Anda di halaman 1dari 186

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM
(LABORATORIUM BIOMEDIK)

SEMESTER V

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
T.A 2018/2019
EDITOR :
dr. Selly Oktaria, M.Biomed
dr. Hadiyatur Rahma, M.Biomed

PENYUSUN:
dr. Nondang Purnama Siregar, M.Sc
dr. Ira Cinta Lestari, M.Sc
dr. M. Budi Syahputra, M.Biomed
dr. Wan M. Ismail, M.Biomed
dr. Ichwan Alamsyah Lubis, M.Biomed
dr. Siti Kemala Sari, M.Biomed
dr. Dede Bisma Kuncara, M.Biomed
dr. Indri Maharani, M.Ked (PA), Sp.PA
dr. Tezar Samekto Darungan, MMedEd
dr. Surya Akbar, MMedEd
dr. Ramadhan Bestari, M.Biomed

i
KATA PENGANTAR DEKAN

Assalamu’alaikum .wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Saya ucapkan selamat kepada tim penyusun yang berkat kerja keras
dengan petunjuk dan ridha-Nya telah berhasil menyelesaikan Penuntun Praktikum
Modul Penciuman, Pendengaran dan Tenggorok, Penglihatan, Kulit dan jaringan
Penunjang, dan MetodologiPenelitian Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utara.
Standard Pendidikan Profesi Dokter menuntut dunia pendidikan kedokteran
menghasilkan lulusan dokter dengan Standard Kompetensi Dokter sesuai SK-Mendiknas
No.045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis Kompetensi,
sehingga diharapkan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utaraakan
menghasilkan lulusan dokter muslim yang berakhlakul karimah dan dokter yang
berkompeten.
Konsil Kedokteran Indonesia dengan keputusan No. 21A/KKI/KEP/IX/2006 dan
revisi SKDI no 11 tahun 2012 telah mensahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
2012, sesuai amanah Undang – Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran. Berdasarkan hal tersebut, berpedoman pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utarayang disesuaikan
dengan visi dan misi Universitas Islam Sumatera Utara maka tersusunlah Penuntun
Praktikum Semester V ini dengan segala ketidaksempurnaannya sehingga tetap terbuka
untuk perbaikan di masa depan.
Insya Allah, kita dapat melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan
Dirjen Dikti RI dengan harapan berjalan sebagaimana mestinya.
Semoga Penuntun Praktikum Semester V ini bermanfaat buat kita semua sehingga
tercapai tujuan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utaradi
masa depan. Amin.
Medan, Juli 2018
Dekan

dr.Abd. Harris Pane, Sp.OG

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, Tidak diizinkan


mengikuti kegiatan bila terlambat lebih dari 15 menit
2. Mahasiswa harus mempersiapkan diri mengenai kegiatan yang akan dilakukan
3. Bagi mahasiswa yang tidak mempersiapkan diri tidak akan diperbolehkan mengikuti
kegiatan
4. Mahasiswa harus membuat laporan kegiatan (Jurnal) dan mengumpulkan setiap
minggu berikutnya
5. Mahasiswa harus memakai baju lab (putih lengan panjang dengan Lambang UISU)
dan papan nama mulai dari awal kegiatan sampai selesai
6. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai sandal, kaos oblong dan celana jeans
(dianggap tidak hadir pada perpratikuman itu), kuku tangan tidak boleh panjang
7. Tidak mengaktifkan HP
8. Kehadiran praktikum adalah 100% (wajib hadir)
9. Setiap mahasiswa harus membawa perlengkapan/ bahan yang sudah diumumkan
sebelum kegiatan
10. Setiap mahasiswa harus membawa kain lap dan kain planel di setiap kegiatan
11. Mahasiswa harus menjaga ketertiban selama kegiatan
12. Peralatan yang rusak / hilang harus dilaporkan dan diganti oleh mahasiswa per
kelompok
13. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, minum atau merokok selama praktikum
14. Tidak dibenarkan keluar dari ruangan kegiatan tanpa seizin Instruktur

iii
PENILAIAN PRAKTIKUM

LULUS (L)
1. Telah mengikuti keseluruhan jadwal kegiatan praktikum
2. Lulus praktikum
Tunda
1. Bila tidak mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum
2. Mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum tetapi tidak mengikuti Ujian Tengah
Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)
3. Tidak wajib mengulang proses kegiatan praktikum tetapi hanya mengikuti Ujian
Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sesuai KRS yang diambil
Ujian Tengah Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)
1. Hanya boleh diikuti oleh mahasiswa yang telah mengikuti seluruh jadwal kegiatan
praktikum 100% (wajib hadir)
2. Mahasiswa yang memiliki absen ≤ 4 dan telah mengikuti kegiatan remedial absen
praktikum dapat mengikuti ujian.
3. Apabila mahasiswa telah memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) maka UTS
dianggap batal dan nilai tersebut batal, mahasiswa tersebut Gagal Praktikum dan
harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali.
4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) tidak diperkenankan
mengikuti kegiatan remedial absen praktikum dan ujian UTS/ UAS, mahasiswa
tersebut Gagal Praktikum dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali.
Remedial Ujian Akhir Semester (UAS) Praktikum
1. Mahasiswa yang mendapat nilai C+ sampai T, mahasiswa yang mengikuti ujian UAS
2. Mahasiswa sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti remedial

Ulangan Proses (Remedial Absen Praktikum)


1. Mahasiswa yang memiliki absen ≤4 selama 1 semester
2. Mahasiswa yang telah mendaftar pada waktu yang telah ditentukan.

iv
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar .......................................................................................... i


Tata Tertib Praktikum .............................................................................. iii
Penilaian Praktikum .................................................................................. iv
Daftar Isi ..................................................................................................... v
Praktikum I. Anatomi Sistem Pendengaran (Telinga)............................. 1
Praktikum II. Anatomi Hidung Dan Tenggorokan ................................... 9
Praktikum III. Histologi Telinga, Hidung dan Tenggorokan .................... 18
Praktikum IV. Tes Pendengaran, Pengecapan dan Penciuman .................. 36
Praktikum V. Anatomi Penglihatan .......................................................... 45
Praktikum VI. Histologi Penglihatan ........................................................ 51
Praktikum VII. Penulisan Resep (Obat Topikal dan Gargarisma) .............. 59
Praktikum VIII. Pemberian dan Interaksi Obat Mata .................................. 73
Praktikum IX. Histologi Kulit dan Jaringan Penunjang ............................ 77
Praktikum X. Pemeriksaan Saraf dan Test Fungsi Saraf Pada Kusta ....... 84
Praktikum XI. Histopatologi Kulit + Tzank Test ...................................... 93
Praktikum XII. Histopatologi Spesial Sense................................................ 112
Praktikum XIII. Uji Korelasi ........................................................................ 123
Praktikum XIV. Uji Komparasai ................................................................... 132
Praktikum XV. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ........................... 141
Praktikum XVI. Pengelolaan Daftar Pustaka ............................................... 150

v
DAFTAR GAMBAR
Hal

Gambar 1. Penampang Telinga Luar,Tengah dan Dalam ............................ 3


Gambar 2. Daun Telinga (Auricula) ............................................................. 3
Gambar 3. Pemotongan Telinga Luar ......................................................... 4
Gambar 4. Otot-Otot Daun Telinga .............................................................. 4
Gambar 5. Tulang-Tulang Pendengaran ...................................................... 5
Gambar 6.

vi
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM I
ANATOMI TELINGA
Nondang Purnama Siregar

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan anatomi organ telinga pada gangguan
organ terkait sesuai SKDI.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum anatomi telinga ini dilakukan sebagai bagian dari modul 1
(pendengaran, penciuman dan tenggorok). Diharapkan setelah mengikuti
praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi morfologi telinga.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur/ komponen telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam.
3. Menjelaskan dengan benar berbagai daerah telinga, batas-batas serta definisi dan
makna konteks topografis serta klinis dengan struktur sekitar telinga.
4. Menjelaskan dan mengidentifikasiperdarahan dan innervasi telinga.

C. PENDAHULUAN
Telinga (auris) mencakup organ pendengaran dan organ keseimbangan. terdiri
atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
• Auris externa (telinga luar): terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus
• Auris media (telinga tengah): terdiri dari cavum tympani dan recessus
epitympanicum
• Auris interna (telinga dalam): terdiri dari labyrinthus membranaceus, ductus
cochlearis.
Organ pendengaran yang terletak di dalam telinga dalam (organum vestibulo
cochleare) mengubah nada dan bunyi, yakni sebagai informasi mekanik yang
ditangkap telinga luar, diteruskan dan diperkuat oleh telnga tengah, menjadi
impuls listrik yang selanjutnya diteruskan ke otak. Selain itu di dalam telinga
dalam terletak reseptor khusus untuk penentuan gerak dan posisi dalam ruang (organ
keseimbangan).

Penuntun Praktikum
Semester V 1
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
Bagian-bagian telinga
1. Auris externa : telinga luar terdiri dari
• Auricula dibentuk oleh lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi oleh
selapis kulit yang melekat erat
Fungsi : mengumpulkan getaran suara dan meneruskan ke meatus acusticus
externus.
• Meatus acusticus externus adalah tabung meluas dari concha ke membrana
tympani, 1/3 lateral terdiri dari tulang rawan elastis, 2/3 medial terdiri dari
tulang.
2. Auris media : telinga tengah
Isi auris media terdiri dari:
• Ossicula auditoria (malleus, incus dan stapes)
• M. stapedius dan m. tensor tympani
• Chorda tympani cabang n. facialis
• Plexus tympanicus pada promintorium
Membrana tympani memisahkan segmen inferior meatus acusticus externus dari
cavum tympani. Terdiri dari:
• pars flaccida (bagian lemas)
• pars tensa (bagian tengah)
Tuba auditiva eustachii menghubungkan cavum tympani dengan nasopharynx.
Fungsi menyeimbangkan tekanan udara dalam cavum tympani dengan tekanan udara
atmosfer.
Ossicula Auditoria
Terdiri dari malleus, incus dan stapes yang bersendi dalam 1 rangkaian tulang yang
menghubungkan membrana tympani dengan fenestra vestibuli (oval window).
Otot-otot ossicula yaitu: M. tensor tympani dan M. stapedius.
Antrum Mastoideumadalah sebuah rongga dalam proc. mastoideus oss temporalis,
berhubungan dengan epitympanum melalui aditus ad antrum.
3. Auris interna : telinga dalam
Labyrinthus osseus terdiri dari sejumlah rongga yaitu cochlea, vestibulum dan
canales semicirculares di dalam pars petrosa ossis temporalis.

Penuntun Praktikum
Semester V 2
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Labyrinthus membranaceus terdiri dari sejumlah saccus dan ductus berembran yang
berisi endolimfe, dan organ-organ akhir untuk pendengaran dan keseimbangan
(organum vestibulo-cochleare).

Gambar 1. Peampang Telinga Luar,Tengah dan Dalam

Gambar 2. Daun Telinga (Auricula)

Penuntun Praktikum
Semester V 3
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 3. Pemotongan Telinga Luar

Gambar 4. Otor-Otot Daun Telinga

Penuntun Praktikum
Semester V 4
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 5. Tulang-Tulang Pendengaran

E. ALAT DAN BAHAN


1) Proyektor.
2) Laptop.
3) Manikin telinga bagian luar, tengah dan dalam.
4) Atlas anatomi sobotta.
5) Proyektor.

Penuntun Praktikum
Semester V 5
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

6) Alat tulis dan pensil warna untuk menggambar.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Penyampaian materi oleh intruktur.
2) Belajar mandiri mahasiswa mengidentifikasi masing-masing bagian dari telinga
bagian luar, tengah dan dalam.
3) Menggambarkan telinga bagian luar, tengah dan dalam di hasil praktikum.
4) Dilakukan quiz pada mahasiswa.

Penuntun Praktikum
Semester V 6
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan bagian-bagian dari telinga bagian luar!

Gambarkan bagian-bagian dari telinga bagian tengah!

Penuntun Praktikum
Semester V 7
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambarkan bagian-bagian dari telinga bagian dalam!

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

REFERENSI
Marieb Elaine N, Wilhelm Patricia Brady, Mallat John, 2012, Human Anatomy,
6thEd., Pearson Education Inc, San Francisco.
Martini Frederic H., Timmons Michael J., Tallitsch Robert B., 2012, Human
Anatomy, 7th Ed., Pearson Education, Inc.,United States of America.
Moore Keith L, Agur Anne M.R, Dalley Arthur F., 2006, Clinically oriented anatomy,
5thed, Lippincott Williams and Wilkins
Netter Frank H., 2006. Atlas of Human Anatomy, 4th.ed, Elsevier lnc, Philadelphia
Paulsen F, J. Waschke, 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Alih bahasa: Brahm U,
dkk, ed.23, EGC, Jakarta.

Penuntun Praktikum
Semester V 8
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM II
ANATOMI HIDUNG DAN TENGGOROKAN
Nondang Purnama Siregar

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan anatomi organ indera (hidung dan
tenggorokan) pada gangguan organ terkait sesuai SKDI.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum anatomi telinga ini dilakukan sebagai bagian dari modul 1
(pendengaran, penciuman dan tenggorok). Diharapkan setelah mengikuti
praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi morfologi hidung dan tenggorokan
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur/ komponen hidung dan tenggorokan
3. Menjelaskan dengan benar berbagai daerah hidung dan tenggorokan , batas-batas
serta definisi dan makna konteks topografis serta klinis dengan struktur
sekitarnya.
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi perdarahan dan innervasi hidung dan
tenggorokan.

C. PENDAHULUAN
Sistem Penghidu (Hidung)
Terdiri dari :
1. Nasus Externus (hidung bagian luar)
2. Nasus Internus=cavum nasi (rongga hidung)
Fungsi:
1. Fungsi penghidu.
2. Pernafasan.
3. Penyaringan debu.
4. Pelembaban udara pernafasan.
5. Penampungan sekret dari sinus paranasales dan duct.nasolacrimalis.

Penuntun Praktikum
Semester V 9
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Larynx
Suatu organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk
jalan napas dan berfungsi dalam pembentukan suara, menghubungkan
laryngopharynx dengan trachea.
Trachea
Saluran dengan dinding bertulang rawan yang mobil, berawal dari tepi bawah
cartilago cricoidea dan meluas ke bawah pada garis tengah leher. Di dalam thorax, ia
berakhir dengan bercabang menjadi 2 bronchus utama setinggi discus vertebrae Th4-
5.
Oesophagus
• Suatu saluran berotot, panjang 25 cm dari pharynx sampai ke lambung.
• Berawal setinggi cart.cricoidea di depan corpus vert C6. Mula- mula berada di
garis tengah, namun sewaktu berjalan ke leher, menyimpang ke kiri.

D. MATERI PRAKTIKUM
NASUS EXTERNUS
• Bagian-bagian : radix nasi, nares, alae nasi, septum nasi.
• Kerangka tulang : os. Nasale, proc. Frontalis maxillae, pars nasalis ossis
frontalis.
• Kerangka tulang rawan hialin : cartilagines nasi superior dan inferior, cartilago
septi nasi.

Penuntun Praktikum
Semester V 10
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

CAVUM NASI
Meluas dari nares hingga choanae.Terpisah dua oleh septum nasi. Dinding-
dindingnya : dasar, atap, lateral, medial.
• Dasar :
- processus palatinus maxillae (anterior)
- lamina horizontalis ossis palatinum (posterior)
• Atap :
- corpus ossis sphenoidalis
- lamina cribosa ossis ethimoidalis
- os frontale, os nasale, cartilagines nasi
• Lateral :
- 3 tonjolan tulang : concha nasalis superior, media, inferior (turbinate)
- 3 saluran bawah masing-masing concha : meatus nasi superior, media, inferior
- atrium : suatu lekukn dangkal di depan concha media
- vestibulum : suatu daerah di anterior dan inferior antrum
- recessus sphenoethmoidalis : lekukan superior dari concha nasalis superior
• Medial :
- septum nasi, suatu sekat osteocartilago yang ditutupi mukosa
- posterior superior : lamina perpendicularis os ethmoidali
- posterior inferior : os vomer
- anterior : septum tulang rawan

Penuntun Praktikum
Semester V 11
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PERDARAHAN CAVUM NASI


Arteria sphenpalatina cabang arteria maxillaris masuk ke cavum nasi melalui
foramen pterygopalatina.Beranastomosis dengan cabang septal ramus labialis superior
arteria facialis di daerah verstibulum – daerah epistaxis.

SINUS PARANASALES
Sinus paranasales : rongga-rongga dalam tulang di sekitar hidung
- sinus maxillaris
- sinus frontalis
- sinus ethmoidalis
- sinus sphenoidalis

Penuntun Praktikum
Semester V 12
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Muara Sinus paranasales dalam cavum nasi


a. Sinus maxillaris: pada hiatus semilunaris dalam meatus mediu
b. Sinus frontalis: dalam infundibulum pada ujung anterior meatus mediu
c. Sinus ethmoidalis: terbagi dalam 3 kelompok:
• anterior, muara ke infundibulum
• media, muara ke meatus medius, pada atau di atas bulla ethmoidalis
• posterior muara ke meatus superior
persarafan : n. ethmidalis anterior dan posterior
d. Sinus sphenoidalis: pada recessus sphenoethmoidalis

OTOT-OTOT PHARYNX

LARYNX
• Suatu organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk jalan
napas dan berfungsi dalam pembentukan suara, menghubungkan laryngopharynx
dengan trachea.
• Kerangka: beberapa cartilago yang dihubungkan oleh beberapa membran dan
ligamen dan digerakkan oleh otot-otot.

Penuntun Praktikum
Semester V 13
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Cartilago Laryngis
Cartilago thyroidea, cartilago cricoidea, cartilago arytenoidea, cartilago corniculata,
cartilago epiglottica

Aditus Laryngis
Batas-batas
Anterior : epiglottis
Lateral : plica aryepiglottica
Posterior-inferior : plica inter-arytenoidea

Cavitas Laryngis
Meluas dari aditus sampai ke tepi bawah catilago cricoidea
Dibagi atas 3 bagian:
Vestibulum : bagian atas (supraglottic compartment)
Ventriculus : bagian tengah (glottic compartment)
Penuntun Praktikum
Semester V 14
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Otot-Otot Larynx
Otot-Otot Extrinsik
1. Elavator larynx
a. m. digastricus
b. m. stylohyoideus
c. m. mylohyoideus
d. m. geniohyoideus
e. m.stylopharyngeus
f. m. salpingopharyngeus
g. m. palatopharyngeus
2. Depresor larynx
a. m. sternothyroideus
b. m. sternohyoideus
c. m. omohyoideus
Otot-Otot Intrinsik
1. Mengendalikan aditus larynx
a. m. arytenoideus obliquus
b. m. aryepiglotticus
2. Mengendalikan gerakan plica vocalis
a. m. cricothyroideus (tensor)
b. m. thyroarytenoideus (relaksor)
c. m. cricoarytenoideus lateralis (adduktor)
d. m. cricoarytenoideus transversus
e. m. cricoarytenoideus posterior (abduktor)

E. ALAT DAN BAHAN


1. Proyektor.
2. Laptop.
3. Manikin hidung dan tenggorokan.
4. Atlas anatomi sobotta.
5. Proyektor.
6. Alat tulis dan pensil warna untuk menggambar.

Penuntun Praktikum
Semester V 15
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Penyampaian materi oleh intruktur
2. Belajar mandiri mahasiswa mengidentifikasi masing-masing bagian dari hidung
dan tenggorokan
3. Menggambarkan hidung, larynx, pharynx, trachea dalam di hasil praktikum
4. Dilakukan quiz pada mahasiswa

G. HASIL PRAKTIKUM
1. Gambarkan dan tuliskan bagian-bagian dari hidung!
2. Gambarkan larynx dan tuliskan bagian-bagiannya!
3. Gambarkan trachea dan tuliskan bagian-bagiannya!

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

Penuntun Praktikum
Semester V 16
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Marieb Elaine N, Wilhelm Patricia Brady, Mallat John, 2012, Human Anatomy,
6thEd., Pearson Education Inc, San Francisco.
Martini Frederic H., Timmons Michael J., Tallitsch Robert B., 2012, Human
Anatomy, 7th Ed., Pearson Education, Inc.,United States of America.
Moore Keith L, Agur Anne M.R, Dalley Arthur F., 2006, Clinically oriented anatomy,
5thed, Lippincott Williams and Wilkins
Netter Frank H., 2006. Atlas of Human Anatomy, 4th.ed, Elsevier lnc, Philadelphia
Paulsen F, J. Waschke, 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Alih bahasa: Brahm U,
dkk, ed.23, EGC, Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA
Tortora, G.J., Nielsen Mark T., 2012. Principles of Human Anatomy. 12th Ed.,
Nielsen and Biological Sciences Textbooks, Inc., USA

Penuntun Praktikum
Semester V 17
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM III
HISTOLOGI TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN
Ira Cinta Lestari

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi telinga, hidung dan
tenggorokan serta fungsinya sesuai dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi telinga, hidung dan tenggorokan ini dilakukan sebagai
bagian dari modul Pendengaran, Penciuman dan Tenggorok. Diharapkan setelah
mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi telinga luar, tengah dan
dalam.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi rongga hidung (regio
respirasi dan regio olfaktorius).
3. Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi laring.

C. PENDAHULUAN
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.
Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Gelombang suara
yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran
timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga
tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan
ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput /
koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya
mekanisme vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan
keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular
diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).

Penuntun Praktikum
Semester V 18
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 1 : Bagian-Bagian Telinga (Telinga Luar, Tengah dan Dalam)

D. MATERI PRAKTIKUM
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar
(meatus accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani).
Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh
kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat
beberapa lembar otot lurik.

Gambar 2 : Struktur Histologi Daun Telinga


Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian
permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang
dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar
serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi
bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.

Penuntun Praktikum
Semester V 19
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 3 : Struktur Histologi Liang Telinga Bagian Luar


Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna.
Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm,
sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid
rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis
dan fibroblas.

TELINGA TENGAH
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang
terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.

Gambar 4 : Telinga Tengah

Penuntun Praktikum
Semester V 20
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya


merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada
pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina
propria tipis dan menyatu dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang
maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga
sumsum tulang. Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran
yaitu otot tensor timpani dan stapedius.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan
nasofarings, lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang
rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel
bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings.

Gambar 5 : Telinga Tengah. Tuba Auditiva (Eustachius).

TELINGA DALAM
Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang
di dalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf
sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.

Penuntun Praktikum
Semester V 21
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 6 : Telinga Dalam

LABIRIN TULANG
Labirin tulang terdiri atas 3 komponen yaitu kanalis semisirkularis,
vestibulum, dan koklea tulang.

LABIRIN MEMBRANASEA
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem
saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini
dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada
beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
1. Kanalis semisirkularis membranasea.
2. Ultrikulus.
3. Sakulus.
4. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus
sakularis.
5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus.
6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus
koklearis.

Penuntun Praktikum
Semester V 22
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ


pendengaran. Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran
semisirkularis (krista ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula
sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.

Gambar 7 : Telinga Dalam. Labirin Membranasea.

SAKULUS DAN ULTRIKULUS


Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang
mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis
gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor
sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak
paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal
lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga
berfungsi untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I
dan II serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian
vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel
ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat
berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir
saraf dengan beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik.

Penuntun Praktikum
Semester V 23
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun
eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada
apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong
(sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal
dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan
22µm yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak
badan-badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung
kalsium karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia
serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik.

Gambar 8 : Telinga Dalam. Sel Rambut tipe I dan II pada Makula Sakuli dan
Utricu

KANALIS SEMISIRKULARIS
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada
permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula.
Pada setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu
badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar)
kanalis. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut
yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya
terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa dengan membran
otolitik tetapi tanpa otokonia.

Penuntun Praktikum
Semester V 24
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 9 : Telinga Dalam. Kanalis Semisirkularis.

KOKLEA
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga
merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding
luar koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke
dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum
spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang
membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran
ini akan membagi saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran
vestibularis (Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan
oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf
dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu
sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis
berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam
fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang
memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani
akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut helikotrema.

Penuntun Praktikum
Semester V 25
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi


berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat
ganglion spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas
serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti.
Periosteum di atas lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis
sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh
serat-serat kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh
jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.
Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang
diliputi oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli.

Gambar 10 : Telinga Dalam. Koklea.

Penuntun Praktikum
Semester V 26
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 11 : Telinga Dalam. Struktur Histologi Koklea (Potongan Vertikal).

DUKTUS KOKLEARIS
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada
lokasinya, diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung
pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya
selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak
mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi
endolimf.

ORGAN CORTI
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang
terdapat di organ Corti adalah
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan
bagian basal yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris
serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya
lebih panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada
membrana basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang
bagian basal sel rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan

Penuntun Praktikum
Semester V 27
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk
menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat
dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan
dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel
falangs luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak
antara sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel
Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.

Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria
yang merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup
membran ini menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.

Gambar 12 : Telinga Dalam. Struktur Histologi Duktus Kolearis (Skala Media).

Penuntun Praktikum
Semester V 28
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 13 : Telinga Dalam. Struktur Histologi Koklea dan Spiral Organ/Organ


Corti.

GANGLION SPIRALIS
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan
berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam
saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan
berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut.
Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak
dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama
dengan akson dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke
ketiga kanalikulus semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.

Gambar 14 : Telinga Dalam. Struktur Histologi Duktus Koklearis dan Ganglion


Spiralis.
Penuntun Praktikum
Semester V 29
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

RONGGA HIDUNG
Rongga hidung dibangun oleh tulang, tulang rawan, otot dan dilapisi oleh
membrana mukosa. Bagian kiri dan kanan rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi.
Secara anatomis rongga hidung terdiri dari:
1. Vestibulum Nasi
Merupakan bagian rongga hidung paling anterior yang melebar dan disokong oleh
tulang rawan pada sisi medialnya. Pada mukosa banyak dijumpai kelenjar
sebaseadan kelenjar keringat
• rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae yang berperan untuk menyaring
keluar partikel-partikel dari udara yang dihirup
• epitelnya berupa berlapis pipih tanpa keratin
2. Cavum Nasi Propii
A. Regio Respirasi
Merupakan daerah yang dibatasi oleh dinding lateral bersama septum nasi dan
pada dinding lateral ini dijumpai concha nasalis. Membran mukosa bagian respirasi
dari rongga hidung disebut membran Schneiderian, ini terdiri dari:
• Lamina epitelialis: berupa epitel bertingkat bersilia dengan goblet
• Lamina propria
1. Dijumpai kelenjar serous dan mukus untuk menjaga rongga hidung tetap
dalam keadaan basah
2. Juga dijumpai serabut kolagen, serabut elastik, limfosit, sel plasma, leukosit
granuler dan makrofag
B. Regio Olfaktorius
Merupakan daerah pada concha nasalis superior, bersama dengan septum nasi,
dinding lateral dan medial dari puncak cavum nasi
Lamina epitelialis :
1. Disusun oleh epitel bertingkat tanpa silia dan tanpa sel goblet dan tanpa suatu
membran basalis yang nyata
2. Tersusun oleh tiga jenis sel
a. Sel olfaktorius
b. Sel penyokong
c. Sel basalis

Penuntun Praktikum
Semester V 30
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 15 : Regio Olfaktorius

EPITEL OLFAKTORIS
Bagian superior atau atap rongga hidung mengandung epitel yang
sangat khusus untuk mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel ini adalah Epitel
olfaktoris yang terdiri atas tiga jenis sel ; sel penyokong (sustentakular), sel basal,
dan sel olfaktoris. Di dalam jaringan ikat di bawah epitel olfaktoris, terdpat nervus
olfaktorius (fila olfaktoria) dan kelenjar olfaktoris (kelenjar Bowman).

Gambar 16 : Epitel Olfaktorius

LARING
Mukosa laring dibentuk oleh epitel respiratorius (epitel berlapis
silindris semu bersilia) kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel
berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet.

Penuntun Praktikum
Semester V 31
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada
daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum
tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh
jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.
Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin.
Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah
muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.

Gambar 17 : Struktur Histologi Laring

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop
2) Sedian preparat histologi :
a. Hidung
b. Laring
3) Atlas Histologi
4) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop)

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Persiapkan mikroskop.
2) Ambil sedian preparat.
3) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x).

Penuntun Praktikum
Semester V 32
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan


dengan gambar di Atlas Histologi.
5) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!.

G. HASIL PRAKTIKUM
1. Lengkapi keterangan gambar berikut!
Telinga Dalam – Koklea

Keterangan :
1. ..................................................... 10. ........................................................
2. ..................................................... 11. ........................................................
3. ..................................................... 12. ........................................................
4. ..................................................... 13. ........................................................
5. ..................................................... 14. ........................................................
6. ..................................................... 15. ........................................................
7. .....................................................
8. .....................................................
9.......................................................

Penuntun Praktikum
Semester V 33
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai keterangan
gambar yang lengkap!
Organ : Hidung

Perbesaran :

Organ : Laring

Perbesaran :

Penuntun Praktikum
Semester V 34
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
............................................................................................................

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology of
The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore, M.S.H.di, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa: Martoprawiro, dkk, ed.6, EGC,
Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt, J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams and
Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed, McGraw-Hill
Companies
Lodish, H., Baltimore, D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed., John
Wiley & Sons Inc, USA

Penuntun Praktikum
Semester V 35
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM IV
TES PENDENGARAN, PENGECAPAN DAN PENCIUMAN
M. Budi Syahputra

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan melakukan anamnesa dan pemeriksaan THT.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan testberbisik
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan test Rinne, Weber danScwabah
• Mahasiswa mampu menentukan jenis kekurangan pendengaran padapenderita
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan 4 primary taste sensation yangnormal
• Mahasiswa mampi mengetahui letak dari primary 4 taste sensation padalidah
• Mahasiswa mampu melakukan percobaan untuk mencium bau dan mengenal bau
• Mahasiswa mampu menerangkan proses adapatasipenciuman

C. PENDAHULUAN
Pendengaran, pengecapan dan penciuman dapat bekerja dengan baik, bila saraf dan organ
penerima rangsang impuls dalam keadaan normal. Pemeriksaan terhadap organ pendengaran,
pengecapan dan penciuman diperlukan untuk memastikan fungsi saraf dan reseptor pada organ
berfungsi dengan baik. Praktikum ini mempelajari tentang pemeriksaan fungsi pendengaran,
pengecapan dan penciuman.

D. MATERI
Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke
jendela oval. Getaran struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan
limfe yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran reissmer dan menggetarkan cairan limfe dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfe di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan

Penuntun Praktikum
Semester V 36
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya


membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput basilar, yang akan menggerakkan sel-sel rambut
ke atas dan ke bawah. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan
ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII
yang kemudian meneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis (Guyton, 2007).
Rangsang getaran yang diterima ujung saraf pendengaran diteruskan oleh saraf koklea
ke otak. Di dalam koklea terdapat 24.000 alat corti, yang masing-masing mempunyai kepekaan
menerima frekuensi tertentu. Kita hanya dapat mendengar suara dari 20 sampai 20.000 Hertz,
tetapi ada orang-orang tertentu yang dapat mendengar antara 16 sampai 20.000 Hertz.

Mekanisme Transmisi Pendengaran


Suara dari luar dapat sampai pada skala media dengan beberapa cara:
a. Penghantaran udara: getaran suara luar menggetarkan membran timfani. Kemudian oleh
tulang pendengaran akan diteruskan ke fenestra ovali (tingkap oval) dan akan menggetarkan
cairan limfe pada koklea. Akibatnya, sel-sel rambut dari organ korti terangsang,
menghasilkan impuls dan diteruskan oleh saraf auditorius ke pusat pendengaran di otak.
b. Penghantaran tulang: getaran yang terjadi pada tulang-tulang tubuh kita (misalnya tulang
tengkorak) akan menyebabkan bergetarnya cairan limfe pada koklea.Urutan mekanisme
pendengaran pada telinga manusia. Perhatikan arah anak panah yang menggambarkan aliran
getaran suara

Penuntun Praktikum
Semester V 37
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Pengecapan
Indra pengecapan membuat kita mampu membedakan pengecapan yang berbeda,
yang merupakan peran dari taste buds yang ada di dalam mulut. Pengenalan bahan kimia
spesifik yang mampu merangsang berbagai reseptor pengecapan. Kemampuan reseptor
pengecapan di kategorikan empat sensasi pengecapan utama, yaitu asam, asin, manis dan pahit.
Seseorang dapat menerima beratus-ratus pengecapan yang berbeda. Semua itu seharusnya
merupakan kombinasi dari sensasi pengecapan dasar.

Penciuman
Indera penciuman terletak dalam rongga hidung (cavum nasi) yang dilapisi oleh sel-sel
epitel atau mukosa. Sel tersebut mempunyai dendrit yang disebut batang penciuman (olfaktory
rod) yang menonjol dari permukaan epitel rongga hidung. Reseptor penciuman menerima
stimulus dari zat-zat berbau yang sumbernya di luar hidung yang menimbulkan terjadinya
potensial - potensial pada sel bipolar.
Nervus olfaktorius atau saraf kranial pertama (I) melayani ujung organ pencium, dan
merupakan reseptor yang sangat spesifik. Rasa penciuman dirangsang oleh zat kimia yang

Penuntun Praktikum
Semester V 38
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

berbentuk uap atau gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus. Rasa penciuman itu
sangat peka dan kepekaannya mudah hilang, bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk
suatu waktu yang cukup lama. Misalnya orang yang berada dalam satu ruangan yang sesak dan
pengap, akan segera tidak merasakan bau yang tidak enak, sementara di lain pihak bau itu akan
segera menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara segar yang masuk ke
dalam ruangan itu. Rasa penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung sangat kering,
sangat basah atau membengkak, seperti halnya seseorang diserang pilek.
Jalur penciuman berakhir di dua daerah di otak yang disebut daerah penciuman
medialis dan daerah penciuman lateralis. Daerah penciuman medialis terutama berkaitan
dengan fungsi primitif misalnya pengeluaran air liur sebagai respon terhadap bau,
mengecapkan bibir, dan menyebabkan binatang dapat menjilati makanan cair
Daerah penciuman lateralis bertanggung jawab mengenai responrespon yang kompleks
terhadap rangsang penciuman. Misalnya pengenalan makanan yang lezat atau menjijikkan yang
berdasarkan pengalaman yang telah lalu mungkin merupakan fungsi dari daerah ini.

Praktikum ini akan mendemonstrasikan:


1. PEMERIKSAAN PENDENGARAN
1. Test Berbisik
2. Test Rinne
3. Test Weber
4. Test Schwabah
2. PEMERIKSAAN PENGECAP
1. Pemeriksaan 4 primary taste sensational
3. PEMERIKSAAN PENCIUMAN

Penuntun Praktikum
Semester V 39
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MATERI PRAKTIKUM
1. PEMERIKSAAN PENDENGARAN
1. Test Berbisik
2. Test Rinne
3. Test Weber
4. Test Schwabah
2. PEMERIKSAAN PENGECAP
1. Pemeriksaan 4 primary taste sensational
3. PEMERIKSAAN PENCIUMAN

E. ALAT DAN BAHAN


1. PEMERIKSAAN PENDENGARAN
a) Garpu tala 256 Hz
b) Garpu tala 512 Hz
2. PEMERIKSAAN PENGECAPAN
a) 5 % gulatebu
b) 1% quide disulfat
c) 2% atric acid
d) 5% sodium chlorida
3. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF OTONOM
a) Pensil tinta cair
b) Pilokarpin 0,06% 0,1 ml

F. CARA KERJA
Percobaan I : Test Berbisik
Uji berbisik dilakukan di ruang yang cukup tenang, dengan panjang 6 meter. Pemeriksa
duduk di samping telinga yang akan diperiksa ke ruang yang 6 meter itu, sedangkan telinga
yang sebelah lagi ditutup dengan jarinya. Pemeriksa mengucapkan kata yang terdiri dari 2 suku
kata, diucapkan secara berbisik pada akhir ekspirasi. Pasien harus mengulangi apa yang disebut
pemeriksa. Dimulai sejak jarak 6 meter, makin lama pemeriksa makin mendekat, sampai pasien
dapat menyebut kata dengan benar.Hasil uji berbisik pada orang normal adalah 5/6 atau 6/6.

Penuntun Praktikum
Semester V 40
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Percobaan II : Test Rinne


Batang garpu tala (biasanya dipakai 256 Hz) yang telah digetarkan diletakkan pada
psosesus mastoideus pasien (hantaran tulang), penderita akan mendengar getaran tersebut. Bila
pasien sudah tidak mendengar lagi getaran pada batang garpu tala, pegangan gartu tala diangkat
lalu dengan cepat ujung garpu tala diletakkan di depan liang telinga luar (hantaran udara). Bila
pasien dapat mendengar getaran ketika garpu tala diletakkan di telinga luar maka test Rinne
(+), sedangkan bila pasien tidak dapat mendengar getaran ketika garpu tala diletakkan di luar
maka test Rinne(-).
Hasil pemeriksaan:
• Tes Rinne (+) : pada pendengaran normal dan kekurangan pendengaran jenis sensorineural.
• Tes Rinne (-) : pada kekurangan pendengaran jenis hantaran.

Percobaan III : Test Weber


Percobaan garpu tala yang telah digetarkan (dipakai garpu tala 256 Hz) dilekatkan
pada tengah-tengah dahi pasien, penderita diminta untuk mengatakan telinga sebelah mana
yang mendengar getaran garpu tala lebih baik.
Hasil pemeriksaan :
• Lateralisasi ke arah telinga sakit:
- Telinga tersebut mengalami kekurangan pendengaran jenis hantaran, sedang telinga
lainnormal
- Kedua telinga mengalami kekurangan pendengaran jenis hantaran, tetapi telinga
tersebut lebih berat dari yanglain.

Penuntun Praktikum
Semester V 41
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

- Telinga tersebut normal atau mengalami kekutrangan pendengaran jenis hantaran,


sedang telinga lain mengalami kekurangan pendengaran jenissensorineural.
• Tidak ada lateralisasi:
- Kedua telinga normal

- Kedua telinga mengalami kekurangan pendengaran jenis hantaran samaberat.

- Kedua telinga mengalami kekurangan pendengaran jenis sensorineural sama berat.

Percobaan IV : Test Schwabah


Batang garpu tala (dipakai garpu tala 512 Hz) digetarkan lalu dilekatkan pada
prosesus mastoideus penderita, segera setelah penderita tidak mendengar getaran pada prosesus
mastoideus maka dengan cepat garpu tala tersebut dipindahkan ke prosesus mastoideus
pemeriksa sendiri.Hal ini diulangi sekali lagi tetapi dimulai dari prosesus mastoideus pemeriksa
ke prosesus mastoideus penderita.Pada pemeriksaan ini maka si pemeriksa harus normal.
Hasil pemeriksaan :
• Normal bila kemampuan pendengaran hantaran tulang penderita dan pemeriksasama.
• Diperpanjang bila kemampuan pendengaran hantaran tulang penderita lebih lama
dibanding pemeriksa. Ini terdapat pada kekurangan pendengaran jenishantaran.
• Diperpendek bila kemampuan pendengaran hantaran tulang penderita lebih pendek
dibanding pemeriksa. Ini terdapat pada kekurangan pendengaran jenis sensorineural.

Penuntun Praktikum
Semester V 42
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Percobaan V : Pengecapan
Larutan-larutan yang dipergunakan:
1. 5% gulatebu
2. 1% quininedisulfat
3. 2% citricacid
4. 5% sodiumchlorida

Rasa dari masing-masing bahan tersebut di atas adalah : manis, pahit, asam dan asin.

Cara Kerja :
Lidah praktikan dikeringkan lebih dahulu dengan kertas penghisap.Letak reseptor untuk setiap
macam pengecapan tadi ditentukan dengan meletakkan setetes larutan-larutan itu pada
berbagai bagian dari lidah dengan pertolongan ujung sebuah batang gelas secara bergantian.
Gambarkanlah sketsa dari lidah dan berikan tanda tempat-tempat dimana kita merasakan
pengecapan tertentu.

Percobaan VI : Penciuman
Dengan sejumlah botol tertentu yang berisi bahan yang berbau, tentukanlah berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk hidung agar dapat :
a. Mencium bau
b. Mengenal bau
Bernafaslah dari botol yang berisi amonia encer selama beberapa menit.Perhatikan adanya
kelelahan perasaan (fatigue of the sensation). Apabila perasaan itu telah seluruhnya lelah,
cobalah kepekaannya terhadap bau yang lain. Apakah kelelahan olfaktori spesifik?

Penuntun Praktikum
Semester V 43
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
LAPORAN LATIHAN PENDENGARAN DAN PENCIUMAN

Nama :..................................................................................
NPM :..................................................................................
Group/Meja :..................................................................................
Tanggal :..................................................................................

1. Hasil Tes Berbisik : ...................................................................................................

2. Hasil Tes Rinne : ...................................................................................................

3. Hasil Tes Weber : ...................................................................................................

4. Hasil Tes Schwabah : ...................................................................................................

Gambarkan pathway dari penciuman

H. LAPORAN KERJA/LAPORAN HASIL PRAKTIKUM


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

REFERENSI

Penuntun Praktikum
Semester V 44
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM V
ANATOMI PENGLIHATAN
Wan M. Ismail

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengetahui mengaplikasi morfologi struktur anatomi mata dan organ pelengkapnya
secara makroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan identifikasi struktur anatomi mata dan organ
pelengkapnya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi anatomi mata dan organ pelengkapnya.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan vascularisasi dan inervasi mata dan organ
pelengkapnya.
4. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme visual (Visual pathway).

C. PENDAHULUAN
Mata merupakanan organ vital tubuh yang termasuk dalam pancaindra dan sepasang
organ penting dalam proses penglihatan . Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina dan selanjutnya dengan perantara serabut n. opticus
diteruskan ke pusat penglihatan pada otak. Mata mempunyai struktur pelindung yang terdiri
dari tulang-tulang cranium dan memiliki struktur lainnya dalam melengkapi fungsinya

D. MATERI PRAKTIKUM
CAVUM ORBITA
Superior : Facies orbitalis ossis frontalis, ala minor ossis sphenidalis
Medialis : Os ethmoidalis dan bag. Kecil dari os frontale, os lacrimale, dan sphenoidalis
Inferior : Maxilla dan sebagian os zygomaticum dan os palatinum
Lateral : Proc. frontalis ossis zygomaticum dan ala mayor ossis sphenoidalis

Penuntun Praktikum
Semester V 45
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

LUAR ORBITA
1. Kelopak mata (Palpebra sup dan inferior)
2. Bulu mata (Cilia) dan alis mata (supercilia)

DALAM ORBITA
1. Bulbus oculi
2. Musculi bulbi
3. Fascia bulbi (capsula tenon)
4. Pembuluh darah dan syaraf
5. Lemak
6. Glandula lacrimalis

PALPEBRA
Melindungi mata dari cidera dan cahaya berlebihan dengan gerakan menutup mata.
Palpebral superior lebih besar dan mudah bergerak dari pada palpebra inferior dan kedua
palpebra bertemu pada angulus oculi medialis dan lateralis. Dan celahnya berbentuk elips
disebur fissure palpebral dan merupakan pintu masuk kedalam saccus conjunctivalis, sudut
medial berongga: lacus lacrimalis dan terdapat tonjolan kecil: caruncula lacrimalis,
dimedial dijumpai papilla lacrimalis, punctum lacrimalis. Palpebra diperkuat oleh jaringan
ikat tarsus sup dan inf dan didalamnya tertanam glandula tarsalis
Struktur Palpebrae (anterior-posterior)
1. Kulit.
2. Subkutan.

Penuntun Praktikum
Semester V 46
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3. Musculi oculi.
ANATOMI MATA SECARA MAKROSKOPIS

OTOT-OTOT PENGGANTUNG BOLA MATA

Penuntun Praktikum
Semester V 47
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


• Preparat Basah Bola Mata
• Manekin Bola mata
• Manekin Otot – Otot Penggantung Bola Mata
• Kain Lap Kering
• Pensil Biru dan Merah

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Mahasiswa /i mendengarkan arahan berupa materi pengantar dari instruktur paktikum
2. Mahasiswa mengamati preparat kering atau preparat basah nama dan tulisan bagian
bola mata serta otot – otot yang menyangga bola mata sesuai materi yang sudah
diberikan ataupun sesuai dengan yang tertera diatlas anatomi.
3. Setelah memahami, mahasiswa menggambarkan struktur bola mata yang sudah
dipelajari dengan menggunakan pensil warna merah dan biru pada bagian Hasil
Praktikum.
4. Mahasiswa menunjukkan hasil pekerjaannya kepada instruktur praktikum.
5. Sebelum keluar dari laboratorium, mahasiswa/i merapikan kembali preparat penghidu.

Penuntun Praktikum
Semester V 48
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
(Berisi tentang apa yang didapat oleh mahasiswa saat melakukan praktikum. Dapat berupa
gambar, hasil tertulis, ataupun grafik.).

Penuntun Praktikum
Semester V 49
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
.............................................................................................................

REFERENSI
Taylor, A.N. Sobotta, Atlas of Human Anatomy, English Edition, Ed 12, William-Wilkin, 1996
Putz & Pabst. Sobotta Atlas Anatomi Manusia alih bahasa Septilia Inawati, Jilid 1, 2 dan 3,
edisi 21, EGC, Jakarta, 2000

Penuntun Praktikum
Semester V 50
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM VI
HISTOLOGI PENGLIHATAN
Ira Cinta Lestari

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi mata serta fungsinya sesuai
dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi penglihatan ini dilakukan sebagai bagian dari modul
Penglihatan. Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi kelopak mata (palpebra)
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi bola mata (bulbus okuli)

C. PENDAHULUAN
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor,
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Di dalam organ mata kita, terdapat
bola mata atau bulbus okuli dan alat adneksa, yang merupakan organ yang berada di
sekitar mata, seperti palpebra, kelenjar lakrimal, konjungtiva, muskuli, dan jaringan ikat
di sekitarnya.

D. MATERI PRAKTIKUM
PALPEBRA
Pada sediaan palpebra yang merupakan potongan sagital palpebra superior
tampak bagian-bagian sebagai berikut:
1. Permukaan luar (facies anterior) yang diliputi oleh kulit dan di bawahnya terdapat
permukaan m.orbicularis ocull, ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih (pada facies
anterior).
2. Permukaan dalam (conjunctiva palpebra) dilapisi oleh epitel berlapis silindris
rendah tanpa kornifikasi.
3. Kelenjar Meibom (glandula tarsalis/meibomi) yang berupa kelenjar sebacea khusus
pada daerah tarsus.
4. Kelenjar Zeiss yang berupa kelenjar sebacea berhubungan dengan folikel rambut.

Penuntun Praktikum
Semester V 51
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

5. Kelenjar Mool (glandula ciliaris Molli) yang berupa kelenjar sudorifera


berhubungan dengan folikel rambut.
6. Kelenjar krause (glandula mucosae krausei) yang berupa kelenjar lakrimal
tambahan yang terletak di formix conjunctivae.
7. Tarsus yang berupa lapisan dari jaringan fibrus padat pada sisi dari kelenjar
meibom.
8. Musculus orbikularis oculi yang merupakan otot bergaris.
9. Musculus ciliaris riolani yang merupakan otot bergaris.
10. Folikel rambut dengan silia.
11. Musculus tarsalis mulleri ynag merupakan serabut otot polos pada tarsus.

Gambar 1 : Struktur Histologi Palpebra

BOLA MATA/ BULBUS OKULI


Bola mata dikelilingi oleh tiga lapisan konsentris utama: jaringan ikat fibrosa kuat
di luar, terdiri atas sklera dan kornea; lapisan tengah atau uvea, terdiri atas koroid
berpigmen yang sangat vaskular, korpus siliaris (terdiri atas prosesus siliaris dan
muskulus siliaris) dan iris; dan lapisan terdalam atas jaringan saraf fotosensitif, yaitu
retina.

Penuntun Praktikum
Semester V 52
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 2 : Lapisan-Lapisan Pada Bola Mata

Gambar 3 : Bulbus Oculi

Kornea (Cornea)
Dapat diteliti struktur mikroskopisnya sebagai berikut:
1. Epitel kornea (anterior epithelium) yang berupa bangunan epitel berlapis pipih tanpa
papila, dan di bawahnya terdapat sel-sel silindris.

Penuntun Praktikum
Semester V 53
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Membrana Bowman (Bowman’s membrane/ anterior elastic layer) yang berupa sel
silindris dan kelihatan sebagai membran yang homogen.
3. Stroma (Substantia Propria) yang dibangun oleh sel korneal (Fibroblas) dan lamella
berupa bundelan-bundelan paralel dari serabut kolagen.
4. Membrana Descemet (Descemet’s membrane/ posterior elastic layer) yang
merupakan suatu membran yang homogen.
5. Epitel mesenkim kornea (posterior epithelium) yang dibangun oleh epitel kubus
rendah.

Gambar 4 : Bola Mata. Struktur Histologi Kornea

Retina, Choroid dan Sklera


Dinding bola mata terdiri atas klera, koroid, dan retina.Sklera adalah lapisan
jaringan ikat kuat, opak, putih terdiri dari anyaman padat serat kolagen.Dan tampak
sebagai bagian “putih” mata.Koroid dan korpus siliaris terletak bersebelahan dengan
sklera.Pada potongan sagital bola mata, korpus siliaris tampak berbentuk segitiga, terdiri
atas muskulus siliaris dan prosesus siliaris.

Penuntun Praktikum
Semester V 54
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Retina
Organ ini terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut:
1. Epitel pigmen yang disusun oleh sel-sel pigmen berbentuk prisma rendah dan
mempunyai penonjolan sitoplasma yang masuk di anatara sebatang (rods) dan sel
kerucut (cones).
2. Lapisan sel kerucut dan sel batang (Rods dan Cones).
3. Membran limitan luar (external/outer limiting membrane) / membrana limitans-
externa.
4. Lapisan inti luar (outer nuclear layer) yang mengandung inti darisel kerucut dan sel
batang serta jalinan sel Muller.
5. Lapisan pleksifom luar (outer pelexiform layer), berupa tempat sinaps antara sinaps
sel horizontal dengan sel visual (rods) dan sinaps sel bipolar dengan sel kerucut
(cones).
6. Lapisan inti dalam (inner nuclear layer) yang mengandung inti-inti dari sel bipolar
sel horizontal sel amakrin dan sel Muller.
7. Lapisan pleksiform dalam (inner plexiform layer) yang berupa sinaps dari sel
bipolar, sel amakrin dan ganglion.
8. Lapisan ganglion yang dibangun oleh sel ganglion dan nueroglia.
9. Lapisan serabut sel saraf mengandung axon dari sel ganglion dan jalinan sel Muller.
10. Membrana limitan dalam (inner limitans membrane), yang dibentuk oleh serabut
dalam dari sel Muller.

Gambar 5 : Bola Mata. Struktur Histologi Retina, Choroid, Sclera

Penuntun Praktikum
Semester V 55
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop
2) Sedian preparat histologi :
a. Palpebra
b. Bulbus Okuli
3) Atlas Histologi
4) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop)

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Persiapkan mikroskop
2) Ambil sedian preparat
3) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x)
4) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan dengan
gambar di Atlas Histologi
5) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!

G. HASIL PRAKTIKUM
1. Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai keterangan
gambar yang lengkap!
Organ : Palpebra

Perbesaran :

Penuntun Praktikum
Semester V 56
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Organ : Bola Mata

Perbesaran :

2. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..........................................................................................................

Penuntun Praktikum
Semester V 57
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology of
The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore, M .S .Hdi, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa: Martoprawiro, dkk, ed.6,
EGC, Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt, J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed, McGraw-
Hill Companies
Lodish, H., Baltimore, D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA

Penuntun Praktikum
Semester V 58
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM VII
PENULISAN RESEP (OBAT TOPIKAL DAN GARGARISMA)
Ichwan Alamsyah Lubis

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan pengertian obat dan fungsinya sesuai dengan literatur.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum Penulisan Resep Sediaan Obat Topikal
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan jenis-jenis sediaan obat topikal sesuai dengan literatur.
2. Menjelaskan perihal resep sediaan obat topikal sesuai dengan literatur.
3. Melakukan penulisan resep sediaan obat topikal.

C. PENDAHULUAN
Obat dalam bahasa inggris disebut drug yang berasal dari bahasa perancis droque
yang berarti “rempah kering”. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 193/Kab/B.VII/71 tahun 1971, yang dimaksud dengan obat adalah semua
bahan senyawa tunggal atau paduan bahan-bahan untuk digunakan di bagian dalam
maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit, luka,
atau kelainan badaniah pada manusia dan hewan. Senyawa atau zat aktif obat tidak bisa
diberikan langsung sebagai obat, harus diberikan dalam berbagai bentuk sediaan dan
tempat pemberian tertentu.
Obat merupakan salah satu penatalaksanaan yang selalu digunakan pada terapi
untuk mengatasi suatu penyakit. Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam
beberapa golongan. Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas
(OTC = other of the counter) yang dapat dibeli secara bebas dan ethical (obat narkotika,
psikotropika, dan keras) yang harus dibeli menggunakan resep dokter. Jadi sebagian obat
tidak bisa diserahkan langsung pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep
dokter (on medical prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran
dokter sebagai“medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh
masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung dengan
masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical care” dan

Penuntun Praktikum
Semester V 59
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

informan obat, serta melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Didalam sistem


pelayanan kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada dalam satu tim yang
solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan menyembuhkan pasien.
Satu resep umumnya hanya diperuntukkan bagi satu penderita. Untuk dapat
menuliskan resep yang tepat dan rasional seorang dokter harus memiliki cukup
pengetahuan dasar mengenai ilmu-ilmu farmakologi yaitu tentang farmakodinamik,
farmakokinetik, dan sifat-sifat fisika kimia obat yang diberikan. Oleh karena itu dokter
memainkan peranan penting dalam proses pelayanan kesehatan khususnya dalam
melaksanakan pengobatan melalui pemberian obat kepada pasien. Resep juga
perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker dan penderita.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang
Apotek menyebutkan bahwa resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan kepada apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Penyedia layanan kesehatan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku memberikan resep kepada apoteker untuk menyiapkan,
membuat, meracik obat untuk diserahkan kepada pasien. Resep merupakan kompetensi
dokter dalam medical care yang harus mampu membuat peresepan sesuai kaidah yang
benar agar tidak salah dalam memuat informasi. Peresepan yang salah akan memuat
informasi yang tidak lengkap tentang obat, seperti tidak menyebutkan rute administrasi
obat, kuantitas, dosis, bentuk sediaan, frekuensi dan aturan pemakaian obat.
Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya, yaitu
setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang akan
diberikan; terapi dapat profilaktik, simptomatik atau kausal. Penulisan resep bertujuan
untuk memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi sekaligus
meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat. Umumnya, rentang waktu buka
instalasi farmasi/apotek dalam pelayanan farmasi jauh lebih panjang daripada praktik
dokter, sehingga dengan penulisan resep diharapkan akan memudahkan pasien dalam
mengakses obat-obatan yang diperlukan sesuai dengan penyakitnya. Melalui
penulisan resep pula, peran, dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi
obat kepada masyarakatdapat ditingkatkan karena tidak semua golongan obat dapat
diserahkan kepada masarakat secara bebas. Selain itu, dengan adanya penulisan resep,
pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing (obat diberikan sendiri oleh
dokter), dokter bebas memilih obat secara tepat, ilmiah, dan selektif. Penulisan resep
Penuntun Praktikum
Semester V 60
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

juga dapat membentuk pelayanan berorientasi kepada pasien (patient oriented) bukan
material oriented.
Resep juga dapat menjadi medical record yang dapat dipertanggungjawabkan
dan sifatnya rahasia. Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan
kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang tidak
berhak. Resep diperlukan untuk menjaga hubungan dan komunikasi kolegalitas yang
harmonis di antara profesional yang berhubungan, antara lain: medical care,
pharmaceutical care & nursing care. Rahasia dokter dengan apoteker menyangkut
penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana penderita tidak ingin orang lain
mengetahuinya, oleh karena itu kerahasiaannya harus dijaga. Resep asli harus
disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali oleh yang berhak, yaitu:
1. Dokter yang menulis atau merawatnya.
2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
3. Paramedis yang merawat pasien.
4. Apoteker yang mengelola apotek bersangkutan.
5. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang
ditugaskan untuk memeriksa.
6. Petugas asuransi untuk kepentingan klem pembayaran.
Kertas resep harus disimpan, diatur menurut urutan tanggal dan nomor urut
pembuatan serta disimpan sekurang-kurangnya selama lima tahun. Setelah lewat lima
tahun, apotek boleh memusnahkan resep dengan membuat berita acara pemusnahan seperti
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu,
karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur
obat dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara individual.
Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis secara betul
dan sempurna/lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini perlu mendapat
perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinyahampir sama, sedangkan
khasiatnya berbeda.
Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima tepat,
ialah sebagai berikut :

Penuntun Praktikum
Semester V 61
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko, rasio antara
manfaat dan harga, dan rasio terapi.
2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh faktor obat (sifat kimia, fisika, dan toksisitas),
cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor penderita (umur, berat
badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas, sensitivitas individu dan patofisiologi).
3. Tepat bentuk sediaan obat; menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek terapi
maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis,dan harga
murah.
4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja obat,
bioavaibilitas, serta pola hidup pasien (pola makan, tidur, defekasi, dan lain-lain).
5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak- anak,
dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.
Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini
menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yangdapat
timbul berupa :
1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk
mengkomunikasikan info yang penting, seperti :
a. Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.
b. Menulis resep dengan tidak jelas/ tidak terbaca.
c. Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur yang
tidak terstandarisasi.
d. Menulis instruksi obat yang ambigu.
e. Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut.
f. Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih dari
satu rute.
g. Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa
menspesifikasi durasi penginfusan.
h. Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
2. Kesalahan dalam transkripsi.
a. Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat yang
digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.
b. Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya ketika
menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.

Penuntun Praktikum
Semester V 62
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

c. Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar obat
pasien.
d. Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar obat
yang diresepkan untuk pasien rawat inap.

D. MATERI PRAKTIKUM
Secara teknis, penulisan resep memiliki format dan kaidah penulisan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut
disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak.
Resep pada umumnya berupa lembaran kertas berbentuk empat persegi panjang,
ukuran ideal lebar 10-12 cm dan panjang 15-20 cm. Resep terdiri dari 6 bagian, yaitu :
1. Inscriptio
2. Invocatio
3. Prescriptio/ Ordonatio
4. Signatura
5. Subscrioptio
6. Pro (diperuntukkan)
Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang harus
tercantum dalam sebuah resep. Prinsip penulisan resep yang berlaku di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia.
2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label
kemasan.
3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.
4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.
5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.
6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.
Resep ditulis pada kop format resep resmi dan harus menepati ciri-ciri yang berikut:
1. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat pelayanan
medik dan informatif.
2. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang berarti ambillah atau
berikanlah.

Penuntun Praktikum
Semester V 63
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat kemudian
ditulis dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan jelas.
4. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis dalam
satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk sediaan (m.f. =
misce fac, artinya campurlah, buatlah).
5. Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup dengan nama dagang saja
dan jumlah sesuai dengan kemasannya.
6. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah,missal:
Codein tidak boleh menjadi Kodein,Pharmaton F tidak boleh menjadi
Farmaton F.
7. Signatura ditulis dengan jelas, tutup dan paraf.
8. Pro atau peruntukkan obat dan umur pasien ditulis, misalnya Tn. Amir, Ny.Supiah,
Ana (5 tahun).
9. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume
sediaan sesudah bentuk sedíaan.
10. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknyatulis
dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte.

Hal-hal berikut ini harus diperhatikan dalam penulisan resep, di antaranya :


1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak adakeraguan dalam
pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien.
2. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.
3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaransendok dengan
signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angkapecahan ditulis arabik.
4. Menulis jumlah wadah/botol (Fl. atau Fls.) maupun numero (No.) selalu genap,
walaupun kitabutuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fl. II saja.
5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokterbersangkutan,
menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebutterjamin.
6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
7. Nama pasien dan umur harus jelas.
8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter
bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak bolehdiulangi tanpa
resep dokter.

Penuntun Praktikum
Semester V 64
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan
sendiri), karena menghindari material oriented.
10. Hindari tulisan sulit dibaca sebab hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan buktipemberian obat
kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek sehingga kerahasiaannya harus
dijaga.

Gambar 1. Contoh Resep dan Bagian-bagian Resep

Beberapa tanda-tanda penting pada suatu resep di antaranya adalah:


1. Tanda Segera, yaitu:
Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera, tanda segera atauperingatan
dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah blanko resep, yaitu:
a. Cito! = segera
b. Urgent = penting

Penuntun Praktikum
Semester V 65
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

c. Statim= penting sekali


d. PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda
Urutan yang didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.
2. Tanda resep dapat diulang.
Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalamresep di
sebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kaliboleh diulang. Misal,
iter 1x, artinya resep dapat dilayani 2 x. Bila iter 2x, artinya resep dapat
dilayani 1+ 2 = 3x. Hal ini tidak berlaku untuk resepnarkotika, harus resep baru.
3. Tanda Ne Iteratie (N.I.) = tidak dapat diulang.
Bila dokter menghendaki agar resepnya tidak diulang, maka tanda N.I.ditulis di
sebelah atas blanko resep.Resep yang tidak boleh diulang adalah resepyang
mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yangtelah ditetapkan
oleh pemerintah/ Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui.
Tanda seru diberi di belakang nama obatnya jika dokter sengaja memberiobat dosis
maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik.
Resep yang mengadung narkotik tidak boleh ada iterasi yang artinya dapatdiulang;
tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri;tidak boleh ada
u.c. (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui.Resep dengan obat
narkotik harus disimpan terpisah dengan resep obat lainnya.
Pada kegiatan praktikum ini, kita akan membahas penulisan resep yang
dikhususkan untuk pemberian obat secara topikal, baik sediaan obat topikal yang
diberikan pada permukaan kulit terutama superfisial epidermis maupun sediaan obat
topikal yang diberikan pada mukosa tubuh.
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan topikal diberikan melalui kulit terutama
superfisial epidermis yang ditujukan hanya untuk penggunaan lokal. Penggunaan
kurang tepat bila kulit rusak, karena kemungkinan besar akan terjadi efek sistemik untuk
obat tertentu, hal ini sebenarnya tidak dikehendaki. Bentuk sediaan obat topikal bila
diberikan maka bahan aktif akan dilepas dari vehikulum (zat pembawa) dan masuk ke
dalam jaringan kulit secara difusi pasif. Yang berperan adalah laju absorbsi dan jumlah
zat terabsorbsi.
Jenis-jenis bentuk sediaan obat topikal yang diberikan melalui kulit adalah sebagai
berikut:
Penuntun Praktikum
Semester V 66
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

1. Padat (solid), yaitu pulvis (p. adpersorius dan p. dentrificius), kristal (k-
permanganas, tawas K-Al SO4), padat sublimasi (camphora/kapur barus,
mentholum).
2. Setengah padat (semisolid), yaitu pasta, unguenta (salep), limenta, cream
(cremores), gelatinous (jelly).
3. Plaster (transdermal, fluk).
4. Cairan, yaitu : solution, lotion, emulsion
Pemberian obat dalam bentuk sediaan topikal yang diberikan melalui mukosa tubuh
yaitu selaput lendir tubuh di permukaan epidermis di bagian dalam dan di permukaan
celah tubuh, yang juga ditujukan hanya untuk penggunaan lokal, tidak ditujukan untuk
penggunaan sistemik. Pemberiaan obat yang diberikan melalui mukosa tubuh namun
ditujukan untuk mendapatkan efek sistemik tidak tepat bila digolongkan sebagai
pemberian obat secara topikal.Khusus sediaan topikal yang diberikan pada mukosa mata,
maka persyaratan utamanya harus steril pembuatannya, penyimpanannya, maupun
pemakaiannya. Di samping itu juga tidak merangsang pada mata. Bagi salap mata
(oculenta) maupun tetes mata pada pemakaiannya dijaga jangan sampai ujung
tube/wadah salap mata/tetes mata tidak menyentuh kornea mata maupun selaput mata.
Jenis-jenis bentuk sediaan obat topikal yang diberikan melalui mukosa tubuh adalah
sebagai berikut:
1. Obat pada tetes mata
a. Guttae ophtalmic (tetes mata)
R/ C. Carpin 4% eye drops Fl. I
S 3 dd gtt. II ODS

b. Oculenta (salap mata)


R/ Oc. Terramycin 1% tub. I
S 3 dd aplic. OD

c. Collyrium (cuci mata, kompres mata)


R/ Y-rins sol. Fl. I
S collyr. 2 dd aplic. OS

Penuntun Praktikum
Semester V 67
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Obat pada liang telinga


a. Guttae auricalares (tetes telinga)
R/ Oc. Terramycin 1% tub. I
S 3 dd aplic. OD

b. Pulvis auric (powder untuk telinga)


R/ Chloramphenicol
Acid boric aa 10
Mf pulv.
Sue t dd p. AD

c. Suppositoria auricalares

3. Obat pada liang telinga dan mukosa hidung


a. Guttae nasales (tetes hidung)
R/ Iliadin nasal drops Fl. I
S. prn 2 dd gtt. II

b. Nasal spray (semprot hidung), terdiri dari : conventional spray dan aerosol spray
R/ Nasacort Aq. Nas. Spray Fl. I
S. p.r.n. m et ves. spray I

c. Nasal inhalasi (nebula, dihirup melalui hidung)


R/ Ventolin Inhaler Fl. I
S. p.r.n. m et ves. Inh. II

4. Obat pada mukosa mulut dan tenggorokan


a. Collutorium (collutio = kumur di mulut)
R/ Gargarisma Khan 300 ml
S. m et ves garg. I

b. Gargarisma (gargle = kumur di mulut dan tenggorokan)


R/ Betadin gargle 190 ml Fl. I
S.u.e 2 dd col. I

Penuntun Praktikum
Semester V 68
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

c. Tochesci (lozenges = tablet isap)


R/ Degirol lozenges tab. No. XX
S O 5 h loz. I

d. Tablet bukal/sublingual
R/ Cedocard tab. No. X
S 2 dd tab. I subl.

e. Aerosol (inhaler, spray)


R/ Berotec 200 Fl. I
S. p.r.n. 2 dd Inh. II

5. Obat pada mukosa liang tubuh


a. Intra rektum : suppositoria, cream, enema/clisma
R/ Stesolid Rectal Tub. I
S. p.r.n. Rect. I

b. Intra vagina : ovulae, tablet, solusiones


R/ Flagyl Ovul. No. III
S. ves. Vag. I

E. ALAT DAN BAHAN


1. Kertas resep.
2. Alat tulis.
3. Contoh sediaan obat topikal untuk penggunaan kulit.
4. Contoh sediaan obat topikal untuk penggunaan mukosa tubuh.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


Setiap mahasiswa mengambil/melihat berbagai jenis sediaan obat topikal yang
tersedia pada waktu praktikum dan menuliskan resep berbagai jenis sediaan obat
topikal sesuai kaidah penulisan yang benar.
1. Mengambil blanko resep yang sesuai (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-20 cm).
2. Melakukan penulisan Invocatio yaitu menuliskan R/.
3. Melakukan penulisan nama obat (bagian Inscriptio):

Penuntun Praktikum
Semester V 69
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

a. Dimulai dengan huruf besar.


b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal.
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kalium chloride dengan KCl) atau
singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin denganCPZ).
4. Melakukan penulisan satuan dan jumlah obat :
a. Satuan berat: mg (milligram), g (gram).
b. Satuan volume: ml (mililiter), l (liter).
c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit).
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
e. Penulisan alat penakar obat, misal: tetes = gtt.
f. Penulisan konsentrasi obat (%).
g. Sedapat mungkin hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....;
0,00...).
5. Melakukan penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta
harusditulis, misalkan krim hydrocortisone 1% atau krim hydrocortisone 2,5%;
penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube darisediaan
jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:Cendo xitrol
volume 5 ml atau 15 ml, krim garamycin yang tube 5 mg atau tube 15mg.
6. Penulisan bentuk sediaan obat, dituliskan tidakhanya untuk formula magistralis
(obat racikan), tetapi juga untuk formula officialis (oat generik) dan formula
spesialistis (obat paten).
7. Melakukan penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian Signatura)
a. Harus ditulis dengan benar.
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down” gunakan
tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan kepada
pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.
8. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup (untuk 1
R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda tanganpada setiap
R/.
9. Resep dituliskan sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.

Penuntun Praktikum
Semester V 70
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

10. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang).
a. Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X di sebelah
kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep,
maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
b. Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari
resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep,
maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.
11. Penulisan tanda Cito atau PIM.
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat diperlukan bagi
penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis disebelah
kanan atas resep.

G. HASIL PRAKTIKUM
Contoh resep yang berisikan sediaan obat topikal yang diberikan pada permukaan
kulit dan sediaan obat topikal yang diberikan pada mukosa tubuh pada sesuai dengan
kaidah penulisan resep yang benar.

H. LAPORAN KERJA/KESIMPULAN PRAKTIKUM


Buatlah kesimpulan dari praktikum yang telah kamu lakukan.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Penuntun Praktikum
Semester V 71
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Amalia, D. T. and Sukohar, A. (2014) 'Rational drug prescription writing', Juke Unila, 4(01).
Ganiswara, S. G. (1995) 'Farmakologi dan terapi', Edisi, 4,
Hardjasaputra, S., Budipranoto, G., Sembiring, S. and Kamil, I. (2002) 'Data obat di
Indonesia', Jakarta: Grafidian Medipress.
Jas, A. (2015) Penentuan dosis dan penakaran obat serta kaedah penulisan resep. USU Press,
Medan
Joenoes, N. 1994. Ars Prescresbendi. Penulisan Resep yang Rasional. Airlangga University
Press, Surabaya.
Lestari, C., Rahayu, S., Rya, H., Suhardjono, M. and Soewarni, S. 2002. Seni Menulis Resep
Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Perca.
Syamsuni, H. (2006) 'Ilmu resep', Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Penuntun Praktikum
Semester V 72
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM VIII
PEMBERIAN DAN INTERAKSI OBAT MATA
Siti Kemala Sari

A. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa/I mengetahui bahwa pemberian polifarmasi dapat menimbulkan efek
interaksi obat , baik yang menguntungkan atau pun yang merugikan.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Memperlihatkan efek obat
2. Memperlihatkan efek interaksi obat bila diberikan bersamaan

C. PENDAHULUAN
Di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan adalah
pemberian obat secara bersamaan dengan obat-obat lain. Terdapat beberapa mekanisme
bagaimana obat dapat berinteraksi, tetapi kebanyakan dapat dikategorikan sebagai
farmakokinetika, farmakodinamika atau interaksi gabungan.
Pengetahuan tentang mekanisme munculnya interaksi obat yang diberikan sering
berguna secara klinis, karena mekanisme tersebut dapat mempengaruhi perjalanan dan
metode-metode seputar interaksi tersebut. Beberapa interaksi obat yang penting muncul
sebagai hasil dari dua atau lebih mekanisme.

D. MATERI PRAKTIKUM
Suatu obat dapat mengalami berbagai interaksi di dalam tubuh manusia. Interaksi
antar senyawa obat dapat berupa sinergisme atau antagonism. Ketika obat-obat
digunakan pada waktu yang bersamaan dapat saling mempengaruhi khasiatnya masing-
masing, yakni dapat memperlihatkan kerja berlawanan (antagonis) atau kerja sama
(sinergis).
Sinergisme adalah interaksi antara dua atau lebih bahan yang menghasilkan efek
terapi yang potensial dan satu peningkatan kuantitatif dari efeknya, dibandingkan bila
diberikan secara sendiri. Baik dengan mekanisme aksi obat yang sama maupun dengan
mekanisme aksi yang berbeda. Misal efek obat yang dapat menurunkan tekanan darah,
ada mekanisme inhibitor enzim ACE, diuretic, kalsium channel blocker, angiotensin
reseptor blocker (ARB), Alfa 2 agonis.
Penuntun Praktikum
Semester V 73
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Sinergisme dikenal dua jenis:


1. Adisi : efek kombinasi sama dengan jumlah kegiatan masing-masing obat.
2. Potensiasi : efek kombinasi melebihi jumlah matematis obat a + obat b
Efek sinergis bermanfaat, jika penggunaan obat tunggal tidak memberikan efek
terapi yang memadai, maka perlu penggunaan kombinasi obat yang memiliki efek terapi
yang sinergis. Efek sinergis juga dapat merugikan. Penggunaan dua obat atau lebih
dengan efek yang sama dapat menimbulkan efek yang berlebihan sehingga
membahayakan bagi peminum obat.
Atropin dan Tropikamid merupakan golongan obat antikolinergik atau disebut
juga antagonis muskarinik. Disebut antikolinergik atau parasimpatolitik karena kerjanya
yang melawan khasiat asetilkolin dengan jalan menghambat terutama reseptor-reseptor
Muskarin yang terdapat di SSP dan organ perifer. Antikolinergik memblok respon otot
sfingter pupil pada iris dan otot siliaris lensa terhadap stimulasi kolinergik
Atropin dan Tropikamid memberikan efek midriasis pada pupil, baik pada
pemberian secara individual maupun diberikan bersama-sama. Atropine selain sebagai
midritikum yang bekerja panjang (sampai beberapa hari) juga dapat melumpuhkan
akomodasi mata (siklopegia). Dilatasi pupil yang lebar menyebabkan fotopobia.
Antagonisme terjadi jika kegiatan obat pertama dikurangi atau ditiadakan sama
sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologi berlawanan, missal adrenalin
dengan histamine.
Antagonis :
1. Antagonism kompetitif : dua obat bersaing secara reversible untuk reseptor yang
sama.
2. Antagonism non kompetitif : tidak bekerja pada rreseptor yang sama.
3. Antagonis faal : dua obat yang kerjanya bertentangan pada satu ogan yang sama.
Kedua obat tersebut bekerja pada reseptor yang berbeda pada organ yang sama.
4. Antagonism kimiawi : zat menjadi tidak aktif karena gabungan kimiawi.
Pilokarpin merupakan golongan obat agonis muskarinik atau disebut juga dengan
kolinergik yang memiliki efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis. Obat-
obat kolinergik memberikan efek miosis pada pupil.

E. ALAT DAN BAHAN


Binatang percobaan : Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Penuntun Praktikum
Semester V 74
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Pemakaian kelinci pada praktikum ini karena kelinci memiliki ciri khas, yakni pupil
matanya jelas terlihat sehingga memudahkan pengamatan terhadap interaksi sinergisme
dan antagonisme.
Obat-obatan yang dipakai:
1. Pilocarpin 1%
2. Atropin 1%
3. Tropikamid 1%
Alat-alat yang dipakai :
1. Senter
2. Stopwatch
3. Kertas millimeter
4. Kapas
5. Handscoon
6. Masker

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. RESPONSI
2. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang.
3. Setiap kelompok bekerja dengan satu ekor kelinci
4. Sebelum percobaan dilakukan, observasi terlebih dahulu oculi dekstra dan sinistra
kelinci
- Diameter pupil (dalam mm): jarak horizontal kedua pinggir paling lateral pupil
- Besar bola mata : enopthalmus, exophthalmus
- Reflex ancaman (reflex kornea)
- Reflex cahaya : langsung dan tak langsung
- Sekresi kelenjar air mata
- Konsistensi bola mata : lunak, keras
- Kelainan gerakan bola mata : nistagmus
- Kelainan palpebra : ptosis, lagopthalmus
5. Kemudian tetesi mata kanan dan mata kiri kelinci dengan 2 tetes larutan Atropin
(dilakukan pada waktu yang bersamaan).
6. Perhatikan efek setelah 5 menit (no. 4) dan catat pada kertas laporan.
7. Sepuluh menit kemudian

Penuntun Praktikum
Semester V 75
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

- teteskan pada mata kanan kelinci 2 tetes Tropikamid


- teteskan pada mata kiri kelinci 2 tetes Pilocarpin
8. Perhatikan efek obat pada kedua mata kelinci setelah 10 menit dan catat efek (no. 4)
yang muncul, perhatikan baik-baik saat melakukan pemeriksaan reflek cahaya.
9. Jadi mata kanan kelinci diberi Atropin dan Tropikamid
10. Pada mata kiri kelinci diberi Atropin dan Pilocarpin

G. HASIL PRAKTIKUM
Catatlah hasil pengamatan pada kertas laporan yaitu perubahan-perubahan
diameter pupil, reflex cahaya yang terjadi akibat pemberian obat atropine , tropikamid
dan pilocarpin pada mata kelinci percobaan anda.

H. LAPORAN KERJA/KESIMPULAN PRAKTIKUM


Buatlah kesimpulan dari praktikum yang telah kamu lakukan.
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………..

REFERENSI
1. Farmakologi dasar dan klinik, Bertram G Katzung edisi 8
2. Obat-obatan penting, Drs. Tan Hoan Tjay; Drs. Kirana Raharja, edisi 6

Penuntun Praktikum
Semester V 76
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM IX
HISTOLOGI KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
Ira Cinta Lestari

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi kulit dan jaringan penunjang
serta fungsinya sesuai dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi kulit dan jaringan penunjang ini dilakukan sebagai bagian
dari modul Kulit dan Jaringan Penunjang. Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini
mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi kulit tebal dan
kulit tipis.

C. PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif. Kulit bervariasi mengenai
lembut, tipis, dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir,
dan preputium. Sedangkan kulit yang tebal dan tegang, terdapat di telapak kaki dan
tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit lembut terdapat pada leher dan
badan, sedangkan kulit dengan rambut kasar terdapat pada kepala.

D. MATERI PRAKTIKUM
Kulit terdiri atas dua lapisan, yaitu:
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan nonvaskular yang dilapisi epitel berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk dengan jenis dan lapisan sel yang berbeda-beda. Terdapat empat
jenis sel di epidermis kulit, dengan keratinosit sebagai sel dominan. Keratinosit
membelah, tumbuh bergerak ke atas, dan mengalami keratinisasi atau kornifikasi, dan
membentuk lapisan epidermis protektif bagi kulit. Selain itu terdapat juga jenis sel
lainnya yang jumlahnya lebih sedikit di epidermis, yaitu melanosit, sel langerhans, dan
sel Merkel.
Terdapat lima lapisan sel pada epidermis, yaitu:

Penuntun Praktikum
Semester V 77
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

1) Stratum basal (germinativum), adalah lapisan paling dalam atau dasar di epidermis.
Lapisan ini terdiri dari satu lapisan sel kolumnar hingga kuboid yang terletak pada
membran basalis yang memisahkan epidermis dan dermis. Sel di stratum basal
berfungsi sebagai sel induk bagi epidermis. Karena itu, di lapisan ini banyak
ditemukan aktivitas mitosis. Sel membelah dan mengalami pematangan sewaktu
bermigrasi ke atas menuju lapisan superfisial.
2) Stratum spinosum, terdiri dari empat sampai enam tumpukan sel. Pada sediaan
histologik rutin, sel di lapisan ini menciut. Akibatnya, ruang interseluler
memperlihatkan banyak tonjolan sitoplasma, atau spina (duri), yang keluar dari
permukaannya. Pembentukan filamen keratin berlanjut di lapisan ini yang kemudian
tersusun membentuk berkas tonofilamen. Tonofilamen mempertahankan kohesi
diantara sel dan menghasilkan resistensi terhadap abrasi epidermis.
3) Stratum granulosum, terdiri dari 3-5 lapis sel gepeng yang berisi granul
keratohialin basofilik. Kombinasi granula keratohialin dan tonofilamen di sel ini
menghasilkan keratin lunak kulit.
4) Stratum lucidum, yang translusen dan kurang jelas. Lapisan ini hanya ditemukan
pada kulit tebal. Sel-selnya tersusun rapat dan tidak memiliki nukleus atau organel
dan telah mati. Sel-sel gepeng ini mengandung filamen keratin yang padat.
5) Stratum korneum, adalah lapisan kulit kelima dan paling luar. Semua nukleus dan
organel telah lenyap dari sel. Stratum korneum terutama terdiri dari sel mati yang
gepeng berisi filamen keratin lunak. Sel superfisial berkeratin di lapisan ini secara
terus-menerus dilepaskan atau mengalami deskuamasi serta diganti oleh sel baru
yang muncul dari stratum basal di sebelah dalam. Selama proses keratinisasi, enzim-
enzim hidrolitik merusak nukleus dan organel sitoplasma yang kemudian lenyap
ketika sel terisi oleh keratin.

b. Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengikat epidermis. Dermis juga
mengandung derivatif epidermal misalnya kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan
folikel rambut. Lapisan dermis dibentuk oleh dua lapisan, yaitu stratum papillare dan
stratum reticulare.
Stratum papillare dibentuk oleh banyak tonjolan ke atas pada lapisan superfisial
dermis. Tonjolan ini disebut papillae, yang saling menjalin dengan evaginasi epidermis,
disebut cristae cutis (epidermal ridges). Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar
Penuntun Praktikum
Semester V 78
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

tidak teratur, kapiler, pembuluh darah, fibroblas, makrofag, dan sel jaringan ikat longgar
lainnya.
Stratum reticulare adalah lapisan dermis yang lebih dalam. Lapisan ini lebih
dalam dan ditandai oleh serat jaringan ikat padat tidak teratur (terutama kolagen tipe I),
dan kurang seluler dibandingkan dengan stratum papillare. Tidak terdapat batas yang
jelas antara kedua lapisan dermis karena stratum papillare menyatu dengan stratum
reticulare.
Dibawah lapisan dermis terdapat hipodermis, atau jaringan subkutan, yaitu
jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya,
memungkinkan kulit bergeser diatasnya. Hipodermis sering mengandung sel-sel lemak
dengan jumlah yang bervariasi. Selain itu, pada lapisan hipodermis juga terdapat
pembuluh darah, saraf, dan limfe.

Gambar 1 : Struktur Histologi Kulit Tebal dan Kulit Tipis.

Penuntun Praktikum
Semester V 79
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 2 : Perbandingan Lapisan Epidermis pada Kulit Tebal dan Kulit Tipis

Gambar 3 : Jaringan Penunjang (Folikel Rambut, Kelenjar Sebasea dan Kelenjar


Keringat).

Penuntun Praktikum
Semester V 80
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop
2) Sedian preparat histologi :
a. Kulit tebal
b. Kulit tipis
3) Atlas Histologi
4) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop)

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Persiapkan mikroskop
2) Ambil sedian preparat
3) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x)
4) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan dengan
gambar di Atlas Histologi
5) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!

G. HASIL PRAKTIKUM
1. Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai keterangan
gambar yang lengkap!
Organ : Kulit tebal

Perbesaran :

Penuntun Praktikum
Semester V 81
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Organ : Kulit tipis

Perbesaran :

2. KESIMPULAN PRAKTIKUM
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..........................................................................................................

Penuntun Praktikum
Semester V 82
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology of
The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore, M.S.H.di, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa: Martoprawiro, dkk, ed.6,
EGC, Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt, J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed, McGraw-
Hill Companies
Lodish, H., Baltimore,D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA

Penuntun Praktikum
Semester V 83
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM X
PEMERIKSAAN SARAF DAN TEST FUNGSI SARAF PADA KUSTA
Dede Bisma Kuncara

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan fungsi saraf tepi pada kusta.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi saraf sensorik.
• Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan penebalan saraf pada penderita kusta.
• Mahasiswa mampu melakukan tes fungsi saraf pada penderita kusta.

C. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium
leprae yang menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata , otot, tulang dan testis, kecuali
sistem saraf pusat.
Sistem saraf tepi terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP
dan bagian tubuh lain mengenai informasi lingkungan internal dan eksternal ke SSP.
Neuron-neuron aferen memiliki reseptor sensorik diujung perifer yang berespon terhadap
stimulus dari luar misalnya seperti panas, tekanan, perubahan kimiawi, cahaya, suara
(Gambar 1).
Jenis-jenis reseptor:
• Fotoreseptor : peka terhadap gelombang cahaya
• Mekanoreseptor : peka terhadap energi mekanis misalnya reseptor taktil pada
kulit
• Termoreseptor : peka terhadap panas dan dingin
• Osmoreseptor : aktivitas osmotic cairan
• Kemoreseptor : peka terhadap kimia misalnya konsentrasi O2 dan CO2
• Nosiseptor : reseptor nyeri
Reseptor taktil (sentuh) pada kulit merupakan masukan sensorik menginformasikan
SSP tentang kontak tubuh dengan lingkungan. Reseptor taktil terdiri dari:
• Reseptor rambut

Penuntun Praktikum
Semester V 84
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Badan Merkel
• Badan Paccini
• Ujung Ruffini
• Badan Meissner (Gambar 2)

Gambar 1. Lintasan Sensorik-Motorik

Gambar 2. Reseptor Taktil Pada Kulit

Penuntun Praktikum
Semester V 85
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
1. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS (FUNGSI SARAF SENSORIK)
1. Raba
2. Nyeri
3. Suhu
2. PEMERIKSAAN SARAF TEPI (PENEBALAN SARAF, NYERI TEKAN,
VMT/Voluntary Muscular Test)
1. Pemeriksaan n. auricularis magnus
2. Pemeriksaan n. ulnaris
3. Pemeriksaan n. peroneus communis (popliteal lateralis)
4. Pemeriksaan n. tibialis posterior
5. Pemeriksaan motorik ulnaris
6. Pemeriksaan motorik n. medianus
7. Pemeriksaan motorik n. radialis
8. Pemeriksaan motorik n. peroneus communis (popliteal lateralis)
3. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF OTONOM
• Tes Gunawan
• Tes Pilokarpin

E. ALAT DAN BAHAN


1. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS (FUNGSI SARAF SENSORIK)
1. Kapas
2. Jarum
3. Tabung reaksi yang berisi air panas 400 C dan air dingin 200 C

2. PEMERIKSAAN SARAF TEPI (PENEBALAN SARAF, NYERI TEKAN, VMT)


1. -

3. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF OTONOM


1. Pensil tinta cair
2. Pilokarpin 0,06% 0,1 ml

Penuntun Praktikum
Semester V 86
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. CARA KERJA
1. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS (FUNGSI SARAF SENSORIK)
1. Salam / perkenalkan diri pada pasien.
2. Pasien duduk pada waktu dilakukan pemeriksaan.
3. Jelaskan pada pasien bahwa jika ia merasakan sentuhan kapas, dia harus menunjuk
daerah kulit yang disentuh tersebut dengan jari telunjuknya.
4. Sediakan kapas yang telah dilancipkan ujungnya.
5. Diawali dari kulit normal dengan mata pasien terbuka.
6. Mintalah pasien menutup mata dan diminta untuk menoleh kearah kontra lateral,
lakukan pemeriksaan pada lesi dan kulit normal secara random, jika pasien salah 3
kali, berarti ada gangguan fungsi sensorik rasa raba.
7. Gunakan ujung jarum yang tajam dan tumpul (pangkal jarum) untuk mengetahui rasa
nyeri. Minta pasien untuk menyebutkan tajam dan tumpul. Awalnya dilakukan
dengan mata terbuka dan pada kulit normal. Kemudian lakukan pemeriksaan pada
kulit normal dan lesi dengan mata tertutup. Jika pasien salah 3 kali, berarti ada
gangguan fungsi sensorik rasa nyeri.
8. Pemeriksaan suhu dengan tabung reaksi yang berisi air dingin 200 C dan air panas
400 C.
9. Awalnya dilakukan pemeriksaan pada kulit normal dan mata terbuka untuk
penjelasan pada pasien.
10. Kemudian pasien disuruh menutup mata dan tabung di tempelkan ke kulit secara
random. Apabila pasien salah dalam menyebutkan sensasi yang dirasakan sebanyak
3 kali, berarti ada gangguan fungsi sensorik suhu.

2. PEMERIKSAAN SARAF TEPI (PENEBALAN SARAF, NYERI TEKAN,


VMT/Voluntary Muscular Test)
1. Pemeriksaan n. auricularis magnus
• Pasien diminta untuk menoleh ke kiri secara maksimal.
• Dengan jari telunjuk dan jari tengah kanan menelusuri n. auricularis magnus
yang menyilangi m. sternocleidomastoideus
• Jika saraf menebal akan teraba seperti kawat.
2. Pemeriksaan n. ulnaris

Penuntun Praktikum
Semester V 87
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Tangan kanan pemeriksa memegang lengan bawah pasien dengan posisi siku
sedikit di tekuk, sehingga lengan kanan bawah pasien berada dalam posisi rileks.
• Dilakukan perabaan pada sulcus nervi ulnaris dengan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kiri pemeriksa.
• Raba dan gulirkan n. ulnaris kea rah proksimal sambal melihat mimik wajah
pasien.
• Normal pada keadaan pasien merasa sakit.
3. Pemeriksaan n. peroneus communis (popliteal lateralis)
• Pasien diminta duduk dengan posisi tungkai bawah menggantung
• Raba pertengahan betis bagian lateral kedua tungkai pasien dengan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa (tangan kanan pada kaki kiri, tangan kiri
pada kaki kanan).
• Perlahan geser tangan pemeriksa ke atas hingga dapat tonjolan caput fibulae.
Setelah itu jari pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm kearah belakang.
• Raba dan gulirkan n. peroneus communis sambil melihat mimik wajah pasien.
• Normal dalam keadaan pasien merasa sakit.
4. Pemeriksaan n. tibialis posterior
• Pasien duduk dengan rileks.
• Raba n. tibialis posterior di bagian belakang bawah malleolus medialis dengan
jari telunjuk dan jari tengan dan menyilang.
• Raba dan gulirkan n. tibialis posterior sambal melihat mimik wajah pasien.
• Normal dalam keadaan pasien merasa sakit.
5. Pemeriksaan motorik ulnaris
• Pasien diminta mengarahkan telapak tangan keatas.
• Pegang jari telunjuk, tengah dan jari manis pasien. Kemudian ibu jari tangan
pemeriksa menahan jari kelingking pasien dari sebelah radial dan pasien diminta
untuk menjauhkan jari kelingking dan melawan tekanan.
• Normal apabila pasien dapat melakukan dengan baik.
• Bandingkan dengan kedua sisi kanan dan kiri pasien.
6. Pemeriksaan motorik n. medianus
• Tangan kanan pasien menghadap keatas dengan posisi ibu jari tegak menghadap
keatas dan di topang oleh tangan kiri pemeriksa.
• Jari telunjuk tangan kanan pemeriksa menahan ibu jari pasien dari sebelah luar.

Penuntun Praktikum
Semester V 88
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Kemudian pasien diminta untuk melawan arah tekanan tersebut.


• Normal apabila pasien dapat melakukan dengan baik.
• Bandingkan dengan kedua sisi kanan dan kiri pasien.
7. Pemeriksaan motorik n. radialis
• Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan pasien.
• Pasien diminta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal keatas
(ekstensi).
• Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi, lalu dengan tangan kanan
pemeriksa menekan tangan pasien kea rah fleksi.
• Normal apabila pasien dapat melakukan dengan baik.
• Bandingkan dengan kedua sisi kanan dan kiri pasien.
8. Pemeriksaan motorik n. peroneus communis (popliteal lateralis)
• Pasien dalam keadaan duduk diminta untuk mengangkat kedua kaki dengan
posisi tumit kaki tetap dilantai.
• Tekan punggung kaki ke bawah dan pasien diminta bertahan pada posisi
ekstensi tersebut.
• Normal apabila pasien dapat bertahan pada posisi ekstensi.

3. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF OTONOM


1. Tes dengan pena tinta cair (Tes Gunawan)
• Gariskan pena tinta cair mulai dari tengah lesi yang dicurigai sampai kearah kulit
normal.
• Pena yang digariskan akan luntur pada kulit normal.
• Jika garisan pena pada lesi yang dicurigai menetap tidak luntur maka terjadi
gangguan berkeringat (anhidrosis)
2. Tes Pilokarpin
• Injeksi pilokarpin 0,06% sebanyak 0,1 ml subkutan pada perbatasan lesi dan kulit
normal.
• Setelah beberapa menit, kulit normal akan berkeringat sedangkan lesi yang
dicurigai tetap kering.

Penuntun Praktikum
Semester V 89
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
FUNGSI SARAF SENSORIK 1 2 3 KESIMPULAN
1 Rasa raba
2 Rasa nyeri
3 Suhu

Baik (B), salah (S)


Baik (N), gangguan saraf sensorik (X)

PEMERIKSAAN SARAF TEPI Kanan Kiri KESIMPULAN


1 Pemeriksaan n. auricularis magnus
2 Pemeriksaan n. ulnaris
3 Pemeriksaan n. peroneus communis
4 Pemeriksaan n. tibialis posterior
5 Pemeriksaan motorik ulnaris
6 Pemeriksaan motorik n. medianus
7 Pemeriksaan motorik n. radialis
8 Pemeriksaan motorik n. peroneus communis

Baik (N), tidak baik (-)


Ada nyeri (N), tidak ada nyeri (X); adanya gangguan pada saraf tepi

PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF OTONOM KESIMPULAN


1 Tes Gunawan
2 Tes Pilokarpin
* Hasil: normal (N), (X)gangguan berkeringat (anhidrosis)

Penuntun Praktikum
Semester V 90
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA/KESIMPULAN

Penuntun Praktikum
Semester V 91
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Amirudin MD, Hakim Z, Darwis E. Diagnosis Penyakit Kusta dalam Kusta Edisi kedua. Editor
Daili ES, Mennaldi SL, Ismiarto SP, Nilasari H. Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Jakarta 2003 12.
Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Alih Bahasa Pendit BU. Editor
Ong HO, Mahode AA, Ramadhani D. Penerbit Buku Kedokteran EGC 2013 202-204.

Penuntun Praktikum
Semester V 92
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XI
HISTOPATOLOGI KULIT + TZANK TEST
Indri Maharani & Tezar Samekto Darungan

A. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep patologi kulit
2. Mahasiswa memahami dan menjelaskan konsep patologi pada kulit dan jaringan
penunjang.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami dan menjelaskan bentuk kelainan yang tampak pada sediaan
makroskopis maupun mikroskopis dari organ kulit yang mengalami proses patologis
2. Memahami dan menjelaskan mekanisme perubahan struktur organ kulit yang
mengalami proses patologis
3. Mengidentifikasi kelainan yang tampak pada organ kulit yang mengalami proses
patologis
4. Memahami dan menjelaskan indikasi tes Tzanck
5. Memahami dan menjelaskan cara melakukan tes Tzanck
6. Memahami dan menjelaskan bentuk morfologi sel yang tampak pada sediaan
mikroskopis Tzanck test
7. Memahami dan menjelaskan mekanisme munculnya morfologi sel yang tampak pada
sediaan mikroskopis tzanck test
8. Mengidentifikasi bentuk morfologi sel yang tampak pada sediaan mikroskopis
tzanck test

C. PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan untuk memperkaya atau melengkapi penguasaan
mahasiswa terhadap materi Patologi Kulit yang telah didapatkan pada kegiatan
perkuliahan di kelas besar maupun di tutorial.
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang berhubungan langsung
dengan dunia luar. Fungsinya juga tak hanya sebagai pelindung dari sinar ultraviolet

Penuntun Praktikum
Semester V 93
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

namun juga dapat mengatur temperatur tubuh hingga memiliki peran kompleks dalam
fungsi immunologis tubuh.
penyakit-penyakit kulit juga banyak dijumpai, mulai dari yang ringan hingga
mengancam jiwa. Penyakit kulit juga dapat berupa kelainan instrinsik yang berasal dari
kulit, namun juga dapat bermanifestasi dari penyakit-penyakit sistemis.
Pada praktikum ini, kasus yang akan diangkat dari kasus-kasus yang sering
dijumpai di masyarakat, antara lain penyakit infeksi berupa Verruca Vulgaris, penyakit
neoplasma non melanoplastik seperti squamous cell carcinoma dan basal cell carcinoma
dan penyakit-penyakit melanoplastik seperti Nevi dan Melanoma Maligna. Untuk
mempermudah pemahaman pada saat praktikum, mahasiswa diharapkan sudah membaca
sebelumnya topik mengenai patologi umum dan penguasaan materi ini akan menjadi
prasyarat yang menentukan keiikutsertaan mahasiswa dalam praktikum.
Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus.
Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, yang mengandung protein dan
dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu
varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles). Kata “chickenpox” berasal dari
bahasa Inggris yaitu “gican” yang maksudnya penyakit gatal ataupun berasal dari bahasa
Perancis yaitu “chiche-pois”, yang menggambarkan ukuran dari vesikel. Pada tahun
1888, Von Bokay menemukan hubungan antara varicella dan herpes zoster, ia
menemukan bahwa varicella dicurigai berkembang dari anak-anak yang terpapapar
dengan seseorang yang menderita herpes zoster akut. Pada tahun 1943, Garland
mengetahui terjadinya herpes zoster akibat reaktivasi virus yang laten. Pada tahun 1952,
Weller dan Stoddard melakukan penelitian secara invitro, mereka menemukan varicella
dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama.
Dalam dermatopatologi, tes Tzanck, atau disebut juga Tzanck smear, adalah
pengikatan (scraping) dari dasar ulkus untuk mencari sel Tzanck, atau terkadang disebut
juga sebagai chickenpox skin test dan herpes skin test. Sel Tzanck (acantholytic cells)
dijumpai pada : Herpes simplex ; Varicella dan herpes zoster ; Pemphigus vulgaris, dan
Cytomegalovirus.

Penuntun Praktikum
Semester V 94
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
HISTOPATOLOGI KULIT
Dalam mempelajari patologi kulit, ada istilah-istilah makroskopis dan mikroskopis
yang sebaiknhya diketahui dan dipahami terlebih dahulu.

Penuntun Praktikum
Semester V 95
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D.1 Verruca Vulgaris


Verruca Vulgaris merupakan sebuah penyakit kulit infeksi yang dapat diderita
oleh siapa saja dan disebabkan oleh infeksi virus Human Papilloma. Verruca vulgaris
adalah tipe verruca yang paling sering dan dapat didapati pada bagian tubuh mana saja
terutama di bagian dorsal tangan dan area periungual.
Secara makroskopis, verruca akan memberi tanda papul-papul dengan permukaan
kasar.
Secara mikroskopis, verruca akan membentuk gambaran papillary epidermal
hyperplasia dan vakuolisasi sitoplasmik (koilositosis) pada epidermal superficial yang
memberikan gambaran halo di sekitar inti yang terinfeksi

Gambar 1: Gambar A menunjukkan papul-papul yang membentuk veruucae pada


verruca vulgaris. Gambar B menunjukkan gambaran papillary epidermal
hyperplasia (tanda panah)

Gambar 2: Tampilan Inti Pucat dengan Gambaran Halo di Sekelilingnya (Tanda


Panah)

Penuntun Praktikum
Semester V 96
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D.2 Melanocytic nevi (Mole, Pigmented Nevi)


Melanocytic Nevi/Mole/Pigmented Nevi adalah proliferasi melanosit yang
terlokalisir di epidermis dan dermis.
Secara makroskopis, melanocytic nevi berwarna kuning kecoklatan hingga
coklat, warna tampak uniformis, dapat berupa makula hingga papul dengan tepi
berbentuk bulat berbatas tegas.

(a) (b)
Gambar 3: gambar (a) menunjukkan tampilan makroskopis melaonocytic nevi tipe
junction dan gambar (b) menunjukkan tampilan makroskopis melanocytic nevi
tipe compound
Secara histologis, melanocytic nevi dibagi menjadi Junctional Nevi, Compound
Nevi dan Dermal Nevi

Gambar 4 : Junction Nevi yang ditandai dengan sarang-sarang melanosit di ujung


rete ridges dari dermoperidermal junction (panah merah)

Penuntun Praktikum
Semester V 97
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 5 : Compund Nevi yang ditandai dengan adanya sarang-sarang melanosit


di epidermis (panah merah) dan dermis (panah hitam)

Gambar 6 : Dermis Nevi yang ditandai dengan adanya sarang-sarang melanosit


yang meluas hingga ke dermis (panah merah)

D.3 Dysplastic Nevi


Dysplastic (atypical) nevi merupakan penanda risiko terjadinya Melanoma yang
muncul akibat pertumbuhan Nevi yang tidak mengikuti pola pertumbuhan, diferensiasi
dan hilangnya melanosit normal.
Secara makroskopis, Dysplastic Nevi lebih besar daripada nevi biasanya (lebih
dari 5 mm), dan dapat berjumlah hingga ratusan. Dysplastic Nevi biasanya berupa
makula, sedikit meninggi dengan permukaan kasar atau seperti lesi target (bagian tengah
berwarna lebih gelap), dengan tepi iregular serta memiliki variasi pigmentasi.

Penuntun Praktikum
Semester V 98
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 7 : Gambaran Makroskopis Dysplastic Nevi. Perhatikan Jumlah, Bentuk


dan Warna Lesi
Secara mikroskopis, dysplastic nevi akan memberi gambaran sitologis atipikal
yaitu inti membesar, ireguler, dan hiperkromatin. Dijumpai juga lamelar fibroplasia dan
jembatan antar rete ridges oleh sarang-sarang melanosit

Gambar 8 : Gambaran Mikroskopis Sel-Sel Atipikal Pada Sebuah Dysplastic Nevi.


Panah Melengkung Menunjukkan Sel-Sel Melanosit Atipikal dan Panah Lurus
Menunjukkan Lamelar Fibroplasia

D.4 Melanoma Maligna


Melanoma merupakan keganasan kulit yang jarang terjadi namun lebih
mematikan dibanding squamous cell carcinoma kulit maupun basalioma. Paparan sinar
matahari menjadi prekursor penting, namun nevi sebelumnya dan faktor keturunan juga
memagang peranan.
Secara makroskopis, Melanoma Maligna ditandai dengan adanya perubahan dari
lesi nevi sebelumnya. Perubahan ini dikenal dengan mnemonic ABCDE. A menandakan
lesi yang simetris, B menandakan lesi dengan batas tidak jelas, C menandakan lesi
dengan variasi warna (hitam, coklat, merah, biru hingga abu-abu), D yang menandakan
lesi dengan diameter lebih dari 6 mm dan E yang menandakan perubahan lesi nevi
sebelumya (membesar, gatal atau nyeri, muncul lesi nevi lain.

Penuntun Praktikum
Semester V 99
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 9 : Sebuah Tampilan Makroskopis Maligna. Perhatikan Bentuk, Warna,


Ukuran dan ke-asimetrisan lesi
Secara mikroskopis, melanoma maligna ditandai dengan sarang-sarang melanosit
iregular di sepanjang epidermis atau adanya agregat sel-sel ganas meluas hingga ke
dermis. Sel melanoma biasanya memiliki inti sel hiperkromatik, dengan bentuk dan
ukuran bervariasi serta anak inti menonjol. Melanoma Maligna memiliki 2 fase
pertumbuhan yaitu fase radial dan fase vertical.

Gambar 10 : Gambaran Mikroskopis Sebuah Melanoma Maligna dengan Fase


Pertumbuhan Radial. Tampak Sarang-Sarang Melanosit Ireguler Dalam
Epidermis (Panah Merah) dan Sebukan Sel Radang di Dermis (Panah Hitam)

Gambar 11 : Gambaran Mikroskopis Sebuah Melanoma Maligna Dengan Fase


Pertumbuhan Vertikal. Pada Gambar Ini, Epidermis Terlihat di Sebelah Kanan
(Panah Hitam) dan Tampak Agregat Melanosit Ganas di Dermis (panah merah)
Penuntun Praktikum
Semester V 100
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 12 : Gambaran Mikroskopis Melanosit Ganas. Perhatikan Variasi Bentuk,


Ukuran dan Nukleus Sediaan Ini

D.5 Squamous Cell Carsinoma (SCC)


Squamous Cell carsinoma adalah neoplasia ganas kulit kedua yang muncul akibat
paparan sinar matahari setelah Basal Cell Carcinoma walaupun Squamous Cell
carsinioma ini juga dapat disebabkan oleh radiasi ion, HPV, karsinogen kimia (tar dan
minyak), ulkus lama, luka bakar lama dan menghirup arsen
Secara makroskopis SCC muncul di area tubuh yang terpapar sinar matahari. Lesi
awal dapat kecil, bersisik, dapat ber-ulkus, papul eritema dan kadang gatal.

Gambar 13 : Berbagai Tampilan Makroskopis Squamous Cell Carcinoma

Penuntun Praktikum
Semester V 101
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Secara mikroskopis, SCC memberi gambaran:


• Sel-sel atipikal pada seluruh lapisan epidermis dengan inti sel tampak padat dan
disorganisasi (carsinoma in situ)
• Bila SCC sudah menembus membrana basalis, proses menjadi invasif.
Diferensiasi menjadi sangat bervariasi, dapat berupa susunan sel-sel skuamosa
atipikal yang tersusun dalam lobus dengan keratinisasi hingga neoplasia yang
dibentuk oleh sel yang sangat anaplastik, berbentuk bulat dengan fokus nekrosis
dan dyskeratosis

Gambar 14 : Squamous Cell Carcinoma. Tampak Gambaran Sel-Sel Skuamosa


Atipikal (Panah Merah) dengan Pembentukan Keratin (Panah Hitam)

D.6 Basal Cell Carcinoma (BCC)\


Basal Cell Carcinoma adalah neoplasia ganas kulit yang paling sering diderita
oleh manusia. BCC adalah neoplasia ganas yang agresif, tumbuh lambat dan jarang
bermetastase. Paparan sinar matahari adalah faktor predisposisi BCC dan biasanya
muncul pada orang-orang berkulit pucat.
Secara makroskopis, BCC tampak sebagai sebuah papul seperti mutiara, yang
sering mengandung pembuliuh darah dilatasi yang menonjol (telangiekatsia), tepi
meninggi, dapat berwarna biru kehitaman atau area kecoklatan. Lesi lanjut dapat
menunjukkan invasi ke tulang berdekatan dan membentuk ulserasi di bagian tengah
papul (rodent ulver). Pada BCC besar, nampak krusta.

Penuntun Praktikum
Semester V 102
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 15 : Makroskopis Basal Cell Carsinoma. Perhatikan Massa Papul Seperti


Mutiara Yang Berbatas Tegas dan Adanya Telangiektasia

Secara mikroskopis, sel-sel menunjukkan tampilan normal sel basal pada


epidermis. sel-selnya memiliki sitoplasma sedikit, inti kecil dan hiperkromatik dan
membentuk “peripheral palisading” dan dipisahkan dari stroma dengan sebuah celah
kecil.

Gambar 16 : Sebuah Basal Cell Carsinoma. Perhatikan Kelompokan Massa Tumor


yang Berbatas Tegas dan Adanya Peripheral Palisading dan Adanya Celah yang
Memisahkannya dengan Stroma (panah hitam)

Penuntun Praktikum
Semester V 103
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

TZANK TEST
Dalam dermatopatologi, tes Tzanck, atau disebut juga Tzanck smear, adalah
pengikatan (scraping) dari dasar ulkus untuk mencari sel Tzanck, atau terkadang disebut
juga sebagai chickenpox skin test dan herpes skin test. Sel Tzanck (acantholytic cells)
dijumpai pada : Herpes simplex ; Varicella dan herpes zoster ; Pemphigus vulgaris, dan
Cytomegalovirus.

E. ALAT DAN BAHAN


Dalam pelaksaan praktikum ini, mahasiswa nantinya akan diberikan beberapa
sediaan makroskopis dan mikroskopis (sediaan histopatologis dan sitologi) yang akan
dilihat di bawah mikroskop cahaya. Untuk praktikum Tzank Test alat dan bahan yang
dibutuhkan adalah:
Alat
Mikroskop
Kaca Objek
Penutup kaca objek
Skalpel
Pemanas Bunsen atau lampu spiritus
Kapas swab

Bahan
Larutan Giemsa
Alkohol 70%

Penuntun Praktikum
Semester V 104
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


Praktikum Histopatologi Kulit
1. Mahasiswa akan diuji tingkat penguasaan materi yang akan dipraktikumkan dengan
mengikuti responsi oleh instruktur praktikum. Jika instruktur praktikum merasa
praktikan tidak layak mengikuti praktikum, maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan
ATAU boleh saja mengikuti praktikum namun tidak tercatat sebagai peserta hadir
dan WAJIB KEMBALI mengikuti praktikum susulan
2. Instruktur praktikum akan menjelaskan konsep-konsep materi praktikum
3. Mahasiswa akan dibagi perkelompok dan akan diberikan sediaan
mikroskopis/makroskopis. Tiap-tiap mahasiswa dalam kelompok akan mengamati
dengan seksama sediaan mikroskopis/makroskopis tersebut. Proses ini dapat dibantu
oleh instruktur praktikum
4. Tiap-tiap mahasiswa akan melaporkan bentuk pengamatan mereka dalam bentuk
gambar. Gambar yang dibuat wajib diberi keterangan. Gambar dibuat di dalam
tempat khusus yang ada di bagian berikutnya dari sub bab ini (sub-bab G) dan dibuat
dengan menggunakan pensil warna merah biru. Gambar dan keterangan gambar ini
akan dinilai.
5. Instruktur praktikum akan kembali meresponsi atau kuis untuk menilai tingkat
penguasaan materi dari praktikum yang baru saja dijalani. Hasil responsi atau kuis
beserta dengan nilai gambar dan keterangan akan menentukan keiikutsertaan
mahasiswa dalam ujian praktikum. Mahasiswa yang tidak lulus responsi atau kuis
tidak dapat mengikuti ujian praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan.

Praktikum Tzank Test


1. Sampel di ambil dari vesikel atau bula yang masih baru/ intact dan masih utuh.
2. Dilakukan insisi kecil tepi/dinding vesikel atau bula menggunakan skalpel.
3. Dilakukan kerokan pada dasar vesikel atau bula.
4. Material yang didapat dioleskan ke kaca obyek hingga membentuk lapisan tipis.
5. Fiksasi dengan alkohol 70% sampai kering.
6. Genangi dengan pewarna Giemsa selama 20 menit.
7. cuci dengan air mengalir perlahan, keringkan, periksa dengan mikroskop
8. Periksa spesimen, yang sudah dijernihkan tadi, memakai objektif x10 dan x40.
Atur diagfragma hingga dihasilkan bayangan objek yang jeias.
Penuntun Praktikum
Semester V 105
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

9. Pada pemeriksaan ini, dilhat gambaran sel yang muncul pada preparat tersebut.

Tzanck test dinyatakan positif bila hasil pemeriksaan ditemukan :


1. Sel datia berinti banyak dan besar (multinucleated giant cell) menunjukan infeksi virus.
2. Sel akantolisis menunjukkan lesi pemfigus.

Penuntun Praktikum
Semester V 106
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM

Penuntun Praktikum
Semester V 107
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM

NILAI RESPONSI =
NILAI GAMBAR =
NILAI AKHIR KEGIATAN PRAKTIKUM =

Tanda Tangan Instruktur

------------------------------

Penuntun Praktikum
Semester V 108
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

TUGAS
1. a. Apakah perbedaan tipe-tipe melanocytic Nevi?
b. Sediaan mikroskopis di bawah ini adalah sebuah Melanocytic Nevi. Melanocytic
Nevi tipe apakah yang ditunjukkan oleh gambar? Jelaskan alasan anda

2. Jelaskan mengenai pertumbuhan, diferensiasi dan hilangnya Nevi dalam sebuah siklus
hidup manusia!
3. Bagaimana membedakan fase pertumbuhan vertikal dan radial sebuah Melanoma
maligna dilihat dari tampilan morfologinya?
4. Berikut adalah morfologi sebuah kelainan neoplasma kulit. Neoplasma jenis apa yang
paling mungkin memberikan gambaran seperti ini? Jelaskan alasan anda!

5. Tentukanlah fase pertumbuhan Melanoma Maligna dari berbagai tampilan berikut !

a b
a. Apa faktor predisposisi neoplasma kulit dengan gambaran mikroskopis seperti di
bawah ini?

Penuntun Praktikum
Semester V 109
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

b. Deskripsikan sediaan mikroskopis berikut

6. a. Deskripsikan lesi kulit berikut


b. Bagaimana gambaran mikroskopis lesi ini bila dibuat sediaan histopatologisnya

7. Sediaan berikut diambil dari sebuah tes yang dilakukan dengan mengambil apusan
cairan seorang penderita sebuah lesi kulit yang disebabkan oleh infeksi virus.
a. Deskripsikan sediaan sitologi tersebut! Tunjukkan bagian yang menjadi penanda
interpretasi tes ini!
b. Apa interpretasi anda terhadap hasil tes bila menjumpai gambaran pada sediaan
sitologi ini?

Penuntun Praktikum
Semester V 110
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Frazer, Julie, (2015) Tzanck Smear. Dalam: DermNet NZ. [Internet]. Tersedia di
https://www.dermnetnz.org/topics/tzanck-smear/ [Diakses pada 24 Juli 2018]
Kumar, Abbas, Fausto, & Aster. (2010) The Skin. Dalam: Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Disease. 8th ed. USA: Saunders Elsevier
Lazar, A.J.F. (2007) The Skin. Dalam: Kumar, Abbas, Fausto, & Mitchell. ed. Robbins Basic
Pathology. 8th ed. USA: Saunders Elsevier, pp 833-834, 848-59
School of Medicine University of California San Diego. (2018) Pathology Dermatologic
Diseases. Dalam MedPics [Internet]. Tersedia di
http://medpics.ucsd.edu/index.cfm?curpage=main&course=path&mode=browse [Diakses
pada 23 Juli 2018]
Storm, C.A (2009) The Skin. Dalam: Rubin, E., & Reisner, H.M. (ed) Essentials of Rubin’s
pathology. 5th ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins, pp 512-15, 517-20
Stulberg, D.L., Crandell, B.C., & Fawcett, R.S. (2004) Diagnosis and Treatment of Basal Cell
Carcinoma and Squamous Cell Carsinomas. Am Fam Physician. 70(80; pp 1481-88
Tranesh, G. (2018) Basal Cell Carcinoma. Dalam PathologyOutlines [Internet]. Tersedia di
http://www.pathologyoutlines.com/topic/skintumornonmelanocyticbcc.html [diakses 23
Juli 2018]
Moseley RC, Corey L, Benjamin D, Winter C, Remington ML. Comparison of viral
isolation, direct immunofluorescence, and indirect immunoperoxidase techniques
for detection of genital herpes simplex virus infection. J Clin Microbiol. 1981
May;13(5):913–918.
O'Keefe EJ, Burke WA, Steinbaugh JR. Diff-Quik stain for Tzanck smears. J Am Acad
Dermatol. 1985 Jul;13(1):148–149
Oranje AP, Folkers E, Choufoer-Habova J, Duivenvoorden JN. Diagnostic value of
Tzanck smear in herpetic and non-herpetic vesicular and bullous skin disorders in
pediatric practice. Acta Derm Venereol. 1986;66(2):127–133.
Solomon AR, Rasmussen JE, Varani J, Pierson CL. The Tzanck smear in the diagnosis
of cutaneous herpes simplex. JAMA. 1984 Feb 3;251(5):633–635.
"The laboratory diagnosis of herpes simplex virus infections." Can J Infect Dis Med
Microbiol. 2005 Mar-Apr; 16(2): 92–98.

Penuntun Praktikum
Semester V 111
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XII
HISTOPATOLOGI SPESIAL SENSE
Tezar Samekto Darungan

A. SASARAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep patologi pada berbagai
organ khusus

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami dan menjelaskan bentuk kelainan yang tampak pada sediaan
makroskopis maupun mikroskopis dari organ maupun jaringan hidung dan pharyng
yang mengalami proses patologis berupa inflamasi dan neoplasia
2. Memahami dan menjelaskan mekanisme perubahan struktur organ atau jaringan
hidung dan pharyng yang mengalami proses patologis berupa inflamasi dan
neoplasia
3. Mengidentifikasi kelainan yang tampak pada organ/jaringan hidung dan pharyng
yang mengalami proses patologis berupa inflamasi dan neoplasia baik secara
makroskopis maupun mikroskopis

C. PENDAHULUAN
Praktikum ini dilakukan untuk memperkaya atau melengkapi penguasaan
mahasiswa terhadap materi Patologi Special Sense yang telah didapatkan pada kegiatan
perkuliahan di kelas besar maupun di tutorial.
Penyakit-penyakit yang terjadi pada organ/jaringan indera khusus (Telinga,
hidung dan mata) dapat meliputi inflamasi hingga neoplasma. Mengingat banyaknya
kasus, maka untuk sesi praktikum ini, hanya ditampilkan kasus-kasus yang banyak
dijumpai di masyarakat, seperti Polyp nasal, Tonsilitis, dan karsinoma Nasopharyng.
Untuk mempermudah pemahaman pada saat praktikum, mahasiswa diharapkan
sudah membaca sebelumnya topik mengenai patologi Special Sense dan penguasaan
materi ini akan menjadi prasyarat yang menentukan keiikutsertaan mahasiswa dalam
praktikum.

Penuntun Praktikum
Semester V 112
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

D. MATERI PRAKTIKUM
D.1 Polyp Nasal
Polyp nasal adalah sebuah kelainan non neoplasia berupa eksvaginasi (protrusi)
mukosa normal hidung atau sinus paranasal yang dapat terjadi pada bagian manapun dari
mukosa hidung dan sinus. Polyp ini biasanya muncul sebagai akibat dari berbagai proses
penyakit dalam rongga hidung. Polyp nasal sering dikaitkan dengan inflamasi kronis,
gangguan sistem saraf otonom dan predisposisi genetik. oenyakit-penyakit yang serung
dikaitkan dengan polyp antara lain: asma bronkial (20-50%), Fibrosis Kistik (6-44%,
rhinitis alergi, allergic fungal sinusitis, dll. Walaupun Polyp Nasal sering dikaitkan
dengan alergi, namun ternyata hanya 0,5% penderita atopi yang mengalami Polyp Nasal.
Secara makroskopis, Polyp nasal memiliki gambaran ;
• Berupa massa bertangkai dengan permukaan yang translusen, lembab dan edema
• Dapat multupel dan bilateral
• Tidak destruktif

Gambar 1 : Makroskopis Polyp Nasal. Pada Gambar Tampak Sebuah Massa


Polyp Nasal Polipid Berwarna Merah Jambu-Kecoklatan Dengan Permukaan
Halus dan Translusen

Secara mikroskopis, Polyp nasal memiliki gambaran :


• Mukosa edema dengan stroma longgar, seringnya disertai dengan hiperplasia
kelenjar mukus
• Epitel pelapis mukosa berupa epitel respiratori masih utuh/intak. Bila polyp
terinfeksi bakteri, dapat terjadi ulserasi

Penuntun Praktikum
Semester V 113
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Infiltrasi berbagai sel radang seperti eosinophil, neutrofil, sel plasma, kadang
juga ada kelompokan sel limfosit

Gambar 2 : Gambaran Mikroskopis Polyp Nasal. Pada Gambar, Tampak Massa Yang
Dilapisi Oleh Epitel (Panah Hitam), dengan Mukosa Edema (Panah Merah)

Gambar 3 : Gambaran Mikroskopis Polyp Nasal dengan Infiltrasi Eosinofil (Panah


Merah)

D.2 Pharyng dan Tonsil


Pharyngitis dan tonsilitis merupakan sebuah kelainan kepala dan leher yang
sering terjadi. Biasanya diderita oleh anak-anak, namun tak jarang juga diderita oleh
dewasa. Biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus, kadang hanya melibatkan tonsila
palatina namun juga dapat menyebar ke tonsil nasopharyng dan mukosa pharyng
terdekat (dalam hal ini lebih sering disebabkan oleh virus).
Tonsilitis akut disebbakan oleh bakteri (biasanya oleh Streptococcus pyogenes). Secara
makroskopis tonsilitis akut dapat memperlihatkan:

Penuntun Praktikum
Semester V 114
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Dinding belakang pharyng yang merah dan bengkak


• Bintik keputihan pada tonsil (folikel). Bercak ini dapat bergabung membentuk
bercak keputihan.

Gambar 4 : Tampilan Makroskopis Penderita Tonsilitif Folikularis. Tampak Pada


Gambar Uvula Membengkak, dengan Tonsil Membesar dan Adanya Bercak Keputihan
pada Permukaan Tonsil.

D.3 Nasopharyng Carsinoma


Nasopharyng Carcinoma adalah sebuah neoplasia ganas Nasopharyng yang
paling sering muncul. ada tiga faktor yang mempengaruhi munculnya neoplasia
ini yaitu faktor keturunan, usia dan infeksi Epstein Barr Virus. Neoplasia ganas
ini sering muncul di beberapa negara Afrika (pada anak-anak) dan sering muncul
pada penduduk dewasa Tiongkok. Di Hongkong, 18% dari penderita seluruh
kanker adalah penderita Nasopharyng carcinoma. Selain 3 faktor tersebut, faktor
diet tinggi nitrosamin (makanan fermentasi dan ikan asin) serta merokok dan uap
kimia juga dikaitkan dengan penyakit ini.
Secara histologis, WHO mengklasifikasikan NasoPharyng Carcinoma menjadi:
• Keratinizing squamous cell carcinoma.
• Non keratinizing squamous cell carcinoma.
• Differentiated subtype.
• Undifferentiated subtype (tipe paling sering).
• Basaloid squamous cell carcinoma.

Penuntun Praktikum
Semester V 115
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Secara mikroskopis Nasopharyng Carcinoma memiliki tampilan ;


• Tipe keratinizing dan non keratinizing differentiated biasanya well-differentiated

Gambar 5 : Keratinizing NPC. Tampak Pada Gambar Pembentukan Keratin (Tanda


Panah)

Gambar 6 : Non Keratinizing Differentiated NPC

• Tipe undifferentiated (juga sering disebut dengan tipe limfoepitelioma) biasanya


terdiri dari sel epitel besar dengan inti sel vesikuler berbentuk bulat atau lonjong dan
tersusun secara sinsitial. Aktivitas mitosis sering dijumpai. Limfosit juga sering
dijumpai.

Penuntun Praktikum
Semester V 116
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Gambar 7 : NPC Tipe Undifferetiated. Pada Gambar Ini Tampak Sarang Sel-Sel
Yang Tersusun Sinsitial (Panah Hitam) dan Dikelilingi Oleh Limfosit (Panah
Merah)

Gambar 8 : NPC Tipe Undifferentiated. Pada Gambar Ini Tampak Sel-Sel Tumor
Memiliki Inti Vesikuler dengan Anak Inti Menonjol (Panah Putih). Tampak
Sebukan Limfosit (Panah Merah) dan Gambaran Mitosis (Panah Hitam)

Penuntun Praktikum
Semester V 117
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

E. ALAT DAN BAHAN


Dalam pelaksaan praktikum ini, mahasiswa nantinya akan diberikan beberapa
sediaan makroskopis dan mikroskopis (sediaan histopatologis dan sitologi) yang akan
dilihat di bawah mikroskop cahaya.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1. Mahasiswa akan diuji tingkat penguasaan materi yang akan dipraktikumkan dengan
mengikuti responsi oleh instruktur praktikum. Jika instruktur praktikum merasa
praktikan tidak layak mengikuti praktikum, maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan
ATAU boleh saja mengikuti praktikum namun tidak tercatat sebagai peserta hadir
dan WAJIB KEMBALI mengikuti praktikum susulan.
2. Instruktur praktikum akan menjelaskan konsep-konsep materi praktikum.
3. Mahasiswa akan dibagi perkelompok dan akan diberikan sediaan
mikroskopis/makroskopis. Tiap-tiap mahasiswa dalam kelompok akan mengamati
dengan seksama sediaan mikroskopis/makroskopis tersebut. Proses ini dapat dibantu
oleh instruktur praktikum.
4. Tiap-tiap mahasiswa akan melaporkan bentuk pengamatan mereka dalam bentuk
gambar. Gambar yang dibuat wajib diberi keterangan. Gambar dibuat di dalam
tempat khusus yang ada di bagian berikutnya dari sub bab ini (sub-bab G) dan dibuat
dengan menggunakan pensil warna merah biru. Gambar dan keterangan gambar ini
akan dinilai.
5. Instruktur praktikum akan kembali meresponsi atau kuis untuk menilai tingkat
penguasaan materi dari praktikum yang baru saja dijalani. Hasil responsi atau kuis
beserta dengan nilai gambar dan keterangan akan menentukan keiikutsertaan
mahasiswa dalam ujian praktikum. Mahasiswa yang tidak lulus responsi atau kuis
tidak dapat mengikuti ujian praktikum dan WAJIB mengikuti praktikum susulan.

Penuntun Praktikum
Semester V 118
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM

Penuntun Praktikum
Semester V 119
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

H. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM

NILAI RESPONSI =
NILAI GAMBAR =
NILAI AKHIR KEGIATAN PRAKTIKUM =

Tanda Tangan Instruktur

------------------------------

Penuntun Praktikum
Semester V 120
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

TUGAS
1. Di bawah ini merupakan gambaran mikroskipis NPC tipe Undifferentiated. Tunjukkan
dengan tanda panah hal-hal berikut ini :
a. Sel-sel tumor
b. Limfosit

2. a. Apa struktur yang ditunjukkan oleh tanda panah merah pada sediaan mikroskopis
Keratinizing NPC ini?
b. Apa makna klinis dari adanya stuktur yang ditunjukkan tanda panah merah pada
sediaan Keratinizing NPC ini.

3. Jelaskan mengapa Undifferentiated NPC juga sering disebut limfoepitelioma?


4. Pada Undifferentiated NPC, sel-sel tumor tersusun secara sinsitial. Apa maksudnya
“tersusun secara sinsitial” ?

Penuntun Praktikum
Semester V 121
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

REFERENSI
Ghorayeb, B.Y. Acute Follicular Tonsilitis. Dalam Otolaryngology Houston. [Internet]. tersedia
di http://www.ghorayeb.com/AcuteFollicularTonsillitis.html [diakses 23 Juli 2018]
Kumar, Abbas, Fausto, & Aster. (2010) Head & Neck. Dalam: Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease. 8th ed. USA: Saunders Elsevier
Mannan, A.A.S.R (2018) Keratinizing Squamous Cell Carsinoma. Dalam: PathologyOutlines
[Internet]. Tersedia di http://www.pathologyoutlines.com/topic/nasalkeratinizing.html
[diakses 23 Juli 2018]
Pernick, N. (2018) Nasal Polyps Antrachoanal. Dalam: PathologyOutlines. [Internet]. Tersedia
di http://www.pathologyoutlines.com/topic/nasalpolypantrochoanal.html [diakses 23 Juli
2018]
Rammani, D. (2013) Nose and Sinuses. Dalam: WebPathology. [Internet]. Tersedia di
http://www.webpathology.com/category.asp?category=20 [diakses 23 Juli 2018]
Umar, B. & Ahmed, R. (2014) Nasopharyngeal carcinoma, an analysis of histological subtypes and
their association with EBV, a study of 100 cases of Pakistani population. Asian Journal of Medical
Sciences. 5 (4); pp 16-20
Wenig, B.M (2009) The Head and Neck. Dalam: Rubin, E., & Reisner, H.M. (ed) Essentials of
Rubin’s pathology. 5th ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins, pp 527-29
Xu, Bin. (2018) Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma-Undifferentiated. Dalam:
PathologyOutlines. [Internet]. Tersedia di
http://www.pathologyoutlines.com/topic/nasalnonkeratinizingundiff.html [diakses 23 Juli
2018]

Penuntun Praktikum
Semester V 122
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XIII
UJI KORELASI
Surya Akbar

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami jenis-jenis analisis data untuk penelitian survey dan mampu
melakukan analisis.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum uji korelasi ini diharapkan dapat:
1. Memilih uji korelasi yang tepat berdasarkan jenis skala data variabel.
2. Memilih uji korelasi yang tepat berdasarkan kenormalan distribusi data.
3. Melakukan uji korelasi menggunakan program SPSS.

C. PENDAHULUAN
Pada suatu penelitian, ada kalanya peneliti ingin melihat hubungan atau
perbandingan dari dua variabel. Penelitian yang ingin mengetahui hubungan atau
perbandingan dari dua variabel tersebut dengan penelitian analitik. Penelitian yang
ingin mengetahui hubungan dari satu variabel dengan variabel lain akan menggunakan
uji korelasi, sedangkan penelitian yang ingin mengetahui perbedaan antara satu
variabel dengan variabel lain akan menggunakan uji komparasi.
Uji korelasi pada dasarnya termasuk dalam statistik inferensial yaitu jenis
statistik yang memprediksi keadaan dari variabel yang diukur pada populasi. Statistik
inferensial menggunakan sampel untuk memprediksi keadaan populasi. Uji korelasi
dapat dilakukan pada variabel yang memiliki skala data berjenis kategorik dan
numerik. Masing-masing jenis skala data menggunakan uji yang berbeda-beda. Maka
dari itu seorang yang ingin melakukan uji korelasi harus mengetahui jenis skala data
dari variabel yang akan dianalisis.
Distribusi data pada variabel yang akan dianalisis juga harus diketahui. Hal ini
dilakukan untuk menentukan jenis uji yang tepat pada data tersebut. Data dari variabel
dapat memiliki distribusi data yang normal atau distribusi data tidak normal. Untuk
data yang terdistribusi normal, maka uji korelasi menggunakan uji parametrik.

Penuntun Praktikum
Semester V 123
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Sedangkan untuk data yang tidak terdistribusi normal, uji yang digunakan adalah uji
non parameterik.
D. MATERI PRAKTIKUM
Uji korelasi dilakukan untuk menilai hubungan dari dua variabel. Kedua
variabel tersebut dapat memiliki skala data kategorik atau skala data numerik. Untuk
uji korelasi pada data yang berjenis skala kategorik dapat menggunakan Uji Korelasi
Spearman, Uji Korelasi Gamma, dan Uji Korelasi Somers’ d. Sedangkan uji untuk
korelasi berjenis skala numerik dapat menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Uji
Korelasi Spearman. Pada praktikum ini uji yang akan dilakukan adalah Uji Korelasi
Pearson, Uji Korelasi Spearman, dan Uji Korelasi Somers’ d.
Nilai yang diperoleh dari uji korelasi tersebut ada dua jenis, yaitu nilai
signifikansi (nilai p) dan nilai koefisien korelasi (nilai r). Nilai p disampaikan dalam
bentuk angka desimal, misalnya 0,00/0,45/0,21/dll. Nilai koefisien korelasi akan
bervariasi dari 0,0 hingga 1, dan bervariasi dari nilai positif hingga nilai negatif.
Hasil analisis uji korelasi di atas akan disimpulkan 4 hal, yaitu: signifikansi,
besar korelasi, dan arah korelasi.
- Signifikansi; nilai signifikansi digambarkan dengan nilai p. Hasil analisis korelasi
dikatakan signifikan bila nilai p <0,05. Maksud dari nilai p <0,05 adalah
kesalahan yang dapat diterima dari analisis tersebut adalah kurang dari 5%. Bila
nilai p kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan korelasi variabel tersebut
signifikan.
- Besar korelasi; nilai koefisien korelasi dapat dikelompokkan menjadi 5
kelompok, yaitu:
• Nilai 0,00 – 0,20 = korelasi sangat lemah.
• Nilai 0,21 – 0,40 = korelasi lemah.
• Nilai 0,41 – 0,60 = korelasi sedang.
• Nilai 0,61 – 0,80 = korelasi kuat.
• Nilai 0,81 – 1,00 = korelasi sangat kuat.
- Arah korelasi; dapat dinilai berdasarkan angka dari koefisien korelasi, apakah
bersifat negatif atau bersifat positif.
• Arah positif = makin tinggi nilai variabel A, maka makin tinggi pula nilai
variabel B, begitupula sebaliknya.

Penuntun Praktikum
Semester V 124
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

• Arah negatif = makin tinggi nilai variabel A, maka makin rendah nilai
variabel B, begitupula sebaliknya.

E. CARA KERJA PRAKTIKUM


Uji Normalitas Data
1. Masukkan data dibawah ini pada program SPSS (data akan diberikan oleh
instruktur praktikum).
Kadar Gula
Jenis Hb Darah Ad Kategori Kategori Kategori
No Nama Usia
Kelamin (g/dl) Random Usia Hb KGD
(g/dl)
Gangguan
1 Sutimin Perempuan 32 10 140 Dewasa Cukup Toleransi
Glukosa
Gangguan
Dewasa
2 Parlan Laki-laki 26 15 120 Normal Toleransi
Muda
Glukosa
Dewasa
3 Afifah Perempuan 24 13 110 Normal Normal
Muda
Gangguan
4 Sony Laki-laki 46 13 130 Dewasa Normal Toleransi
Glukosa
5 Rangga Laki-laki 52 11 98 Dewasa Cukup Normal
6 Hari Laki-laki 43 16 110 Dewasa Normal Normal
Gangguan
7 Lilis Perempuan 52 10 160 Dewasa Cukup Toleransi
Glukosa
Gangguan
Dewasa
8 Ratu Perempuan 23 9 120 Rendah Toleransi
Muda
Glukosa
9 Juli Perempuan 21 12 110 Remaja Normal Normal
Gangguan
10 Joni Laki-laki 14 17 130 Remaja Normal
Toleransi

Penuntun Praktikum
Semester V 125
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Glukosa
Gangguan
Dewasa
11 Angga Laki-laki 28 16 200 Normal Toleransi
Muda
Glukosa
Gangguan
Dewasa
12 Remi Perempuan 24 14 180 Normal Toleransi
Muda
Glukosa
Gangguan
13 Riri Perempuan 32 12 120 Dewasa Normal Toleransi
Glukosa
14 Lukman Laki-laki 21 14 110 Remaja Normal Normal
15 Roni Laki-laki 35 13 100 Dewasa Normal Normal
16 Febri Perempuan 21 10 100 Remaja Cukup Normal
Dewasa
17 Vino Laki-laki 29 16 110 Normal Normal
Muda
18 Sabrina Perempuan 33 12 90 Dewasa Normal Normal
19 Surti Perempuan 42 11 80 Dewasa Cukup Normal
20 Cici Perempuan 16 10 100 Remaja Cukup Normal

2. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas data dengan cara me-klik menu
“Analyze”-“Descriptive Statistic”-“Explore”.

Penuntun Praktikum
Semester V 126
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3. Jendela baru akan muncul saat anda me-klik “Explore”. Masukkan variabel yang ingin
diuji normalitas datanya ke kotak “Dependent List”. Variabel dapat dimasukkan secara
keseluruhan, tidak perlu satu persatu. Ingat variabel yang dimasukkan adalah jenis skala
data numerik, variabel yang memiliki jenis skala data kategorik akan dianalisis pada uji
korelasi Somers’ d.

4. Klik kotak yang bertuliskan “Plots” dan centang kotak “Normality plots with tests”.
Lalu klik tombol “Continue” dan klik “Ok”.

Penuntun Praktikum
Semester V 127
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

5. Hasil analisis Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk akan ditampilkan pada jendela
Output. Baca hasil analisis normalitas data.

Uji Korelasi Pearson dan Spearman


1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Corellate”-
“Bivariat”. Akan muncul jendela seperti pada gambar di bawah.

2. Masukkan variabel yang berskala data numerik pada kotak “Variables” yang akan diuji
korelasinya. Centang kotak pada uji “Spearman”. Klik “Ok” bila telah seleasai.
3. Hasil uji korelasi akan ditampilkan pada jendela Output. Hasil uji korelasi akan terdiri
atas 2 kotak, yaitu kotak hasil Uji Korelasi Pearson dan kotak hasil Uji Korelasi
Spearman.
4. Untuk variabel independent (bebas) dan variabel dependent (terikat) yang memiliki
distribusi data normal, maka baca hasil uji korelasi Pearson. Sedangkan bila salah satu
variabel (baik variabel dependent atau variabel independent) memiliki distribusi data
yang tidak normal, maka baca hasil korelasi Spearman.
5. Baca nilai p (signifikan) dan nilai koefisien korelasi.
6. Simpan dan print hasil tersebut.

Uji Korelasi Somers’d

Penuntun Praktikum
Semester V 128
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Desciptive


statistics”-“Crosstabs”. Akan muncul jendela seperti pada gambar di bawah.

2. Masukkan variabel independent (bebas) ke kotak “Row(s)”, dan variabel dependent


(terikat) pada kotak “Columns(s)”. Ingat yang dimasukkan adalah variabel kategorik
dan bukan variabel numerik. Variabel usia sebagai variabel independent, sedangkan
variabel Hb dan KGD sebagai variabel dependent.
3. Klik kotak “Statistics”. Centang kotak “Somers’ d”.
4. Klik “Continue” bila telah selesai. Klik “Ok”

5. Hasil analisis akan ditampilkan pada jendela Output. Lihat diagram “Directional
measure”, tentukan variabel dependent dari data yang diuji. Nilai Signifikansi diperoleh

Penuntun Praktikum
Semester V 129
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

dari nilai “Approx. Sig”, nilai koefisien korelasi diperoleh dari nilai “Value”. Membaca
hasil uji Somers’ d sama dengan membaca hasil uji korelasi.
6. Simpan dan print hasil tersebut.

F. HASIL PRAKTIKUM
Tempelkan print out hasil praktikum di bawah ini:

Penuntun Praktikum
Semester V 130
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Jelaskan hal yang telah anda lakukan pada praktikum ini:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………

REFERENSI

Dahlan MS (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Field A (2009). Discovering Statistic Using SPSS 3rd edition. Dubai: Sage
Publications
Fraenkel JR, Wallen NE, Hyun HH (2012). How To Design And Evaluate Research
In Education 8th edition. New York: Mc Graw Hill.

Penuntun Praktikum
Semester V 131
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XIV
UJI KOMPARASI
Surya Akbar

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami jenis-jenis analisis data untuk penelitian survey dan mampu melakukan
analisis.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum uji komparasi ini diharapkan dapat:
1. Memilih uji komparasi yang tepat berdasarkan jenis skala data variabel.
2. Memilih uji komparasi yang tepat berdasarkan kenormalan distribusi data.
3. Melakukan uji komparasi menggunakan program SPSS.

C. PENDAHULUAN
Penelitian analitik dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan tujuan dari
analisisnya, yaitu analisis korelasi dan analisis komparasi. Analisis korelasi telah dilakukan
pada praktikum XIII yang lalu. Sedangkan analisis komparasi akan kita pelajari pada
praktikum kali ini. Sama seperti halnya uji korelasi, uji komparasi harus melihat jenis dari
skala data variabel yang akan diuji.
Uji komparasi pada data kategorik akan berbeda dengan uji komparasi pada data
numerik. Pada data numerik, anda juga harus memastikan bahwa data yang akan dianalisis
memiliki distribusi normal atau tidak, karena uji yang digunakan untuk komparasi pada data
numerik yang terdistribusi normal berbeda dengan uji pada data numerik yang tidak
terdistribusi normal. Untuk mengetahui data yang akan diuji memiliki distribusi data yang
normal atau tidak, maka anda dapat menggunakan teknik statistik untuk megetahuinya.
Teknik statistik yang dimaksud adalah dengan melakukan uji analisis Kolmogorov-Smirnov
atau Shapiro-Wilk pada data yang akan dianalisis.

D. MATERI PRAKTIKUM
Uji komparasi dapat dilakukan pada dua variabel atau lebih. Uji komparasi yang
dilakukan pada dua variabel termasuk dalam analisis data bivariat, sedangkan uji komparasi
yang dilakukan pada banyak variabel termasuk dalam analisis multivariat. Analisis bivariat
dapat terdiri atas data yang berpasangan atau tidak berpasangan. Maksud dari data
Penuntun Praktikum
Semester V 132
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

berpasangan adalah ada dua kali pengukuran pada variabel yang sama (misal: pengukuran
tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi).
Ada banyak uji yang dapat digunakan untuk melakukan komparasi dari dua data
variabel. Namun, pada praktikum kali ini, uji komparatif yang dilakukan tidak dilakukan
seluruhnya, hanya uji komparatif yang paling sering digunakan saja yang akan
dipraktikumkan.
Uji komparatif untuk data numerik berbeda dengan uji komparatif untuk data
kategorik. Uji komparatif untuk data kategorik yang akan dipraktikumkan adalah uji Chi
Square. Karena uji Chi Square biasanya sering digunakan untuk menghitung risiko
timbulnya suatu penyakit, maka pada praktikum ini juga akan dipelajari cara untuk
menghitung Odds Ratio. Uji komparatif untuk data numerik yang akan dipraktikumkan
adalah uji komparasi t Test dan uji komparasi Mann Whitney.
- Uji Chi Square; adalah uji komparasi yang dilakukan pada bila kedua variabel bersifat
kategorik. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan uji Chi
Square, yaitu:
• Data kategorik harus memenuhi tabel 2x2. Artinya data dari masing-masing variabel
kategorik harus terdiri dari 2 nilai, misal: jenis kelamin (laki-laki, perempuan) dan
sakit TBC paru (menderita TBC paru, tidak menderita TBC paru).
• Tidak ada cell yang kosong pada tabel 2x2 tersebut. Artinya data dari masing-masing
kotak dalam tabel 2x2 harus ada (lihat contoh di bawah). Bila salah satu kotak (kotak
a, b, c, atau d) tidak memiliki data, maka uji ini tidak dapat dilakukan.
Laki-Laki Perempuan
Menderita TBC Paru a b
Tidak Menderita TBC Paru c d
• Expected count pada setiap kotak lebih dari 5, atau total seluruh expected count lebih
dari 5 pada tabel 2x2 harus kurang dari 20%. Bila expected count lebih dari 20%,
maka digunakan uji alternatif Chi Square yaitu uji Fisher.
- Uji t Test; adalah uji komparasi yang dilakukan pada variabel yang memiliki skala data
numerik dan memiliki distribusi data yang normal. Hasil uji komparasi t Test dapat
dilihat melalui nilai signifikansi dari uji t Test tersebut. Bila nilai signifikansi (p value)
kurang dari 0,05 maka kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan yang
signifikan pada komparasi kedua variabel tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila nilai p

Penuntun Praktikum
Semester V 133
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

kurang dari 0,05, maka kesimpulan yang diambil adalah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada komparasi kedua variabel tersebut.
- Uji Mann Whitney; adalah uji komparasi yang dilakukan pada variabel yang memiliki
skala data numerik dengan data yang tidak terdistribusi normal. Hasil uji Mann Whitney
sama seperti hasil uji t Test, dimana suatu komparasi dikatakan signifikan berbeda bila
nilai p kurang dari 0,05.

E. CARA KERJA PRAKTIKUM


Uji Normalitas Data
1. Masukkan data dibawah ini pada program SPSS (data akan diberikan oleh instruktur
praktikum).
2. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas data dengan cara me-klik menu
“Analyze”-“Descriptive Statistic”-“Explore”.

3. Jendela baru akan muncul saat anda me-klik “Explore”. Masukkan variabel yang ingin
diuji normalitas datanya ke kotak “Dependent List”. Variabel dapat dimasukkan secara
keseluruhan, tidak perlu satu persatu. Ingat variabel yang dimasukkan adalah jenis skala
data numerik, variabel yang memiliki jenis skala data kategorik akan dianalisis pada uji
korelasi Somers’ d.

Penuntun Praktikum
Semester V 134
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Klik kotak yang bertuliskan “Plots” dan centang kotak “Normality plots with tests”.
Lalu klik tombol “Continue” dan klik “Ok”.

5. Hasil analisis Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk akan ditampilkan pada jendela
Output. Baca hasil analisis normalitas data.

Penuntun Praktikum
Semester V 135
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Uji Komparasi t Test


1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Compare means”-
“Independent-Sample T-Test”. Akan muncul jendela seperti pada gambar di bawah.

2. Lakukan uji komparasi t-Test untuk menilai “perbedaan kadar Hb berdasarkan jenis
kelamin”, dan “perbedaan usia responden berdasarkan jenis kelamin”. Masukkan
variabel yang berskala data numerik dan terdistribusi normal pada kotak “Test
variable(s)”. Masukkan variabel kelompok yang ingin dibandingkan ke kotak
“Grouping Variable”.
3. Klik “Define Groups” dan masukkan angka “1”(mewakili kelompok 1/pria) pada kotak
“Group 1”. Masukkan angka “2” (mewakili kelompok 2/perempuan) pada kotak “Group
2”. Klik “Continue” dan klik “Ok”.
4. Hasil uji komparasi akan ditampilkan pada jendela Output.
5. Langkah selanjutnya menentukan apakah variabel yang diuji homogen atau tidak. Untuk
menilai homogenitas data, maka lihat kotak “Levene’s Tests for Equality of Variance”
pada nilai “Sig”. Bila nilai “Sig” di atas 0,05 maka dapat disimpulkan data bersifat
homogen, sedangkan bila dibawah 0,05 maka data tidak homogen. Bila data homogen
maka nilai dari uji t Test yang dilihat adalah pada baris pertama (Equal Variances
Assumed) sedang bila data tidak homogen maka lihat pada baris kedua (Equal
Variaences Not Assumed).
6. Dengan berpanduan pada baris tersebut lihat pada kotak “t-Test for equality of means”
pada nilai “Sig.(2 tailed)”. Nilai “Sig.(2 tailed)” tersebut adalah sama dengan nilai p.
Bila nilai tersebut di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

Penuntun Praktikum
Semester V 136
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

yang signifikan, sedangkan bila nilai tersebut berada di bawah 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan.
7. Simpan dan print hasil tersebut.

Uji Komparasi Mann Whitney


1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Nonparametric
Test”-“Legacy dialogs”-“2 independent samples”. Akan muncul jendela seperti pada
gambar di bawah.

2. Lakukan uji komparasi Mann Whitney untuk menilai “perbedaan KGD berdasarkan
jenis kelamin”. Masukkan variabel yang berskala data numerik dan tidak terdistribusi
normal pada kotak “Test variable list”. Masukkan variabel kelompok yang ingin
dibandingkan ke kotak “Grouping Variable”.
3. Klik “Define Groups” dan masukkan angka “1”(mewakili kelompok 1/pria) pada kotak
“Group 1”. Masukkan angka “2” (mewakili kelompok 2/perempuan) pada kotak “Group
2”. Klik “Continue” dan klik “Ok”.
4. Hasil uji komparasi akan ditampilkan pada jendela Output. Nilai yang dilihat adalah
pada kotak ke 2 yang berjudul “Test Statistics”. Lihat pada nilai “Asymp. Sig. (2
tailed)”, bila nilai tersebut berada di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan yang signifikan. Sedang bila nilai tersebut berada di bawah 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada nilai dari kedua variabel
tersebut. Nilai “Asymp. Sig. (2-tailed)” tersebut adalah nilai p.
5. Simpan dan print hasil tersebut.

Penuntun Praktikum
Semester V 137
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Uji Komparasi Chi Square


1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Desciptive
statistics”-“Crosstabs”. Akan muncul jendela seperti pada gambar di bawah.

2. Masukkan variabel independent (bebas) ke kotak “Row(s)”, dan variabel dependent


(terikat) pada kotak “Columns(s)”. Ingat yang dimasukkan adalah variabel kategorik
dan bukan variabel numerik. Variabel usia sebagai variabel independent, sedangkan
KGD sebagai variabel dependent.
3. Klik kotak “Statistics”, centang kotak “Chi Square”. Bila telah selesai Klik “Continue”.
4. Klik kotak “Cells”, centang kotak “Expected” untuk memunculkan nilai expected count.
Bila anda ingin menampilkan persentase dari setiap cell (kotak) pada tabel 2x2 maka
centang juga kotak “Row”, “Column”, dan “Total”. Bila telah selesai klik “Ok”.
5. Hasil analisis akan ditampilkan pada jendela Output.
6. Untuk membaca nilai persentase dan expected count dari masing-masing cell dapat
dilihat pada tabel pertama (tabel silang/crosstabulation).
7. Lihat nilai p pada baris “Pearson Chi-Square” di nilai “Asymp. Sig (2 sided)”. Perlu
diingat, bila nilai expected count tabel kurang dari 20% maka nilai yang dipakai adalah
nilai dari “Pearson Chi-Square”, tetapi bila nilai expected count tabel lebih dari 20%
maka nilai yang dipakai adalah nilai “Fisher Exact Test” pada kolom “Asymp. Sig (2
sided)”.
8. Simpan dan print hasil tersebut.

Penuntun Praktikum
Semester V 138
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. HASIL PRAKTIKUM
Tempelkan print out hasil praktikum di bawah ini:

Penuntun Praktikum
Semester V 139
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Jelaskan hal yang telah anda lakukan pada praktikum ini:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

REFERENSI
Dahlan MS (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Field A (2009). Discovering Statistic Using SPSS 3rd edition. Dubai: Sage
Publications
Fraenkel JR, Wallen NE, Hyun HH (2012). How To Design And Evaluate Research
In Education 8th edition. New York: Mc Graw Hill.

Penuntun Praktikum
Semester V 140
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XV
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
Surya Akbar

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
- Memahami jenis-jenis analisis data untuk penelitian survey dan mampu melakukan
analisis.
- Menyusun kuesioner untuk pengambilan sampel

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum uji validitas dan reabilitas kuesioner ini
diharapkan dapat:
1. Mengenali uji statistik untuk menilai validitas kuesioner.
2. Mengenali uji statistik untuk menilai reabilitas kuesioner.
3. Melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner menggunakan program SPSS.

C. PENDAHULUAN
Penelitian sosial biasanya menggunakan instrumen pengukuran yang dapat berbentuk
kuesioner ataupun rating scale untuk menilai suatu variabel yang diukur pada responden
penelitian. Instrumen penelitian tersebut dapat dibuat sendiri oleh peneliti atau telah disusun
oleh orang lain. Instrumen yang baru disusun oleh peneliti biasanya perlu dilakukan uji
validitas dan reabilitasnya. Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar
menggambarkan kondisi sebenarnya dari responden penelitian.
Praktikum ini akan mempelajari cara melakukan validitas dan reabilitas instrumen
(alat ukur) tersebut. Teknik validitas dan reabilitas instrumen penelitian ini dapat juga
dilakukan pada instrumen penelitian yang telah ada, guna melihat stabilitas instrumen
penelitian pada tempat yang berbeda dengan tempat instrumen itu dibuat.

D. MATERI PRAKTIKUM
Validitas Alat Ukur
Validitas adalah kesahihan atau keterpercayaan dari suatu alat ukur. Suatu alat ukur
sebaiknya memiliki tingkat validitas yang baik. Maksudnya adalah instrumen penelitian
harus dapat mengukur secara tepat variabel yang ingin diukur. Contoh validitas instrumen

Penuntun Praktikum
Semester V 141
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

yang baik adalah sebagai berikut: peneliti yang ingin mengukur rata-rata luas ruangan di
suatu gedung maka ia harus memiliki alat ukur yang terpercaya, ia dihadapkan pada pilihan
untuk mengukur luas gedung, pilihan pertama adalah dengan menggunakan jengkal tangan,
pilihan kedua dengan menggunakan penggaris, pilihan ketiga dengan menggunakan pita
meteran. Bila ia ingin mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipercaya, maka sebaiknya
ia menggunakan pita meteran sebagai alat ukurnya. Karena dengan menggunakan pita
meteran, ia dapat menghitung secara akurat panjang dari suatu ruangan.
Validitas memiliki banyak tipe, diantaranya adalah predictive validity, face validity,
content validity, construct validity, internal validity, external validity, concurrent validity
dan lain sebagainya. Namun dari sekian banyak jenis validitas tersebut, validitas yang diuji
untuk instrumen penelitian adalah face validity, content validity, dan construct validity.
- Face validity; adalah validitas muka atau tampilan, maksudnya adalah tampilan dari alat
ukur yang digunakan sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya kita ingin
mengukur kadar Hb seseorang namun kita menggunakan pemeriksaan hitung sel darah
merah. Dari tampilan alat ukur tersebut kita sudah mengetahui bahwa alat ukur itu tidak
sesuai dengan objek yang ingin diukur. Pada instrumen penelitian yang menggunakan
kuesioner atau rating scale, maka pemeriksaan terhadap validitas tampilan ini dilakukan
dengan melakukan uji keterbacaan pada kuesioner atau rating scale tersebut. Uji
keterbacaan dilakukan pada populasi penelitian dan bukan akan menjadi responden
dalam penelitian.
- Content validity; adalah validitas dari isi instrumen penelitian yang digunakan.
Pertanyaan atau pernyataan yang dicantumkan pada kuesioner/rating scale harus sesuai
dengan objek yang ingin diukur. Misalnya: saat peneliti ingin mengetahui tentang
motivasi belajar seorang mahasiswa, maka pertanyaan atau pernyataan yang
disampaikan adalah tentang motivasi belajar dan bukan tentang kepatuhan belajar, atau
lain sebagainya. Memastikan validitas isi dari instrumen penelitian dapat dilakukan
dengan menanyakan kepada ahli/pakar dibidang terkait tentang kesesuaian pertanyaan
atau pernyataan tersebut dengan hal yang ingin diukur.
- Construct validity; adalah validitas dari konsep atau ide yang diukur pada instrumen
penelitian tersebut. Maksud dari jenis validitas ini adalah apakah instrumen penelitian
tersebut benar-benar mengukur objek yang ingin diukur. Pada penelitian sosial atau
pada penelitian yang menggunakan kuesioner/rating scale sebagai alat ukurnya, maka
pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan pada instrumen tersebut harus sesuai
dengan konsep/ide dari teori yang mendasari. Contoh yang dapat diberikan adalah: bila
Penuntun Praktikum
Semester V 142
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

kita ingin menilai apakah seseorang mampu menggunakan ilmu matematika atau tidak,
maka kita tidak boleh hanya menguji orang tersebut dengan pertanyaan tentang satu
bagian dari matematika saja (penambahan saja, atau pengurangan saja, atau perkalian
saja, atau pembagian saja), tetapi harus menguji keempat kemampuan dasar matematika
tersebut. Uji statistik untuk dapat menguji construct validity adalah dengan
menggunakan uji korelasi Pearson. Pada uji ini kita dapat mengetahui apakah setiap
pertanyaan memiliki hubungan dengan total skor dari kuesioner/rating scale yang
digunakan.
Uji korelasi Pearson untuk menguji construct validity dari suatu instrumen
penelitian dilakukan dengan membandingkan nilai r pada korelasi Pearson dengan nilai
r tabel. Bila r hitung (r korelasi Pearson) < r tabel maka dapat dikatakan item
pertanyaan/pernyataan tersebut memiliki validitas yang jelek, sedangkan bila r hitung >
r tabel maka dikatakan item pertanyaan/pernyataan tersebut memiliki validitas yang
baik. Besar dari r tabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Cara melihat tabel r adalah dengan cara mencari degree of freedom (derajat
kebebasan/dk) dari data yang kita miliki. Caranya adalah dengan menentukan berapa
sampel yang kita gunakan untuk menguji instrumen tersebut lalu dikurang dengan 2.
Misal instrumen tersebut telah dibagi kepada 20 orang responden, maka derajat
kebebasannya adalah 20-2= 18. Maka lihat nilai yang tertulis pada perpotongan baris
nomor 18 dengan kolom signifikansi 0,05 (probabilitas 2 ekor). Hasil yang diperoleh
adalah 0,444. Maka nilai r tabel yang digunakan pada pengujian instrumen penelitian
tersebut adalah 0,444.

Penuntun Praktikum
Semester V 143
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Penuntun Praktikum
Semester V 144
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Reabilitas Alat Ukur


Selain validitas alat ukur, seorang peneliti sebaiknya juga mengetahui reabilitas dari
instrumen yang digunakannya.Namun sebelum menganalisis reabilitas alat ukur tersebut,
ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan reabilitas.
Reabilitas adalah ke-ajeg-an atau konsisten. Jadi reabilitas alat ukur adalah
mengukur seberapa konsisten alat ukur yang digunakan bila digunakan berkali-kali. Alat
ukur yang baik adalah konsisten dalam memberikan penilain disepanjang waktu. Bila suatu
alat ukur memberikan nilai yang berbeda-beda setiap kali digunakan, maka reabilitas alat
ukur tersebut dikatakan jelek. Contoh dari alat ukur yang memiliki reabilitas jelek adalah
penilaan oleh seorang guru terhadap jawaban essay dari muridnya, saat guru memeriksa
lembar jawaban dari murid yang pertama, maka ia akan menilai dengan sungguh-sungguh,
akibatnya nilai yang diberikan cenderung rendah. Namun seiring dengan waktu dan karena
kelelahan maka saat ia mengoreksi lembar jawaban murid yang akhir ia tidak lagi menilai
secara sungguh-sungguh, akibatnya nilai yang diberikan cenderung tinggi. Pengukuran
terhadap hasil kerja murid yang dilakukan oleh guru tersebut termasuk dalam pengukuran
yang memiliki reabilitas yang jelek.
Uji reabilitas yang digunakan untuk menilai instrumen penelitian biasanya
menggunakan Uji Alpha Cronbach. Hasil analisis uji Alpha Cronbach dapat disimpulkan
apakah pertanyaan/pernyataan dari instrumen penelitian tersebut baik atau tidak dengan
cara: bila nilai Alpha Crobach diatas 0,7 maka instrumen penelitian tersebut dikatakan
memiliki reabilitas yang baik, sedangkan bila nilai Alpha Cronbach dibawah 0,7 maka
instrumen tersebut dikatakan memiliki reabilitas yang jelek.

E. CARA KERJA PRAKTIKUM


Uji Validitas Alat Ukur
1. Masukkan data validitas alat ukur ke dalam program SPSS (data akan diberikan oleh
instruktur praktikum). Pastikan data dalam bentuk nilai jawaban dari masing-masing
pertanyaan/pernyataan instrumen penelitian serta nilai total dari masing-masing
responden.
2. Langkah selanjutnya adalah me-klik menu “Analyze”-“Correlate”-“Bivariate”.
3. Masukkan seluruh pertanyaan dan skor total ke kotak “Variables”. Centang kotak
“Pearson”.

Penuntun Praktikum
Semester V 145
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Hasil akan ditampilkan pada jendela Output. Lihat pada kolom skor total. Nilai Pearson
Correlation (r) pada kolom tersebut adalah sebagai r hitung. Bandingkan nilai r hitung
dengan nilai r tabel.
5. Bila r hitung lebih besar dari r tabel maka item tersebut dikatakan valid, bila r hitung
lebih kecil dari r tabel maka item tersebut dikatakan tidak valid.

Uji Reabilitas Alat Ukur


1. Tetap dengan menggunakan data yang sama, klik menu “Analyze”-“Scale”-“Reability
Analysis”. Akan muncul jendela seperti pada gambar di bawah.

Penuntun Praktikum
Semester V 146
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2. Masukkan seluruh pertanyaan tanpa memasukkan data skor total ke kotak “Items”.
3. Klik kotak “Statistics” dan centang kotak “Scale if item deleted”. Klik “Continue” dan
klik “Ok”.
4. Hasil uji komparasi akan ditampilkan pada jendela Output.
5. Lihat nilai Alpha Cronbach pada kotak Reability Statistics di kolom Cronbach’s Alpha.
Bila nilai tersebut berada di atas 0,7 maka dapat dikatakan reabilitas instrumen tersebut
baik, tetapi bila dibawah 0,7 maka reabilitas alat ukur tersebut dikatakan jelek.
6. Bila ternyata instrumen yang digunakan memiliki validitas dan reabilitas yang jelek,
maka peneliti dapat mengeluarkan item pertanyaan/pernyataan yang buruk dengan
harapan validitas dan reabilitas instrumen tersebut dapat menjadi baik. Caranya ialah:
item pertanyaan yang memiliki nilai validitas yang jelek dan bila dihapus dapat
meningkatkan nilai Alpha Cronbach (dengan melihat nilai kolom Cronbach alpha if
item deleted) maka item tersebut dapat dihapus. Namun bila item tersebut memiliki
validitas yang jelek namun bila dihapus akan menurunkan nilai Alpha Cronbach maka
item tersebut tidak boleh dihapus. Setelah item tersebut dihapus, maka lakukan
pengujian ulang baik uji validitas ataupun reabilitas. Lihat validitas dan reabilitas
instrumen tersebut. Lakukan hal ini hingga tidak ada item yang memenuhi kriteria untuk
dihapus (nilai validitas jelek, bila dihapus akan meningkatkan alpha cronbach).
7. Simpan dan print hasil tersebut.

Penuntun Praktikum
Semester V 147
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

F. HASIL PRAKTIKUM
Tempelkan print out hasil praktikum di bawah ini:

Penuntun Praktikum
Semester V 148
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. LAPORAN KERJA / KESIMPULAN PRAKTIKUM


Jelaskan hal yang telah anda lakukan pada praktikum ini:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

REFERENSI

Cohen L, Manion L, Morrison K (2007). Research Methods in Education 6th editon.


New York: Routledge Taylor & French Group.
Dahlan MS (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Field A (2009). Discovering Statistic Using SPSS 3rd edition. Dubai: Sage
Publications
Fraenkel JR, Wallen NE, Hyun HH (2012). How To Design And Evaluate Research
In Education 8th edition. New York: Mc Graw Hill.

Penuntun Praktikum
Semester V 149
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

PRAKTIKUM XVI
PENGELOLAAN DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan Bestari

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan sumber-sumber informasi dan manfaatnya dalam proses critical thingking
dan critical appraisal sesuai dengan literatur

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa setelah melakukan praktikum Pengelolaan Daftar Pustaka Menggunakan
Mendeley diharapkan dapat :
1. Menulis dan mengelola daftar pustaka dengan baik dalam penulisan karya ilmiah.
2. Menggunakan Mendeley sebagai alat bantu dalam mengelola daftar pustaka secara
digital.

C. PENDAHULUAN
Di setiap karya tulis ilmiah pasti ada bagian yang diambil dari ide, argumen, analisa, dan atau
hasil penelitian orang lain, yang disebut sebagai kutipan atau sitasi (citation). Peran penting dari
sitasi adalah dipakai untuk mendukung argumen dan analisis seorang penulis. Sitasi bisa diambil dari
berbagai sumber, baik buku teks maupun audio visual, baik dari media cetak sampai daring (online),
juga bisa dokumen yang telah maupun belum dipublikasikan. Semua jenis dokumen dapat digunakan
menjadi bagian dalam tulisan ilmiah seorang penulis dalam hal untuk mendukung karya tulisnya.
Yang perlu diingat adalah setiap kali seorang penulis mengambil ide, argumen, tulisan, hasil
penelitian, dan sebagainya dari orang lain, maka penulis tersebut harus mencantumkan asal-usul
kutipannya dalam sumber kutipan dan secara mendetail dalam daftar pustaka atau referensi.
Tujuan penulisan sumber sitasi dan daftar pustaka (reference or bibliography) adalah:
a. Agar terhindar dari penjiplakan (plagiarism) Salah satu fungsi kutipan adalah untuk
menguatkan atau mendukung tulisan ilmiah. Oleh karena itu, seorang penulis harus
mencantumkan sumber kutipannya secara singkat di bagian akhir setelah kalimat
kutipan atau tepat sebelum kalimat sitasi (paling dekat dengan kalimat sitasi) dan
menuliskan sumbernya secara lengkap pada daftar pustaka;
b. Menghargai penulis sebelumnya bahwa teks pada bagian tersebut adalah dari ide,
argumen, dan atau analisa orang lain;

Penuntun Praktikum
Semester V 150
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

c. Membantu pembaca yang ingin tahu lebih dalam mengenai sumber kutipan. Pembaca
artikel dapat menelusuri informasi dari sumber kutipan dan kemudian mendapatkan
rincian lengkapnya pada daftar pustaka.
Sitasi atau kutipan (citation) adalah referensi untuk segala jenis dokumen (buku,
artikel jurnal, disertasi, manuskrip, koran, laporan, artikel dalam website, komposisi
musik, video, dan sebagainya) yang secara jelas menunjukkan sumber sitasi tersebut
sebagai informasi yang mengenali sumber yang penulis gunakan dalam makalah
akademis formal, dan memungkinkan pembaca menemukan sumber tersebut melalui
informasi utama yang disajikan.
Untuk membantu penulisan sitasi dengan daftar pustaka,maka dapat dilakukan
dengan alat bantu yang terintegrasi dengan aplikasi pengolah kata, misalnya Microsoft
Word atau Libre Writer. Akan tetapi, agar dapat mengelola daftar pustaka secara lebih
baik, maka terdapat beberapa aplikasi pengelola daftar pustaka yang dapat membantu
penulis dalam mengorganisir karya tulisnya. Data-data referensi dalam bentuk digital seperti
buku atau artikel dari jurnal dalam bentuk PDF bisa disimpan dan diberi keterangan yang
tepat untuk membantu mempermudah pencarian. File-file PDF yang disimpan juga bisa
dibuka, dibaca, dan diberi catatan secara langsung dengan aplikasi pengelola daftar pustaka.
Beberapa contoh aplikasipengelola daftar pustaka tersebut diantaranya adalah:
a. Mendeley Reference Manager (www.mendeley.com);
b. Zotero (www.zotero.org );
c. EndNote (www.endnote.com);
d. RefWorks (www.refworks.com);
e. Reference Manager (www.refman.com);
f. CiteULike (www.citeulike.org);
g. Qiqqa (www.qiqqa.com).
Aplikasi pengelola daftar pustaka tersebut tersedia secara berbayar maupun gratis
dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Secara umum, hal-hal yang
dapat dilakukan oleh aplikasipengelola daftar pustaka adalah sebagai berikut:
a. Mencatat data kepustakaan secara otomatis dari internet dan menyimpannya dalam
basis data kepustakaan.
b. Memungkinkan dilakukan akses ke basis data kepustakaan pada saat menulis (cite as
you write), sehingga penulis tidak perlu mengetikkan sitasi secara manual.
c. Mengatur gaya penulisan daftar pustaka (referencing style, citation style) secara
otomatis sesuai dengan kebutuhan karya tulis ilmiah.
Penuntun Praktikum
Semester V 151
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

d. Membuat daftar pustaka secara otomatis sesuai dengan gaya penulisan daftar pustaka
yang telah dipilih, sehingga penulis tidak perlu pusing dengan gaya penulisan daftar
pustaka yang harus digunakan.
Dengan menggunakan aplikasi pengelola daftar pustaka, seorang penulis tidak perlu
khawatir lagi akan ada pembaca yang mengoreksi gaya penulisan daftar pustakanya. Selain
karena daftar pustaka sudah dibuat secara otomatis dengan menggunakan gaya penulisan
tertentu, tidak akan ada sitasi yang sudah dirujuk akan terlewatkan (tidak tertulis) dalam
daftar pustaka.

D. MATERI PRAKTIKUM
Mendeley adalah aplikasipengelola daftar pustaka dan jaringan sosial akademis
yang bisa membantu seorang penulis dalam mengorganisir penelitian, berkolaborasi
dengan penulis lain secara daring dan menemukan tulisan-tulisan terbaru yang
dipublikasi. Mendeley merupakan salah satu aplikasipengelola daftar pustaka berbasis
open source yang dapat diperoleh secara gratis dan mendukung berbagai platform seperti
Microsoft Windows, Apple MacOS, maupun Linux. Versi terbaru dari Mendeley bahkan
sudah mendukung sistem operasi Android, sehingga perangkat ini dapat digunakan pada
perangkat mobile. Mendeley merupakan kombinasi dari aplikasi komputer dan situs web
yang dapat digunakan untuk mengelola, berbagi, dan mencari referensi maupun kontak.
Mendeley berfungsi sebagai basis data referensi, dokumen referensi seperti buku atau
artikel dari jurnal dalam bentuk PDF bisa disimpan dan diberi keterangan yang tepat untuk
membantu mempermudah pencarian. Dokumen PDF yang disimpan juga bisa dibuka,
dibaca, dan diberikan catatanatau highlightdi naskahnya. Tulisan yang dibuat dengan
aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Word bisa dihubungkan dengan aplikasi Mendeley
sehingga sitasi dan daftar referensi (bibliography) bisa disusun secara otomatis. Mendeley
juga bisa dihubungkan dengan aplikasipengelola daftar pustaka lainnya.
Dalam setiap penggunaan awal dan pemasangan baru aplikasi Mendeley di komputer
harus disertai dengan pendaftaran akun, karena setiap akun Mendeley disertai dengan akun
daring. Jika pengguna Mendeley melakukan sinkronisasi dokumen PDF yang disimpan di
komputer atau laptop dengan akun daring pengguna, maka informasi referensi yang
disimpan di komputer tadi juga akan tersimpan di situs Mendeley dan bisa diakses dari
manapun melalui internet di komputer atau denganaplikasi Mendeley untuk perangkat
mobile. Selain itu melalui jaringan internet, bisa ditemukan penuli satau kelompok penulis

Penuntun Praktikum
Semester V 152
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

lain yang memiliki kesamaan minat atau melakukanpencarian artikel-artikel yang


berhubungan dengan topik tulisan yang sedang dikerjakan.

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh aplikasiMendeley antara lain adalah:


a. Karya ilmiah yang diunggah di Mendeley secara otomatis diurutkan baik menurut
penulis, judul, tahun, dan penerbit.
b. Penulis dapat mencari tulisan tidak hanya dalam satu jurnal tetapi diseluruh jurnal atau
buku atau sumber referensi lain yang mengandung kata yang dicari.
c. Setiap dokumen yang penulis tambahkan di dalam program Mendeley ini dapat
diketahui detailnya secara otomatis dengan lengkap tanpa harus menambahkan satu
persatu. Detail tersebut berisi antara lain: tipe referensi, judul, nama penulis, tahun,
volume, edisi, halaman, abstrak, url asal, dan sebagainya, serta detail dari dokumen
tersebut dapat disunting sesuai kebutuhan penulis.
d. Terhubung secara daring dengan situs web, sehingga bagi penulis yang memiliki akun
Mendeley di internet dapat disinkronkan dengan dokumen yang ada di komputer dan
sewaktu-waktu dapat diakses dimanapun dan kapanpun selama terhubung ke jaringan
internet.
e. Dengan fasilitas web importer,penulis dapat menambahkan dokumen ke Mendeley
secara langsung tanpa harus mengunduh terlebih dahulu.

E. ALAT DAN BAHAN


Seperangkat komputer atau laptop yang telah tersambung ke jaringan internet.

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


I. Registrasi Akun dan Pemasangan Mendeley di Komputer
1. Hidupkan komputer atau laptop anda, dan pastikan telah tersambung ke internet.
Buka situs Mendeley di alamat www.mendeley.com.
2. Jika anda sudah memiliki akun Mendeley, maka anda dapat langsung masuk dengan
memilih menu sign in. Sedangkan untuk yang belum memiliki akun maka dapat
memilih menu create account.

Penuntun Praktikum
Semester V 153
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

3. Masukkan alamat email anda; nama depan (given name), nama belakang
(familyname)–dan password (minimal 7 karakter). Jika anda hanya punya nama satu
suku kata maka masukkan nama tersebut ke kolomnama depan dan nama belakang.
Lalu pilih menu register.

Penuntun Praktikum
Semester V 154
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Masukkan karakteristik pengguna, pilih status akademik (current role) dan bidang
studi yang ditekuni (field of study). Lalu pilih menu continue to Mendeley.

5. Anda akan masuk ke halaman awal profil pengguna Mendeley yang dapat anda
rubah sesuai dengan data diri anda.

6. Anda akan masuk ke halaman untuk mengunduh aplikasi Mendeley. Anda dapat
memilih menu Download Desktop App untuk mengunduh aplikasi Mendeley yang

Penuntun Praktikum
Semester V 155
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

akan dipasang di komputer atau dapat mengunjungi toko aplikasi untuk perangkat
mobile.

7. Anda dapat memilih menu Download Mendeley Desktop for Windows untuk
mengunduh aplikasi Mendeley yang akan dipasang pada komputer dengan sistem
operasi Windows atau dapat memilih versi lain untuk sistem operasi Mac atau Linux.

Penuntun Praktikum
Semester V 156
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

8. Lakukan pemasangan aplikasi Mendeley di komputer dengan memilih aplikasi


Mendeley yang telah berhasil anda unduh di dalam folder hasil unduhan di
komputer anda.

Penuntun Praktikum
Semester V 157
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

9. Tunggu hingga proses pemasangan aplikasi Mendeley selesai.

Penuntun Praktikum
Semester V 158
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Penuntun Praktikum
Semester V 159
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

II. Registrasi Akun dan Pemasangan Mendeley di Komputer


1. Saat aplikasi Mendeley pertama sekali dijalankan anda akan diminta untuk mengisi
email dan password yang anda gunakan saat mendaftar akun Mendeley pada kolom
yang sesuai.

2. Untuk menggunakan aplikasi Mendeley, maka anda membutuhkan dokumen


referensi yang anda butuhkan. Anda dapat mencari dokumen referensi yang anda
butuhkan. Anda dapat mencari dokumen referensi yang anda butuhkan dari situs-

Penuntun Praktikum
Semester V 160
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

situs yang memberikan sumber informasi terkait tulisan anda baik yang gratis
maupun yang berbayar. Pada praktikum kali ini, kita akan mencari sumber informasi
dengan menggunakan situs Google Scholar (scholar.google.co.id).

3. Anda dapat mengunduh dokumen lengkap (file pdf) yang anda butuhkan, maupun
hanya metadata dokumen (file RefMan/RIS) dari suatu tulisan yang telah disitasi
sebelumnya dalam tulisan anda. Anda dapat mengumpulkan file-file ini di komputer
anda dalam satu folder atau beberapa folder bila ada perbedaan topik sesuai dengan
jumlah tulisan yang akan anda buat.

Penuntun Praktikum
Semester V 161
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Buatlah satu folder baru di aplikasi Mendeley yang akan anda isi dengan daftar
referensi yang telah anda kumpulkan terkait tulisan anda. Anda dapat membuat
folder yang berbeda-beda bila ada perbedaan topik sesuai dengan jumlah tulisan
yang akan anda buat.

Penuntun Praktikum
Semester V 162
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

5. Anda dapat menambahkan dokumen referensi dengan menarik file referensi (drag
and drop) dari folder ke aplikasi Mendeley atau memilih menu add file untuk
menambahkan file referensi secara manual dengan memilihnya dari folder
tempat unduhan dokumen referensi anda.

Penuntun Praktikum
Semester V 163
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

6. Anda dapat menambahkan dokumen referensi yang berbeda ke dalam masing-masing


folder yang telah anda buat sebelumnya di aplikasi Mendeley. Contoh : satu dokumen
anda letakkan di folder LATIHAN MENDELEY dan satu dokumen lagi anda
letakkan di folder LATIHAN MENDELEY 2.

Penuntun Praktikum
Semester V 164
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Penuntun Praktikum
Semester V 165
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

7. Anda juga dapat menambahkan seluruh dokumen referensi dari satu folder yang ada
di komputer anda ke dalam aplikasi Mendeley dengan memilih menu add folder
sehingga seluruh dokumen yang berada dalam satu folder tersebut seluruhnya akan
ditambahkan ke aplikasi Mendeley.

Penuntun Praktikum
Semester V 166
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

8. Anda juga dapat menambahkan dokumen referensi secara manual bila sitasi yang anda
inginkan tidak terdapat di internet dengan memilih menu add entry manually, lalu anda
melakukan pemilihan jenis sitasi yang ingin anda buat (misal, artikel jurnal, buku,
prosiding, dan sebagainya), memasukkan judul, nama pengarang, nama jurnal, tahun
terbitan, volume terbitan, edisi terbitan, halaman terbitan, dan informasi lainnya. Atau
anda dapat mengetikkan DOI (Digital Object Identifier) dari suatu tulisan yang ingin ada
tambahkan, dan aplikasi Mendeley akan mencari dokumen referensi yang anda maksud
di pusat data.

Penuntun Praktikum
Semester V 167
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

9. Anda dapat mengatur referensi yang telah terdapat di aplikasi Mendeley anda dengan
memberikan tanda dokumen sudah dibaca (tanda bulatan hijau) atau tanda dokumen
penting(tanda bintang), atau mengetikkan kata secara langsung di kolom searchuntuk
mencari dokumen yang anda inginkan secara cepat.

Penuntun Praktikum
Semester V 168
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Penuntun Praktikum
Semester V 169
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

10. Aplikasi Mendeley juga dapat digunakan secara langsung untuk membuka dokumen
lengkap (file pdf) serta memberi tanda atau komentar pada teks yang terdapat di
dokumen tersebut.

Penuntun Praktikum
Semester V 170
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Penuntun Praktikum
Semester V 171
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

11. Beberapa fungsi tambahan untuk melakukan penyuntingan pada teks di dokumen
lengkap tersebut dapat anda temukan pada menu edit.

Penuntun Praktikum
Semester V 172
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

III. Registrasi Akun dan Pemasangan Mendeley di Komputer


1. Penggunaan aplikasi Mendeley harus terintegrasi dengan software pengolah
kata.Pengolah kata yang paling banyak digunakan saat ini adalah Microsoft Office
Word (MS Word). Untuk mengintegrasikan kedua aplikasi ini maka harus
melakukan pemasangan plug-in Mendeleyke MS Word (MS Word yang digunakan
sebaiknya versi 2007 ke atas).
2. Pastikan software MSWord tidak aktif.
Pilih Install MSWor dPlugin dari menu Tools. Jika MSWord masih terbuka maka
akan muncul jendela permintaan untuk menutup MS Word.

3. Setelah plug-in terpasang, maka akan muncul jendela pemberitahuan bahwa instalasi
sudah berhasil dengan baik. Anda dapat membuka aplikasi MS Word dan melihat
pada menu References telah terdapat Mendeley Cite-O-Matic.

Penuntun Praktikum
Semester V 173
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

4. Setelah aplikasi MS Word danMendeley telah terintegrasi, maka Anda dapat mulai
memasukkan sitasi dari sumber referensi ke dalam tulisan Anda.
5. Pindahkan kursor kebagian naskah yang membutuhkan sitasi, setelah itu pilih Insert
Citation.
6. Cari referensi yang akan dimasukkan dengan cara mengetikkan kata kunci dari judul
artikel ke kotak pencarian atau dengan cara memilih langsung di Mendeley.
7. Cara mengetik kankata kunci, dilakukan dengan mengetikkan kata kunci tersebut di
kolom yang tersedia berupa judul artikel atau nama penulis atau tahun penerbitan
yang tepat dan pilih menu OK.

Penuntun Praktikum
Semester V 174
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

8. Cara memilih langsung di Mendeley, dilakukan dengan memilih menu Go To


Mendeley, pilih artikel yang diinginkan (untuk memilih beberapa artikel sekaligus,
tekan tombol Control (Ctrl) dan klik kiri di artikel-artikel yang diinginkan) lalu
pilih menu Cite.

9. Anda dapat menggunakan gaya penulisan daftar pustaka yang diinginkan dengan
memilih menu Style. Contoh berikut ini menggunakan gaya penulisan dari
American Psychological Association 6 Edition.

Penuntun Praktikum
Semester V 175
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

10. Setelah sitasi dimasukkan, anda dapat menyusun daftar pustaka/referensi dengan
memilih menu Insert Bibliography. Daftar pustaka secara otomatis ditempatkan di
bagian akhir dari dokumen. Bila ada perubahan susunan sitasi yang dilakukan di
dokumen secara otomatis maka juga akan berubah di daftar pustaka.

11. Anda dapat mengganti gaya penulisan daftar pustaka sesuai dengan format yang
diminta oleh penerbit dengan cara memilih menu Style, lalu memilih menu
Refresh.
Penuntun Praktikum
Semester V 176
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

12. Bila gaya penulisan daftar pustaka yang anda inginkan tidak tersedia, maka anda
dapat memilih sub menu More Style, maka anda diarahkan menuju jendela aplikasi
Mendeley, pilih gaya penulisan yang anda inginkan lalu pilih Use This Style. Anda
juga dapat memilih gaya penulisan yang lain dengan memilih sub menu Get More
Styles, cari gaya penulisan yang anda inginkan, atau dengan cara mengetik kata
kunci di kolom yang tersedia, lalu pilih Install. Setelah itu, anda kembali ke sub
menu Installed dan pilih gaya penulisan yang telah anda pasang sebelumnya.

Penuntun Praktikum
Semester V 177
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

G. HASIL PRAKTIKUM
Hasil praktikum berupa naskah pendek sebanyak 3 paragraf dan memuat sekurang-
kurangnya 5 buah daftar pustaka dengan menggunakan gaya penulisandari American
Psychological Association 6 edition.

H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
1. Penulisan daftar pustaka merupakan bagian yang penting dari sebuah tulisan yang akan
dipublikasi agar seorang penulis tidak dianggap menjiplak karya orang lain (plagiat)>
2. Daftar pustaka dapat dikelola secara manual, namun dapat dipermudah dengan
menggunakan aplikasi pengelola daftar pustaka yang tersedia.
3. Aplikasi pengelola daftar pustaka tersedia secara gratis dan berbayar, salah satu aplikasi
pengelola daftar pustaka yang gratis dan umum digunakan oleh penulis saat ini adalah
Mendeley.
4. Salah satu keunggulan dari aplikasi Mendeley adalah mendukung banyak sistem operasi
sehingga dapat digunakan di berbagai perangkat.

Penuntun Praktikum
Semester V 178
LABORATORIUM BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

Referensi
Arief, I. and Handoko, H., 2016. Mengelola Referensi Publikasi Ilmiah. Padang: LPTIK
Universitas Andalas.
Djamaris, A.R.A., 2017.Panduan Penggunaan Mendeley (Versi 1.17. 10). Jakara:
Universitas Bakrie
Salija, K., 2017. Mendeley “Menciptakan Komunitas Ilmiah Melalui Kerjasama
Penelitian”. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Sayuti, M. and Puspasari, C., 2017. Modul Menguasai Mendeley; Manajemen Pengutipan
Referensi Untuk Karya Ilmiah. Lhokseumawe: Universitas Malikussaleh.
Zaugg, H., West, R.E., Tateishi, I. and Randall, D.L., 2011. Mendeley: Creating
communities of scholarly inquiry through research collaboration. Tech
Trends, 55(1).

Penuntun Praktikum
Semester V 179

Anda mungkin juga menyukai