Anda di halaman 1dari 3

5.

Penatalaksanaan penyakit difteri


Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi
saluran respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan
dan bila mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan
penyumbatan. Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan
paralisis otot dan miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka
kematian.
Dalam penanganan situasi gawat darurat yang perlu diterapkan adalah
prinsip ABC (Airway control, Breathing support, Circulation support). Tindakan
ini dapat dilakukan tidak terbatas oleh dokter danparamedis asalkan memahami
prinsip ABC tersebut.
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan
bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :
• Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah) • Suction / hisap (jika
alat tersedia) • Guedel airway / nasopharyngeal airway • Intubasi trakhea dengan
leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
Airway control (Penguasaan Jalan Napas)Hal pertama yang dilakukan
adalah melihat jalan napaskorban. Jalan napas adalah prioritas nomor satu dalam
prinsip ABC. Jika ada gangguan pada jalannapas, maka harus segera dibebaskan
sebab manusia tidak akan bisa bertahan tanpa menghirup oksigenselama lebih dari
3 menit. Baringkan korban dengan telentang dan pastikan bahwa jalan napasnya
terbuka. Apabila korban mengalami patah tulang belakang, patah tulang leher,
baringkan pada posisimiring agar cedera tidak semakin parah. Posisi miring juga
berguna untuk mencegah sumbatan pada jalan napas oleh cairan.
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
• Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks) • Tutuplah jika ada luka robek pada
dinding dada • Pernafasan buatan
Breathing Support (Bantuan Napas) Kedua, lihat cara korban bernapas
untukmemastikan apakah ada gangguan pada pernapasannya. Jika korban
terlihatsulit bernapas, jangan ragu memberikan napas buatan. Napas buatan
menggunakan mulut ada tigamacam, yaitu dari mulut ke mulut atau ke hidung, dari
mulut ke masker RJP, dan mulut ke APD. Napasbuatan melalui mulut dilakukan
sambil menutup hidung (tangan kiri) dan menahan rahang bawah, laluhembuskan
udara dengan cukup kuat ke dalam jalan napas korban.
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
• Hentikan perdarahan eksternal • Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar
(14 - 16 G) • Berikan infus cairan
Circulatory support (BantuanSirkulasi)Terakhir, periksa kelancaran sirkulasi
darah dengan mengecek denyut jantung korban. Apabilapenderita tidak sadarkan
diri, tidak ada pernapasan, tidak ada denyut nadi dan denyut jantung makakorban
mengalami henti jantung.
Tindakan selanjutnya adalah pijat jantung atau resusitasijantung.Hati-hati,
karena teknik pemijatan jantung yang salah justru menyebabkan kefatalan seperti
patahtulang iga, patah tulang dada, perdarahan pada rongga dada, cedera paru, dan
cedera hati. Gerakan pijat jantung adalah seperti gerakan memompa, caranya kedua
tangan menekan dada, gunakan lutut sebagai tumpuan. Bila penderita tetap tidak
bernafas dan tidak ada denyut nadi di leher, lakukan gabungan prinsipB dan C
bergantian, yang dinamakan resusitasi jantung paru dengan irama 60-80 pompaan
dan 1 napas buatan selama 3 detik/menit.
Tatalaksana untuk penyakit difteri terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap
lanjutan, dan tahap kegawatan.
a. Awal
Antitoksin Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera mungkin, karena
jika terlambat akan meningkatkan mortalitas.
Antibiotik Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain
dengan dosis 50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari. Karena
terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu dilakukan
tes kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus tersedia
pengobatan terhadap reaksi anafilaksis.
Oksigen Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran
respiratorik. Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat
dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi)
daripada pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung
atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan
obstruksi saluran respiratorik.
b. Lanjut
Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri
parasetamol. Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri
makanan melalui pipa nasogastrik. Kondisi pasien, terutama status
respiratorik, harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh
dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempatkan dekat dengan perawat, sehingga
jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin.
c. Kegawatan
Tidak ada dugaan trauma leher Bayi/Anak sadar Lakukan Head tilt
(posisikan kepala sedikit mendongak atau posisi netral) dan Chin lift (angkat
dagu ke atas) seperti terlihat pada gambar. Lihat rongga mulut dan keluarkan
benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rongga mulut. Biarkan
bayi/anak dalam posisi yang nyaman.
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika
terjadi tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus dilakukan
trakeostomi sesegera mungkin. Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan
alternatif lain, tetapi bisa menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan
gagal untuk mengurangi obstruksi.

Anda mungkin juga menyukai