Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bidayatul Mujtehid 2l
Sebab perbedaan pendapat: Perbedaan mereka dalam memahami
berbagai hadits yang membahas tentang hal ini, apakah merupakan
tambahan yang kontradiksi dengan ayat wudhu.
Ulama yang meyakini bahwa jika tambahan ini dipahami wajib
maka akan menyebabkan kontradiksi, karena ayat tersebut menguraikan
rukun wudhu pula. Saat itu mereka mengeluarkan hukum wajib kepada
sunah. Sementara ulama yang tidak meyakini adanya kontradiksi
memahaminya secara zhahir, yaitu wajib.
Dan ulama yang menganggap setara antara ucapan dan perbuatan
ketika memahami hal ini, mereka tidak membedakan antara berkumur
dan istinsyaq (keduanya wajib).
-#;31j'*:t'
*Maka basuhlah mukemu." (Qs. Al Maa'idah
[5]: 6)
Muttafaq 'Alaihi. HR. AI Bukhari (162), Muslim (237), dan Abu Daud (140)
tanpa menyebutkan "Barang siapa ber-lsrijmar (bersuci dengan batu) maka
lakukanlah dengan ganjil", diriwayatkan pula oleh An-Nasa'i (l/65), Ahmad
(2/242,278, 463), dan Malik dalam Al Muwaththa' (l l9), dan Al Humaidi
(e57).
22 BidayatulMujtahid
Mereka berbeda pendapat pada tiga masalah membasuh bagian
antara jambang dengan telinga, membasuh jenggot yang terurai dan
mereraikannya.
Pendapat yang masyhur di kalangan madzhab Maliki, bahwa kulit
tak berbulu antara jambang dan telinga termasuk wajah, dalam madzhab
itu pun diungkapkan adanya perbedaan antara orang yang tidak
berjenggot dengan yang berjenggot, jadi dalam madzhab Maliki ada tiga
pendapat. Sementara Abu Hanifah memasukannya ke dalam bagian
wajah.
Adapun jenggot yang terurai, Imam Malik berpendapat wajib
mengucurkan air kepadanya, sementara Abu Hanifah tidak
mewajibkannya, demikian pula Syaf i dalam salah satu pendapatnya.
Sebab perbedaan pendapat dalam dua masalah ini adalah
ketidakjelasan apakah wajah mencakup dua tempat ini atau tidak.
Adapun menyelah-nyelahi jenggot, madzhab Maliki berpendapat bahwa
hal itu tidak wajib, ini pun dikatakan oleh Abu Hanifah dan Syaf i,
sementara Ibnu Abdil Hakim dan pengikut Malik mewajibkannya.
sebab perbedaan pendapat: Perbedaan mereka dalam ke-shahih-
an riwayat yang memberikan perintah untuk menyelah-nyelahi jenggot,
bahkan kebanyakan dari atsar tersebut tidak shahih, selain itu riwayat-
riwayat shahih yang menjelaskan tata cara wudhu Rasulullah SAW tidak
menje laskan penyelah-nyelahan jenggot.
e'?i)1ftxii
"Dan tanganmu sampai dengan siku." (Qs- Al Maa'idah [5]: 6)
Para ulama berbeda pendapat dalam membasuh siku:
1. Jumhur ulama, yakni Imam Malik, Syaf i dan Abu Hanifah
berpendapat waj ib membasuhnya.
BidayatulMujtahid 23
2. Ahlu zhahir dan sebagian ulama di kurun terakhir dari kalangan
pengikut Malik, juga Ath-Thabari berpendapat tidak wajib
membasuhnya.
sebab perbedaan pendapat: Perbedaan mereka dalam memahami
istytirak(ragam makna) pada huruf (J) dan kata ("r!) dalam bahasa arab.
' Shahih. HR. Muslim (246). Ahmad (2/400) dengan lafazh yang sama, dan Al
Baihaqi (l/57).
24 Bidayatul Mujtahtd
boleh mengambil salah satunya kecuali ketika ada dalil yang
menentukannya, walaupun pada dasarnya lafazh (,rl) dalam bahasa arab
lebih zhahir mengandung makna sampai daripada besefta, demikian pula
1-+lt; lebih zhahir mengandung makna sesuatu yang ada di bawah lengan
atas daripada sesuatu yang ada di atas lengan atas.
Walhasil orang yang tidak mewajibkannya lebih kuat dari sisi
petunjuk lafazh, sementara yang mewajibkannya lebih jelas dari sisi
atsar, kecuali jika atsor tersebut dipahami mengandung makna sunnah.
Jadi, masalah ini bersifat muhtamal (mengandung banyak
kemungkinan) sebagaimana Anda lihat. Yang lain berpendapat jika
batasan ini termasuk jenis yang dibatasi maka ia masuk ke dalam
hukumnya.
BidayatulMujtahid 25