Dosen Pengampu:
2. Bagian-Bagian Otak
a. Batang Otak
1) Medullaoblongata
Menyampaikan pesan antara saraf tulang belakang dan otak dan
ke serebrum, pusat pengendalian dan pengaturan kegiatan jantung,
pernapasan dan pencenaan.
2) Pens
Menyampaikan informasi dari medulla dan area otak lainnya,
mengendalikan fungsi penapasan tertentu.
3) Otak Tengah
Terlibat dalam pemrosesan informasi visual, termasuk refleks
visual, gerakan mata, pemfokusan lensa, atau pembesaran pupil.
4) Serebelum
Pusat pemrosesan yang terlibat dengan koordinasi gerakan,
keseimbangan, dan equilibrium, postur, memproses informasi
penginderaan yang digunakan sistem motor.
5) Serebrum
Pusat proses pemikiran sadar dan fungsi intelektual, memori,
persepsi penginderaan, dan emosi.
b. Diencefalon
1) Thalamus
Menyampaikan dan pusat pemrosesan informasi penginderaan.
2) Hypothalamus
Mengatur suhu tubuh, keseimbangan air, siklus tidur-terjaga selera
makan, emosi, dan produksi hormon.
Menurut Willson (2006), selaput otak terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Durameter
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan
kuat, pada bagian tengkorak terdiri atas selaput (perios) tulang tengkorak
dan durametertropia bagian dalam. Durameter mengandung rongga yang
mengalirkan darah dari vena otak, dan dinamakan sinus vena.
b. Arachnoidea
Arachnoidea yaitu selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang
berisi cairan otak meliputi seluruh susunan saraf sentral, otak, dan
medullaspinalis. Arachnoidea berada dalam balon yang berisi cairan. Ruang
sub arachnoid pada bagian bawah serebelum merupakan ruangan yang agak
besar disebut sistermagna. Ruangan tersebut dapat dimasukkan jarum
kedalam melalui foramen magnum untuk mengambil cairan otak, atau
disebut fungsi sub oksipitalis.
c. Piameter
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.
Piameter berhubungan dengan arachnoid melalui struktur jaringan ikat. Tepi
flak serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis
inferior yang mengeluarkan darah dari flak serebri tentorium memisahkan
serebrum dengan serebelum (Willson, 2006).
B. Pengertian Stroke
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner
dan Suddarth (2002) dalam Aspiani (2014)).
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer (2000), dalam Aspiani
(2014)).
. Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,
dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler
(Israr, 2008).
C. Etiologi
1. Stroke Non Hemoragi
Jenis stroke ini disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis
dari arteri otak atau yang memberi vaskularisasi pada otak atau suatu
embolus dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak.
Jenis stroke ini merupakan stroke yang tersering didapatkan sekitar 80%
dari semua stroke.
2. Stroke Hemoragi
Sekitar 20% dari semua stroke diakibatkan oleh pecahnya
mikroaneurisma dari charcot atau etat crible diotak. Tergantung dari tempat
terjadinya dibedakan antara perdarahan intra serebral subdural dan sub
arachnoid.
D. Faktor Risiko
Menurut Harsono (1999) dalam Aspiani (2014) membagi faktor risiko
yang dapat ditemui pada klien dengan stroke yaitu:
1. Faktor Risiko Utama
a. Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan penyempitan maupun pecahnya
pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka
aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.
b. Diabetes Melitus
DM mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar, akan menyempitkan pembuluh darah ke otak, dan akan
mengganggu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan
menyebabkan kematian sel-sel otak.
c. Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke.
Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irama
denyut jantung melepaskan sel-sel/jaringan-jaringan yang telah mati ke
aliran darah.
d. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA dapat terjadi beberapa kali dalam 24 jam/terjadi berkali-kali
dalam seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka
kemungkinan mengalami stroke semakin besar.
E. Pathofisiologi
1. Stroke Hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
kasus, gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di
luar durameter (Hemoragi Ekstradural atau epidural), di bawah duramater
(hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau
di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak
dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
Hemoragi subdural (intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa klien mungkin mengalami hemoragi subdural
kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada
area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Atreri
di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
Hemoragi intraserebral paling umum pada kelayan dengan hipertensi
adalah aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Pada orang
yang lebih muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan
oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga
disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak dan
penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat
aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi
membesar, makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. Klien dengan
perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
Edema Serebral
Proses metabolisme Gangguan perfusi
dalam otak terganggu jaringan serebral Peningkatan TIK
Hiperter Penurunan suplay darah
mi & O2 ke otak Arteri carotis
media
Arteri Vertebra Basilaris Kerusakan
Kegagalan
Disfungsi N. XI Kerusakan Penurunan mobilitas
menggerakkan
(Assesoris) neuroserebrospinal fungsi N. X, fisik
tubuh
N.VII. N.IX, N.XII N.IX
Kelemahan anggota gerak
Kehilangan fungsi Proses Defisit
tonus otot facial menelan perawatan diri
Kerusakan Mobilitas Fisik
tidak efektif
Kerusakan
Refluks Sumber:
komunikasi Verbal
Ketidakseimbangan Nutrisi Aspiani, 2014.
F. Manifestasi Klinis
Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran urea yang fungsinya
tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
1. Kehilangan motorik: hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuh.
2. Kehilangan komunikasi: disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia
(bicara detektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan
visualspasial, kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5. Disfungsi kandung kemih.
G. Gejala Stroke
Gejala-gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu
muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu
antara lain bersifat:
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ishemic
Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat
atau malah menetap.
2. Sementara, namun lebih dari 24 jam.
3. Gejala makin lama makin berat (progresif).
Hal ini disebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang
disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa stroke antara lain adalah:
1. Angiografi
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, atau obsturuksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur.
2. CT-scan
CT-scan dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta
lambat di daerah yang mengalami gangguan.
3. EEG (Electro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat
di daerah yang mengalami gangguan.
4. Fungsi Lumbal:
a. Menunjukkan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya perdarahan.
5. MRI
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
6. Ultrasonografi
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (Doenges E,
Marilynn (2000), dalam Aspiani (2014)).
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Klien Stroke (Mansjoer, A.(2000) dalam Aspiani (2014)).
1. Stroke Iskemik/Stroke non hemoragik
a. Membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang berlangsung
(3 -6 jam pertama).
b. Mencegah perburukan neurologis yang berhubungan dengan stroke
yang masih berkembang.
c. Tekanan darah yang tinggi pada stroke iskemik tidak boleh cepat-
cepat diturunkan.
d. Pertimbangkan observasi di unit rawat intensif pada klien dengan
tanda klinis atau radiologis.
e. Pertimbangkan konsul bedah saraf untuk dekompresi dengan infark
serebelum yang luas.
f. Pertimbangkan pemeriksaan darah.
2. Stroke Hemaragik
a. Kendalikan hipertensi.
b. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila perdarahan serebelum
diameter lebih dari tiga sentimeter.
c. Pertimbangkan angiograli untuk menyingkirkan aneurisma.
d. Singkirkan kemungkinan koagulopati.
e. Berikan manitol 20% untuk klien dengan koma dalam atau tanda-
tanda tekanan intrakranial yang meninggi.
f. Pertimbangkan fenitoin.
g. Perdarahan intraserebral
i. Obati penyebabnya.
ii. Turunkan tekanan intrakranial yang meninggi.
iii. Berikan neuroprotektor.
h. Pertimbangkan terapi hipervolemik.
i. Perdarahan subarakhnoid.
i. Nimodipin dapat diberikan untuk mencegah vasospasme pada
perdarahan subarakhnoid primer akut.
ii. Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subarakhnoid
stadium I dan II akibat pecahnya aneurisma sakular berry
(celipping).
J. Komplikasi
1. Komplikasi akut pada stroke
a. Kenaikan Tekanan Darah
Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi dalam
upaya mengejar pasokan darah ditempat lesi.
b. Kadar Gula Darah
Penderita Stroke seringkali merupakan penderita diabetes melitus,
sehingga kadar gula darah pasca stroke tinggi.
c. Gangguan Jantung
Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi
d. Gangguan Respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan dipusat nafas.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
persarafan seperti: stroke adalah adanya penurunan kesadaran tiba-tiba,
disertai gangguan bicara dan kelemahan ekstremitas.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
persarafan biasanya lemah.
2) Kesadaran
Kesadaran Klien biasanya Apatis sampai Somnolen.
3) Tanda-Tanda Vital:
a) Suhu meningkat (>37° C).
b) Nadi meningkat (N: 70-82x/ menit).
c) Tekanan darah meningkat.
d) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
a) Sistem Pernapasan (BI: Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas. Kadang
disertai penumpukan sekret, suara nafas stridor.
b) Sistem Sirkulasi (B2: Bleeding)
Didapatkan adanya peningkatan nadi, sirkulasi perifer
menurun, kaji adanya riwayat peningkatan tekanan darah, riwayat
penyakit jantung.
c) Sistem Persarafan (B3: Brain)
Adanya penurunan kesadaran, gangguan persepsi sensori
penglihatan, kehilangan sensori, gangguan kognitif, disartia,
dispasia.
d) Sistem Perkemihan (B4: Bleder)
Kaji adanya perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia
urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya.
e) Sistem Pencernaan (B5: Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi,
auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri
tekan abdomen.
f) Sistem Muskuloskeletal (B6: Bone)
Didapatkan adanya hemiflegi, hemiparesa atau kelemahan
pada salah satu sisi, kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin
terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi,
kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
g) Pola fungsi kesehatan
i. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan
kesehatan.
ii. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/ muntah, dan makanan kesukaan.
iii. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi , masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.
iv. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energi, jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur,
dan insomnia.
v. Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan,
dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan. Pengkajian Indeks KATZ.
vi. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga).
vii. Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi
sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,
perasaan, dan pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan
gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air
mata. Pengkajian Status Mental menggunakan Tabel Short
Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).
viii. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan
gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai
sistem terbuka dan makhluk bio-psiko-sosio-kultural-spiritual,
kecemasan, ketakutan dandampak terhadap sakit. Pengkajian
tingkat Depresi menggunakan Tabel inventaris Depresi Back.
ix. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
x. Pola mekanisme/ penanggulangan stress dan koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
xi. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan
termasuk spiritual.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d penurunan aliran darah ke
otak ditandai dengan klien adanya gangguan bicara, perubahan reaksi
pupil, kelemahan ekstremitas atau paralisis, penurunan kesadaran,
perubahan perilaku.
b. Hipertermi b/d peningkatan metabolisme, Aktivitas yang berlebih,
Pengaruh medikasi/anestesi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
takhikardi, diraba hangat, kulit kemerahan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d 20 %,
klien mengungkapkan intake makanan yang kurang, tidak ada nafsu
makan.
d. Kerusakan mobilitas fisik b/d disfungsi neuromuskuler ditandai dengan
klien mengungkapkan keterbatasan kemampuan melakukan
keterampilan motorik, keterbatasan ROM, gerak lambat.
e. Kerusakan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi ke otak,
perubahan sistem saraf pusat, ditandai dengan klien kesulitan untuk
membentuk kata atau kalimat, klien kesulitan mengekspresikan secara
verbal.
f. Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan b/d kelemahan, adanya nyeri,
gangguan neurovaskuler ditandai dengan klien mengatakan adanya
ketidakmampuan dalam membersihkan sebagian atau seluruh badan,
menyediakan sumber air mandi, mengatur suhu air mandi reguler,
mendapatkan peralatan mandi, mengeringkan badan, masuk dan keluar
dari kamar mandi.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diaxnosa Kriteria Hasil (NOC): Intervensi (NIC):
1. Perfusi jaringan serebral tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Pantau GCS
efektif b/d penurunan aliran darah selama ....x 24 jam, diharapkan status b. Pantau tingkat kesadaran dan
ke otak ditandai dengan klien sirkulasi cerebral adekuat dengan kriteria: orientasi
adanya gangguan bicara, Perfusi jaringan: Serebral (0406) c. Pantau status respirasi: AGD,
perubahan reaksi pupil, Skala Outcome: kedalaman, pola dan kecepatan
kelemahan ekstremitas atau 1. Deviasi berat dari kisaran normal pernafasan.
paralisis, penurunan kesadaran, (Berat) d. Pantau reflek kornea, reflek batuk,
perubahan perilaku. (00201) 2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran dan muntah
normal (Besar) e. Pantau tonus otot, pergerakan
3. Deviasi sedang dari kisaran normal motorik, gaya berjalan dan
(Sedang) kesesuaian.
4. Deviasi ringan dari kisaran normal f. Pantau adanya tremor
(Ringan) g. Pantau adanya diplopia, nistagmus,
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal penglihatan kabur dan ketajaman
(Tidak Ada) penglihatan
h. Pantau karakteristik bicara, adanya
a. Klien mampu berkomunikasi dengan aphasia atau kesulitan mengucapkan
jelas dan sesuai dengan usia serta kata.
kemampuan dipertahankan pada skala i. Tingkatkan frekuensi pemantauan
3 ditingkatkan ke skala 4 status neurologi sesuai kebutuhan.
b. Kemampuan, konsentrasi dan orientasi j. Berikan obat-obatan unguk
dipertahankan pada skala 3 meningkatkan volume intravaskuler
ditingkatkan ke skala 4 sesuai permintaan.
c. Kognisi terganggu dipertahankan pada
skala 3 ditingkatkan ke skala 4
d. Penurunan tingkat kesadaran
dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
e. Tekanan intrakranial dipertahankan
pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4
f. Sakit kepala dipertahankan pada skala
3 ditingkatkan ke skala 4
2. Hipertermi b/d peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Monitoring suhu secara kontinu
metabolisme, Aktivitas yang selama ....x 24 jam, klien dapat b. Monitor tanda-tanda vital (TD, RR,
berlebih, Pengaruh medikasi/ menunjukkan termoregulasi yang baik Nadi, Suhu)
anestesi ditandai dengan (thermoregulation) dengan kriteria hasil: c. Monitor penurunan tingkat kesadaran
peningkatan suhu tubuh, Termoregulasi (0800) d. Kompres klien pada lipat paha dan
takhikardi, diraba hangat, kulit Skala Outcome: aksila
kemerahan. (00007) 1. Sangat Terganggu (Berat) e. Tingkatkan sirkulasi udara
2. Banyak Terganggu (Cukup Berat) f. Berikan anti piretik jika perlu
3. Cukup terganggu (Sedang) g. Diskusikan tentang pentingnya
4. Sedikit terganggu (Ringan) pengaturan suhu dan kemungkinan
5. Tidak Terganggu (Tidak Ada) efek negatif dari kedinginan
Naomi E. Balaban dan James E. Bobok. (2014). Seri Ilmu Pengetahuan ANATOMI dan FISIOLOGI. Jakarta: Indeks.