Anda di halaman 1dari 66

Kesehatan

Lingkungan
Normila, SKM, MKL
PENDAHULUAN

Interaksi manusia dengan


lingkungan hidupnya yaitu
masalah lingkungan
manusia membutuhkan Masalah lingkungan hidup
adalah masalah dunia dan
daya dukung lingkungan sudah ada sejak dahulu,
masalah kita semua.
untuk kelangsungan
hidupnya.

Keadaan ini ternyata


menyebabkan kita berpikir
untuk dapat Daya dukung lingkungan
menanggulangi yang terbatas.
permasalahan lingkungan
secara terpadu dan tuntas.
“Kesehatan adalah suatu keadaan sehat
yang utuh secara fisik, mental dan sosial
WHO menyatakan serta bukan hanya merupakan bebas dari
penyakit”.

Undang Undang No. 9 Tahun 1960 “Kesehatan adalah meliputi kesehatan


badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial
tentang Pokok-Pokok Kesehatan. dan bukan hanya deadaan yang bebas
dinyatakan bahwa dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
LINGKUNGAN

Lingkungan adakah segala


sesuatu yang ada di sekitar kita.

Meliputi tanah, air, udara.

Lingkungan merupakan
tempat hidup manusia
z
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
KESEHATAN LINGKUNGAN

▪ Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan


lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula.

▪ Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan,


pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor atau air limbah, rumah hewan ternak (kandang dan
sebagainya)

▪ usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau


mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.
Faktor yang mempengaruhi Derajat kesehatan
masyarakat
• Derajat kesehatan masyarakat menurut
H.L.Bloom di pengaruhi oleh :
Kesehatan Lingkungan
Dalam diagram yang diusun oleh H.L
Peran Kesehatan Lingkungan Bloom Peran Kesehatan Lingkungan
dalam Kesehatan Masyarakat murapakn faktor yang terbesar dalam
mempengaruhi Kesehatan Masyarakat.

Water borne disease


Peran dari kesehatan lingkungan Air borne disease
adalah mencegah : Field borne disease
Vector born disease
Water Air Food

Water borne Air Borne diseases, Food Borne


diseases, • Merupakan penyakit diseases,
• Penyakit yang ditularkan yang berkaitan dengan • merupakan penyakit
langsung melalui air kondisi udara yang yang disebabkan oleh
minum, di mana air yang mengandung agent agent penyakit yang
diminum mengandung penyakit. Penyakit yang siklus kehidupannya
kuman pathogen tergolong di sini adalah: berhubungan dengan
sehingga menyebabkan TBC, Flu, ISPA, SARS, makanan. Penyakit yang
yang bersangkutan dll. tergolong di sini adalah
menjadi sakit. Penyakit- diare, .
penyakit yang tergolong
water borne diseases
adalah: kolera, typhus,
desentri , dll.
z z
Kesehatan Lingkungan

▪ Water Related Vectors,


▪ Adalah penyakit yang ditularkan oleh
vektor penyakit yang sebagian atau
seluruhnya perindukannya berada di air.
Penyakit yang tergolong di sini adalah
malaria, demam berdarah dengue,
filariasis dsb.
z
z
Bahasan
dalam
Kesehatan Sanitasi tempat-
tempat umum.
Penyediaan air
bersih
lingkungan
Pengendalian
vektor dan Pengolahan
binatang limbah
pengganggu

Pengelolaan
sampah
Pengendalian
hama
pengganggu
 PENGOLAHAN LIMBAH
Sanitasi Tempat-tempat
umum
Penyediaan
Air Bersih
PERUNDANG-UNDANGAN
PROGRAM PENYEHATAN
LINGKUNGAN DAN AIR
PERUNDANG-UNDANGAN
1. UU No, 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-sayarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
4. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
5. Kep. MenKes No. 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001 tentang Pestisida
7. Kep. MenKes No. 1217 tahun 2001 tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi
8. Kep.Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
9. Keputusan bersama menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian Nomor:
881/Menkes/SKB/VIII/1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/Sk/V/2003 Tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.
11. Kep.Men LH No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
kegiatan RS
12. Kep. Menkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 1. UU. No. 23 th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Pasal 16 ayat (1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/ atau kegiatan
 ayat (2): Penaggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dapat menyerahkan pengelolaan limbah tersebut
kepada pihak lain.
 Pasal 17 ayat (1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatab
wajib melakukan pengelolaan B3
 ayat (2): Pengelolaan bahan berbahaya da beracun meliputi:
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan
dan/ atau membuang.
 Pasal 34 ayat (1): Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada
orang lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab
usaha/kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan
hukum tertentu:
 - realisasi asas hukum lingkungan (asas pencemar membayar)
 - tindakan hukum tertentu:
 = memasang IPAL, hingga memenuhi BM
 = memulihkan fungsi lingkungan hidup
 = menghilangkan penyebab timbulnya pencemaran
2. UU No.23 tahun 1992 tentang
Kesehatan
 Pasal 22 ayat (2): Kesehatan lingkungan
dilaksanakan terhadap tempat umum,
lingkungan pemukiman, lingkungan
kerja, angkutan umum dan lingkungan
lainnya.
Pasal 22 ayat (4): Setiap tempat atau
sarana pelayanan umum wajib
memelihara dan meningkatkan
lingkungan yang sehat sesuai dengan
standar dan persyaratan
Tempat atau sarana pelayanan umum,
termasuk RS
 Pasal 35 ayat (1): Penanggung usaha dan/atau kegiatan yang
usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, yang menggunakan B3,
bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang
ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara
langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
 Pasal 35 ayat (2): Penanggung jawab usaha/kegiatan dapat
dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi pada ayat
(1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa
pencemaran/perusakan lingkungan hidup disebabkan salah
salah satu alasan berikut:
 - adanya bencana alam atau peperangan
 - Keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia
 - Tindakan pihak ketiga
 Pengertian bertanggung jawab secara mutlak atau strict
liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh
pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi.
3. Kep.Menkes No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan


atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
2. Sampel Air adalah air yang diambil sebagai contoh yang
digunakan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium
3. Pengelolaan penyediaan Air Minum adalah Badan usaha
yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat
4. Dinas kesehatan adalah Dinas kesehatan
Kabupaten/kota.
PASAL 2

(1) Jenis Air Minum meliputi:


a. Air yg Didistribusikan melalui pipa untuk
keperluan rumah tangga
b. Air yg didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yg digunakan utk produksi bahan
makanan dan minuman yg disajikan kpd
masyarakat; harus memenuhi syarat kualitas air
minum.
(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
Bakteriologis, Kimiawi, Radioaktif dan Fisik
PASAL 3

Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala kegiatan


yang berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.

PASAL 4

Pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota.

Hasil Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib dilaporkan secara


berkala oleh Kepala Dinas kepada Bupati/Wali Kota.

PASAL 6

Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium pemeriksaan


kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/kota.
Dengan ditetapkannya Keputusan
ini , maka Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor :
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan
PASAL 14 Kualitas Air, sepanjang menyangkut
air minum dinyatakan tidak
berlaku lagi.
4. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
1. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang, dan air
pemandian umum
2. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum
3. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak.
4. Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang
digunakan untuk olah raga renang dan kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan.
5. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat-
tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk
pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya
memenuhi kesehatan.
Pasal 2
(1) Kualitas air harus memenuhi syarat kesehtan yang meliputi
persyaratan Mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif.
Pasal 3
(1) Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air
(2) Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Daerah Tingkat II
Pasal 5
(1) Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh
Laboratorium yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Pasal 6
(1) Penyimpangan dari syarat-syarat kualitas air seperti
yang tercantum dalam Peraturan Menteri ini tidak
dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus di bawah
pengawasan Kepala Dinas kesehatan Daerah Tingkat II
setelah berkonsultasi dengan Kakanwil.
Pasal 9
Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji
kualitas airnya
5. Kep. MenKes No. 1407/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara

Pengendalian dampak pencemaraan udara adalah : Upaya Promotif,


preventif, penyelidikan, pemantauan, pengobatan dan pemulihan
terhadap kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
pencemaran udara
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan : rutin dan darurat
C. Penyiapan Sumber Daya Manusia
1. Sumber Daya manusia: Pengetahuan & keterampilan
2. Peralatan: ukur debu,angka kuman, gas
polutan,klimatologi (suhu, kelembaban,cahaya,
kec.angin)
3. Dana : APBN, APBD, Bantuan LN, Pihak
pemrakarsa,dll
D. Monitoring dan Evaluasi
E. Penyuluhan dan Evaluasi
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB SEKTOR
KESEHATAN
PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom pasal 2, ayat (3) bidang Kesehatan
dalam hal Penegendalian dampak Pencemaran Udara
merupakan salah satu upaya dari Survailans
epidemiologi dan pemberantasan Penyakit berbasis
Lingkungan, seperti Ispa dan TB paru, serta kejadian
berbagai kasus pencemaran yang merupakan “New
Emerging Diseases” seperti : Legionellosis dan Sick
building Sindrom.
6. Kep.Menkes No. 1350 tahun 2001
tentang Pestisida
1. Pengelolaan Pestisida adalah : Kegiatan yang meliputi pembuatan,
pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan/pemusnahan pestisida.
2. Pestisida Terbatas adalah Pestisida yang karena sifatnya (fisik dan
kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya, oleh karenanya hanya diijinkan
untuk diedarkan disimpan, dan digunakan secara terbatas.
3. Persyaratan Kesehatan Pestisida adalah : ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk tujuan
melindungi, memelihara, dan/atau mempertinggi derajat kesehatan
dalam pengelolaan pestisida
4. Pengamanan Pengelolaan pestisida adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi keracunan dan
pencemaran pestisida terhadap manusia dan lingkungannya.
Kelas I : Pestisida yg sangat
berbahaya sekali

PASAL 3 berbahaya
Kelas Ib : Pestisida yg sangat

Berdasarkan bentuk Kelas II : Pestisida yg berbahaya


fisik, jalur masuk Kelas III : Pestisida yg cukup
berbahaya
kedalam tubuh dan PASAL 5
daya racunnya bila (3) Perlengkapan pelindung pestisida:
terhirup/terkontam 1. Pelindung kepala (topi)
inasi, dibagi 2. Pelindung mata ( goggle)

menjadi 4 (empat) 3. Pelindung pernafasan (respirator)

kelas yaitu: 4. Pelindung badan (baju overall/apron)


5. Pelindung tangan (glove)
6. Pelindung kaki ( sepatu Boot)
PASAL 6
Tenaga penanggung jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah,
operator dan teknisi pestisida harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Mempunyai kondisi kesehatan yang layak untuk bekerja dibidang
pestisida berdasarkan surat keterangan sehat dari dokter
melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala
b. Mempunyai sertifikat tanda lulus sebagai tenaga penanggung
jawab teknis, supervisor, tenaga penjamah, operator dan teknisi
pestisida oleh Dinas kesehatan di Kabupaten/Kota.
PASAL 8
Tempat pembuatan, penyimpanan, peragaan dan pengangkutan
pestisida harus memenuhi persyaratan kesehatan.
7. Kep. MenKes No. 1217 tahun 2001 tentang
Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi

1. Radiasi adalah : emisi dan penyebaran energi melalui ruang(media) dalam


bentuk gelombang elektromagnet atau partikel-partikel atau elementer
dengan energi kinetik yang sangat tinggi
2. Radiasi pengion adalah : emisi dan penyebaran gelombang elektromagnetik
dan partikel bermuatan yang karena energi yang dimilikinya mampu
mengionisasi media yang dilaluinya.
3. Radiasi non pengion adalah : emisi dan penyebaran gelombang
elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi yang
dimilikinya tidak mampu mengionisasi media yang dilaluinya.
4. Pengamanan dampak radiasi adalah : Upaya
perlindungan kesehatan masyarakat dari
dampak radiasi melalui promosi dan
pencegahan resiko atas bahaya radiasi, dengan
melakukan kegiatan pemantauan, investigasi
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan
dan manusia yang terpajan bahan atau alat
yang mengandung radiasi.
5. Sistem kewaspadaan dini ( SKD ) adalah :
proses pemantauan yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang situasi atau
perkembangan dari suatu peristiwa atau
kejadian penyakit, pencemaraan lingkungan,
dan radiasi yang diperkirakan dapat muncul
menjadi KLB.
PASAL 3
(1) Pengamanan dampak Radiasi kegiatan yang meliputi
kajian epidemilogi dan analisis dampak Kesehatan
Lingkungan
(2) Kegiatan kajian epidemiologi dan analisis dampak
kesehatan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa survey, analisis klinis, analisis
laboratorium dan analisis statistik.
PASAL 12
(1) Pembinaan dan pengawasan pengamanan dampak
radiasi secara nasional dilakukan oleh Direktur Jenderal
yang bertangggung jawab dibidang Kesehatan
lingkungan
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui ; pemberian pedoman, bimbingan,
pelatihan, arahan, dan supervisi.
(3) Pengawasan yang dimaksud dilakukan untuk mencegah,
dan menilai pelaksanaan pedoman atau standar yang
berlaku dalam pengamanan dampak radiasi bagi
kesehatan.
8. Kep.Men. 1. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkandari

LH No. 48 usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu


yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia

tahun 1996 2.
dan kenyamanan lingkungan
Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
tentang Baku dinyatakan dalam satuan desibel disingkat db
Baku Tingkat kebisingan adalah batas maksimal
Tingkat
3.
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
Kebisingan menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan


dB(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan & fasilitas umum 60
7. Rekreasi:
-. Bandara Sesuai MenHub
-. Stasiun KA
-. Pelabuhan Laut 70
-. Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
1. Jasaboga adl perusahaan atau perorangan yang
melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang
disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
9. KEPUTUSAN
2. Hygiene sanitasi makanan adl upaya untuk
MENTERI
mngendalikan faktor makanan, orang, tempat dan KESEHATAN RI
perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat NOMOR
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
715/MENKES/SK/V
3. Persyaratan Hygiene Sanitasi adl ketentuan-
ketentuan teknis kesehatan yang ditetapkan
/2003 TENTANG
terhadap produk jasaboga dan perlengkapannya PERSYARATAN
yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan HYGIENE
fisika
SANITASI
JASABOGA
zJasaboga dikelompokkan dalam

 golongan A, golongan B, dan golongan C.


Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan
masyarakat umum, yang terdiri atas golongan A1, A2, dan A3.
Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani
kebutuhan khusus untuk:
Asrama penampungan jemaah haji;
Asrama transito atau asrama lainnya;
Perusahaan;
Pengeboran lepas pantai;
Angkutan umum dalam negeri, dan
Sarana Pelayanan Kesehatan.
 Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang
melayani kebutuhan untuk alat angkutan umum
internasional dan pesawat udara.
 1. Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari
Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Jasaboga harus memiliki sertifikat hygiene
sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang
penanggung jawab yang mempunyai pengetahuan
hygiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat
hygiene sanitasi makanan.
 Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh dari institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang
undangan yang berlaku.
Pasal 11
(2) Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional melaksanakan
pengawasan jasaboga yang berlokasi di dalam wilayah pelabuhan
10. Kep.Men LH No.58 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi kegiatan RS
Baku mutu Limbah Cair RS: Batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan RS
Pasal 7 :
Penanggung jawab atau pengelola RS
- Mengelola limbah cair hingga memenuhi BM sebelum dibuang
ke lingkungan
- Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup & kedap
air
serta terpisah dengan saluran air hujan.
- Memasang alat ukur debit limbah cair dan catat harian
- Memeriksakan kadar parameter BM limbah cair ke Lab yang
berwenang, sekurangnya satu kali dalam sebulan.
Pasal 8 :

(1) RS yang limbah cair mengandung atau terkena zat radio aktif,
pengelolaannya sesuai ketentuan BATAN
(2) Komponen parameter radioaktivitas yang diberlakukan bagi RS sesuai
dengan bahan radioaktif yang digunakan RS bersangkutan
(3) Bagi RS yang tidak menggunakan bahan radioaktif, tidak diberlakukan
kelompok parameter radioaktivitas dalam pemeriksaan limbah cair RS
yang bersangkutan.
11. Kep. Menkes No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua rungan/unit


dan halaman yang ada didalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit
2. Pencahayaan di dalam rung bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang
bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
3. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam
ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan
4. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan resiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah sakit
2. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Minuman
3. Penyehatan Air
4. Pengelolaan Limbah
5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen ( Laundry)
6. Pengendalian serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu
lainnya.
7. Dekontaminasi melalui Disinfeksi dan Sterilisasi
8. Persyaratan Pengamanan Radiasi
9. Upaya Promosi Kesehatan dari aspek Kesehatan
Lingkungan
Pencemaran lingkungan

Kegiatan Manusia
Arus Arus
SDA Limbah

Lingkungan
Pengendalian Pencemaran

Air Udara

Baku Mutu Air: BM Limbah Cair : BM Emisi (tdk BM Udara


bergerak dan Ambien
1. Kelas satu 1. Industri bergerak).
Pemukiman
2. Hotel BM Kebisingan
2. Kelas Dua Perdagangan
3. Rumah Sakit BM Getaran
3. Kelas Tiga 4. Migas dan Industri
BM Kebauan
Panas Bumi RS, Sekolah
4. Kelas empat ISPU
5. Kawasan dll
Industri
 adalah
 ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, BAKU MUTU
atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam LINGKUNGAN
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup (UU no 23 th 97) HIDUP
Adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
PENCEMARAN energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
LINGKUNGAN sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
kingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
HIDUP peruntukannya
DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

Ilmu Kesehatan Lingkungan


Adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor
kesehatan dan faktor lingkungan
Ilmu Kesehatan Lingkungan
Didukung oleh :
1. Ekologi
2. Ekosistem
3. Pencemaran Lingkungan
4. Amdal
5. Dasar dasar pengelolaan Lingkungan.

Kesehatan -→ Mencakup semua segi kehidupan dengan jangkauan yang


sangat luas.
Status Kesehatan

1. Angka Kesakitan
2. Ratio Penyakit di Masyarakat
3. Promotif, Preventif, kuratif dan Rehabilitatif
4. Bersifat menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan.
Faktor lingkungan/kimia, biologi ataupun Sosial budaya
yang bersifat dinamis dan kompleks. → Kondisi fisiologis
manusia/masyarakat. → Penyakit.

Ekspansi/ ulah manusia → ketimpangan ekologis


dan ketimpangan alam → pencemaran
lingkungan → gangguan fisiologis dan Psikologis
pada masyarakat.
Pengertian sehat sakit

WHO :
Sehat , adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-
mata bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.

Konsep dari WHO :


Manusia dikatakan sehat adalah :

1. tidak sakit 3. tidak lemah 5. bahagia secara


rohani
2. tidak cacat 4. Sejahtera secara sosial 6. Fit secara jasmani.
HUBUNGAN SAKIT/SEHAT DAN
LINGKUNGAN HIDUP

Model Ekologi (Ecologic Models)


Hubungan faktor yang mencakup sektor lingkungan yang
terdiri dari fisik, biologi dan sosial selalu berhubungan
dengan sektor Host dan agent.
Host

Agent Environment

Gambar 1. Segitiga Epidemiologi

Manusia (Host)
Genetic core
Lingk. biologi Lingk. sosial
Lingk. Fisik/ Kimia

Gambar 2. Whell model of Man environment interaction.


Faktor Host
Faktor Agent
Faktor Environment
Lingkungan Hidup Fisik dan Penyakit
Aspek fisik dari lingkungan antara lain panas, sinar, udara dan air, radiasi,
atmosfir
dan tekanan. .

Lingkungan Hidup Biologi dan Penyakit


Agent penyakit infeksius
FAKTOR HOST

 Faktor intrinsik, yang dipengaruhi sifat genetik manusia. Meningkatnya


faktor determinan genetik, berhubungan dg meningkatnya atau
menurunnya kepekaan thd penyakit ttt, hal ini berhub dg kepribadian
manusia spt, agresifitas, ambisius, aktif dan dikejar waktu cenderung (risk
factor) terkena serangan jantung koroner
Faktor Agent

 Agent dari penyakit berlokasi pada lingkungan tertentu, agent lingk fisik,
mis ; radiasi sinar radioaktif penyebab sterilitas. Agen dari lingk kimia ,
misalnya limbah industri yang mengandung bahan kimia (Hg) penyebab
penyakit Minamata.
Faktor Lingkungan

 Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingk fisik, kimia,


biologi dan sosial.
 Pendekatan lain adalah model roda
 Pendekatan segitiga epidemiologi
 Kedua model diatas menyebutkan bahwa lingkungan fisik, biologi
dan sosial dapat menyebabkan penyakit.
 Aspek fisik dari lingkungan antara lain, panas,
sinar, udara, air, radiasi, atmosfer dan tekanan.
Dg berkembangnya industri, maka aspek fisik
dari lingkungn akan meningkat dan akan
Lingk Fisik Hidup memberikan pencemaran pd manusia, sbg
contoh pencemaran di London (1952) yang
& Penyakit membawa kematian 4000 orang. Apabila
menahun, maka pencemaran udara terutama
dikota besar akan dpt menyebabkan penyakit pd
saluran pernafasan.
DIARE
ENVIRONMENT HEPATITIS A
BASED
LEPTOSPIROSIS
DISEASES
KECACINGAN

ISPA
KULIT

DBD

MALARIA

KERACUNAN MAKANAN
CAUSED BY: SANITATION, WATER QUALITY,
BAD BEHAVIOUR
TB PARU
STRATEGY OF
COMMUNITY-BASED TOTAL
SANITATION (CBTS)
CBTS Framework
Outcome: Decreasing the events of diarrhea and environmental-based
diseases which are related to sanitation and behavior through total
sanitation condition.

Outputs:
① Increasing the hygiene sanitation development through the increase of demand dan
supply
② Pressing the national economy loss caused by the bad sanitation condition

Pillar 5:
Pillar 4: Family
Pillar 1: Pillar 2: Pillar 3: Family Liquid
PAM-RT
Waste
Stop O-D CBTS Waste
Management
Management

Basic Principles of CBTS:


1. Changing People’s Bad Behaviour
2. Increasing the sustainable sanitation access
3. Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan 64
4. Institutional Supports to the society (enabling environment)
THE STRATEGY OF COMMUNITY-
BASED TOTAL SANITATION:
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai