Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN VII
IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam serbuk
simplisia kunyit.
B. Dasar Teori
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia
atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Alasan melakukan uji fitokimia adalah untuk menetukan ciri senyawa aktif penyebab efek
racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji
dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur uji fitokimia telah mempunyai peranan yang
mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting dalam semua telaah
kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian biologis (Robinson, 1991).
Alkaloid merupakan golongan senyawa kimia yang larut dalam pelarut organik.
Alkaloid banyak ditemukan pada pelarut polar. Hal ini karena golongan senyawa alkaloid
yang berpotensi sebagai antioksidan merupakan senyawa-senyawa polar, yang akan
terekstraksi pada pelarut yang bersifat polar. Alkaloid ada yang bersifat racun dan ada pula
memiliki aktivitas fisiologis pada kesehatan manusia, sehingga dapat digunakan secara luas
dalam pengobatan. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol.
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan dan terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid. Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi
fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan (Sa’adah dan Nurhasnawati, 2015).
Saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok.
Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri
sehingga menyebabkan sel bakterilisis. Mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok
antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan
kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam
sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida. Hal ini akhirnya mengakibatkan sel
bakteri mengalami lisis (Kurniawan dan Aryana, 2015).
Antrakuinon merupakan suatu senyawa yang memiliki kerangka standar bercincin tiga
yaitu antrasena. Struktur antrakuinon biasanya terdapat sebagai turunan antrakuinon
terhidroksilasi, termetilasi, atau terkarboksilasi. Antrakuinon dapat berikatan dengan gula
sebagai o-glikosida atau sebagai c-glikosida. Turunan antrakuinon umumnya larut dalam air
panas atau dalam alkohol encer. Senyawa antrakuinon dapat bereaksi dengan basa
memberikan warna kuning hingga merah serta ungu atau hijau (Harborne, 1987).
Senyawa polifenol merupakan antioksidan yang menghambat proses inisiasi, dan
propagasi pada proses oksidasi pembentukan radikal bebas. Mekanisme kerja polifenol
sebagai scavenger radikal bebas. Polifenol mampu menghambat reaksi oksidasi melalui
mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging) dengan cara menyumbangkan satu
elektron pada elektron yang tidak berpasangan (Muqsita dkk., 2015). Polifenol merupakan
senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus fenolik sehingga memungkinan senyawa ini
larut pada tingkat kepolaran yang tinggi. Identifikasi senyawa polifenol dapat dilakukan
dengan menambahkan pereaksi besi (III) klorida pada suatu sampel. Sampel dengan
senyawa fenol akan menghasilkan warna hijau atau biru (Evi dkk., 2015).
Alkaloid yang diuji dengan menggunakan pereaksi Dragendorff akan menghasilkan
endapan berwarna jingga, sedangkan dengan pereaksi Mayer akan menghasilkan endapan
berwarna putih kekuningan. Flavonoid dapat diuji keberadaannya menggunakan Mg dan
HCl pekat. Senyawa flavonoid dapat menghasilkan warna merah, kuning atau jingga ketika
tereduksi dengan Mg dan HCl. Identifikasi terhadap senyawa tanin dilakukan melalui
penambahan FeCl3. Senyawa tanin adalah senyawa yang bersifat polar karena adanya gugus
OH, ketika ditambahkan FeCl3 10% akan terjadi perbahan warna seperti biru tua atau hijau
kehitaman yang menandakan adanya senyawa tannin. Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan yang mudah terdeteksi melalui kemampuannya dalam membentuk busa (Febrina
dan Muflihah, 2015). Identifikasi antrakuinon dapat dilakukan dengan metode kromatografi
lapis tipis yang mana apabila suatu sampel yang mengandung antrakuinon disemprot dengan
KOH maka akan menunjukkan warna kuning (Hartati dkk., 2017).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Tabung reaksi 10 buah d. Pipet 3 buah
b. Corong kaca 2 buah e. Water bath 1 buah
c. Penjepit kayu 2 buah f. Spatula 1 buah
2. Bahan
a. Serbuk kunyit 7,6 g g. CH3COOH
b. Larutan KOH 3 ml h. H2O2 3 tetes
c. Larutan HCl 22 ml i. Larutan FeCl3 3 tetes
d. Reagen Dragendorff 10 tetes j. Larutan NaCl 1 ml
e. Reagen Mayer 3 tetes k. Larutan gelatin 2 ml
f. Kloroform 4 tetes l. Aquadest 45 ml
m. Metanol 10 ml q. Na2CO3
n. Etanol 95% 2 ml r. Kertas saring 3 buah
o. Eter 5 ml s. Kapas 5 helai
p. Etil asetat 5 ml t. Indikator pH 3 buah

D. Cara Kerja
1. Uji Pendahuluan

2. Uji Alkaloid
3. Uji Antrakuinon
4. Uji Saponin

5. Uji Polifenol

6. Uji Tanin
7. Uji Flavonoid
E. Hasil Percobaan
Hasil (kelompok) Keterangan
No. Uji
1 2 3 4 5 6 7 (+)
1. Pendahuluan + + + + + + + Kuning merah
2. Alkaloid + + + + + + Merah endapan
3. Antrakuinon - - - - - - - Merah
4. Polifenol + - + - - - + Hijau/biru
5. Tanin - - + + - + + Endapan
6. Saponin - + + + - - + Putih
7. Flavonoid + + + + - + Merah ungu
Keterangan sampel:
1. Temulawak Tawangmangu
2. Kunyit Tawangmangu
3. Temuireng Tawangmangu
4. Kunyit Wonogiri
5. Temulawak Sukoharjo
6. Kunyit Sukoharjo
7. Temuireng Sukoharjo
F. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan uji kandungan kimia terhadap sampel serbuk
simplisia kunyit dari Sukoharjo. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan
kimia dalam serbuk simplisia kunyit. Metabolik sekundur merupakan senyawa metabolit
yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik
antara satu spesies dengan spesies lainnya. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Metabolit
sekunder diklasifikasikan menjadi tiga golongan besar yaitu terpenoid, fenolik, dan senyawa
yang mengandung nitrogen. Contoh dari terpenoid adalah monoterpen, seskuiterpen,
diterpen, triterpen, dan polimer terpen. Contoh dari fenolik adalah asam fenolat, kumarin,
lignin, flavonoid, dan tanin. Sedangkan contoh dari metabolit sekunder dengan nitrogen
adalah alkaloid dan glukosinolat.
Kandungan kimia yang diuji dalam percobaan ini adalah alkaloid, antrakuinon,
saponin, polifenol, tanin, dan flavonoid. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dengan
senyawanya antara lain fellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingiberene, curcumene,
turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil
karbinol. Selain itu rimpang kunyit juga mengandung tepung dan zat warna yang
mengandung alkaloid kurkumin Senyawa aktif kunyit terdiri dari kurkumin (1,7-bis(4-
hidroksi-3- metoksifenil)-1E,6Eheptadiene-3,5-dione atau diferuloyl metan), thiosianat,
nitrat, klorida dan sulfat, pati dan tanin, saponin, terpenoid, polipeptida dan lektin
(Kusumaningrum dkk., 2015).
Uji pertama dalam percobaan ini adalah uji pendahuluan yang mana bertujuan
untuk mengetahui gambaran awal ada atau tidaknya kandungan kimia secara keseluruhan
dalam suatu sampel bahan alam. Reaksi positif dari uji pendahuluan ini adalah terbentuknya
warna kuning merah. Pada percobaan ini penambahan aquadest bertujuan untuk melarutkan
sampel. Penambahan larutan kalium hidroksida bertujuan untuk memberikan warna yang
lebih intens pada sampel. Pada percobaan ini, diperoleh hasil positif pada sampel serbuk
simplisa kunyit dari Sukoharjo. Selain itu, sampel serbuk simplisia yang lain juga
menunjukkan hasil yang positif. Dengan demikian, semua sampel serbuk simplisia pada
percobaan ini memiliki kandungan kimia.
Uji kedua dalam percobaan ini adalah uji alkaloid yang mana bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya kandungan alkaloid dalam sampel serbuk simplisia. Pengujian
alkaloid ini dapat dilakukan dengan beberapa metode. Pada metode pertama, dilakukan
penambahan ammonia bertujuan untuk melembabkan serbuk simplisia. Penambahan
kloroform bertujuan untuk melarutkan kandungan kimia yang terdapat dalam sampel serbuk
simplisia. Sampel disaring dengan kapas bertujuan untuk didapatkan filtrat yang bersih dari
pengotor. Penambahan reagen Dragendorff bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya
alkaloid dalam sampel. Reaksi positif dari uji ini adalah terbentuknya warna jingga. Akan
tetapi, pengujian alkaloid dengan metode ini tidak dilakukan.
Pada metode kedua dari uji alkaloid ini, dilakukan penambahan HCl untuk
melarutkan sampel serbuk simplisia. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses
ekstraksi kandungan kimia dari sampel. Pada metode ini dilakukan dua pengujian yakni
dengan pereaksi Mayer dan Dragendorff. Pada percobaan ini, dihasilkan uji positif yang
mana menghasilkan endapan. Dengan demikian, sampel serbuk simplisia kunyit dari
Sukoharjo pada percobaan ini positif mengandung alkaloid. Selain itu,
G. Simpulan
H. Daftar Pustaka
Evi, M., Alimuddin, A. H., dan Destiarti, L., 2015. Pemanfaatan Ekstrak Landak Laut
(Diadema setosum) Dari Pulau Lemukutan Sebagai Antijamur Candida
albicans. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 4(4), pp. 61-65.
Febrina, L., Rusli, R., dan Muflihah, F., 2015. Optimalisasi Ekstraksi dan Uji Metabolit
Sekunder Tumbuhan Libo (Ficus variegate blume). Journal of Tropical Pharmacy and
Chemistry, 3(2), pp. 74-81.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Edisi II. Bandung: ITB Press.
Hartati, W., dan Andi Hairil Alimuddin, R. Sintesis Senyawa Turunan Antrakuinon Dari
Vanilin Dan Ftalat Anhidrida Menggunakan Katalis AlCl3. Jurnal Kimia
Khatulistiwa, 6(3), pp. 6-10.
Kurniawan, B., dan Aryana, W. F., 2015. Binahong (Cassia Alata L) As Inhibitor Of
Escherichiacoli Growth. Jurnal Majority, 4(4), pp. 100-104.
Kusumaningrum, H. P., Kusdiyantini, E. dan Pujiyanto, S., 2015. Kualitas Simplisia
Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica Setelah Proses Pemanasan Pada Suhu Dan
Waktu Bervariasi. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 17(1), pp.27-33.
Muqsita, V., Sakinah, E. N., dan Santosa, A., 2015. Efek Ekstrak Etanol Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii) terhadap Kadar MDA Ginjal pada Tikus Wistar
Hiperglikemi (The Effect of Cinnamon (Cinnamomum burmannii) Ethanolic Extract
on Kidney MDA in Hyperglycemic Wistar Rats). Pustaka Kesehatan, 3(2), pp. 235-
238.
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Obat Tinggi. Bandung: ITB Press.
Sa'adah, H., dan Nurhasnawati, H., 2017. Perbandingan Pelarut Etanol Dan Air Pada
Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana Merr)
Menggunakan Metode Maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), pp. 149-153.
I. Lampiran
1. Dokumentasi
2. Jurnal Referensi
3. Laporan Sementara

Mengetahui, Surakarta, 16 November 2018


Asisten Pembimbing Praktikan

Anik Arniyanti Zainab Herawati

Anda mungkin juga menyukai