STATISTIK KESEHATAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643 Fax.
021.7397769 E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id
Website: http://poltekkesjkt2.ac.id
2019
Pengertian Nilai Tengah (Central Tendency)
Nilai tengah ialah suatu nilai yang dapar mewakili sekelompok nilai hasil pengamatan
disebut juga rata-rata. Nilai tersebut mempunyai kencenderungan berada di tengah-tengah
suatu distribusi.
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Mean Data Tunggal dan Data
Kelompok
Rata-rata hitung ialah jumlah semua hasil pengamatan (∑ 𝑥) dibagi dengan banyaknya
pengamatan (𝑛). Rata-rata hitung sering disebut dengan mean. simbol yang digunakan untuk
rata-rata populasi adalah 𝜇 (mu) dan untuk rata-rata sampel digunakan simbol 𝑥̅ .
Sifat-sifat dari mean sebagai berikut:
Contoh soal:
Hasil pengukuran berat badan 10 orang penderita diabetes mellitus yang dirawat di suatu
rumah sakit adalah sebagai berikut 65, 60, 55, 70, 67, 53, 61, 64, 75 dan 50 (kg).
Jawab:
∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛
65+60+55+70+67+53+61+64+75+50 620
𝑥̅ = = = 62 kg
10 10
Misalkan kita ingin mengukur rata-rata berat badan 30 orang penderita penyakit jantung
koroner yang dirawat di RS A tahun 1987 sesuai tabel berikut
Jawab:
Keterangan:
𝑥̅ : rata-rata
∑ 𝑓𝑥 : jumlah frekuensi hasil pengamatan
𝑛 : jumlah pengamatan
∑ 𝑓𝑥 1.866
𝑥̅ = = = 62,2 kg
𝑛 30
Keterangan:
𝑥̅ : rata-rata
∑ 𝑓𝑁𝑡 : jumlah frekuensi nilai tengah kelas
𝑛 : jumlah pengamatan
∑ 𝑓𝑁𝑡 1.845
𝑥̅ = = = 61,5 kg
𝑛 30
Keterangan:
𝑥̅ : rata-rata
𝑁𝑡0 : nilai tengah titik nol
∑ 𝑓𝑑 : jumlah frekuensi kode
𝑖 : interval kelas
𝑛 : jumlah pengamatan
Cara Penggunaan:
Tentukan satu kelas sebagai titik nol dang diberi kode “d”. pemilihan titik nol dapat
dilakukan sembarang, tetapi sebaiknya carilah kelas dengan perhitungan yang sulit.
Untuk kelas di atas titik nol diberi kode dengan tanda negative secara berurutan dan untuk
kelas di bawah titik nol diberi tanda positif.
Kalikan dengan frekuensi tiap kelas dengan “d” pada kelas yang sama.
Hitung nilai tengah titik nol (𝑁𝑡0 )
Bagilah hasil pada poin c dengan jumlah pengamatan dan kalikan dengan interval kelas
(i) kemudian hasilnya ditambah dengan nilai tengah titik nol.
∑ 𝑓𝑑 −9
𝑥̅ = 𝑁𝑡0 + 𝑖 ( ) = 63 + 5 ( 30 ) = 61,5 kg
𝑛
Keterangan:
𝑥̅ : rata-rata
𝑁𝑡0 : nilai tengah titik nol
∑ 𝑓𝑑 : jumlah frekuensi kode
𝑖 : interval kelas
𝑛 : jumlah pengamatan
Cara Penggunaan:
∑ 𝑓𝑑 18,5
𝑥̅ = 𝑁𝑡0 + 𝑖 ( ) = 58 + 5 ( 30 ) = 61,5 kg
𝑛
Kenapa hasil perhitungan rata-rata tanpa pengelompokan berbeda dengan hasil rata-rata
distribusi frekuensi dengan pengelompokan?
Karena pada pengelompokan semua nilai dalam suatu kelas dianggap sama dengan nilai
tengahnya. Dalam kenyataannya, hal tersebut tidak selalu demikian.
̅+⋯+𝑛𝑘 ̅̅̅̅
𝑛1 ̅𝑥̅̅1̅+𝑛2 2 𝑥𝑘
Rumus: ̅̅̅̅
𝑥𝑤 =
𝑛1 +𝑛2 +⋯+𝑛𝑘
Keterangan:
Contoh soal:
Pengukuran rata-rata berat badan 3 kelompok penderita penyakit paru-paru yang masing-
masing kelompok terdiri dari 3,5, dan 10 orang.
Jawab:
̅̅̅1 = 53 kg
Kelompok 1: 50 kg, 55 kg, 54 kg 𝑋
̅̅̅2 = 53,5 kg
Kelompok 2: 50 kg, 53 kg, 52 kg, 55 kg, 57 kg 𝑋
̅̅̅3 =
Kelompok 3: 51 kg, 55 kg, 57 kg, 60 kg, 52 kg, 48 kg, 47 kg, 58 kg, 59 kg, 62 kg 𝑋
54,9 kg
Hasil di atas dapat disusun sebagai berikut:
975
𝑥𝑤 =
̅̅̅̅ = 54,17 kg
18
Bila rata-rata ketiga kelompok dihitung tanpa pembebanan maka akan dihasilkan rata-rata
sebagai berikut
53+53,5+54,9
𝑋̅ = = 53,8 kg
3
Dari hasil kedua rata-rata tersebut terbyata rata-rata dengan beban mendekati rata-rata
kelompok dengan n yang besar, sedangkan rata-rata tanpa beban akan mendekati rata-rata
kelompok dengan n yang kecil. Bila jumlah pengamatan tiap kelompok sama maka hasil
perhitungan rata-rata dengan beban.
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Modus Data Tunggal dan Data
Kelompok
Modus merupakan salah satu ukuran nilai tengah yang dinyatakan dalam frekuensi
terbanyak dari data kalitatif maupun data kuantitatif.
Modus dapat pula dinyatakan sebagai puncak dari suatu kurva. Oleh karena itu, kita
mengenal unimodal bila puncakna satu, bimodal bila puncaknya dua dan mutimodal bila
puncaknya lebih dari dua.
Perhitungan Modus dapat dilakukan untuk frekuensi yang dikelompokkan. Modus atau
mode jarang digunakan sebagai nilai tengah karena sangat dipengaruhi oleh nilai ekstrem dan
letak modus akan berubah mengikuti nilai ekstrem.
a. 1, 4, 7, 8, 9, 9, 11
b. 1, 4, 7, 8, 9, 11, 13
c. 1, 2, 4, 4, 7, 9, 11, 11, 13
d. 1, 1, 3, 3, 7, 7, 12, 12, 14, 15
Penyelesaian :
a. Modus = 9
b. Modus = tidak ada
c. Modus 4 dan 11
d. Modus = 1, 3, 7, dan 12
𝑀𝑜 = modus
Distribusi umur F
6
21-30
7
31-40
40
41-50
10
51-60
10
61-70
10
71-80
7
Jumlah 80
𝐿𝑀𝑜 = 40,5
𝑑1 = 40 − 7 = 33
𝑑2 = 40 − 10 = 30
𝑖 = 10
𝑑1 33
𝑀𝑜 = 𝐿𝑀𝑜 + (𝑑 ) 𝑖 = 40,5 + 10 (33+30) = 40,5 + 5,2 = 45,7 tahun
1 +𝑑2
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Median Data Tunggal dan Data
Kelompok
Median merupakan ukuran yang berbeda dengan rata-rata (mean) karena median hanya
menyatakan posisi tengah dari sederetan angka hasil pengamatan sedemikian rupa sehingga
membagi dua sama banyak. Ini berarti bahwa 50% nilai terletak di bawah median dan 50%
terletak di atas median. Median ditulis singkat atau disimbolkan dengan Me atau Md . Cara
mencari median dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.
Contoh soal:
Tentukan median dari data berikut
a. 4,3,2,6,7,5,8
b. 11,5,7,4,8,14,9,12
Penyelesaian :
a. Urutan data: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Jumlah data (n) = 7 (ganjil)
Me = 𝑋7+1 = X4 = 5
2
b. Urutan data: 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12
Jumlah data (n) = 8 (genap)
𝑋4 + 𝑋5 8+9
Me = = = 8,5
2 2
Untuk menghitung nilai median, mua-mula data disusun secara berurutan dari yang kecil ke
yang besar atau sebaliknya, kemudian tentukan posisi median dengan menggunakan rumus
yang ada diatas bila jumlah pengamatan ganjil, tetapi bila jumlah pengamatan genap maka
akan diperoleh dua median dan hitunglah rata-rata dari dua posisi median tersebut seperti
diatas pula.
Terakhir, cocokkan posisi median dengan niai data yang telah disusun dan kita akan
memperoleh nilai median.
Contoh
Misalkan kita akan mengukur Hb 5 orang wanita hamil yang datang ke bagian kebidanan di
Rumah Sakit A dan kita akan menentukan niai mediannya.
Posisi median terletak pada (5+1) / 2 = 3
Kadar Hb yang diperoleh disusun secara teratur : 8,9,10,11,12
Agar lebih jelas maka data di atas dapat kita susun sebagai berikut.
Posisi median 1 2 3 4 5
Kadar Hb (mg%) 8 9 10 11 12
Dari hasil perhitungan, posisi median terletak pada posisi ke-3 yang sesuai dengan
kadar Hb 10 mg%
Bila data yang diperoleh merupakan bilangan genap, misalnya 6 orang maka posisi
median terletak pada posisi ke-3 dan ke-4
Posisi median 1 2 3 4 5 6
Kadar Hb (mg%) 8 9 10 11 12 13
Median terletak antara posisi ke-3 dan ke-4 sehingga nilai median sama dengan
(10+11)/2 = 11,5 g%
1
2
𝑛−(Ʃ𝑓2 )𝑜
Me = B + .C
𝑓𝑀𝑒
Keterangan:
Me = median
B = tepi bawah kelas median
N = jumlah frekuensi
(Ʃf2)o = jumlah frekuensi kelas-kelas sebelum kelas median
C = panjang interval kelas
fMe = frekuensi kelas median
Dalam mencari median data kelompok (distribusi frekuensi) yang perlu dicari terlebih dahulu
adalah kelas tempat median berada (kelas median).
1
Kelas median dapat dicari dengan: (Ʃf2)o > 2n
Contoh soal:
Tentukan median dari distribusi frekuensi berikut
Diameter Pipa (mm) Frekuensi (f)
65 – 67 2
68 – 70 5
71 – 73 13
74 – 76 14
77 – 79 4
80 - 82 2
Penyelesaian:
1
Jumlah frekuensi (n) = 40 dan 2n = 20
1
Kelas median adalah (Ʃf2)o > 2n
f1 + f2 + f3 = 20 > 20
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Quartil Data Tunggal dan Data
Kelompok
Data yang telah disusun menjadi suatu distribusi kita bagi menjadi 4 bagian yang sama
disebut Quartil.
i = 1,2,3
i = quartil ke 1, 2, 3
n = jumlah pengamatan
(𝐱 – 𝐟 𝐤𝐮𝐦)
Nilai Qi = L + i ( )
𝒇
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Desil Data Tunggal dan Data Kelompok
Bila data yang telah disusun menjadi distribusi dan dibagi menjadi 10 bagian yang sama
maka didapat sembilan pembagi dan tiap pembagi disebut Desil. Karenanya ada sembilan
buah desil, ialah disel pertama, kedua,...., desil kesembilan yang disingkat D1, D2, ...., D9.
Desil-desil dapat ditentukan dengan jalan:
Prinsip perhitungan sama dengan prinsip perhitungan kuartil. Dengan menghitung desil, kita
akan mendapat informasi yang lebih teliti dibanding kuartil.
D = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Nilai Dd = L + b (S – L)
L = nilai sebelum Dd
S = nilai dimana Dd berada
b = kekurangan unit untuk mencapai Dd
Contoh:
Letak D7 untuk data yang telah disusun dalam contoh: 52, 56, 57, 60, 64, 66, 70, 75,
82, 86, 92, 94
d(n + 1)
D7 :
10
7(12 + 1)
: = 9, 1
10
data ke 9, 1 → data ke-9 + (0, 1)
Nilai D7 = L + b (S – L)
= 82 + (0,1) (86 – 82)
= 82, 4
(𝐱 – 𝐟 𝐤𝐮𝐦)
Nilai Dd = L + i ( )
𝒇
Contoh:
Pemeriksaan kadar Hb terhadap 50 orang wanita hamil
Distribsi Kadar Hb
Hb (gr%) f fkum
7–8 4 4
9 – 10 6 10
11 – 12 20 30
13 – 14 15 45
15 – 16 5 50
Jumlah 50
Pengertian, Penggunaan, Sifat dan Rumus dari Persentil Data Tunggal dan Data
Kelompok
Persentil ialah suatu distribusi dibagi menajdi 100 bagian yang sama, dengan cara
demikian kita mendapatkan 99 bagian yang sama.
Persentil tidak berbeda dengan kuartil dan desil, yaitu dapat diketahui posisi dan dihitung
nilainya, dimana persentil berada serta posisi relative untuk menyatakan pengamatan dengan
nilai dibawahnya yaitu, jenjang persentil.
P = 1, 2, 3, … 99
n = jumlah pengamatan
L = nilai sebelum 𝑃𝑝
(𝐱 – 𝐟 𝐤𝐮𝐦)
Nilai Pp = L + i ( )
𝒇
Budiarto Eko, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, 2002