Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KLIEN RESUME

DI RUANG POLI MATA


RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 11 Mei -13 Mei 2017

Oleh:
Nelna Rezkiawati, S. Kep
NIM. 1630913320027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KLIEN RESUME

DI RUANG POLI MATA

RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 11 Mei – 13 Mei 2017

Oleh:

Nelna Rezkiawati, S.Kep


NIM. 1630913320027

Banjarmasin, 13 Mei 2017

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Efnita Sari, S.KM, MM.


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19640604 199101 2 001
Etiologi Otitis eksterna Etiologi
1. Staphylococcus aureus 1. Pseudomonas
2. Staphylococcus albus Definisi 2. Escherica coli
Otitis eksterna (OE) adalah 3. Enterobacer aerogenes
peradangan atau infeksi pada
saluran pendengaran bagian luar,
Otitis eksterna sirkumskripta daun telinga, atau keduanya. Otitis eksterna difus
Infeksi kuman kulit 1/3 luar Sering disebut telinga perenang, seringkali
telinga, diakibatkan trauma seperti penggunaan
Membentuk furunkel karena cottonbud, cuaca yang panas dan berenang
mengandung adneksa kulit Klasifikasi Liang telinga sempit, kulit liang telinga
a. Otitis eksterna terlihat hiperemis dan udem yang batasnya
sirkumskripta tidak jelas serta sekret yang sedikit. Sering
Manifestasi Klinis b. Otitis eksterna difus tidak ditemukan furunkel.
1. Rasa nyeri yang hebat terutama
bila daun telinga disentuh atau
dipegang
2. Gangguan pendengaran bila Manifestasi Klinis
furunkel besar dan menyumbat 1. Gejala sama dengan sirkumpskripta
liang telinga 2. Kadang terdapat sekret yang berbau
3. Liang telinga biasanya tampak namun tidak mengandung lendir
3. Dapat disertai demam dan
bengkak pada tempat tertentu
pembesaran kelenjar getah bening
regional

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
1. Diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti 1. Masukkan tampon kasa yang megnandung antibiotik
neomisin, polimiksin B atau basitrasin, atau ke liang telinga supaya terjadi kontak yang baik
2. Antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%) antara obat dengan kulit yang meradang
atau tampon kassa yang dioleskan krem steroid dan 2. Dapat diberikan kompres rivanol 1/1000 selama 2
antibiotika ke liang telinga selama 2 hari hari
3. Bila sudah abses, diaspirasi secara steril untuk 3. Dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung
mengeluarkan nanah neomisin, polimiksin B/ kolistin, hidrokortison atau
4. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kloramfenikol
kemudan pasang drain untuk mengalirkan nanah 4. Bila kasus berat diperlukan antibiotik sistemik atau
5. Tidak perlu antibiotik sistemik, cukup sitomatik oral.
seperi anagesik dan obat penenang. 5. Bila disebabkan infeksi telinga tengah, maka
penyebabnya haris diobati.
Pathway otitis eksterna

Otitis eksterna Defisiensi Otitis
sirkumskripta pengetahuan eksterna difus

1/3 luar
Penggunaan pembersih Suhu tinggi
liang telinga Berenang
telinga (cottonbud) (panas)

Masuknya staphyloccocus Air masuk


Serumen Perubahan
(aureus/ albus) telinga
tertumpuk kelembaban

Terbentuk
furunkel Tumbuhnya bakteri
Proses radang

Menghambat Laserasi kulit


pendengaran

Lepasnya mediator
Mengganggu serotonin, histamin Resiko
keseimbangan tubuh infeksi

Meangsang nosiseptor
Resiko jatuh

Persepsi nyeri di
hipotalamus

Nyeri akut
Pengkajian Identitas klien:
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan
diagnosa medis.
Status kesehatan:
Keluhan utama, keluhan tambahan, riawayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan keluarga.
Pola-pola kesehatan fungsional (11 pola Gordon):
Pola penatalaksanaan kesehatan/persepsi sehat, pola nurtrisi dan metabolik, pola eliminasi, pola
latihan dan aktivitas, pola istirahat dan tidur, pola kognitif, pola persepsi konsep diri, pola peran dan
tanggung jawab, pola seksual-reproduksi, pola koping dan toleransi stres, pola keyakinan dan nilai.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosa 1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3. Resiko jatuh dengan faktor resiko gangguan mendengar
4. Resiko infeksi dengan faktpr resiko supresi respon inflamasi
Intervensi Nyeri akut Defisiensi pengetahuan Resiko jatuh Risiko infeksi
NOC: NOC: NOC: NOC:
Kontrol nyeri Pengetahuan proses Reaksi perilaku terhadap Kontrol resiko
Setelah dilakukan tindakan kehilangan pendengaran
penyakit Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 60 Setelah dilakukan tindakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 keperawatan selama 1 x 60
menit diharapakan nyeri
yang dirasakan klien keperawatan selama 1 x 60 menit
menit klien terhindar dari jatu,
berkurang dengan kriteria menit, defisiensi dengan kriteria hasil: diharapkan tidak terjadi infeksi
hasil: pengetahuan klien teratasi 1. Mampu mengenali perubahan pada klien dengan kriteria hasil:
1. Klien mampu dengan kriteria hasil: pendengaran 1. Klien tidak menunjukan
2. Menjaga keseimbangan dan
mengontrol nyeri 1. Memahami proses bantuan orang lain saat adanya tanda-tanda infeksi
2. Melaporkan bahwa penyakit berjalan 2. TTV dalam rentang normal
nyeri berkurang 2. Memahami cara
membersihkan telinga NIC:
3. Menyatakan rasa NIC:
dengan benar Pencegahan jatuh
nyaman setelah nyeri 1. Sediakan lingkungan yang Kontrol infeksi
berkurang. aman untuk klien 1. Monitor TTV
NIC: 2. Identifikasi kebutuhan 2. Jika terdapat eksudat seka
NIC: keamanan klien, sesuai
Pengetahuan proses menggunakan kasa bersih
Manajemen nyeri dengan kondisi fisik dan
penyakit dan kolaborasi irigasi eksudat
1. Lakukan pengkajian 1. Kaji tingkat pengetahuan fungsi kognitif klien dan dan pertahankan teknik
nyeri secara klien dan keluarga riwayat penyakit terdahulu
aseptif, kebersihan tangan
komprehensif termasuk tentang proses penyakit klien
3. Menganjurkan keluarga atau menggunakan alkohol
lokasi, karakteristik, 2. Gambarkan tanda dan
untuk menemani klien. sebelum kontak dengan klien
durasi, frekuensi, gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan 4. Berikan penjelasan pada 3. Mengkaji warna, turgor,
kualitas dan faktor klien dan keluarga atau
cara yang tepat kelenturan serta suhu kulit,
presipitasi (PQRST) pengunjung adanya
3. Gambarkan proses
2. Observasi reaksi penyakit, dengan cara perubahan status kesehatan membran mukosa terhadap
nonverbal dari yang tepat dan penyebab penyakit kemerahan dan panas
ketidaknyamanan 4. Identifikasi yang dapat menyebabkan 4. Kolaborasi pemberian
kemungkinan penyebab, jatuh.
3. Gunakan teknik antibiotik sesuai ketentuan
dengan cara yang tepat 5. Memindahkan barang-
komunikasi terapeutik 5. Diskusikan perubahan barang yang dapat
untuk mengetahui gaya hidup yang membahayakan.
pengalaman nyeri klien mungkin diperlukan
4. Ajarkan teknik untuk mencegah
nonfarmakologis komplikasi dan atau
seperti kompres hangat mengontrol proses
penyakit
dan tarik nafas dalam
Perawatan telinga
Administrasi analgesik 1. Beritahukan klien cara
1. Cek instruksi dokter membersihkan telinga
tentang jenis obat, yag benar (jangan
dosis, dan frekuensi dan menggunakan cotton
berikan analgesik bud)
2. Jelaskan kepada klien
untuk tidak berenang
sementara waktu
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M., Wagner C.M, 2016. Nursing
Intervention Classification (NIC), 6th Indonesian Edition. Indonesia: Elsevier
Singapore Pte Ltd.

Herdman T.H. & Kamitsuru S, 2014. NANDA International Inc. Diagnosis


Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 alih bahasa Budi Anna Keliat et
al. Jakarta: EGC.

Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E., 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th Indonesian Edition. Indonesia: Elsevier Singapore Pte
Ltd.

Sosialisman & Helmi, 2006. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Waitzman AA. Otitis Eksterna. [Online] Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview [Diakses 15 Maret 2017:
21.20].

Anda mungkin juga menyukai