minimal 100 cm. Hal ini dipengaruhi oleh lignin yang mengandung
halus. Hasil pengujian sifat fisik dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Dari hasil pengujian bahan agregat yang bertempat di Laboraturium Inti Jalan
oleh Bina Marga (2010). Setelah dilakukan pengujian fisik agregat maka
AASTHO T-27-82. Hasil analisis saringan ketiga jenis agregat dapat dilihat
Tabel 4.3. Hasil Analisis Saringan Agregat Kasar, Screening, dan Halus
Hasil gradasi agregat dari analisis saringan pada Gambar 4.1. akan
Aggregate (FA) yaitu agregat yang lolos saringan diameter 2,36 dan
= 5,4696 ≈ 5,5%
Tabel 4.6.
Pb – 1 % Pb – 0,5 % Pb Pb + 0.5 % Pb + 1%
4,5% 5% 5,5% 6% 6,5%
4.3.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
42
(g) (h)
dan VFB ada beberapa yang tidak memenuhi spesifikasi pada kadar
spesifikasi yaitu 5,6%, nilai ini juga digunakan sebagai KAO dengan
nilai KAO campuran aspal penetrasi 60/70 tidak berbeda jauh dan
dapat digunakan.
43
24 jam kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat dalam air dan berat
sampel benda uji direndam secara terus menerus dalam waterbath dengan
suhu 60⁰ selama 30 menit sesuai dengan standar pengujian, kemudian akan
JAP, dan TPS 5%. Pada pengujian viskositas yang telah dilakukan oleh
secara berkala dan hanya melakukan pengujian dengan suhu 135ºC pada
2010 Divisi 6 ditentukan suhu pencampuran sebesar 155°C ± 1°C dan suhu
Dapat dilihat pada Gambar 4.4. bahwa penambahan kadar lignin dapat
menggunakan campuran aspal JAP dan TPS 5%. Hal ini bisa terjadi
dilihat pada Gambar 4.5. bahwa nilai rata-rata flow meningkat seiring
mencapai 3,5 dan 3,1 mm. Semakin kecil nilai flow menandakan
getas.
kadar lignin. Hal ini berkaitan dengan kenaikan nilai flow (elastisitas),
46
Aspal yang termodifikasi disini adalah aspal penetrasi 60/70 yang sudah
dengan suhu rendaman selama 30 menit dengan variasi suhu 45˚C, 60 ˚C, dan
75 ˚C.
47
Termodifikasi
Pada Tabel 4.9. disajikan data hasil uji marshall berupa nilai kelelehan
sebesar 0%, 3%, dan 6%. Sedangkan Gambar 4.9. merupakan grafik
Dari hasil pengujian terlihat pada Gambar 4.9. nilai rata-rata flow
menahan beban yang diberikan. Selain itu, hal ini berkaitan dengan
suhu, dimana rongga tersebut telah terisi air dan melemahkan ikatan
aspal penetrasi 60/70 dan aspal termodisikasi dilihat dari nilai Indeks
Kekuatan Sisa (IKS). Hasil pengujian durabilitas disajikan pada Tabel 4.11.
Nilai IKS sebesar 90% dengan suhu rendaman 60⁰C merupakan nilai
minimum yang disyaratkan oleh Bina Marga (2010) terhadap kerusakan yang
52
disebabkan oleh pengaruh suhu dan air. Pada Tabel 4.11. ditampilkan hasil
pengujian pengaruh suhu pada aspal Penetrasi 60/70 dan aspal penetrasi 60/70
terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh suhu dan air. Sedangkan pada
yang mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim panas
disimulasikan dengan suhu variasi rendaman 45⁰C dan suhu tinggi 75⁰C,
terlihat pada pengujian dengan suhu percobaan 45⁰C telah mencapai 90%
tidak tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh suhu tinggi
Nilai IKS mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suhu rendaman, hal
yang menggunakan aspal modifikasi JAP dan TPS 5% oleh Wayan Anggi
tertinggi yaitu sebesar 99,85% dan campuran JAP memiliki nilai IKS terkecil