Anda di halaman 1dari 10

Paper Of Islamic Religion

CRITICAL JOURNAL REVIEW


“Revitalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pendidikan
Agama Islam di Perguruan Tinggi”
Lecture : Drs. Manaon Batubara, M.A.

DISUSUN OLEH :

Name : - Putri Indah Lestari (4163312022)


- Ulfa Dinata Damanik (4163312029)
- Rana Zahra (4163312023)
Class : Bilingual Mathematics Education 2016

MATHEMATICS DEPARTMENT
FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCE
STATE UNIVERSITY OF MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia, berupa nafas serta kemudahan kepada saya dalam menyusun
tugas ini dengan tepat waktu. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima
kasih kepada Sir Drs. Manaon Batubara, M.A.selaku dosen pada matakuliah
“PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyusun makalah ini.
Saya sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan harapan Ibu. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan ilmu serta pengetahuan kita. Akan tetapi,
dengan segala kekurangan dan keterbatasan makalah ini. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna di
dunia ini tanpa saran yang membangun.
Demikianlah makalah yang saya buat, diharapkan Ibu dapat menerima
nya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam tulisan maupun kata – kata.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, 14 May 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang dan tujuan............................................................................... 1
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
2. 1 Identitas Jurnal ................................................................................................. 4
2. 2 Metode................................................................................................................ 4
2. 3 Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 4
2. 4 Kelebihan dan kelemahan ................................................................................ 6
BAB III ............................................................................................................................... 7
KESIMPULAN ................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang dan tujuan


Kampus sebagai miniatur masyarakat masa depan bisa dianggap
laboratorium sosial. Perubahan nilai-nilai di kampus akan mempengaruhi
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Di Indonesia, perubahan Orde Lama ke
Orde Baru diawali dengan perubahan nilai-nilai di kampus. Demikian pula
perubahan orde baru menuju orde reformasi digerakkan oleh gerakan yang
berawal dari kampus.
Komunitas kampus tersusun dari para mahasiswa, dosen, karyawan,
dan pejabat struktur, yang sering disebut sivitas akademik. Dosen dan
mahasiswa sebagai aktor utama yang menjalankan proses pendidikan formal.
Satu di antara mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) yang diberikan
di perguruan tinggi adalah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Tujuan MPK PAI berdasarkan Visi Indonesia 2020, dikutip dari
Mansoer (2006) adalah menciptakan manusia unggul secara intelektual
anggun secara moral. Beberapa nilai yang diharapkan dalam PAI di
Perguruan Tinggi antara lain: learningto be, learning to know, learning to do,
dan learning to live together. KompetensiPAI adalah mengantarkan
mahasiswa untuk memahami ajaran agama Islam dan mampu menjadikannya
sebagai sumber nilai dan pedoman serta landasan berpikir dan berprilaku
dalam menerapkan ilmu dan profesi yang dikuasainya.
Dikti (2006) dalam ‘Rambu-rambu pelaksanaan MPK di PT’ telah
dirumuskan metodologi pembelajaran PAI, antara lain: pada pasal 5 ayat 1
disebutkan bahwa metododologi MPK diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian, dengan menempatkan mahasiswa sebagai
subjek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat,
anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.
Pada pasal 5 ayat 2 disebutkan, bahwa MPK proses pembelajarannya
harus mendidik, sehingga terjadi pembahasan yang kritis, analitis, induktif,

1
deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif partisipatori untuk mencapai
pemahaman tentang subtansi dasar kajian, berkarya nyata, dan untuk
menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat. Pada pasal 5 ayat 3
disebutkan bahwa bentuk proses pembelajaran dapat dilakukan melalui
beragam aktifitas, seperti kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi)
interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, penugasan kelompok, dan tugas
kokurikuler (mentoring).
Walaupun secara konsepsi dan metodologi pembelajaran PAI di
beberapa PT terlihat baik, namun masih meninggalkan beberapa
permasalahan yang mendasar. Permasalahan tersebut antara lain: masih
terjadinya tawuran antar mahasiswa, praktik pencontekan, perilaku asusila,
kurangnya harmonisasi antar penganut mazhab fikih-pemikiran-politik, dan
hal-hal lain yang bertentangan dengan akhlaq Islami.
Pada tataran nasional, kita bisa memahami fakta masyarakat
berdasarkan pernyataan mantan Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni
(Kompas, 29-Mei-2009), … “kerukunan umat beragama di Indonesia dinilai
oleh dunia internasional sebagai yang terbaik....Bahkan Indonesia dianggap
sebagai laboratorium kerukunan umat beragama. Paling tidak hal ini
terungkap dari pernyataan Menlu Italia, Franco Frattini dan pendiri komunitas
Sant` Egidio, Andrea Riccardi dalam pidatonya pada pembukaan seminar
internasional dengan tema: Unity in Diversity: The IndonesianModel for a
Society in which to Live Together, yang digelar pada 4 Maret 2009 diRoma”.
Masih menurut mantan Menteri Agama, yang dikutip Newsroom
(31/12/2009),..' kerukunan umat beragama akan rentan dan terganggu apabila
jurang pemisah antar kelompok agama dalam aspek-aspek sosial dan budaya
ini semakin lebar, termasuk jurang-jurang pemisah sosial baru yang akan
muncul akibat krisismoneter globalsaat ini. Pemeliharaan kerukunan umat
beragama bukan hanya tanggungjawab para pejabat pemerintah di bidang
agama dan pemuka agama, melainkan tanggung jawab seluruh lapisan
masyarakat'. Oleh karena itu, diperlukan Revitalisasi Nilai-nilai Agama Islam
dalam Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi yang lebih smart.

2
Berdasarkan data tersebut di atas, penulis mencermati bahwa akar
masalah dari berbagai masalah sosial budaya yang memicu ketidakrukunan
intra dan antar umat beragama, baik di kampus khususnya, maupun di
masyarakat, antara lain: 1) Adanya missingling paradigma aqidah Islam
dengan realitas kehidupan; 2) Kurangnya pemahaman terpadu Nilai-nilai
Islam dan aplikasi muamalahnya dalam kehidupan sehari-hari; 3) Kurangnya
variasi komukasi dinamis pendidik dan peserta didik. Untuk keperluan
tersebut kita perlu melihat qudwah hasanah Rasulullah sebagai pendidik umat
terbaik sepanjang sejarah sebagai intisari parameter suksesnya pendidikan
Islam masa kini. Beliaulah, pemimpin multikultur dengan standar ilahiyah di
Madinah Munawwarah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Identitas Jurnal
Judul jurnl : Revitalisasi Nilai-Nilai Agama Islam dalam Pendidikan
Agama Islam di Perguruan Tinggi
Jenis jurnal : Jurnal Penelitian Agama
Halaman :18 halaman
Tahun terbit : 2011
Penulis : Tb. Chaeru Nugraha, M.Hum & H.U Jalaludin, Drs.
Volume : Vol.12.No.2

ISSN : 1411‐5875

2. 2 Metode
Dengan metode deskripsi komparatif, penulis mencoba
membandingkan konsep dan metode internalisasi Islam dalam kehidupan
pada masa Rasulullah saw (MR) dan masa kini (MK). Pada tataran
konsep, nilai-nilai Islam pada MR masih murni dan jelas, sehingga dapat
mencerahkan masyarakat. Sementara pada MK, nilai-nilai Islam sebagian
sudah terinfiltrasi nilai sekularisme-materialisme. Di sinilah pentingnya
revitalisasi nilai-nilai Islam yang murni sebagai landasan kehidupan,
termasuk toleransi intra dan antar umat beragama. Melalui pembelajaran
yang ‘smart’ (specific, measurable, achievable, relevant, and time framed)
diharapkan nilai-nilai Islam yang murni akan mudah terwujud. Pada
tataran metodologi, internalisasi nilai-nilai Islam pada MR dilakukan
secara kaffah (paripurna). Akan tetapi pada MK metode internalisasinya
dilakukan secara parsial dan tidak terintegrasi.

2. 3 Hasil dan Pembahasan


Hasil pembahasan makalah ini adalah revitalisasi konsep dan
metode internalisasi nilai Islam sedapat mungkin meneladani model MR.
Pertama, revitalisasi konsep aqidah dan nilai-nilai Islam secara
paradigmatik mencakup seluruh aspek kehidupan. Kedua, metode
internalisasi nilai-nilai Islam menyentuh aspek kognitif, afektif, dan

4
psikomotorik. Ketiga, teknik internalisasi bersifat kreatif dan inovatif,
dengan menggunakan berbagai macam sarana, termasuk inseminasi
teknologi.
Berdasarkan pengkajian konsep, metode, dan teknik nilai-nilai
Islam masa Rasulullah (MR) dan mengkomparasikannya dengan masa
kini (MK), penulis memperoleh jawaban atas masalah sosial budaya
yang menjadi pemicu ketidakrukunan intra dan antar umat beragama.
Pemicu masalah sosial budaya yang mendasar adalah adanya missingling
paradigma aqidah Islam; kurangnya pemahaman nilai-nilai Islam
terpadu dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari; dan kurangnya
waktu komunikasi dinamis pendidik dan peserta didik. Maka, sebagai
solusinya ada tiga langkah utama, yaitu:
Pertama, masalah sosial budaya sangat dipengaruhi cara pandang
terhadap kehidupan (view of life). Oleh karena itu perlu pembelajaran
paradigma aqidah Islam sesuai dengan MR mencakup dimensi spirit dan
dimensi realis. Dengan paradigma ini mahasiswa akan dibekali pola pikir
Islami dan berpotensi untuk hidup berkah.
Kedua, kehidupan penuh berkah memerlukan pemahaman terpadu
tentang nilai-nilai Islam. Pada MR nilai-nilai Islam menjadi konsep dan
metode kehidupan. Metode internalisasi nilai-nilai Islam pada MR mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Oleh Karena itu pembelajaran PAI
MK memerlukan metode terpadu (holistik, signifikan, dan aktif). Pada tataran
praktis prinsip PAI MR bisa dicapai dengan berbagai metode, antara lain:
metode training, metode diskusi, metode hidmah ummah, dan metode
ceramah.
Ketiga, untuk mengatasi keterbatasan waktu, variasi komunikasi
dinamis dosen dan para mahasiswa dapat menggunakan berbagai teknik PAI,
antara lain: kerja sama dengan masjid kampus, mentoring, dan WebCt (blog
internet). Ketiga langkah utama inilah yang disebut dengan revitalisasi
konsep, metode internalisasi terpadu, dan kreasi tektik PAI di PT.

5
2. 4 Kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari jurnal ini adalah :
 Jurnal ini akurat dalam membuat sebuah penelitian
 Menggunakan EYD yang baik dan benar
 Bahasan di dalam jurnal dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Kelemahan dalam jurnal ini adalah :
 Penulis kurang memaparkan hasil penelitian dengan jelas

6
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pengkajian konsep, metode, dan teknik nilai-nilai Islam masa


Rasulullah (MR) dan mengkomparasikannya dengan masa kini (MK), penulis
memperoleh jawaban atas masalah sosial budaya yang menjadi pemicu
ketidakrukunan intra dan antar umat beragama. Pemicu masalah sosial budaya
yang mendasar adalah adanya missingling paradigma aqidah Islam; kurangnya
pemahaman nilai-nilai Islam terpadu dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-
hari; dan kurangnya waktu komunikasi dinamis pendidik dan peserta didik. Maka,
sebagai solusinya ada tiga langkah utama, yaitu:

1. untuk mengatasi keterbatasan waktu, variasi komunikasi dinamis dosen


dan para mahasiswa dapat menggunakan berbagai teknik PAI, antara lain:
kerja sama dengan masjid kampus, mentoring, dan WebCt (blog internet).
Ketiga langkah utama inilah yang disebut dengan revitalisasi konsep,
metode internalisasi terpadu, dan kreasi tektik PAI di PT.
2. masalah sosial budaya sangat dipengaruhi cara pandang terhadap
kehidupan (view of life). Oleh karena kehidupan penuh berkah
memerlukan pemahaman terpadu tentang nilai-nilai Islam. Pada MR nilai-
nilai Islam menjadi konsep dan metode kehidupan. Metode internalisasi
nilai-nilai Islam pada MR mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Oleh Karena itu pembelajaran PAI MK memerlukan metode
terpadu (holistik, signifikan, dan aktif). Pada tataran praktis prinsip PAI
MR bisa dicapai dengan berbagai metode, antara lain: metode training,
metode diskusi, metode hidmah ummah, dan metode ceramah.
3. itu perlu pembelajaran paradigma aqidah Islam sesuai dengan MR
mencakup dimensi spirit dan dimensi realis. Dengan paradigma ini
mahasiswa akan dibekali pola pikir Islami dan berpotensi untuk hidup
berkah.

Anda mungkin juga menyukai