Osteoarthritis (OA), juga kadang kadang disebut osteoarthrosis atau penyakit sendi
degeneratif, bukan penyakit tunggal, melainkan hasil klinis dan patologis dari berbagai
gangguan dan kondisi yang menyebabkan rasa sakit, cacat dan kegagalan struktural
dalam sendi synovial. osteoarthritis merupakan gangguan kronis dari sendi sinovial
yang di dalamnya ada perlunakan progresif dan disintegrasi tulang rawan artikular
disertai dengan pertumbuhan baru dari tulang rawan dan tulang pada margin sendi
(osteofit), pembentukan kista dan sklerosis pada tulang subkondral, sinovitis ringan dan
fibrosis kapsuler. Sering terlokalisasi hanya satu bagian dari sendi dan sering dikaitkan
dengan beban abnormal (Apley's, 2010).
Epidemiologi Oateoarthritis
Sendi yang paling sering terkena adalah tulang vertebra, pinggul, lutut, dan beberapa
sendi-sendi kecil yang terdapat pada tangan dan kaki. Menurut temuan radiologi,
osteoarthritis terjadi 7,3% pada tangan, 2,3 pada kaki, 1,5% pada pinggul. Pravalensi
osteoarthritis menurut gejala yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1%
pada orang dewasa berusia lebih dari 60 tahun keatas dan 16% pada orang dewasa
usia 45-60 tahun (Apley's, 2010). Osteoarthritis pada lutut merupakan tipe osteoarthritis
yang paling umum dijumpai pada orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun
(Felson, 2009). Dan orang kulit berwarna lebih banyak menderita osteoarthritis lutut dari
pada osteoarthritis panggul, sebaliknya orang kulit putih lebih banyak osteoarthritis
panggul (Pratini, 2011).
Etiologi osteoarthritis
Meskipun etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik
dan biokimia merupkan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarhtirits. Faktor
biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif antara kapsul sendi, ligament, otot-
otot persendian, serabut aferen, dan tulang tulang. dan juga bias terjadi akibat
komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya
(Fauci,2012).
Klasifikasi Osteoarthritis
a. Osteoarthritis Primer
osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan Meski pada
penuaan. Pada orang tua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan
protein tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi
dengan mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil Pada kasus-kasus
lanjut, ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-
sendi. Penggunaan berulang dari sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat
membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri
dan pembengkakan sendi (Atman et. Al 2006).
Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint),
atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakan akibat proses penuaan.
Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan
pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki (Lawrence, 2008).
b. Osteoartritis Sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi
lainnya seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik
lokal maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit
kalsium, kelalnan endokrin metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama,
serta faktor resiko lainnya seperti obesitas, operasi yang berulangkali pada
struktur-struktur sendi dan sebagainya (Altman et al. 2006)
Menurut Lawrence, 2008 Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur
yang lebih awal dari pada osteoarthritis primer.
2. Faktor Genetik
Faktor heredier juga berperan pada timbulnya OA. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan
familial pada OA (wahyuningsih, 2009).
3. Obesitas dan penyakit metabolik
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
bekerja dengan lebih berat, diduga memberi adil pada terjadinya
osteoarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh
dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa
penurunan berat badan dapat mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis
atau memperparah keadaan steoarthritis lutut
(Meisser, 2005). Dan juga terdapatnya faktor lain (metabolik) yang berperan
dalam timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung coroner,
diabetes mellitus dan hipertensi (soerosa, 2006)
4. Riwayat trauma.
Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh
seperti sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang
lebih tinggi. Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap
ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor timbulnya
osteoartritis lutut (Wahyuningsih, 2009). Pekerjaan berat maupun pemakaian
suatu sendi yang terus menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko
osteoarthritis tertentu (Soeroso, 2006).