TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi Produksi Bersih
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental
Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner
Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan
jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan.
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya
mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus
produksi. Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara
terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan.
Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah, yang
merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan
tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi
terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang.
Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena
penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi
sumber pendapatan.
Beberapa kata kunci yang perlu dicermati dalam produksi bersih
adalah pencegahan, terpadu, terus-menerus dan mengurangi risiko. Dalam strategi
pengelolaan lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segela upaya
dilakukan untuk mencegah atau menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan
dalam konsep produksi bersih dicerminkan dari banyaknya aspek yang terlibat
seperti sumber daya manusia, tekhnik teknologi, finansial,manajerial dan
lingkungan.
2. Prinsip-prinsip Produksi Bersih
Prinsip-prinsip pokok dalam produksi bersih adalah :
1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energi
serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta
mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah dari
atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta risikonya terhadap manusia.
2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap
proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul
analisis daur hidup produk.
3. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak
terkait baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia
(industriawan). Selain itu juga, perlu diterapkan pola manajemen di
kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan
aspek lingkungan.
4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur
standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-
kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi,
kalaupun terjadi seringkaliwaktu yang diperlukan untuk pengembalian
modal investasi relatif singkat.
5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan
sendiri dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat daripada
pengaturan secara command control. Jadi, pelaksanaan program produksi
bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi
lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan tingkah laku.
Produksi bersih dapat dijadikan sebuah model pengeloaan lingkungan dengan
mengedepankan efisiensi yang tinggi pada sebuah industri, sehingga
timbulan/hasil limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan
produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya
produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik.
Penerapan produksi bersih di suatu kawasan industri dapat digunakan sebagai
pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.
Pengolahan limbah memerlukan biaya tambahan yang cukup besar, sehingga
faktor biaya tersebut merupakan kendala bagi industri dalam melakukan
pengelolaan limbah, khususnya bagi industri-industri skala kecil dan mencegah.
Permasalahan inilah yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan yang kondisinya akan semakin parah bila dibarengi dengan lemahnya
penegakan hukum.
Bila kita melakukan kebijakan lingkungan hanya sebatas pada pendekatan
daya dukung lingkungan dan pengolahan akhir pipa, maka kondisi lingkungan
kita akan semakin parah sehingga memungkinkan timbulnya bencana alam yang
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Oleh karena pencemaran dan perusakan lingkungan saat ini telah mengancam
kesehatan dan keselamatan manusia, maka masalah ini merupakan masalah global
yang harus menjadi tanggung jawab bersama. Setiap negara dituntut untuk
melakukan minimisasi dan mencegah pencemaran/perusakan lingkungan. Bahkan
fenomena ini menjadikan faktor lingkungan sebagai barriers to trade dalam sistem
perdagangan international.
Lingkungan sebagai barriers to trade dilaksanakan dengan cara menerapkan
berbagai macam standar, baik itu standar international (ISO, Ekolabel) maupun
persyaratan pembeli (buyer requirement). Pemberlakuan standar lingkungan pada
suatu produk/jasa mengakibatkan pasar yang ketat sehingga menjadi tantangan
yang harus dihadapi oleh para pelaku industri.
Oleh karena itu kita harus dapat menempatkan aspek lingkungan hidup
menjadi bagian integral dari suatu kegiatan industri, sehingga masalah lingkungan
bukan lagi menjadi bagian terpisah dari kegiatan industri yang memerlukan biaya
tambahan.
3. Tekhnik Pelaksanaan Produksi Bersih
Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih. Ada beberapa teknik pelaksanaan
produksi bersih adalah
a. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah
pada sumbernya. Upaya ini meliputi
a. Perubahan produk
Perancangan ulang produk, proses dan jasa yang dihasilkan
sehingga akan terjadi perubahan produk, proses dan jasa.
Perubahan ini dapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Subsitusi produk
Konservasi produk
Perubahan komposisi produk
b. Perubahan Material Input
Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau
digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari
terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.
c. Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah
yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak
beracun. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume
limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah
kembali.
Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk
menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan
pengolahan fisik, misalnya pengendapan atau penyaringan.
Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali.
d. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan.
Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan
teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam
waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang
memerlukan investasi tinggi.
Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan
diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan
produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah.
e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping)
Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu
pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan
prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan
di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan
operasi ini melibatkan unsur-unsur:
Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi
Loss prevention
Praktek manajemen
Segregasi limbah
Perbaikan penanganan material
Penjadwalan produk
Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan
jumlah limbah antara 20 sampai 30% dengan biaya yang
rendah.
b. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai
bentuk, di antaranya:
Dikembalikan lagi ke proses semula
Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain
Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
Diolah kembali sebagai produk samping
Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding
pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses
daur ulang limbah harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan
limbah pada sumber telah dilakukan.
4. Kebijakan Produksi Bersih
Dalam kaitannya dengan penerapan produksi bersih, guna mendorong
terwujudnya pembangunan berkelanjutan, pemerintah mempunyai kebijakan
antara lain:
1. Mempromosikan program produksi bersih agar semua pihak terkait
mempunyai persepsi yang sama, sehingga dapat dicapai suatu konsensus
yang dinyatakan dalam Komitmen Nasional dalam penerapan strategi
produksi bersih di Indonesia.
2. Menganjurkan pelaksanaan produksi bersih termasuk berbagai perangkat
manajemen lingkungan, seperti audit lingkungan, sistem manajemen
lingkungan (ISO 14001), evaluasi kinerja lingkungan, ekolabel dan
produktivitas ramah lingkungan (green productivity) di Indonesia.
3. Mengkaji kembali kebijakan dan program nasional dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengantisipasi diberlakukannya kebijaksanaan
lingkungan yang bersifat global.
4. Mengantisipasi diberlakukannya standar-standar internasional di bidang
lingkungan dengan ikut aktif dalam keanggotaan ISO/ TC 207 agar
Indonesia dapat melakukan negosiasi dengan negara-negara maju yang
ingin memberlakukan standar-standar lingkungan seperti Sistem
Manajemen Lingkungan (SML), Ekolabel maupun ketentuan lainya di
bidang lingkungan secara internasional.
5. Menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi aktif semua pihak dalam
implementasi produksi bersih dan semua perangkat manajemen
lingkungan yang diperlukan berdasarkan prinsip kemitraan.
6. Melaksanakan pembinaan teknis dengan cara memberikan bantuan tenaga
ahli, melaksanakan proyek-proyek percontohan serta menyebarluaskan
informasi mengenai teknologi bersih melalui seminar, penyuluhan,
website, pendidikan dan latihan.
Upaya-upaya yang dilaksanakan pemerintah adalah dengan mengembangkan
kebijaksanaan yang kondusif bagi penerapan produksi bersih disamping selalu
melakukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai konsep produksi
bersih, misalnya melalui jalur pendidikan dan pelatihan, melaksanakan proyek-
proyek percontohan (demonstration project) serta penyebarluasan informasi
melalui seminar, penyuluhan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
produksi bersih.