Anda di halaman 1dari 6

APOPTOSIS

PENDAHULUAN
Tubuh manusia tersusun oleh bermilyar-milyar sel. Setiap kehidupan berawal dari
hanya satu sel yang kemudian membelah menjadi dua, kemudian empat, lalu delapan dan
seterusnya. Selanjutnya beberapa sel tersebut berubah menjadi mata, sementara sel yang lain
menjadi kulit, jantung, otak dan sebagainya. Setelah membentuk organ, sel berhenti
membelah kecuali untuk mengganti sel yang rusak atau akibat luka. Dengan kata lain, sel
sehat mengetahui kapan mereka harus membelah dan juga kapan mereka harus berhenti
melipatganda (McKusick, 2000) Jika sel gagal mengikuti proses ini maka akan terbentuk
kanker.
Sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan keterbatasan-
keterbatasan struktural sel dengan kemampuan metabolik, luarannya adalah hasil yang
tersusun seimbang atau homeostasis. Keadaan fungsional sel dapat berubah ketika bereaksi
terhadap stress yang ringan untuk mempertahankan keadaan yang seimbang.Setiap organisme
yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel. Selama perkembangannya sejumlah sel bertambah
yang kemudian akan membentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Seiring dengan
pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang mati merupakan proses regulasi yang normal
pada sejumlah sel dari jaringan. Pengendalian terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini
disebut dengan kematian sel yang terprogram atau apoptosis.
Program bunuh diri sel ini berguna untuk menghindarkan tumbuhnya sel-sel yang
berpotensi bahaya serta yang membersihkan sel-sel yang sudah tidak berguna. Juga, untuk
membersihkan sel-sel yang tidak dapat diperbaiki kerusakan pada protein atau DNA sel
setelah mengalami proses patologis.

Pengertian Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan
pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus
dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi
yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel
akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi
1
sehingga sel yang mati menghilang.Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan
suatu komponen yang normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada
organisme multiseluler. Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus dan
selama apoptosis sel ini dikontrol dan diregulasi, sel yang mati kemudian difagosit oleh
makrofag.

Fungsi Apoptosis
Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi
eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan untuk :
1. Terminasi sel (sel yang rusak/ treinfeksi)
Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang rusak tidak bisa diperbaiki
lagi atau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan apoptosis dapat berasal dari sel itu
sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari sel yang merupakan bagian system imun. Jika
kemampuan sel untuk ber-apoptosis rusak atau jika inisiasi apotosis dihambat, sel yang rusak
dapat terus membelah tanpa batas, berkembang menjadi kanker. Bila sel kehilangan kekuatan
untuk melakukan apoptosis (misalnya karena mutasi), atau bila inisiatif untuk melakukan
apoptosis dihambat (oleh virus), sel yang rusak dapat terus membelah tanpa terbatas, yang
kemudiannya menjadi kanker. contoh, noda satu hal yang dilakukan oleh virus papilloma
manusia (HPV) saat melakukan pembajakan sistem genetik sel yaitu menggunakan
gen E6 yang mendegradasi protein p53. Padahal protein p53 berperan sangat penting pada
mekanisme apoptosis. Oleh karena itu, infeksi HPV dapat berakibat pada tumbuhnya kanker
serviks.

2. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA


Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang disebabkan senyawa toksik atau
pemaparan sinar ultraviolet atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar X), dapat
menginduksi sel untuk memulai proses apoptosis. Contohnya pada kerusakan genom dalam
inti sel, adanya enzim PARP-1 memacu terjadinya apoptosis. Enzim ini memiliki peranan
penting dalam menjaga integritas genom, tetapi aktivasinya secara berlebihan dapat
menghabiskan ATP, sehingga dapat mengubah proses kematian sel menjadi nekrosis
(kematian sel yang tidak terprogram).

2
3. Mempertahankan homeostasis
Pada organisme dewasa, banyak sel dalam suatu organ atau jaringan harus bersifat
konstan pada rangetertentu. Sel darah dan kulit, misalnya, selalu diperbarui dengan
pembelahan diri sel-sel progenitornya, tetapi pembelahan diri tersebut harus dikompensasikan
dengan kematian sel yang tua. Dianggarkan 50-70 milyar sel mati setiap harinya karena
apoptosis pada manusia dewasa. Dalam satu tahun, banyak pembelahan sel dan kematian
yang terjadi pada tubuh seseorang mencapai tidak cukup lebih sama dengan berat badan
orang tersebut.
Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel)
pada jaringan disamai oleh kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, noda satu dari hal
berikut ini akan terjadi:
 Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel, akan
terbentuk tumor
 Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah daripada kecepatan kematian sel, akan terjadi
berbagai jenis penyakit karena kekurangan sel. Kedua keadaan tersebut dapat bersifat fatal
atau sangat merusak.
Contoh:
 Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
 Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari
apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa tidak
mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
 Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi sehingga
dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan apoptosis.
 Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis
sehingga proliferasi sel meningkat.

4. Perkembangan embrional
Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan jaringan. Pada
masa embrio, perkembangan suatu jaringan atau organ didahului oleh pembelahan sel dan
diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian dikoreksi melalui apoptosis. Contoh: bila
terjadi gangguan proses apoptosis, berupa diferensiasi inkomplit pada pembelahan jari-jari
akan mengakibatkan syndactyly.

3
5. Interaksi limfosit
Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan suatu proses
yang kompleks, yang akan membuang sel-sel yang berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik T
sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya suatu celah
pada target membran dan pelepasan zat-zat kimia untuk mengawali proses apoptosis. Celah
ini dapat terjadimelalui adanya sekresi perforin, granul yang berisi granzyme B,serine
protease yang dapat mengaktivasi caspase melalui pemecahan residu aspartat. Sel B dan sel
T yaitu pelaku utama pertahanan tubuh terhadap zat asing yang dapat menginfeksi tubuh,
maupun terhadap sel-sel dari tubuh sendiri yang menemui perubahan menjadi ganas. Dalam
melakukan tugasnya, sel B dan T harus memiliki kekuatan untuk membedakan antara "milik
sendiri" (self) dari "milik asing" (non-self), dan antara antigen"sehat" dan "tidak sehat".
(Antigen yaitu anggota protein yang dapat berkomplemen secara tepat dengan reseptor unik
yang dimiliki sel B dan T pada membran selnya). "Sel T pembunuh" (killer T cells) menjadi
aktif saat terpapar potongan-potongan protein yang tidak sempurna (misalnya karena mutasi),
atau terpapar antigen asing karena beradanya infeksi virus. Setelah sel T menjadi aktif, sel-sel
tersebut bermigrasi keluar dari lymph node, menemukan dan mengetahui sel-sel yang tidak
sempurna atau terinfeksi, dan membikin sel-sel tersebut melakukan kematian sel terprogram.

6. Involusi hormonal pada usia dewasa.


Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama siklus
menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel ovarium pada
menopause (Kumar et al., 2005).

Mekanisme Apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis).
2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)
4. Fagositosis.

4
Perbedaan Apoptosis dengan Nekrosis
Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel
yang terjadi pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh infeksi atau terluka
akut. Pada nekrosis terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat menyebabkan
inti menjadi lisis dan membran plasma menjadi pecah.

Gambar Perbedaan apoptosis dan nekrosis.

Adapun perbedaan apoptosis dengan nekrosis dapat dilihat pada tabel 1 di


bawah ini:
Tabel 1. Perbedaan apoptosis dengan nekrosis:
Gambaran Apoptosis Nekrosis
Penyebab Fisiologi dan patologi patologi
Keterlibatan Satu sel Sekelompok sel
Proses Biokimia Energi oleh DNA homeostasis
Keutuhan sel membran Diperbaiki Lisis
Morfologi Sel mengkerut dan pecah Hilang
Proses peradangan Tidak ada Sering
Proses kematian sel Difagositosis sel tetangganya Diserap oleh netrofil dan makrofag

5
Daftar Pustaka
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM File. Mekanisme Dan
Regulasi Apoptosis: 1-17.
Chandrasoma, P. &Taylor C.R. 1995. Cell Degeneration & Necrosis. In: Concise Pathology.
3rd. McGraw-Hill:4-5.
DeVita,V., Rosenberg, S. 2005.Cancer Principal & Practice of Oncology Book 1,
7thEd.Lippincott Williams and Wilkins: 95 – 102.
Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N., Neoplasia. 2005. In: Robbins and Cotran Pathology
Basis of Disease. 7th Ed.Philadelphia. Elsevier Saunders:1041- 1042.
Lumongga, F. 2008. Apoptosis. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan. Medan: USU Repository.
McKusick, V.A. 2000. On-line Mendelian inheritance in man (OMIM) National Center for
Biotechnology Information. Nat Inst of Health. Bethesda.
Nurhayati, S & Lusiyanti, Y. 2006. Apoptosis Dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor
Prognosa Radioterapi Kanker. Buletin Alara. 7(3):57 – 66.

Anda mungkin juga menyukai