Anda di halaman 1dari 21

HASIL DISKUSI TUTORIAL

MODUL GANGGUAN GINEKOLOGI


KASUS I

A. Skenario
Rina adalah seorang gadis remaja berumur 23 tahun. Hari ini ia
tidak ke sekolah karena sementara mengalami haid dan merasa nyeri
pada perut bagian bawah. Awalnya nyeri di bagian perut kemudian
menjalar ke bagian pinggang. Ia juga merasa mual, muntah dan sakit
kepala. Menurut ibunya Rina juga cepat marah dan mudah
tersinggung. Rina menarche usia 13 tahun.

B. Kata Sulit
- Menarche
Onset atau permulaan menstruasi (dorland)
- Haid
Menstruation. Pengeluaran secara berkala dan fisiologis, darah dan
jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil; proses
ini berada di bawah kendali hormon dan secara normal berulang
(dorland)

C. Kata Kunci
- Gadis 23 tahun
- Haid dan nyeri perut bagian bawah
- Nyeri menjalar ke pinggang
- Mual, muntah dan sakit kepala
- Cepat marah dan mudah tersinggung
- Menarche usia 13 tahun.

D.Pertanyaan dan Jawaban


1. Anamnesis
a) Identitas
Nama: Rina, umur: 23 tahun, jenis kelamin: ♀, pekerjaan: pelajar

b) Keluhan Utama
- Nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang
- Mual, muntah dan sakit kepala
- Cepat marah dan mudah tersinggung

c) Riwayat penyakit sekarang

1
Yang ditanyakan:
- Kapan mulai menarche?
- Keteraturan menstruasi (Apakah menstruasi lancar setiap
bulannya?)
- Lamanya periode menstruasi
- Di tanyakan mengenai Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)?
- Perkiraan perdarahan yang terjadi (Apakah terjadi perdarahan
atau keluarnya darah yang berlebihan dibandingkan waktu/siklus
yang sebelum-sebelumnya? Diketahui dengan menanyakan
jumlah pembalut yang dipakai dalam sehari)
- Hubungannya dengan aktivitas fisik dan sosial (Apakah ada
aktivitas fisik dan sosial yang berat yang bisa dikaitkan dengan
timbulnya rasa nyeri?)
- Nyeri yang terjadi harus dijelaskan mengenai tipe, lokasi,
penjalaran, dan hubungannya dengan gejala lain?
- Apakah nyeri (dismenore) dirasakan pada 6-12 bulan sesudah
menarche atau tidak?
- Apakah nyeri dirasakan pada menjelang,sementara atau sesudah
haid?
- Apakah nyeri hanya terasa setiap ada menstruasi atau tidak?
- Apakah perubahan sifat pasien juga hanya pada saat menstruasi
atau tidak?
- Gaya hidup (olahraga, kebiasaan merokok, alkoholisme, stress)
- Apakah sudah mengkonsumsi obat atau belum?

d) Riwayat Penyakit dahulu ( Apakah sebelumnya pernah mengalami


hal yang sama pada saat haid atau tidak?)

e) Riwayat penyakit Keluarga (apakah pihak keluarga ibu atau


saudara perempuan yang mengalami hal yang sama?)

2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


a) Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan Umum
Kesan sakit dan kesadaran
- Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi → frekuensi/laju nadi ( N:60-100x/menit), irama, isi/kualitas
nadi dan ekualitas( perabaan nadi pada keempat
ekstremitas)
Nafas → laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernapasan
Suhu → rectal,oral,axila

2
Kulit → warna kulit, edema, tanda perdarahan, luka parut,
pelebaran pembuluh darah, turgor dll
Mata → tanda-tanda anemis, ketajaman melihat, nystagmus,
ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kornea, pupil
Mulut → tanda anemis pada mukosa bibir, selaput lender mulut:
warna, peradangan, pembengkakan
Leher → perhatikan kelenjar di leher dan pelebaran vena

b) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Bentuk : cekung/cembung, pernafasan, posisi umbilikus,
gambaran vena : spider navy, gambaran peristaltic
- Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 – 30
detik.
- Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk
menentukan udara dalam usus, atau adanya cairan bebas/ascites.
- Palpasi
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai
perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.

c) Pemeriksaan ginekologi
- Pemeriksaan organ genitalia eksterna
Perabaan vulva dan perineum, pemeriksaan dapat dimulai
dengan perabaan glandula bartholini dengan jari-jari dari luar
yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari di
dalam vagina dan ibu jari diluar
- Pemeriksaan organ genitalia interna
 Pemeriksaan dengan speculum untuk perempuan yang belum
pernah melahirkan, dan apabila memang mutlak perlu untuk
virgo, dipilih speculum yang kecil. Untuk pemeriksaan
ginekolok dengan pemeriksaan inspekulo, terutama apabila
akan dilakukan pemeriksaan sirologi atau pemeriksaan
terhadap gonore, kandidiasis atau proses yang mudah
berdarah.
 Pemeriksaan bimanual  Pemeriksaan organ genitalia interna
dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari atau satu
jari dimasukan kedalam vagina atau satu jari ke dalam rectum,
sedang tangan lain (biasana empat jari) diletakan di dinding
perut.
 Perabaan vagina dan dasar panggul  himen yang masih utuh
atau kaku (himen rigidus) merupakan kontraindiksi dalam

3
pemeriksaan per vagina. Diperiksa apakah introitus vagina dan
vagina sempit atau luas, apakah dinding vagina licin atau
kasar bergaris-garis melintang (rugae vaginalis); apakah
teraba polib, tumor, atau benda asing; apakah teraba lubang
(fistula); apakah ada kelainan bawaan, seperti septum vagina;
apakah puncak vagina teraba kaku oleh jaringan parut atau
karsinoma servisitis tingkat II dan III.
 Perabaan Serviks
Perabaan serviks harus dilakukan secara sitematis, ke mana
menghadapnya, bentuknya apakah bulat atau terbelah
melintang, besar dan konsistensinya, apakah agak turun
kebawah, apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari,
terutama ostium uteri internum.
 Perabaan Korpus uteri, pemeriksaan korpus uteri dilakukan
bimanual dengan peranan tangan luar yang sama pentingnya,
bahkan dianggap lebih penting daripada tangan yang di dalam
vagina. Juga batas kanan dan kiri uterus perlu diraba.
Kesulitan pemeriksaan bimanual dapat dialami pada penderita
bertubuh gemuk, yang tidak tenang, dan menegangkan
perutnya.
Perabaan bimanual korpus uteri harus dilakukan secara
sistematis. Harus diperhatikan secara berturut turut letaknya,
bentuknya, besar dan konsistensi, permukaan dan gerakannya.
 Perabaan parametrium dan adneksum, pemeriksaan daerah
samping uterus baru dapat dilakukan dengan baik apabila
posisi uterus sudah diketahui. Jari-jari perlu dimasukkan
sedalam-dalamnya; Ujung jari ditempatkan di forniks lateral
dan didorong kea rah belakang lateral dan atas. Tangan luar
ditempatkan di perut bawah, kanan atau kiri sesuai dengan
letaknya didalam vagina.
- Pemeriksaan rektoabdominal, rektovaginal, dan rekto vagino
abdominal
Dengan sarung tangan dan bahan pelumas, biasanya minyak, jari
telunjuk dimasukkan ke dalam rectum. Pemeriksaan
rektoabdominal (bimanual seperti diuraikan diatas) dilakukan
pada virgo atau perempuan yang mengaku belum perna
bersetubuh dalam keadaan tertentu, misalnya untuk menilai
keadaan septum rektovaginal, dilakukan pemeriksaan
rektovaginal.
- Pemeriksaan dalam narkosis
Pemeriksaan vaginoabdominal dan pemeriksaan in speculum
perlu/harus dilakukan dalam narcosis pada anak kecil, biarawati,
virgo dan introitus vagina yang sempit atau pada himen rigidus,

4
vaginismus, apabila penegangan perut oleh penderita tidak bisa
dihilangkan, apabila pada pemeriksaan biasa tanpa narcosis
tidak diperoleh keterangan yang cukup jelas (adipositas, tumor
besar, cairan bebas, dsb)
Pemeriksaan dalam narcosis bukan tanpa bahaya, sehingga
sebaiknya baru dilakukan apabila memang benar-benar
diperlukan.
d) Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium biasa, kadar Hb diperiksa pada
perempuan yang tampak pucat mengalami perdarahan, pada
perempuan hamil dan pada persangkaan kehamilan ekstrauterin
terganggu. Pemeriksaan jumlah leukosit dan laju endap darah.
Pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dsb
- Pemeriksaan getah vulva dan vagina, pemeriksaan getah
uretra/serviks dan getah vagina, terutama pada keluhan
leukorea.
- Pemeriksaan sitologi wanita untuk pemeriksaan Sitologik, bahan
diambil dari dinding vagina atau dari serviks. Pemeriksaan
sitologi vagina sekarang banyak dan teratur berkala, misalnya ½
- 1 tahun sekali dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini dari
karsinoma serviks uteri dan karsinoma korporis uteri.
- Percobaan Schiller, percobaan schiller merupakan cara
pemeriksaan yang sederhana berdasarkan kenyataan abhwa sel-
sel epitel berlapis gepeng dari porsio yang normal mengandung
glikogen, sedang sel-sel abnormal tidak.
- Kolposkopi, keuntungan pemeriksaan ini ialah pemeriksa dapat
melihat binocular lebih jelas, dapat mempelajari porsio dan
epitelnya lebih baik serta lebih terperinci, sehingga dysplasia
dan karsinoma, baik yang insitu maupun yang invasive dapat
dikenal.
- Eksisi Percobaan dan Konisasi, merupakan cara pemeriksaan
yang dilakukan pada setiap porsio yang tidak utuh, didahului
atau tidak oleh pemeriksaan sitologi vaginal atau kolposkopi.
- Biopsy endometrium, biasanya di poliklinik atau kamar praktik,
dilakukan untuk menentukan ada atau tidak adanya ovulasi.
Periksalah apakah endometrium dalam masa proliferasi ataukah
dalam masa sekresi. Endometritis tuberkulosa dapat pula
ditemukan.
- Pemeriksaan endokrinologi, pemeriksaan endokrin dilakukan
dalam laboratorium khusus, misalnya untuk penentuan fungsi
hipofisis ( FSH, LH, ACTH ), ovarium (progesterone dan
estrogen), kelenjar gondok, dan kelenjar adrenal.

5
- Pemeriksaan dengan sinar rontgen, diperlukan pula dalam
mencari kelainan bawaan pada genitalia interna.
- Pemeriksaan sistoskopi, diperlukan utnuk visualisasi batu dan
polip di dalam kandung kemih dan untuk mencari metastasis
karsinoma servisis uteri kandung kemih. Pada wasir dan
persangkaan karsinoma rekti perlu dilakukan rektoskopi.
- Pemeriksaan ultrasonografi (USG), mempunyai tempat penting
dalam obstetric untuk pasien yang sedang hamil. Pertumbuhan
dan perkembangan janin, ancaman keguguran, plasenta
bermasalah, hamil ganda/kembar, ukuran cairan ketuban,
kelainan posisi janin, jenis kelamin bayi. Dapat juga digunakan
untuk melihat kelaina pada alat genitalia interna.
- Pemeriksaan kuldosentesis, diperlukan untuk memastikan
terkumpulnya darah dalam rongga peritoneum dan sekaligus
untuk membedakannya dari abses Douglas. Pemeriksaan ini
dilakukan dalam narcosis dikamar operasi dengan perhatian
penuh akan asepsis.
- HSG (histerosalpinografi), pemeriksaan ini digunakan untuk
mengetahui kondisi saluran telur sekaligus apakah ada sumbatan
dan letaknya pada saluran telur yang bisa menyebabkan
infertilitas.
- Pemeriksaan kadar hormon untuk menentukan keseimbangan
hormone didalam tubuh pasien.
- Urinalisis
- β HCG serum, mendeteksi kadar serum antara 2-4 MIU/ml
- Laparaskopi, inspeksi organ panggul yang dilakukan melalui
endoskopi yang dilewatkan melalui dinding abdomen. Ini
merupakan prosedur yang umum, sering dilakukan di unit bedah
harian; terapi prosedur ini juga mempunyai resiko kecil berupa
cedera terhadap organ dalam yang harus tetap diperhatikan.
Pasien dianastesi, kandung kemih dikosongkan dan pemeriksaan
bimanual dilakukan untuk menilai adanya massa didalam
panggul dan menilai arah uterus. Sebuah forceps dipasang
terfiksasi di bibir anterior serviks dan kanul dipasang masuk
dalam uterus. Hal ini memungkinkan uterus dapat digerakkan
ketika endoskop melewati struktur ini dan zat pewarna dapat
disuntikan melalui kanula untuk menguji patensi tuba.
Laparaskopi dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Teknik
memotong ke bawah (cut down technique) dapat dipakai untuk
membuka selubung rektus dan peritoneum yang mendasari tetap
berada di bawah umbilicus. Trokar tumpul kemudian dimasukkan
dan rongga abdomen dipenuhi dengan gas CO2 yang
memungkinkan visualisasi organ panggul. Kepala pasien

6
dimiringkan ke bawah agar usus bergerak menjauhi panggul.
Atau, dapat dipakai jarum Veress untuk mengisi gas CO2 ke
dalam rongga abdomen dan sebuah trokar tajam dimasukkan
menembus selubung rektus. Tersedia pula alat-alat yang
memungkinkan masuknya trokar sekaligus memberikan
visualisasi langsung.

3. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Berdasarkan keluhan pada skenario di atas pasien dapat didiagnosis
dismenore primer. Dan untuk diagnosis bandingnya adalah
dismenore sekunder.

4. Anatomi Sistem Genitalia Wanita


a) Organ genitalia eksterna
- Mons veneris : disebut juga gunung venus, merupakan bagian
yang menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan
lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh
rambut yang bentuknya segitiga
- Labia mayora : merupakan kelanjutan dari mons venseris,
berbentuk lonjong. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan ini terdiri dari :
Bagian luar; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris
Bagian dalam; tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengadung kelenjar sebasea (lemak)
- Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora,
tanpa rambut. Dibagian atas klitoris, labia minora bertemu
membentuk prepusium klitoris dan di bagian bawahnya bertemu
membentuk prenulum klitoris, labia minora ini mengelilingi
orifisium vagina
- Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitif dan analog dengan penis
pada laki-laki.
- Vestibulum : merupakan alat reproduksi bagian luar yang kedua
bibir kecil bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan
kedua labia minora. Pada vestibulum terdapat muara urethra,
dua lubang saluran kelenjar bartholini dan dua lubang saluran
kelenjar skene.

7
- Kelenjar bartholini: kelenjar yang penting di daerah vulva dan
vagina, karena dapat mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir
meningkat saat hubungan seks.
- Hymen (selapit dara): merupakan jaringan yang menutupi lubang
vagina, bersifat rapuh dan mudah robek, hymen ini berlubang
sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus
dan darah saat menstruasi.

b) Organ genitalia interna


- Liang senggama (vagina): adalah liang atau saluran yang
menghubungkan vulva dan rahim, terletak diantara saluran
kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut
rahim. Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding
belakang 10 cm. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut
rugae, sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras di
sebut kolumna rugarum. Dinding vagina terdiri dari dari lapisan
mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat. Berbatasan
dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain
forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks
posterior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus
interna. Fungsi penting dari vagina ialah sebagai saluran keluar
untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat
untuk bersenggama dan jalan lahir pada waktu bersalin
- Rahim (uterus) : adalah suatu struktur otot yang cukup kuat,
bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga
dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara
kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu
pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga
bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk
segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan
rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim antara kedua pangkal
tuba, yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal
rahim. Besar rahim berbed-beda, bergntung pada usia dan
pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira
sebesar telur ayam kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm
x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm.
Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada
multipara. Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksi. Letak-letak lainnya adalah antefleksi (tengah ke
depan), retrofleksi (tengah ke belakang), anteversi (terdorong ke
depan), retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah rahim

8
dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari arteri iliaka interna
(arteri hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama rahim
adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tumbuh kembang, dan berkontraksi terutama sewaktu beralin
dan sesudah bersalin.
- Saluran telur (tuba falopii) adalah saluran yang keluar dari kornu
rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter -8 mm.
Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi
silia, yaitu rambut getar yang befungsi untuk menyalurkan telur
dan hasil konsepsi. Saluran telur terdiri dari empat bagian yaitu,
pars interstisialis (intramuralis), pars isimika (bagian tengah
saluran telur yang sempit), pars ampularis (tempat
pembuahan/konsepsi terjadi), dan infundibulum (merupakan
ujung tuba yang terbuka ke rongga perut). Fungi saluran telur
adalah sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum
yang dilepaskan oleh indung telur, dan tempat terjadinya
pembuahan (konsepsi/fertilisasi).
- Indung telur (ovarium) : terdapat dua indung telur, masing-
masing di kanan dan di kiri rahim, dilapisi mesovarium dan
tergntung di belakang ligalatum. Bentuknya seperti buah almon,
sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x 1,5-2 cm x
0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium,
liga ovarika, dan liga infundibulopelvikum. Menurut strukturnya
ovarium terdiri kulit (korteks) atau zona parenkimatosa yang
terdiri dari tunika albuginea (epitel berbentuk kubik), jaringan
ikat di selasela jaringan lain, stroma (folikel primordial, dan
folikel de Graaf), dan sel-sel warthard. Inti (medula) atau zona
vaskulosa, terdiri dari stroma beris pembuluh draha, serabut
saraf dan beberapa otot polos. Pada wanita diperkirakan
terdapat sekitar 100 ribu folikel primer. Pada kurun reproduksi,
tiap-tiap bulan satu folikel atau kadang-kadang dua folikel akan
matang lalu menghasilkan sel telur (ovum), menghasilkan
hormon-hormon (progesteron dan estrogen), dan ikut mengatur
haid.

5. Histologi Sistem Genitalia Wanita


a) Histologi ovarium

9
Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk
dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua
seorangwanita. Di samping itu, terdapat perubahan-perubahan
histologic yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar
endokrin.
Pada garis besarnya ovarium terbagi atas dua bagian, yaitu
korteks dan medulla. Korteks terdiri atas stroma yang padat,
dimana terdapat folikel-folikel dan seltelurnya. Folikel dapat
dijumpai dalam berbagai tingkat perkembangan, yaitu folikel
primer, sekunder, dan folikel yang masak. Juga ada folikel yang
mengalami degenerasi yang disebut atresia folikel. Dalam korteks
juga dapat dijumpai korpusrubrum, korpus luteum, dan
korpusalbikans.
Makin muda usia wanita makin banyak folikel yang dijumpai. Pada
bayi yang baru lahir terdapat ± 400.000 folikel pada
keduaovarium. Rata-rata hanya 300-400 ovum yang dilepaskan
selama masa reproduksi. Pada masa pasca menopause sangat
jarang diketemui folikel karena kebanyakan telah mengalami
atresia. dalam medulla ovarium terdapat pembuluh darah,
serabut-serabut saraf, dan jaingan elastis.
Pada masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan beristirahat dan
baru pada masa pubertas mulai menunaikan faalnya. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada ovarium selama siklus haid ialah
sebagai berikut. Di bawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai
berkembang, akan tetapi, hanya satu yang tumbuh terus sampai
menjadi matang. Pada folikel ini mula-mula sel-sel sekeliling ovum
berlipat ganda dan kemudian diantara sel-sel itu timbul suatu
rongga yang berisi cairan yang disebut likuorfolikuli. Ovum
sendiri terdesak kepinggir, dan terdapat di tengah tumpukan sel
yang menonjol kedalam rongga follikel. Tumpukan sel dengan
ovum di dalamnya itu disebut cumulus ooforus. Antara ovum
dengansel-selsekitarnya tedapat zona pelusida. Sel-sellainnya
yang membatasi ruangan disebut membrane granulosa. Dengan
bertumbuhnyafolikel, jaringan ovarium sekitar folikel tersebut
terdesak keluar dan membentuk 2 lapisan, yaitu teka interna yang
banyak mengandung pembuluh darah dan teka eksterna terdiri
dari jaringan ikat padat. Dengan tumbuhnya folikel hingga
akhirnya matang benar, dan oleh karena pembentukan cairan
folikel semakin bertambah, maka folikel terdesak keluar
permukaan ovarium, malahan menonjol keluar. Sel-sel pada
permukaan ovarium menjadi tipis, dan pada suatu waktu oleh
mekanisme yang belum jelas betul, folikel pecah dan keluarlah
cairan dari Folikel bersamaan sel-sel cumulus ooforus. Peristiwa

10
ini disebut ovulasi. Sel-sel granuosa yang mengelilingi ovum telah
bebas itu disebut korona radiate.
Sel-sel dari membrane granulosa dan teka interna yang tinggal
pada ovarium membentuk korpus rubrum yang berwarna merah
oleh karena perdarahan saat ovulasi, dan yang kemudian menjadi
korpus luteum. Korpus luteum berwarna kuning Karena
mengandung zatkuning yang disebut lutein; ia mengeluarkan
hormone progesterone dan estrogen. Jika tidak terjadi pembuahan
(konsepsi), setelah 14 hari mengalami atrofi menjadi korpus
albikans (jaringan parut). Korpus luteum tadi disebut korpus
luteum menstruationis. Jika terjadi konsepsis, korpus luteum
dipelihara oleh hormone chorionic gonadotropin (hCG) yang
dihasilkan oleh sisi siotrofoblastdarikorion. Ini dinamakan korpus
luteum gravidatis dan berlangsung hingga 9-10 minggu.
b) Perubahan histologik pada endometrium dalam siklus haid
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput
lender uterus mengalami perubahan –perubahan siklik yang
berkaitan erat degan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase
endometrium dalam siklushaid, yaitu:
- Fase menstruasi atau deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus
disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh.
Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel
darah merah dalam hemolysis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan
stroma yang mengalami disintergrasidanotolisis, dan secret dari
uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung
3-4 hari.
- Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput
lender baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada
waktu ini tebal endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium
± 0.5mm. fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.
- Fase intermenstruum atau fase proliferasi
Dalamfaseini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3.5 mm.
Fase ini berlangsung dari harike-5 sampai hari ke-14 dari siklus
haid. Fase proliferasi dapat dibagi menjadi 3 subfase
1. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari
ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenarasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek dansempit. Bentuk

11
kelenjar ini merupakan cirri khas faseproliferasi; sel-sel
kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sedian masih
menunjukan suasana fase menstruasi di mana terlihat
perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang
berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukan
aktvitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan
tonjolan-tonjolan anastomosis. Nucleus sel stroma relative
besar sebab sitoplasma relative sedikit.
2. Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel
permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar
berkeluk-keluk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami
edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk
telanjang.
3. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase
ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan
dengan banyak mitodid. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.
- Fase prahaid atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14
sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya,
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk,
dan mengeluarkan getah, yang makin lama makin nyata dalam
endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang
tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas:
 Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase
sebelumnya karena kehilangan cairan. Pada saat ini dapat
dibedakan beberapa lapisan, yakni:
1. Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan myometrium; lapisan ini tidak aktif,
kecuali mitosis pada kelenjar
2. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentukanya man
seperti spons. Ini disebab kan oleh banyaknya kelenjar yang
melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma di
antaranya.
3. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas padat. Saluran-saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi secret, dan stromanya edema.
 Fase sekresi lanjut

12
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. dalam fase ini
terdapat peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium
sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk-
keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini ideal untuk nutrisi dan
perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel
stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan.

6. Fisiologi
Siklus Mensturasi normal dapat dibagi Menjadi 2 Segment
yaitu, siklus Ovarium (indung telur) dan Siklus Uterus (rahim).
Siklus Indung telur terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagilagi
menjadi Masa Proliferasi (pertumbuhan) dan Masa Sekresi.
Perubahan didalam rahim merupakan respon terhadap
perubahan Hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium
(lapisan terluar rahim), Miometrium (lapisan otot rahim terletak
dibagian tengah) dan endometrium(lapisan terdalam rahim).
Endometrium adalah lapisan yang berperan didalam siklus
mensturasi. 2/3 bagian endometrium disebut desuda fungsionalis
yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut
sebagai desuda basalis.
1. System hormonal yang mempengaruhi siklus mensturasi adalah :
FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH.
2. .LH-RH (luteinizing hormone realising hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis
untuk mengeluarkan Prolaktin
Pada setiap siklus mensturasi, FSH yang dikeluarkan hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel didalam Ovarium (Indung
Telur). Pada umumnya hanya satu folikel yang terangsang namun
perkembangan dapat menjadi 1, dan Folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan Produksi FSH, sehingga Hipofisi mengeluarkan hormone
yang ke dua yaitu LH. Produksi Hormon LH maupun FSH dibawah
pengaruh Realising hormones yang disalurkan Hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormone gonadotropin
(FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari
Folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari Endometrium. Dibawah pengaruh
LH, Folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi Ovulasi. Setelah

13
Ovulasi terjadi, terbentuklah Korpus Rubrum yang akan menjadi
Korpus Luteum, dibawah pengaruh Hormon LH dan LTH
(Luteotrophic hormones, suatu hormone gonadotropik ). Korpus
Luteum menghasilkan Progesterone yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar Endometrium. Proses ini disebut Haid atau
mensturasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa Ovulasi, Maka
Korpus Luteum tersebut dipertahankan.

Pada Setiaap Siklus dikenal 3 masa utama yaitu :


1. Masa mensurasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
Endometrium (Selaput Rahim) dilepaskan sehingga timbul
perdarahan dan hormon-hormon Ovarium berada dalam kadar
paling rendah.
2. Masa Proliferasi dari berhenti darah mensturasi sampai hari ke-
14. Setalah mensturasi berakhir, dimulailah masa Proliferasi
dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali atara rkisar hari ke 12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
Ovulasi)
3. Masa Sekresi. Masa Sekresi adalah masa sesudah terjadinya
Ovulasi. Hormone Progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap
untuk Implantasi (Perlekatan Janin ke Rahim)

Siklus Ovarium :
1. Fase Folikular. Pada fase ini hormone reproduksi bekerja
mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian
matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses Ovulasi
(pengeluaran Sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikuler pada manusia berkisar 10-14 hari, dan Variabelitasnya
mempengaruhi panjang siklus mensturasi keseluruhan
2. Fase Luteal. Fase luteal adalah Fase dari Ovulasi hingga
mensturasi dengan jangka waktu rata-rata 14 Hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus Ovarium serta
uterus didalam siklus mensturasi normal :
1. Setiap permulaan siklus mensturasi, kadar hormone gonadotropin
(FSH,LH) berada pada level rendah dan sudah menurun sejak
akhir dari Fase luteal siklus sebelumnnya
2. Homon FSH dari Hipotalamus perlahan mengalami peningkatan
setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan Folikel
dimulai.pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk
pertumbuhan lapisan dari Endometrium

14
3. Peningkatan level estrogen menyabakan feedback negative pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormone LH kemudian menunrun
sebagai akibat dari peningkatan level Estradiol, tetapi pada akhir
Fase Folikular Level Hormon LH meningkat Drastis (respon
Bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormone FSH merangsang reseptor
(penerima) hormone LH yang terdapat pada sel Granulosa , dan
dengan rasanag hormone LH Keluarlah hormone Progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormone estrogen, hipofisi LH terpicu
yang menyebabkan terjadinya Ovulasi yang muncul 24-36 jam
kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase
Proliferasi ke sekresi, dari Folekular ke luteal
6. Kadar estrogen menurun pada awal fasse luteal dari sesaat
sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian
meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesterone meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan
penanda bahwa sesudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormone estrogen dan progesterone meningkat selama
masa hidup korpus luteum dan kemudian menurun unruk
mempersiapkan siklus berikutnya.

7. Etiologi dan Faktor Resiko


a) Etiologi
- Penyebab terjadinya dismenore primer adalah prostaglandin F2
∝ yang berlebihan. Nyeri pada dismenore primer diduga
berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin.
Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan
jaringan dari lapisan rahim melewati serviks, terutama jika
saluran serviks sempit.
- Penyebab dari dismenore sekunder adalah leiomyoma, PID, tubo-
ovarian abscess, ovarian torsion, ovarian cyst
rupture/hemorrhage, endometriosis, adenomyosis, pemasangan
IUD, dan premenstrual dysphoric disorder.
b) FaktorRisiko:
- Usia
- Nuliparitas
- Menarche padausialebihawal (<12 tahun)
- Lama menstruasilebihdari normal ( >7 hari)
- Merokok
- Obesitas
- Adanyariwayatkeluarga

8. Epidemiologi

15
Dismenore bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang
timbul akibat adanya kelainan dalam rongga panggul dan
mengganggu aktivitas perempuan, bahkan sering kali
mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan
pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenore. Dismenore
primer dimulai saat perempuan berumur 2-3 tahun setelah umur
menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15-25 tahun.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa dismenore primer tersebut
dialami oleh 60-75% perempuan muda. Tiga perempat jumlah
tersebut mengalami dismenore dengan intensitas ringan atau
sedang. Sedangkan seperempat lainnya mengalami dismenore
dengan tingkat berat dan terkadang menyebabkan si penderita tidak
berdaya dalam menahan nyerinya tersebut.
Studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun)
di Amerika Serikat, Klein, dan Litt melaporkan prevalensi dismenore
59,7%. Mereka yang mengeluh nyeri berat 12%, nyeri sedang 37%,
nyeri ringan 49%. Studi ini juga melaporkan bahwa dismenorea
menyebabkan 14% remaja putri sering tidak masuk sekolah.
Dismenorea juga banyak dialami perempuan Indonesia. Angka
kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,2%yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 4 sekolah menengah
pertama di Jakarta menunjukkan bahwa pada dismenore primer
terdapat 76,6% siswi tidak mau masuk sekolah karena nyeri haid.
Sebagian besar nyeri berlokasi di perut bagian bawah 89,7%, bagian
dalam paha 5,3%, dan pada bokong 4,4%. Kejadian nyeri haid
ditemukan pada siswi SMP dengan factor gizi kurang, kurang
melakukan kegiatan fisik, dan siswa dengan kecemasan sedang.
Kebanyakan wanita mencoba mengobati diri dengan pengetahuan
yang dimiliki dan hanya segelintir yang berkonsultasi ke dokter.

9. Patofisiologi
Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa
menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini
disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh
prostaglandin tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Pada remaja
dengan dismenore primer akan dijumpai peningkatan produksi
prostaglandin oleh endometrium. Pelepasan prostaglandin terbanyak
selama menstruasi didapati pada 48 jam pertama dan berhubungan
dengan beratnya gejala yang terjadi. Beberapa factor risiko yang
berhubungan dengan beratnya gejala dismenore adalah usia yang
lebih muda saat terjadinya menarche, periode menstruasi yang lebih
lama, banyaknya darah yang keluar selama menstruasi, perokok,

16
riwayat keluarga dengan dismenore. Obesitas dan penggunaan
alcohol juga dihubungkan dengan terjadinya dismenore primer.
Wang L dkk melaporkan hubungan yang bermakna antara stress
dengan peningkatan insiden beratnya gejala dismenore yang terjadi.
Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan
dalam terjadinya dismenore primer. Prostaglandin ini merupakan
stimulant kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi
pembuluh darah. Peningkatan PGF2α dalam endometrium diikuti
dengan penurunan progesterone pada fase luteal membuat
membrane lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan
enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan enzim
phospholipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid menjadi
asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan prostaglandin E2
(PGE2) melalui siklus endoperoxidase dengan perantara
prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan
kadar prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus
miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga
menyebabkan nyeri pada saat menstruasi.
Prostaglandin merupakan autokrin dan parakrin yang
dihasilkan oleh hamper semua sel di tubuh manusia. Prostaglandin
yang dihasilkan merupakan turunan dari metabolism
asamarakhidonat. Asamarakhidonat dihasilkan dari proses
esterifikasi dari asam lemak pada fosfolipid dan juga esterifikasi
darikolesterol (Fritz, et al. 2005). Sintesis prostaglandin diawali
dengan adanya rangsangan baik secarafisik, kimiawi maupun termik
seperti terbakar, endotoksin, hipertonik dan hipotonikinfus, trombus,
katekolamin, bradikinin, angiotensin, danhormon steroid dapat
merusak membrane sel sehingga memicu pembentukan
asamarakhidonat darifosfolipid yang terdapat pada membrane sel
oleh enzim phospholipase (cytosolic PLA2). Asamarakidonat ini
selanjutnya akan memasuki lintasan metabolism siklooksigenase dan
lipoksigenase. Asamarakidonat yang memasuki lintasan metabolism
Siklooksigenase akan dikatalisir oleh enzim cyclooxygenase (COX)
yang dikenal juga dengan prostaglandin H sintase (PGHS) atau
Prostaglandin Endoperoksidase Sintase (PES) yang mempunyai dua
aktivitas yaitu siklooksigenase dan peroksidase. Dimana
siklooksigenase ini mempunyai dua isoenzim yang dikenal dengan
COX-1 dan COX-2. COX-1 dapat merangsang pembentukkan
prostasiklin sedangkan COX-2 merupakan respon dari inflamasi,
growth factors, sitokin, dan juga endotoksin. Produk yang pertama
sekali dihasilkan reaksi enzimatis ini adalah prostaglandin G2
(PGG2) kemudianakan dimetabolisme menjadi Prostaglandin H2
(PGH2), yang merupakan prekursorter bentuknya senyawa

17
prostanoid seperti Prostaglandin D (PGD2), Prostaglandin E (PGE2),
Prostaglandin F (PGF2), Prostasiklin (PGI2) danTromboxan (TX2 ).
Prostaglandin yang disekresikan akan berikatan pada reseptornya
yang spesifik yang berada pada target organ yang akan
menimbulkan efek yang spesifik pula. Ada beberapa reseptor dari
prostaglandin yang dikenal seperti DP, EP1-4, IP, FP, TP merupakan
grup dari G Protein Couple Receptor (GPCR) yang masing-masing
akan berikatan dengan prostaglandin yang spesifik.
Selama siklus menstruasi ditemukan peningkatan dari kadar
prostaglandin terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferrasi
konsentrasi kedua prostaglandin inirendah ,namun pada fase sekresi
konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
PGE2, dimana selama siklus mestruasi konsentrasi PGF2 akan terus
meningkat kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada
beberapa kondisi patologis konsentrasi PGF2 dan PGE2 diketahui
bahwa FP yaitu reseptor PGF pada wanita dengan keluhan
menorrhagia secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar prostaglandin wanita tanpa adanya gangguan haid. Oleh
karena itu baik secara normal maupun pada kondisi patologis
prostaglandin mempunyai peranan selama siklus menstruasi banyak
ditemukan di myometrium. Dengan adanyaPGF2 akan menimbulkan
efek vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas otot uterus.
Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditambah
adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah ke otot
uterus selanjutnya akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan
akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan
pemberian penghambat prostaglandin akan dapat mengurangi rasa
nyeri pada saat menstruasi. Begitu juga dengan PGE2, dimana
dalam suatu penelitian disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2
dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi.
Menurut Mayo (1997), ditemukan konsentrasi PGF2α dan PGE2
dalam jumlah yang lebih tinggi pada endometrium dan darah haid
pada wanita yang mengalami dismenore. Dimana PGF2α dan PGE2
mempunyai efek yang berlawanan terhadap pembuluh darah yaitu
sebagai vasodilator dan vasokonstriktor.

10. Manifestasi Klinis


Nyeri sesaat sebelum atau selama menstruasi pada perut
bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan
tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau
sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Nyeri juga dapat
menjalar ke daerah lumbosakaral dan bagian dalam dan anterior

18
paha. Nyeri dapat demikian hebat sehingga menggangu aktivitas
pasien dan terkadang memerlukan pengobatan darurat.
Dismenore primer biasanya mulai 2-3 tahun setelah menarche
dan mencapai maksimal atara usia 15 dan 25 tahun. Frekuensi
menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti
setelah melahirkan. Nyeri kram mulai 24 jam sebelum menstruasi
dan mungkin bertahan selama selama 24-72 jam, walaupun biasanya
nyeri berat hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram yang
dirasakan cenderung bersifat tajam dan kolik. Pada kasus berat,
nyeri kram dapat disertai muntah, diare, sakit kepala dan demam.
Gejala-gejala seperti nausea, vomitus dan diare terjadi dikarenakan
peningkatan prostatgladin yang beredar yang merangsang
hiperaktivitas usus. Gejala pada dismenore primer dapat berkurang
dengan terapi medikamentosa, seperti pemberian NSAID.
Dismenore sekunder jarang sekali pada usia di bawah 25 tahun.
Nyeri kram yang khas dan dapat terjadi sebelum atau saat
menstruasi dan nyerinya semakin hebat pada akhir menstruasi. Pada
saat ini nyerinya mencapai puncak dan berlangsung selama 2 hari
atau lebih. Gejala pada dismenore sekunder akan semakin
memburuk dan akan berhenti apabila etiologinya diobati.

Tabel perbedaan dismenore primer dan sekunder


Dismenore Primer Dismenore Sekunder
a. Usia lebih muda a. Usia lebih tua
b. Timbul setelah terjadinya b. Cenderung timbul setelah dua
siklus haid yang teratur tahun siklus haid teratur
c. Sering pada nulipara c. Tidak berhubungan dengan
d. Nyeri sering terasa seperti siklus paritas
kejang uterus dan spastik d. Nyeri sering terasa terus-
e. Nyeri timbul medahului haid menerus dan tumpul
dan meningkat pada hari e. Nyeri bisa dimulai sebelum
pertama atau kedua haid atau saat haid dan meningkat
f. Tidak dijumpai keadaan bersamaan dengan keluarnya
patologik pelvik darah
g. Hanya terjadi pada siklus f. Berhubungan dengan kelainan
haid yang ovulatorik sering pelvik
memberikan respons g. Tidak berhubungan dengan
terhadap pengobatan adanya ovulasi
medikamentosa h. Seringkali memerlukan
h. Pemeriksaan pelvik normal tindakan operatif
i. Sering disertai nausea,
muntah, diare dan sakit
kepala

19
11. Penatalaksanaan
Penanganan dismenore dapat dibagi dalam tiga bagian besar :
a) Farmakologis
Yaitu penanganan dismenore dengan pemberian obat-obatan,
suplemen. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain
Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID) seperti ibuprofen dan
asam mefenamat, yang bekerja dengan menghambat aktivitas
enzim siklooksigenase sehingga produksi dari prostaglandin
berkurang. COX –II Inhibitor yang juga bekerja selektif terhadap
penghambatan biosintesis prostaglandin juga dapat digunakan
untuk menangani nyeri haid. Pemakain kontrasepsi hormonal
seperti pil kb, dilaporkan juga dapat mengurangi nyeri haid.
Pemberian Vitamin B1, Magnesium, Vitamin E, juga menunjukkan
efek yang dapat mengurangi nyeri haid.
Dapat diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen
dan progesteron, hal ini untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel
telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin yang
selanjutnya dapat mengurangi serangan dismenore.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual
tetapi mual dan muntah biasanya hilang setelah kram atau nyeri
teratasi.

b) Non-Farmakologis
- Istirahat.
- Olahraga.
- Yoga.
- Orgasme.
- Kompres hangat.
- Ditraksi, massage dan relaksasi.
- Ramuan rempah (jahe & asam) mengandung gingerol, shogaol
dan antioksidan dapat memblok prostaglandin sehingga
menurunkan nyeri

20
c) Pembedahan
Terapi pembedahan pada penderita dismenore merupakan pilihan
terakhir jika dengan terapi farmakologis dan non-farmakologis
tidak berhasil sehingga diperlukannya tindakan pembedahan
dalam menangani dismenore. Terapi pembedahan yang dapat
dilakukan antara lain : laparoskopi (Laparoscopic Uterine Nerve
Ablation), histerektomi, presakral neurektomi (Dawood, 2006;
cunningham, 2008; Lefebvre, 2005).

12. Komplikasi dan Prognosis


Dengan penggunaan NSAID dismenorea jarang menimbulkan
komplikasi dan memiliki prognosis baik. Prognosis dismenorea
sekunder bervariasi, apabila tidak didiagnosis secara cepat dan
tepat penyebab dismenore tersebut angka kesakitan meningkat.
Dismenore tidak mengancam jiwa tetapi sangat menggangu aktifitas
wanita, diperkirakan di Amerika kerugian mencapai 2 miliar US
Dollar dan 600 juta jam kerja hilang akibat absennya wanita saat
bekerja akibat dismenorea.

E. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis keluhan, pemeriksaan fisik dan penunjang
Rina 23 tahun, diduga menderita dismenore primer. Dismenore primer
adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi dan selalu
berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini disebabkan oleh kontraksi
dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya
kelainan patologis pelvis. Untuk penanganan dapat diberikan NSAID
dan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron.

Anda mungkin juga menyukai