Pembuatan Ekstrak

Proses ekstraksi pada propolis menggunakan metode maserasi. Sebanyak 1,5 Kg propolis direndam di
dalam pelarut etanol 95% selama 5 hari. Setiap satu kali perendaman menggunakan 1,5 Liter, pelarut
diganti setiap 24 jam. Hasil ekstraksi disaring menggunakan kertas sari, kemudian ekstrak cair diuapkan
pelarutnya dengan rotary evaporator hingga terjadi penyusutan sampai sepersepuluh bagian.
Selanjutnya diuapkan pelarut yang tersisa menggunakan waterbath hingga didapat ekstrak kental

Fraksi Flavonoid

Ekstrak kental dilarutkan dalam 10 bagian aquades. Kemudian dimasukan ke dalam corong pisah.
Ditambahkan pelarut n-heksan sama banyak dengan aquades. Dilakukan pengocokan dengan
menggunakan corong pisah, kemudian akan terbentuk dua lapisan yang tidak bercampur. Diambil
bagian aquades lalu ditambahkan etil asetat di dalam corong pisah, kemudian dikocok dan terbentuk
dua lapisan. Diambil lapisan etil asetat yang mengandung flavonoid. Lapisan etil asetat kemudian
diuapkan hingga didapat fraksi flavonoid kental.

n- heksan : merupakan jenis pelarut pelarut non polar sehingga n-heksan dapat melarutkan senyawa-
senyawa bersifat non polar

etil asetat : merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semi poar pada dinding sel..
dan dapat melarutkan senyawa flavonoid

Etanol 96% : merupakan pelarut yang dapat melarutkan berbagai jenis kepolaran

Fraksinasi : bertujuan memisahkan komponen penyusun propolis berdasarlan tingkat kepolarannya

menjadi fraksi yang lebih sederhana. Proses fraksi dengan pelarut organic yang berbeda tingkat
kepolarannya akan mempengaruhi jenis dan kadar senyawa yang terekstrak. Fraksinasi merupakan
proses penarikan senyawa menggunakan dua pelarut yang berbeda sifat kepolarannya.