Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN VI

FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK HERBAL DAUN JAMBU BIJI DAN KEMASAN

I. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menentukan formula sediaan kapsul dari bahan ekstrak herbal
2. Membuat sediaan kapsul dari bahan herbal
3. Membuat kemasan sediaan kapsul herbal yang baik dan menarik
4. Melakukan evaluasi sediaan kapsul herbal

II. DASAR TEORI


Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan
ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut
sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi
pengendapan massa dengan cara difusi.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus
kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan
larutan di luar bahan (Sudjadi, 1988).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan
cara panas. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:

Ekstraksi secara dingin


 Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin(Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,
tiraks dan lilin.
 Perkolasi dalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi.
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu
sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien
(Sutriani, L.,2008)

Ekstraksi secara panas


 Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).
 Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal (Sutriani,L . 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai
daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan
yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran
senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar
larut dalam pelarut polar dan sebaliknya(Sutriani,L . 2008).
 Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu
alas bulat setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Keuntungan metode ini adalah :
- Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
- Digunakan pelarut yang lebih sedikit
- Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).

Kerugian dari metode ini :


- Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas.
- Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah
dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
- Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air,
karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada
temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).

Kapsul(FI,III) adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsulKeras dan


lunak , Kapsul (FI,IV) adalah sediaan Padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut .
Cangkang dibuat dari :
1. Gelatin
2. Pati
3. Bahan Lain yang cocok (FI,Ed,IV)

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras


atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan. (Anonim, 1979)
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8
macam ukuran, yaitu 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran 000 adalah ukuran
kapsul untuk hewan, sedangkan untuk pasien ukuran terbesar adalah 00.
(Anonim, 2007)

Macam-macam kapsul :
1. Capsulae Gelatinosae Operculatae (kapsul keras)
Kapsul keras terdiri dari cangkang dan tutup. Cangkang kapsul keras
terbuat dari gelatin, gula, dan air, dan merupakan cangkang kapsul yang
bening tak berwarna dan tak terasa. Kapsul harus disimpan di wadah yang
berisi zat pengering.
2. Soft Capsule (kapsul lunak)
Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan
pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak
dibuat dari gelatin ditambah gliserin atau alcohol polihidris, seperti
sorbitol untuk melunakkan gelatinnya. Kapsul lunak diperlukan untuk wadah
obat cair atau cairan obat seperti minyak levertran.
Kapsul harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Keseragaman bobot (bervariasi antara 7,5 % - 20 %)
b) Keseragaman isi zat yang berkhasiat
c) Waktu hancur, yaitu tdak boleh dari 15 menit
d) Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat. (Anief, Moh., 1997)

Keuntungan untuk sediaan kapsul :


a) Bentuk menarik dan praktis
b) Tidak berasa sehingga bisa menutupi rasa dan bau obat yang kurang enak
c) Mudah ditelan dan cepat hancur/larut di dalam perut
d) Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan
obat dan dengan dosis yang berbeda menurut kebutuhan pasien
e) Kapsul dapat diisi dengan cepat, tidak memerlukan bahan penolong.

Kerugian bentuk sediaan kapsul :


a) Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab poti-pori cangkang
tidak menahan penguapan
b) Tidak untuk zat-zat yang terhigroskopis
c) Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
d) Tidak untuk balita
e) Tidak bisa dibagi. (Anonim, 2007)

Pengisian cairan ke dalam kapsul keras :


1) Zat-zat setengah cair atau cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat dikapsul
sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan inert, tetapi kalau
jumlahnya banyak yang jika dikeringkan membutuhkan terlalu banyak bahan
inert, maka dapat dibuat seperti massa pil dan dipotong-potong sebanyak
yang diperlukan baru dimasukkan ke dalam cangkang keras dan direkat.
2) Cairan-cairan
Untuk cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain yang tidak
melarutka gelatinnya dapat langsung dimasukkan dengan pipet yang telah
ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus ditutup (diseal) supaya cairan
yang ada di dalamnya tidak bocor atau keluar. Untuk cairan-cairan seperti
minyak menguap, kreosot, atau alcohol yang akan bereaksi dengan minyak
lemak sampai kadarnya di bawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam kapsul,
kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak, kemudian cairan
diteteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan tegak lurus, setelah iu
ditutup. (Anonim,2007)

Factor-faktor yang merusak cangkang kapsul :


a) Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan
menyerap air dari kapsulnya sendiri sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah. Penambahan lactose/amylum akan menghambat proses ini. Contoh:
kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNo2, dsb.
b) Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memilih titik lebur lebih rendah daripada
titik lebur semula sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya
kapsul yang mengandung asetosal dengan hexamine atau champor dengan
menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan
bahan inert lalu keduanya dicampur.
c) Mengandung minyak menguap, kreosot, atau alcohol
d) Penyimpanan yang salah
 Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka
karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut
 Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi
rapuh dan mudah pecah.

Mengingat sifat kapsul tersebut sebaiknya kapsul disimpan :


a. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
b. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silica (pengering)
c. Dalam wadah plastic yang diberi pengering
d. Dalam blister (strip alufoil). (Anonim, 2007)

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat :
 Cetakan kapsul

 Bahan :
 Ekstrak daun jambu biji
 Laktosa/SL
 Kapsul

IV. CARA KERJA

a) Cara Pembuatan Kapsul Herbal

Ekstrak daun jambu


biji
- Ditimbang ekstrak daun jambu biji sesuai yang sudah ditetapkan
- Ditimbang sukrosa/SL sesuai dengan formula yang ditetapkan
- Dicampurkan ekstrak daun jambu biji dengan sukrosa/SL sampai
homogen
- Dimasukkan ekstrak daun jambu biji dan sukrosa/SL yang sudah
homogen kemudian dimasukkan ke dalam kapsul sesuai dengan ukuran
kapsul yang sudah ditetapkan
- Dikemas sediaan kapsul herbal yang telah jadi

Kapsul herbal daun jambu


biji

b) Cara Kerja Evaluasi Kapsul Herbal


- Organoleptis
Kapsul herbal daun jambu
biji
- Dilihat warna sediaan kapsul herbal daun jambu biji
- Dilihat bentuk sediaan kapsul herbal daun jambu biji
- Dibaui sediaan kapsul herbal daun jambu biji

Warna, bentuk, dan bau kapsul hebal daun


jambu biji

- Keseragaman Bobot

Kapsul herbal daun jambu


-
biji

- Ditimbang masing-masing setiap kapsul herbal daun jambu biji


- Dihitung keseragaman bobotnya

Keseragaman bobot kapsul herbal daun jambu


biji

 Perhitungan kapsul
 Dik :

Hewan uji = mencit

Konversi mencit kemanusia = 387,9


Dosis 150 mg/kkBB

Berat mencit 20 gram

Dit : Dosis manusia?

Jawab :

Dosis = 150 mg/20 g BB

= 150 mg/0,02 kg

= 3 mg/kg

Manusia = 3 mg x 387,9 = 1,163,7 mg

= 1,16 gram / 70 kg
60 𝑘𝑔
= 𝑥 1,16 𝑔𝑟 = 0,99 gram = 1 gram
70 𝑘𝑔

2 kali pemakaian
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 / 1 kali pemakaian / kapsul
2

15 kapsul

= 0,5 gram x 15 kapsul = 7,5 gram

SI = 0,6 gram x 15 kapsul = 9 gram

= 16,5 gr = 16,500 mg

Bobot 1 kapsul

= 0,5 gram + 0,6 gram

= 1,1 gram 1100 mg

No kapsul yang digunakan 00

= 0,39 - 1,3 gr

V. HASIL
 Perhitungan kapsul

NO. Bobot kapsul+ serbuk A (75%) B (10%)

1. 0,71 gr  

2. 0,69 gr  

3. 0,71 gr  

4. 0,69 gr  

5. 0,69 gr  

6. 0,69 gr  

7. 0,71 gr  

8. 0,69 gr  

9. 0,71 gr  

10. 0,70 gr  

11. 0,70 gr  

12. 0,71 gr  

13. 0,69 gr  

14. 0,69 gr  

15. O,68 gr  

Rata –rata = 0,697 gr

(FARMAKOPE EDISI IV)

Bobot rata rata isi kapsul Perbedaan bobot isi kapsul


dalam %

A B

120 mg atau lebih +10% + 20 %

Lebih dari 120 mg + 7,5 % + 15 %

Berat rata-rata = 0,69 gr


= 697 mg 7,5% (A) dan 15% (B)
7,5
7,5% = 𝑥0,697 𝑔𝑟
100

= 0,052 gr

0,640,697 – 0,052 gr

= 0,64 gr

0,697gr +0,052 gr

= 0,74 gr

Range = (0,64 gr – 0,74 gr)

15
15% = 100 𝑥0,697 𝑔𝑟 = 0,104 gr

0,697 – 0,104 = 0,59


0,697 + 0,104 = 0,80 gr

Range 15% = (0,59 gr – 0,80 gr )

VI. PEMBAHASA

Kapsul ekstrak daun jambu biji telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun
jambu biji memiliki khasiat yang dapat mengurangi frekuensi buang air besar (diare). (Adnyana
et al , 2004).

Pada praktikum kali ini pertama yang dilakukan adalah pengeringan ekstrak kental
sampai ekstrak tidak dapat mengalir pada saat dituang. Dibuat ekstrak dengan tingkat
kekentalan yang tinggi tujuannya agar pada saat digerus bersama sl serbuk yang dihasilkan
tidak terlalu lembab yang menyebabkan kesulitan untuk memasuki serbuk ke dalam
cangkang kaspul. lalu ekstrak kental digunakan sebanyak 15 gram dimasukkan kedalam
lumpang kemudian ditambahkan SL(saccharum Lactis) bertujuan untuk membantu
mengeringkan ekstrak dan digerus sampai homogen. Setelah itu diayak menggunakan
ayakan no mesh 20. kemudian dikeringkan serbuk ekstrak yang sudah diayak kedalam dry
cabinet selama 30 menit. Selanjutnya granul yang telah di keringkan di dry cabinet diayak
kembali. Setelah proses granulasi dilakukan dan didapatkan granul kering, selanjutnya
granul tersebut dimasukkan ke dalam kapsul. Dimana kapsul yang digunakan yaitu
cangkang kapsul No. 00 karena isi bobot ekstraks serbuk daun jambu biji sebesar 1100 mg
per kapsul jadi digunakan cangkang kapsul no 00 (0,39 gr – 1,3 gr).

Kemudian badan dan penutup kapsul dipisahkan dan diletakkan pada tempat untuk
pengisian kapsul yang kemudian badan kapsul diisi dengan serbuk hingga terisi penuh dan
selanjutnya tutup kapsul menggunakan penutup kapsul sampai berbunyi klik dan yang tadi
telah terisi sediaan permukaan dibersihkan. Dilakukan pengujian evaluasi pada sediaan yaitu
uji organoleptis yaitu meliputi warna, bau, bentuk. Hasil yang didapat pada percobaan kali
ini yaitu Serbuk ekstrak jambu biji berwarna hijau lumut dengan bau khas daun jambu biji
dan berbentuk kaspsul. Uji keseragaman bobot ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
penyimpangan bobot per kapsul dan penyimpangan ini berhubungan dengan penyimpangan
dosis per kapsul.

Uji keseragaman bobot yaitu dengan menimbang masing-masing bobot cangkang kaspul
yaitu 0,12 gr. Kemudian ditimbang bobot kaspsul + serbuk dengan 15 kapsul masing-masing
bobot dengan berat 0,71 gr, 0,69 gr, 0,71 gr, 0,69 gr, 0,69 gr, 0,71 gr, 0,71 gr, 0,70 gr, 0,70
gr, 0,71 gr, 0,70 gr, 0,70 gr, 0,69 gr, 0,69 gr, 0,68 gr dengan bobot rata-rata kapsul = 0,697
gr. Menurut farmakope edisi IV jika berat rata-rata isi kapsul lebih dari 120 mg perbedaan
bobot isi kapsul dalam persen pada kolom A yaitu 7,5% dan kolom B yaitu 15%. Range
bobot kapsul 7,5% pada kolom A yaitu (0,64 gr- 0,74gr) dan range bobot 15% pada kolom B
yaitu (0,59 gr-0,80 gr). Dari hasil range yang didapat menunjukkan bahwa semua bobot
kapsul masuk ke dalam range atau lolos baik range 7,5% ataupun 15%. Hal ini sudah sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
661/MENKES/SK/VII/1994 yaitu dari 20 tablet, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk
memastikan bahwa bobot yang terdapat dalam suatu formula memiliki jumlah yang sama
dan zat aktif yang sama dengan anggapan serbuk formula tercampur secara homogen.

VII. KESIMPULAN

Dari hasil yang didapat 15 kapsul masing-masing bobot dengan berat 0,71 gr, 0,69 gr,
0,71 gr, 0,69 gr, 0,69 gr, 0,71 gr, 0,71 gr, 0,70 gr, 0,70 gr, 0,71 gr, 0,70 gr, 0,70 gr, 0,69 gr,
0,69 gr, 0,68 gr bobot kapsul + serbuk rata-rata yaitu 0,697 gr. Hasil bobot penyimpangan
menunjukkan bahwa dari 15 kapsul semua nya lolos atau bobot kapsul memasuki range
7,5% dan 15%. Uji organoleptis didapatkan dengan warna ekstrak kapsul hijau lumut
dengan bau khas daun jambu biji dan berbentuk kapsul dengan cangkang kapsul no 00
karena isi bobot ekstraks serbuk daun jambu biji sebesar 1100 mg per kapsul jadi digunakan
cangkang kapsul no 00 (0,39 gr – 1,3 gr).

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997, Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 2007, Ilmu Resep Jilid I, Depkes RI, Jakarta
Ditjen, POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Sudjaji, Drs., (1986), Metode Pemisahan,UGM Press, Yogyakarta
Wijaya H. M. Hembing (1992), Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Cet
1, Jakarta.

LAMPIRAN

 PembuatanKapsuldaunjambubiji
Ekstrakdaunjambubijisebanyak
Ditimbangekstrakkentaldaunja 7,5 gr Serbuk yang
mbubijisebanyak 7,5 gr dimasukkankedalamlumpang + sudahkeringdimasukkankedala
SL sebanyak 9 gr digerus ad mkapsuldandikemas.
homogeny kemudian di oven
sampaikering

 Ujikeseragamanbobotkapsul

Ditimbangcangkangkapsul Ditimbangcangkangkapsulkoso
No.00 ng + isi, satu per satu

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM

PERCOBAAN VI
FORMULASI SEDIAAN KAPSUL EKSTRAK HERBAL DAUN JAMBU BIJI DAN
KEMASAN

DOSEN PEMBIMBING : IKA RISTIA RAHMAN M.Farm., Apt

NAMA KELOMPOK 4B /KELAS 2C :

SUCI HARDIYANTI

TRI MADU

WAHYUNI

WENNY OKTAVIANTY

ZAKIYAHTUROFIQOH

ADISTI SEKARINI

AKADEMI FARMASI YARSI

PONTIANAK

2019/2020

Anda mungkin juga menyukai