254)

1. Sistem percernaan

 Inspeksi: tidak ada massa atau benjolan


 Palpasi: nyeri tekan pada abdomen
 Perkusi: tidak adanya bising usus
 Auskultasi: penurunan bising usus

(Krisanty, 2009, hal. 139)

1. Sistem intergumen

 Inspeksi: kulit kering, terdapat ulkus, nampak kemerahan


 Palpasi: turgor kulit menurun.
(Tarwoto, 2010, hal. 258)

1. Sistem muskuloskeletal

 Inspeksi : Sulit bergerak, kram otot, tonus obat menurun, kelemahan (Tarwoto, 2010,
hal. 258)

1. Sistem reproduksi

 Impontent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita dan keputihan. (Wijaya I. S.,
2013, hal. 17)

1. Pemeriksaan penunjang
2. Pada pasien KAD ,kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl.
Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memperlihatkan kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau
lebih ( yang biasanya bergantung pada drajat dehidrasi ).
1. Harus didasari bahwa ketoasidosis diabetik tidak slalu berhubungan dengan
kadar glukosa darah.
2. Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang
berkisar dari 100-200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.

Bukti adanya ketoasidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah ( 0-15
mEq/L ) dan pH yang rendah ( 6,8-7,3 ). Tingkat pCO yang rendah (10-30 mmHg )
mencerminkan kompensasi respiratorik ( pernafasan kusmaul ) terhadap asidosis metabolik.
Akumulasi badan keton ( yang mencetus asidosis ) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton
dalam darah dan urin.

Kadar natrium dan kalium dapat rendah, normal atau tinggi,sesuai jumlah cairan yang hilang
( dehidrasi ). Sekalipun terdapat pemekatan plasma harus di ingat adanya deplesi total
elektrolit tersebut ( dan elektrolit lainnya ) yang amoak nyata dari tubuh. Akhirnya elektrolit
yang mengalami penurunan ini harus di ganti.

Kenaikan kaar kreatinin, urea nitrogen darah ( BUN ) Hb, Hmt juga dapat terjadi pada
dehidrasi. Setelah terapi dehidarsi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang
terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufiensi renal. (Wijaya, 2013,
hal. 15)

2. Analisa darah
3. GDS :hiperglikemia >250 mg/dl, HbA1c meningkat
4. Darah lengkap leukosit meningkat akibat infeksi
5. Pemeriksaan AGD, pH arteri <7.30, bikarbonat menurun (<15 mmol/L)
6. Aseton plasma meningkat
7. Pemeriksaan elektrolit adanya hiponatrimia dan hiperkalemia
8. Pemeriksaan EKG, adanya tanda hiperkalemia, miokardiak infark.
9. Kultur urin untuk menentukan adanaya infeksi
10. Urinalis, adanya keton dan glukosa
11. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat pada dehidrasi
12. Anion gap meningkat (25-35 mmol/L)
13. Peningkatan serum amilase.

(Stillwell, 2011, hal. 250-251)

1. Penatalaksaan

 Berikan kristaloid sesuai intruksi untuk mengoreksi dehidrasi. Bolus NS sampai 1000
ml/jam mungkin di perlukan hingga haluaran urine. TTV, dan pengkajian klinis
menggambarkan status hidrasi yang adekuat. Resusitasi cairan yang kurang agresif
mungkin di perlukan pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskuler, terutama
gagal jantung. Salin setengah normal mungkin di perlukan pada pasien tersebut,
bukan NS. Tambahkan dekstrosa 5% pada infus intravena ketika glukosa serum ≤250
mg/dl, untuk mencegah hipoglikemia rebound.
 Berikan seteguk air atau kepingan es sedikit dan sering jika pasien diizinkan untuk
mengonsumsi cairan melalui mulut.
 Berikan higiene oral secara sering karena dehidrasi menyebabkan kekeringan pada
membran mukosa.
 Berikan terapi insulin intravena sesuai intruksi. Regimen tipikal di mulai dengan dosis
muatan 0,15 U insulin/kg, yang dilanjutkan dengan infusi dengan rumatan 0,1 U
insulin /kg/jam. Drip insulin mungkin di hentikan dan insulin SK mungkin di berikan
pada saat glukosa serum ≤250 mg/dl, asidosis sikoreksi, dan pasien mampu
menoleransi asupan per oral.

(Tarwoto N. S., 2010, hal. 261)

2. Diagnosa keperawatan
3. Resiko ketidakseimbangan cairan

Definisi: beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan


intravaskuler, interstisial atau intraseluler.

Faktor resiko:

1. Prosedur pembedahan mayor


2. Trauma/pendarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pangkreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal

Kondisi klinis yang terkait

1. Prosedur pembedahan mayor


2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Pendarahan
4. Luka bakar

(PPNI, 2016, hal. 87)

1. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah

Definisi : resiko terhadap variasi glukosa darah dari rentang normal.

Faktor resiko

1. Kurang terpapar informasi tentang managemen diabetes


2. Ketidaktetapan pemantauan glukosa darah
3. Kurang patuh pada rencana managemen diabetes
4. Managemen medikasi tidak terkontrol
5. Kehamilan
6. Periode pertumbuhan cepat
7. Stres berlebihan
8. Penambahan berat badan
9. Kurang dapat menerima diagnosis

Kondisi klinis terkait:

1. Diabetes militus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)

(PPNI, 2016, hal. 90)

1. Resiko syok

Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.

Faktor resiko:

1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Hipotensi
4. Kekuranagn volume cairan
5. Sepsis
6. Sindrom respons inflamasi sistemik

Kondisi klinis terkait

1. Perdarahan
2. trauma multipel
3. Pneumothoraks
4. Infark miokard
5. Kardiomiopati
6. Cedera medula spinalis
7. anafilaksis
8. Sepsis
9. Koagulasi intravaskuler

(PPNI, 2016, hal. 92)

1. Defisit Nutrisi (Ketidakseimbangan Nutrisi )

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Penyebab

1. Ketidakmampuan menelan makanan


2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidak mampuan mengabsorsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi
6. Faktor psikologis

Kondisi klinis

1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amvotropic lateral sclerosis

Revrensi

1. Luka bakar
2. Kanker
3. Infeksi
4. AIDS
5. Enterokolitis
6. Fibrosis kistik

(PPNI, 2016, hal. 56)

3. Intervensi
4. Volume Cairan, Resiko Ketidak Seimbangan(Wilkinson, 2014, hal. 178)
5. Tujuan/ kriteria hasil

Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbnagan cairan, hidrasi yang
adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.
2. Contoh lain
3. Memiliki konsterasi urin yang normal.
4. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien
5. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentan yang diharapkan
6. Tidak mengalami haus yang tidak normal.
7. Pengkajian
8. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan
9. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya,
diare, drainase luka, penghisapan nasogastrik, diaforesis, dan drainase ileostomi)
10. Pantau pendarahan (misalnya, periksa semua sekret dari adanya darah nyata atau
darah samar).
11. Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambha buruknya dehidrasi (misalnya, obat-
obatan, demam, stres, dan progam pengobatan)
12. Penyuluan terhadap pasien dan keluarga

Anjurkan pasien untuk mengimformasikan perawat bila haus

5. Aktivitas lain
6. Lakukan hygine oral secara sering
7. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung asupan yang diinginkan
sepanjang shif siang, sore, dan malam
8. Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan
9. Ubah posisi pasien terndelenbrug atau tinggikan tungkai pasien bila hipotensi kecuali
dikontraindikasikan.
10. Aktivitas kolaboratif
11. Laporkan dan catat haluaran kurang dari<250 ml
12. Laporkan dan catat haluaran lebih dari>250 ml
13. Laporkan abnormalitas elektrolit

(Wilkinson, 2014, hal. 178)

1. Glukosa darah, ketidakstabilan, resiko


2. Tujuan/ kriteria hasil

Kadar glukosa darah stabil, yang dibuktikan oleh kadar glukosa, hemoglobin terglikolosasi,
glukosa urin, dan keton urin (sebutkan 1-5: penyimpangan sangat berat, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal)

2. Contoh lain
3. Menunjukan prosedur yang benar untuk memeriksa kadar glukosa darah.
4. Mematuhi regimen yang diprogamkan untuk pemantauan glukosa darah
5. Mematuhi rekomendasi diet dan latihan fisik
6. Memperlihatkan prosedur yang benar untuk pemberian obat secara mandiri
7. Pemgkajian
8. Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan glukosa
9. Pantau kadar glukosa serum (dibawah 60 mg/dl menunjukan hipolglikemia; diatas
300 mg/dl menunjukan hiperglikemia) Sesuai dengan progam atau protokol
10. Pantau keton urin
11. Pantau asupan dan haluaran
12. Penyuluhan keluarga/pasien
13. Beri informasi mengenai diabetes
14. Berikan informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik untuk mencapai
keseimbangan kadar glukosa
15. Beri informasi mengenai obat-obatan yang digunakan untuk mengendalikan diabetes
16. Beri informasi mengenai penatalaksanaan diabetes selama sakit
17. Aktivitas lain

Manajemen hipoglikemia (NIC)

1. Beri karbohidrat sederhana, sesuai indikasi


2. Beri karbohidrat kompleks dan protein, sesuai indikasi
3. Pertahankan akses intravena, jika perlu
4. Aktivitas kolaborativ
5. Kolaborasi dengan pasien dan tim diabetes untuk membuat perubahan dalam
pengobatan, jika perlu
6. Beri tahu dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia terjadi dan tidak dapat
dikembalikan dengan aktivitas mandiri.

(Wilkinson, 2014, hal. 42-43)

1. Resiko syok
2. Tujuan/ kriteria hasil

Pasien tidak akan mengalami syok, yang ditunjukan dengan perfusi jaringan: selular adekuat,
tanda-tanda vital dalam rentang normal.

2. Contoh lain
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal untuk pasien (sebagai aturan, tekanana darah
minimal 90 mmHg, denyut jantung antara 60 dan 100 kali/ menit dengan irama
normal, dan kecepatan pernafasan 12 dan 20 kali/ menit)
4. Haluaran urnie normal (0,5 ml / kg / jam)
5. Asupan dan haluaran cairan seimbang
6. Pengkajian
7. Pantau asupan haluaran, termasuk luka, dan muntah
8. Pantau tanda-tanda vital
9. Pantau warna dan kelembapan kulit
10. Penyuluhan pasien/ keluarga
11. Ajarkan pasien atau keluarga tentang mencegah infeksi(mis., perawatan luka dan
kulit)
12. Ajarkan tanda dan gejala syok (mis., kehilangan cairan) ajarakan untuk melaporkan
gejala ini
13. Aktivitas lain
14. Siapkan untuk memberikan cairan, dan elektrolit
15. Gunakan metode aseptik ketat untuk mencegah infeksi (mis., perawatan luka aseptik)
16. Berikan nutrisi oral, enternal, dan parenteral
17. Aktivitas kolaborativ
18. Berikan medikasi yang diprogramkan untuk menangani faktor resiko (mis., obat
vasoaktif)
19. Rujuk ke Dokter Gizi jika diperlukan diet khusus untuk meningkatkan kesehatan atau
penyembuhan sistem imun.
(Wilkinson, 2014, hal. 395-396)

1. Defisit nutrisi (ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan)(Wilkinson,


2014, hal. 282-285)
2. Tujuan/ kriteria hasil

Memperlihatkan status nutrisi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak ada penyimpangan dari rentang normal):
asupan gizi, asupan makanan, dan asupan cairan

2. Contoh lain
3. Memperthankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
4. Melaporkan tingkat energi yang adekuat.
5. Pengkajian
6. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
7. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
8. Menejemen nutrisi NIC:

pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

4. Penyuluhan pasien/ keluarga


5. Ajarkan paisen/ keluarga tentang makanan yang bergizi
6. Menejemen nutrisi NIC:

Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya

5. Aktivitas lain
6. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan
makan, kesukaan dan ketidak sukaan pasien, serta suhu makanan
7. Suapin pasien, jika perlu
8. Menejemen nutrisi NIC:

Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian makanan, jika perlu

6. Aktivitas kolaborativ
7. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
8. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
9. Menegemen nutrisi NIC: tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi,
jika di perlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang di butuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi

(Wilkinson, 2014, hal. 282-285)


DAFTAR PUSTAKA

Jeffery. (2012). Master Plan Kegawat Daruratan Medik. Tanggerang: Binarupa Aksara.

Krisanty, P. (2009). Asuhan Perawat Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.

M Black, J. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Singapure: Elsevier.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Stillwell, S. B. (2011). pedoman keperawatan kritis. jakarta: EGC.

Tarwoto, N. S. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Wijaya, I. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedan ( Keperawatan Dewasa ). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2014). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Advertisements
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook

Related

KETOASIDOSISIn "Keperawatan gawat darurat"

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CADIn "Keperawatan Medikal Bedah"

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUSIn "Keperawatan


Medikal Bedah"

About samoke2012
Staf Pengajar di Prodi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi
View all posts by samoke2012 →
This entry was posted in Keperawatan Medikal Bedah. Bookmark the permalink.
← ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT THYPOID
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STRIKTUR URETRA →

Leave a Reply

 Recent Posts
o PENDIDIKAN KESEHATAN
o PUSKESMAS
o BPJS
o SISTEM KESEHATAN NASIONAL
o SDG’S
 Archives
o May 2019
o January 2019
o September 2018
o August 2018
o March 2017
o February 2017
o October 2015
o December 2012
o November 2012
o October 2012
o September 2012
 Categories
o Askep Komunitas 2
o Asuhan Keperawatan Keluarga
o Asuhan Keperawatan Klinik 8
o Berpikir Ilmiah
o Ilmu Keperawatan Gerontik
o Jabatan Fungsional Akademik 2017
o Keperawatan gawat darurat
o Keperawatan Jiwa
o Keperawatan Komunitas 1
o Keperawatan Maternitas
o Keperawatan Medikal Bedah
o Kumpulan Soal KMB 1
o Pengantar Riset
o Transkultural Nursing
 Meta
o Register
o Log in
o Entries RSS
o Comments RSS
o WordPress.com

Advertisements
Report this ad
Nursing Science
Create a free website or blog at WordPress.com.
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai