Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN GEOLOGI

2.1. Struktur Geologi

Proses terjadinya sumber panas bumi di Indonesia merupakan hasil dari interaks
interaksi

tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan

Lempeng Eurasia, dapat dilihat pada Gambar


G 1.

Gambar
mbar 1. Pertemuan tiga lempeng tektonik
tektonik di Indonesia (Natawidjaja, 1994)

Tumbukan ketiga lempeng tersebut memiliki peranan penting dalam terbentuknya

sistem panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara Lempeng Indo-Australia


Indo Australia di
di-

sebelah selatan dengan Lempeng Eurasia di sebelah utara menghasilkan zona


4

subduksi pada kedalaman 160 s.d 210 km di bawah pulau Jawa - Nusatenggara

dan kedalaman 100 km di bawah pulau Sumatera. Hal ini mengakibatkan proses

magmatisasi pada pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan pulau

Jawa- Nusatenggara.

Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh

keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan

lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan

lempeng samudera sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40

kilometer (Hamilton, 1979).

Sejarah tektonik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya

peristiwa pertumbukan antara Lempeng India - Australia dan Asia Tenggara,

sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan

sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan

kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya

dapat dilihat pada Gambar 2. Gerak Lempeng India - Australia yang semula

mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40 milimeter/tahun

karena terjadi proses tumbukan tersebut (Char-shin Liu et al, 1983 dalam

Natawidjaja, 1994).

Perbedaan kedalaman subduksi antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa -

Nusatenggara menyebabkan jenis magma yang dihasilkan juga berbeda. Pada

kedalaman yang lebih besar seperti di pulau Jawa, magma yang dihasilkan lebih

bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi

sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang menghasilkan -
5

endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir

di Pulau
ulau Jawa umumnya terletak pada bagian yang lebih dalam dan menempati

batuan vulkanik.

Sedangkan sistem panas bumi di Sumatera memiliki magma yang bersifat lebih

asam dan lebih kental yang berkaitan dengan kegiatan gunung api andesitik-

riolitis.. Dan reservoir panas bumi terdapat pada batuan sedimen dan ditemukan

pada kedalaman yang lebih dangkal.


dan

Gambar 2. Proses tektonik


t (Anonymuos, 2006).

2.2. Sistem Panas Bumi

Sistem panas bumi tersusun oleh beberapa parameter seperti, sumber panas (heat

source), reservoir, batuan penudung, sumber fluida dan siklus hidrologi


hidrologi yang

ditunjukkan pada Gambar


ambar 3.
6

Gambar 3. Sistem ppanas bumi (Anonymous, 2006).

Sistem panas bumi dikontrol


dikont oleh adanya (Suharno, 2010):

1. Sumber panas (heat


heat source)
source berupa plutonik,

2. Batuan
atuan berporos atau reservoir tempat uap panas terjebak didalamnya

3. Lapisan penutup, biasanya berupa batu lempung,

4. Keberadaan srtuktur geologi (patahan, perlipatan, collapse,, rekahan dan

ketidakselarasan),

5. Daerah resapan air atau aliran air bawah permukaan (recharge area)
7

Tabel 1. Klasifikasi kelompok sistem panas bumi Indonesia ( suharno, 2010).

Wilayah

Kriteria Sumatera Jawa,Nusatenggara Sebagian besar


Sulawesi Utara Sulawesi, Maluku
dan Papua
Manifestasi Fumarol suhu Fumarol suhu Fumarol dan
permukaan tinggi dengan tinggi, mata aiar solfatara
steam jet, mmata mendidih, solfatara,
air mendidih, kolam lumpur,
solfatara, lumpur alterasi intensif
panas, kolam
lumpur, danau
asam, alterasi luas
dan sangat intensif
Material penyusun Riolitik-andesitik, Andesitic-basaltik, Produk gunung api
produk gunung api produk gunung api tua, sedimen
muda, ketebalan muda dan sedang,
material sekitar 1 ketebalan material .
km 2,5 km
Struktur Sesar regional Sesar local,kaldera, Sesar local
sumatera dan ketidakselarasan Graben
sesar-sesar Ketidakselarasan
sekunder,
ketidakselarasan,
kaldera

2.3. Manifestasi Panas Bumi

Berbeda dengan sistem minyak - gas, adanya suatu sumber daya panas bumi di

bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di

permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan

lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya, dimana

beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan

oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.


8

Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya

perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan


rekahan-rekahan

yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke

permukaan (Nenny, 2010).

Contoh paper penelitian data magnetotellurik dengan koreksi TDEM pada

daerah Pampa Lirima, Chili

Hasil inversi pada Gambar 4 menunjukkan bahwa selatan ke barat daya daerah

survei ini didasari oleh lapisan dangkal konduktif (<10 ohm-m)


ohm m) dalam 1000 m di

bawah permukaan, yang ditafsirkan sebagai claycap (argilik) dari daerah panas

bumi. Clay ini ditutup


tutupi lapisan konduktif pada bagian tengah dengan zona

resistivitas tinggi dapat dilihat pada Gambar 4b yang bertepatan dengan daerah

kelurusan NE-SW
SW ditafsirkan dari geologi daerah dan data aeromagnetik.
k.

Gambar 4. Hasil
asil inversi magnetotelurik, menunjukkan: a) NE-SW
NE SW dan b) NW-
NW SE
bagian berorientasi di model 3D
3 (setelah Arcos et al, 2011).
9

Pada bagian barat daya dari wilayah survei, di bawah claycap lapisan konduktif

atas, tubuh konduktif dalam diamati pada > 2 km kedalaman. Ini akan

membedakan Pampas Lirima dari sistem vulkanik aktif khas lainnya yang

merupakan sumber panas di tempat lain di lingkungan Andes dan sumber panas

yang biasanya tubuh resistif dalam (Legaut,J. Lombardo, S. dkk).

Anda mungkin juga menyukai