Anda di halaman 1dari 12

1.

PERKEMBANGAN EPIDEMIOLOGI
Dari catatan sejarah yang terkumpul menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu
yang telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran
karena kedua disiplin ilmu ini berkaitan satu dengan yang lain. Hasil yang diperoleh dari studi
penelitian dapat digunakan untuk menentukan pengobatan suatu penyakit, melakukan
pencegahan, atau meramalkan hasil pengobatan.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terlatak pada cara penanganan
masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus demi kasus, sedangkan
epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh karena itu, pada epidemiologi
selian membutuhkan ilmu kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu lain. Epidemiologi
merupakan ilmu yang kompleks. Walaupun epidemiologi telah dikenal dan dilaksanakan sejak
zaman dahulu, tetapi dalam perkembangannya mengalami banyak hambatan karena belum
semua ahli bidang kedokteran pada saat itu setuju dengan metode yang digunakan dalam
epidemiologi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan paradigma dalam menangani masalah
kesehatan antara ahli pengobatan dan metode epidemiologi, terutama pada masa berlakunya
paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih dari para ahli
seperti diantaranya :
a. Hippocrates (460 – 377 SM)
Kontribusi Hippocrates pada bidang kesehatan masyarakat sangat penting karena ia
adalah ahli epidemiologi pertama di dunia. Hippocrates mendapat pengakuan sebagai ahli
ideologi pertama karena ketiga buku yang ditulisnya yaitu Epidemic I, Epidemic III, dan On Airs,
Waters, and Places.
Dalam bukunya "On Airs, Waters and Places" (tentang Udara, Air, dan Tempat),
Hipoccrates mengatakan bahwa penyakit terjadi karena kontak dengan jasad hidup dan
berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Kontribusi terbesar dibidang epidemiologi yang diberikan Hippocrates adalah observasi
epidemiologi. Selain itu, Hippocrates juga membuat beberapa observasi tentang perilaku
manusia dalam populasi. Hal esensial dalam bidang epidemiologi, menurut Hippocrates yang
harus dimasukkan dalam observasi adalah bagaimana suatu penyakit memengaruhi populasi dan
cara penyakit menyebar.
b. Galen
Kemudian Galen mengemukakan suatu doktrin epidemiologi yang lebih logis dan
konsisten dengan menekankan teori bahwa beradanya suatu penyakit pada kelompok penduduk
tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu (suatu generasi tertentu) dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yakni :
1. Faktor Atmosfir (the atmospheric factor)
2. Faktor Internal (internal factor)
3. Faktor Presdiposisi (predisposing factor)
4. John Graunt (1620 – 1674)
Sedangkan John Graunt pada tahun 1603 di London sebuah laporan sistematis tentangg
kematian telah dimulai dan disebut dengan “Bills of Mortality”. Ini adalah suatu kontribusi besar
untuk tetap melaporkan populasi dan memulai aspek epidemiologi yaitu statistik yang vital.
Menggunakan data dan informasi yg telah dia kumpulkan, Graunt menulis sebuah buku:
Natural and Political Observations Made Upon the Bills of Mortality.Graunt memastikan
informasi penting epidemiologi seperti seseorang mempunyai kemungkinan yang lebih banyak
untuk mati muda daripada mati tua, laki-laki lebih cepat mati daripada wanita, dan lainnya.
Graunt juga membagi mati dalam dua tipe, yaitu: akut dan kronis.
c. Antonio Van Leeuwenhoek (1632 – 1732)
Leeuwenhoek seorang ilmuan yang menemukan Mikroskop, penemu bakteri dan parasit,
penemu spermatozoa. Penemuan bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang berguna untuk
analisis epidemiologi selanjutnya.
d. Bernadino Ramazzini (1633 – 1714)
Ia diberitahu oleh pekerja bahwa jika seseorang terus bekerja pada lingkungan itu maka
akan menjadi buta. Ramazzini memeriksa mata para pekerja setelah mereka bekerja, hasilnya
terjadi kemerah-merahan pd mata dan remang-remang.
Akhirnya dia mulai menulis buku tentang pengaruh area pekerjaan terhadap kesehatan
pekerja dan menyajikan dengan direlasikan dengan implikasi epidemiologi. Buku itu berjudul
‘The Disease of Workers” dan telah diselesaikan pada tahun 1690 tetapi tidak di publis hingga
1703. Ramazzini juga disebut sebagai bapak atau penemu dari kesehatan pekerja.
e. Dr. Edward Jenner (1749 – 1823)
Dr. Jenner melakukan penelitian pada laki-laki dan gadis pemerah susu menderita cacar
sapi dan tidak terkena penyakit cacar. Dr. Jenner membuat hubungan zoonotik dan epidemiologis
antara smallpox dan cowpox dan ingin melazimkan penggunaan proses inokulasi. Menurut
pengamatan Jenner, jika seseorang menderita cowpox, ia tidak akan terkena smallpox bila
terpajan. Cowpox ternyata memberikan perlindungan terhadap smallppox. Dr. Jenner
menemukan vaksinasi untuk smallpox berdasarkan pengetahuan ini. Vaksin ini digunakan untuk
melindungi manusia terhadap smallpox.
f. William Farr (1807 – 1883)
Memperkenalkan sistem nasional dan mencatat penyebab kematian. Setelah mekanisme
itu berjalan, maka mekanisme tersebut dapat menyajikan data yang sangat banyak dan mulailah
Farr menganalisis data tersebut, membuat teknik tabel dan prosedur untuk standarisasi. Farr juga
berperan dalam membangun sebuah klasifikasi penyakit untuk keperluan statistik nasional
maupun internasional.
g. John Snow (1813 – 1858)
Snow yg paling terkenal sbg pelopor dibidang epidemiologi. Di bagian akhir karirnya,
Snow menyelenggarakan dua investigasi penting tentang kolera. Bagian karir epidemiologi
Snow mempelajari perjangkitan kolera di SoHo district London di Broad Street Area.
Akhir karirnya pada epidemiologi, Snow mempelajari epidemic, dimana dia
membandingkan angka rata-rata kematian dari kolera dengan sumber air dari perusahaan air
yang berbeda di London yaitu Lambeth Water Company dan the Southwark and Vauxhal Water
Company. Snow menyadari bahwa faktor umum di antara korban adalah penggunaan komunal
tertentu pompa air. Snow langsung menanganinya dan akhirnya wabah kolera pun mereda.
h. Emile Durkheim dan Alfred Yankauer (Epidemiologi Sosial)
Emile Durkheim merampungkan studinya yang terperinci mengenai bunuh diri
dihubungkan dgn psikopatologis, ras, hereditas, iklim, musim, perilaku, faktor-faktor egoistik,
alturism, anomie, dan fenomena sosial lainnya. Hasil penelitiannya dibukukan dengan judul
“Suicide: A Study In Sociology” yang merupakan contoh awal epidemiologi sosial.
Namun nama epidemiologi sosial pertama kali dikemukakan oleh Alfred Yankauer pada
pertengahan abad ke-20. Epidemiologi sosial pertama kali muncul dalam artikel Alfred yankauer
yang diterbitkan dalam American socological riview tahun 1950 “The Relationship Of Fetal And
Infant Mortality To Residential Segregation: An Inquiry Into Social Epidemiology”
i. Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell (1991)
Pada tahun 1991, Sacket, Haynes, Guyatt, Tugwell menjadi penggagas epidemiologi
klinik dan evidence-based medicine working group (1992) dari Kanada dan Amerika Serikat.
Mereka memperkenalkan konsep EBM (evidence-based medicine). EBM menyediakan metode-
metode untuk memilah-milah informasi yang bernilai tinggi untuk mengoptimalkan intervensi
yang diberikan klinisi kepada pasien.
Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka bentuk kegiatan
epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan
bidang kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam
epidemiologi saling berhubungan satu dengan lainny sehingga tidak jarang dijumpai bentuk
kegiatan yang tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering digunakan
adalah bentuk epidemiologi deskriptif yakni bentuk kegiatan epidemiologii yang memberikan
gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status kesehatan dan gangguan
kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu (terutama menurut sifat
karakteristik orang, waktu, dan tempat)
Bentuk kegiatan epidemiologi yang erat hubungannya dengan deskriptif epidemiologi
adalah dalam menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam
suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan
perencanaan kesehatan masyarakat serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada
penduduk tertentu.
Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bentuk dasar
yakni penelitian observasi atau pengamatan terhadap kejadian alami dalam masyarakat untuk
mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat tersebut,
serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan pada perlakuan
tertentu terhadap objek untuk dpat memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut
terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran dientukan secara cermat serta setiap
perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus oleh pihak peneliti. Dalam
perkembangan selanjutnya maka prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi deskriptif
maupun penelitian epidemiologi dikembangkan lebih luas sebagai suatu system pendekatan
didalam berbagai kehidupan kemasyarakatan
Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan diatas termasuk barbagai masalah
yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan maupun
dengan berbagai kehidupan social, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam berbagai
bidang.

2. PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya. Epidemiologi merupakan disiplin ilmu-ilmu kesehatan termasuk
kedokteran, yakni suatu proses yang logis antara proses fisik, biologis dan fenomena social yang
berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan
lainnya.
Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari factor penyebab
serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk
tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek tertentu baik yang
bersifat organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun yang bersifat benda/
material hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila
metode epidemiologi tidak terbatas pada bidang kesehatan saja tetapi pada bidang lainnya
termasuk bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaannya, epidemiologi sangat erat
hubungannya dengan berbagai disiplin ilm diluar kesehatan, baik disiplin ilmu eksata maupun
ilmu social. Epidemilogi merupakan ilmu yang kompleks dan senantiasa berkembang. Oleh
karena itu, tidak mudah untuk menentukan suatu batasan yang baku. Hal ini tmpak dengan
berbagai batasan yang dinyatakan oleh para ahli epidemiologi sebagai berikut:
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan yang
mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia (Mac Mahon, B & Pugh, T.F.,
1970)
2. Epidemilogi adalah suatu studi tentang factor yang menentukan frekuensi dan distribusi
penyakit pada populasi manusia (Lowe C.R& Koestrzewski. J, 1973)
3. Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan ruda
paksa pada populasi manusia (Mausner J. S & Bahn, 1974)
4. Epidemiologi adalah ilmu yng mempelajri distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada
penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut (Lilienfeld A.M & D. E
Lilienfeld, 1980)
5. Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi
manusia (Barker, D. J.P, 1982)
Dari batasan tersebut terdapat persaman yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu
yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya, hanya terdapat dua
perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa
(Mausner & Bhan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang
mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan
determinannya pada kelompok manusia.

3. POPULASI BERISIKO (POPULATION AT RISK) DAN CONTOHNYA


Dalam perhitungan ukuran epidemiologi diperlukan informasi yang tepat tentang
jumlah populasi yang diamati yang berpeluang untuk sakit. Populasi inilah yang menjadi
pembilang dalam perhitungan rate. Pada dasarnya, populasi berisiko adalah populasi/sekumpulan
individu yang belum sakit tetapi mengalami keterpaparan dan mempunyai risiko untuk sakit.
Dalam banyak penelitian berupa perkiraan saja. Contoh:
 Jika ingin mengetahui/ penelitian tentang dampak dari penggunaan kontrasepsi oral,
maka yang menjadi populasi at risk adalah wanita usia subur yang telah menikah.
 Ingin menghitung risiko penyakit kanker servik, maka populasi at risk adalah semua
wanita usia produktif.
 Ingin menghitung risiko penyakit demam kejang anak, maka populasi at risk adalah
semua bayi dan balita.

4. PERBEDAAN PRAVELAN DAN INSIDEN

1. Prevalensi
Ukuran prevalensi banyak digunakan untuk merencanakan pelayanan kesehatan,
menilai kebutuhan pelayanan kesehatan dan mengevaluasi program yang telah
dilaksanakan. Prevalensi adalah jumlah seluruh kejadian penyakit (penderita lama dan
baru), atau jumlah kasus pada suatu populasi pada satu saat, atau periode wakktu tertentu.
Prevalensi merupakan ukuran probabilitas dimana nilai berkisar antara 0 – 1. Biasanya
untuk ukuran penyakit kronis.
a. Period prevalence rate
Period prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit
yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan besarnya
populasi yang diamati. Periode waktu biasanya 1 tahun atau lebih.

∑ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 (𝑙𝑎𝑚𝑎+𝑏𝑎𝑟𝑢)𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑃𝑅 = ∑ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
×𝑘

b. Point prevalence rate


Point prevalence rate adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat,
dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.

∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 (𝑙𝑎𝑚𝑎 + 𝑏𝑎𝑟𝑢)𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑃𝑟 = ×𝑘
∑ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎

Beberapa faktor dapat mempengaruhi prevalensi yaitu :


a. Keganasan penyakit
Jika banyak yang mati karena suatu penyakit, maka prevalensi menurun. Jika
insiden penyakit meningkat maka prevalensi juga ikut meningkat
b. Durasi penyakit
Jika durasi penyakit singkat, maka jumlah penderita lebih sedikit, sehingga
prevalensi menurun. Jika durasi penyakit lama, maka jumlah penderita meningkat,
sehingga prevalensi meningkat.
c. Jumlah kasus baru
Jika jumlah kasus meningkat, dengan demikian prevalensi meningkat.

2. Insidensi
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada waktu tertentu pada kelompok masyarakat. Ukuran insiden penyakit
terdiri dari angka insiden:
a. Insidensi rate (incidence rate)
Adalah jumlah seluruh kasus baru pada suatu populasi pada jangka waktu
tertentu. Biasanya insiden rate digunakan untuk penyakit yang sifatnya
akut.
Pengamatan harus bersifat dinamis dimana ukuran disini menggambarkan
kecepatan/ kekuatan perubahan keadaan karena pengaruh lingkungan.
Insiden bukan ukuran probabilitas, nilai dapat berkisar dari 0 – hampir tak
terhingga.

Jml kasus baru periode wkt ttt


I xk
Jml pop. at risk periode ttt

Menurut Last, cara menghitung Insidensi sebagai tingkat insidensi orang /


person-time incidence rate. Insidensi ini digunakan pada studi prospektif,
yaitu investigasi yang melacak kasus seiring perjalanan waktu ke depan.
Digunakan ketika banyak factor datang secara bersamaan (usia, jenis
kelamin, ras) dalam periode waktu yang bervariasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan insidensi yaitu :
 Time of onset, yaitu hari/ tanggal kejadian suatu kesakitan perlu
diketahui dengan pasti tidak semua penyakit dapat didiagnosis dengan
cepat
 Period of observation, biasanya insidensi dihitung dalam periode 1
tahun atau lebih, bila terjadi pada saat wabah/ KLB maka dihitung
attack rate.
 Penggunaan denominator/penyebut yaitu jumlah populasi yang
berisiko atau person-year (person-time incidence rate). Person-year
adalah jumlah orang yang mempunyai risiko yang diobservasi dalam
beberapa periode waktu tertentu.
 Numerator/ pembilang, perlu diperhatikan apakah kasus baru atau
pernah menderita penyakit yang sama, karena kejadian kesakitan
dapat terjadi lebih dari satu kali pada orang yang sama pada waktu
tertentu.

b. Insidensi kumulatif (cumulative incidence/ CI)


Adalah probabilitas/ risiko (risk) seseorang untuk terkena penyakit (atau
untuk hidup) dalam periode waktu tertentu. Insidensi kumulatif merupakan
probabilitas/ risiko orang yang terkena penyakit diantara semua orang
yang berisiko terkena penyakit tersebut. Karena merupakan probabilitas,
maka CI selalu bernilai antara 0 - 1. Periode waktu bisa beberapa jam,
bulan, tahun dll.
∑ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑡𝑡
𝐶𝐼 =
∑ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑜𝑟𝑔 𝑑𝑙𝑚 𝑟𝑖𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑑 𝑗𝑘 𝑤𝑘𝑡 𝑡𝑡𝑡
×𝑘

Jml orang yg terkena penyakit pd jk wkt ttt


CI  xk
Jml semua org dlm risiko terkena pykt pd jk wkt ttt

c. Attack rate
Adalah incidence pada suatu epidemi/ wabah.
∑ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
𝐴𝑅 =
∑ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑏𝑎ℎ
×𝑘

3. Hubungan Insiden dan prevalensi


Hubungan antara prevalen (P) dan insiden (I) adalah P = I x d, yang berarti bahwa
prevalen berubah menurut insiden dan lamanya sakit (durasi (D)).
Angka prevalensi biasanya digunakan perencanaan kesehatan, sedangkan angka
insidensi biasanya digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan etiologi
penyakit.
5. UKURAN AWAL DALAM MELAKUKAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

Tiga bentuk dasar ukuran epidemiologi yang paling sering dipakai mengukur, dan
menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistik vital (vital statictics)adalah angka
(rate), rasio (ratio), dan proporsi.
A. Rate
Rate adalah bentuk perbandingan yang mengukur kemungkinan terjadinya
peristiwa/kejadian tertentu dengan suatu periode waktu. Rate dalam epidemiologi adalah
angka atau frekuensi suatu penyakit per besar unit populasi. Besar unit populasi bisa
dinyatakan dalam 100,1000 atau 10.000.

a
Rate 
ab

Dimana pembilang (a) adalah jumlah kasus penyakit yang terdapat pada populasi atau dalam
subgrup suatu populasi. Penyebut (a+b) adalah populasi atau subgrup di dalam populasi
yang mempunyai risiko untuk mendapatkan penyakit yang bersangkutan.
B. Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa terhadap peristiwa
lainnya.

a
Ratio 
b

C. Proporsi
Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila pembilang
merupakan bagian dari penyebut, maka bentuk perbandingan tersebut dinamakan proporsi.
Jadi proporsi bisa diartikan sebagai jumlah/frekuensi dari sifat tertentu dibanding dengan
seluruh populasi dimana sifat tersebut di dapatkan.
a
proporsi  × 100
ab
6. PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM MENGAMBIL KEBIJAKAN KESEHATAN

Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor-faktor pennyebab


maslah kesehatan dan mengarahkan inervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan
mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
1. Mengidentifikasi factor-faktor yang berperan dalam kejadian penyakit atau masalah kesehatan
dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan keputusan
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk
mengatasi atau menanggulanginya
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangin masalah yang perlu
dipecahkan.

7. JENIS-JENIS EPIDEMIOLOGI

1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi yang hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan yg terjadi di
masyarakat. Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi yaitu
orang (person), tempat (place) dan waktu (time).Cara menggambarkan masalah kesehatan dapat
dalam bentuk: narasi, tabel, grafik atau gambar/peta. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross
Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2) Epidemiologi Analitik
Epidemiologi yang selain menggambarkan besarnya masalah kesehatan, juga mencari
faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut di masyarakat. Epidemiologi analitik
selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel epidemiologi juga mencari faktor
penyebab masalah kesehatan tsb.Caramencari faktor penyebab dengan melakukan penelitian.
Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a. Non eksperimental:
- Studi kohort
- Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif.
- Studi ekologik.
b. Eksperimental.
Cross-Sectional Study (Studi Potong Lintang) merupakan studi yang mempelajari
prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan,
penyakit outcome lain secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada suatu
waktu. Studi ini disebut juga sebagai studi prevalensi atau survei, merupakan studi sederhana
yang sering dilakukan. Karakter dari Cross-Sectional Study yaitu status paparan dan penyakit
diukur pada saat yang sama.
Cross-Sectional Study atau juga disebut Studi Potong Lintang mempunyai 2 jenis studi,
yaitu:
1. Studi potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau keduanya, pada
suatu populasi tertentu.
2. Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk
tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok
tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai