Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi saluran respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan penyumbatan. Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan paralisis otot dan miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka kematian. Dalam penanganan situasi gawat darurat yang perlu diterapkan adalah prinsip ABC (Airway control, Breathing support, Circulation support). Tindakan ini dapat dilakukan tidak terbatas oleh dokter danparamedis asalkan memahami prinsip ABC tersebut. Airway Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan : • Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah) • Suction / hisap (jika alat tersedia) • Guedel airway / nasopharyngeal airway • Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral Airway control (Penguasaan Jalan Napas)Hal pertama yang dilakukan adalah melihat jalan napaskorban. Jalan napas adalah prioritas nomor satu dalam prinsip ABC. Jika ada gangguan pada jalannapas, maka harus segera dibebaskan sebab manusia tidak akan bisa bertahan tanpa menghirup oksigenselama lebih dari 3 menit. Baringkan korban dengan telentang dan pastikan bahwa jalan napasnya terbuka. Apabila korban mengalami patah tulang belakang, patah tulang leher, baringkan pada posisimiring agar cedera tidak semakin parah. Posisi miring juga berguna untuk mencegah sumbatan pada jalan napas oleh cairan. Breathing Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan : • Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks) • Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada • Pernafasan buatan Breathing Support (Bantuan Napas) Kedua, lihat cara korban bernapas untukmemastikan apakah ada gangguan pada pernapasannya. Jika korban terlihatsulit bernapas, jangan ragu memberikan napas buatan. Napas buatan menggunakan mulut ada tigamacam, yaitu dari mulut ke mulut atau ke hidung, dari mulut ke masker RJP, dan mulut ke APD. Napasbuatan melalui mulut dilakukan sambil menutup hidung (tangan kiri) dan menahan rahang bawah, laluhembuskan udara dengan cukup kuat ke dalam jalan napas korban. Sirkulasi Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan : • Hentikan perdarahan eksternal • Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G) • Berikan infus cairan Circulatory support (BantuanSirkulasi)Terakhir, periksa kelancaran sirkulasi darah dengan mengecek denyut jantung korban. Apabilapenderita tidak sadarkan diri, tidak ada pernapasan, tidak ada denyut nadi dan denyut jantung makakorban mengalami henti jantung. Tindakan selanjutnya adalah pijat jantung atau resusitasijantung.Hati-hati, karena teknik pemijatan jantung yang salah justru menyebabkan kefatalan seperti patahtulang iga, patah tulang dada, perdarahan pada rongga dada, cedera paru, dan cedera hati. Gerakan pijat jantung adalah seperti gerakan memompa, caranya kedua tangan menekan dada, gunakan lutut sebagai tumpuan. Bila penderita tetap tidak bernafas dan tidak ada denyut nadi di leher, lakukan gabungan prinsipB dan C bergantian, yang dinamakan resusitasi jantung paru dengan irama 60-80 pompaan dan 1 napas buatan selama 3 detik/menit. Tatalaksana untuk penyakit difteri terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap lanjutan, dan tahap kegawatan. a. Awal Antitoksin Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera mungkin, karena jika terlambat akan meningkatkan mortalitas. Antibiotik Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain dengan dosis 50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari. Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu dilakukan tes kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus tersedia pengobatan terhadap reaksi anafilaksis. Oksigen Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik. Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik. b. Lanjut Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol. Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri makanan melalui pipa nasogastrik. Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempatkan dekat dengan perawat, sehingga jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin. c. Kegawatan Tidak ada dugaan trauma leher Bayi/Anak sadar Lakukan Head tilt (posisikan kepala sedikit mendongak atau posisi netral) dan Chin lift (angkat dagu ke atas) seperti terlihat pada gambar. Lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing bila ada dan bersihkan sekret dari rongga mulut. Biarkan bayi/anak dalam posisi yang nyaman. Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika terjadi tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus dilakukan trakeostomi sesegera mungkin. Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan alternatif lain, tetapi bisa menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan gagal untuk mengurangi obstruksi.