KESUBURAN TANAH
OLEH :
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
fisik, kimia dan biologi tanah.Serta kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan
unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada. Menurut
Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara
essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk
pertumbuhan.Kesuburan tanah di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi
tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur,
kelembapan dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH
tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan
unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi
tanah antara lain meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N,P dan K) di
dalam tanah.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH
6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan
unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat
pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman.Tanah memiliki
kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang
merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau
waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah,
sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.
Sebidang tanah yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan hutan secara sah
dan tanah-tanah pemiliknya secara tradisional) untuk di manfaatkan sebagai lahan
pertanaman perlu mendapatkan penelitian yang saksama agar pertanaman itu
berhasil dengan baik, untuk pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu,
kandungan bahan-bahan pada tanah apakah mencukupi ataukah masih terdapat
kekurangan, atau ada di antara bahan-bahan yang terkandung itu yang
mengandung racun, sehingga tanaman akan mati kalau di tanaman pada lahan itu.
Selain itu, apakah anah itu terlalu masan atau mengandung kadar keasinan yang
tinggi. Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas
kemampuannya jika kita hendak melakukan pertanian pada tanah itu.
Kacang hijau (Phaseolus radiates L.) sebagai salah satu sumber protein nabati,
merupakan komoditas strategis karena permintaannya cukup besar setiap tahun,
sebagai bahan pangan, pakan, maupun industri. Keunggulan lain tanaman kacang
hijau adalah berumur genjah (pendek), toleran terhadap kekeringan karena berakar
dalam, dapat tumbuh pada lahan yang miskin unsur hara. Kacang hijau merupakan
jenis tanaman legum sehingga dapat bersimbiosis dengan rhizobium. Cara
budidaya tanaman ini relatif mudah, hama yang menyerang relatif sedikit, dan
harganya relatif stabil.
Pemberian pupuk baik pupuk kandang atau NPK pada tanaman kacang hijau
takaran yang tepat, maka pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman
dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat
dioptimalkan.Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kandungan nutrisi
dalam tanah guna meningkatkan produksi tanaman kacang hijau adalah dengan
pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang dengan takaran yang tepat, maka
pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga
terhadap peristiwa yang merugikan dapat dioptimalkan.
1. Tanah pasir abu vulkanik. Tanah pasir ini berada pada daerah-
daerah vulcanic fan yaitu lahar vulkanik yang mengalir kebawah dengan
bentuk melebar seperti kipas.
2. Bukit pasir sand Tanah pasir ini biasanya ada pada daerah-
daerah pantai
Pada dasarnya tanah pasir merupakan tanah yang tidak cocok untuk
digunakan sebagai media tanam karena partikelnya yang besar dan kurang dapat
menahan air. Apabila digunakan sebagai media tanam, air akan mengalami
infiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah sehingga menyebabkan
tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kandungan unsur hara pada tanah pasir
sangat terbatas. Kandungan fosfor sangat sedikit sekitar 5,1 – 20,5 ppm.
Kandungan bahan organik lain hanya sekitar 0,4 -0,8 persen. Kandungan natrium
sekitar 0,05 – 0,08 persen dan kandungan kalium sekitar 0,09 – 0,2 persen.
Kondisi ini menyebabkan tanah pasir termasuk kategori tanah yang tidak subur.
Selain kesuburan, temperatur permukaan tanah pasir juga sangat tinggi, pada
umumnya diatas 30 derajat celsius. Karakter tanah yang demikian ini sangat tidak
mendukung bagi pertumbuhan tanaman yang ada.
Karena tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur tetapi karena
keberadaanya yang cukup banyak di wilayah Indonesia maka area tanah pasir ini
dapat dijadikan sebagai lahan cadangan atau lahan alternatif untuk dapat
digunakan secara maksimal. Upaya perbaikan tanah pasir agar dapat digunakan
sebagai media tanam perlu adanya peambahan bahan organik. Bahan organik ini
dapat berupa kompos, pupuk kandang, atau gambut. Bahan organik ini berfungsi
sebagai pengikat atau perekat. Butiran pasir yang semula lepas dan bercerai berasi
diikat dengan bahan organik agar menggumpal. Dengan pencampuran ini, struktur
tanah kemudian akan menjadi beremah-remah. Selain itu bahan organik yang
berfungsi untuk menyerap air. Dengan campuran bahan organik ini akhirnya
kemampuan menyimpan air menjadi meningkat.
Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering
dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2%
mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal
yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi
sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Sarief (1987) menyatakan
bahwa tanah Aluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan. Tekstur
tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan
teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak
tergantung pada bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa.
Berdsarkan bahan induknya terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur,
basa,asam dan lain-lain (Darmawijaya, 1990). Tanah Aluvial hanya meliputi
lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir, sehingga dapat dianggap
masih muda dan belum ada diferensiasi horison. Endapan aluvial yang sudah tua
dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk aluvial
(Hardjowigeno.2003).
Hakim dkk (1986) mengemukakan bahwa tanah Aluvial bervariasi dari satu
daerah ke daerah lainnya. Beberapa bahan endapan dapat berupa batu kapur,
batuan metamorfik, deposit lanau dan dapat pula berupa gunung berapi yang
bercampur bahanorganik.
Alluvial atau Inceptisol memiliki pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4,
sehingga sulit untuk dibudidayakan. Alluvial atau Inceptisol yang bermasalah
adalah sulfaquepts yang mengandung horizon sulfuric ( cat clay ) yang sangat
masam (Munir, 1996).Akumulasi besi sulfide dan oksidanya penting pada
sejumlah besar tanah Alluvial. Bakteri memerlukan bahan organic dan
merupakan obligat anaerob. Bakteri ini aktif mulai dari 0-700 C, pH hingga 5
sampai 9 dan konsentrasi NaCl 12% (Lopulisa, 2004). Tanah Alluvial memiliki
kemantapan agregat tanah yang didalamnya terdapat banyak bahan organik
sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK) berasal dari bahan bahan
sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari
sebagian besar organism tanah dalam memainkan peranannya bahn organik
sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya (Hakim,dkk,1986).
Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim.
Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K
relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan
rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral (Hakim, dkk, 1986).
2.4 Kapur
Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari
bebatuan kapur yang sudah melapuk. Tanah kapur tidak memiliki unsur hara
sama sekali sehingga tanah ini tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih
bisa digunakan untuk pertanian yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman
tanah menjadi netral dengan pemakaian yang sesuai. Kapur dalam tanah memiliki
kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena keberadaan
kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara
umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah
serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan
pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah.
2.5 N,P,K
Nitrogen adalah senyawa yang tersebar secara luas di biosfir. Atmosfir bumi
mengandung sekitar 78% gas nitrogen yang inert. Pada sistem perairan senyawa
nitrogen dapat berupa nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen terdiri atas
amonia (NH3), amonium (NH4+), nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-), jumlah secara
kuantitas dari nitrogen yang terakumulasi oleh tiap mahluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan bervariasi 1 sampai 10 persen dari total berat kering
(dryweight). Nitrogen diserap tanaman sebagai NO3- dan NH4+, yang kemudian
dimasukkan ke dalam semua asam amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur
hara yang sangat banyak sering membatasi hasil tanaman (Kim 2005).
Fosfor merupakan satu dari enam belas hara esensial bagi tanaman, sehingga
keberadaannya bagi tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak dan
tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Secara umum fosfor di dalam tanah
digolongkan dalam dua bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik. Sebagian
besar senyawa fosfor inorganik adalah senyawa kalsium, senyawa besi, dan
alumunium, sementara kelompok senyawa organik ialah fitin dan derivatnya,
asam nukleat dan fosfolipida. Bentuk fosfor organik ini dapat meliputi 3% hingga
75% dari total fofor tanah. Jumlah kedua bentuk ini disebut dengan P-total.
Bentuk yang tersedia bagi tanaman dalam jumlah yang dapat diambil oleh
tanaman hanya merupakan sebagian kecil dari jumlah yang ada dalam tanah
(Leiwakabessy et al 2003).
Unsur hara Kalium merupakan salah satu unsur hara esensial yang sangat di
perlukan oleh tanaman, namun kebutuhan kalium pada setiap tanaman
berbeda.Peranan utama kalium (K) dalam tanaman adalah sebagai aktivator
berbagai enzim. K merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. K terlibat dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung dengan
tanaman dan merupakan batasan yang paling banyak diperlukan tanaman. K
bukan penyusun bagian integral komponen tanaman, melainkan fungsinya sebagai
katalis berbagai fungsi fisiologis esensial. Adanya K tersedia yang cukup dalam
tanah menjamin ketegaran tanaman. Selanjutnya membuat tanaman lebih tahan
terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. K dikenal sebagai
hara penentu mutu produksi tanaman (Soepardidan Iswandi 2007).
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
2.7 Ph Tanah
pH tanah adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan bersifat asam jika
angka skala pH kurang dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7. Jika
skala pH adalah 7 maka benda tersebut bersifat netral, tidak asam maupun basa.
Kondisi tanah yang paling ideal untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman
adalah tanah yang bersifat netral. Namun demikian beberapa jenis tanaman masih
toleran terhadap tanah dengan pH yang sedikit asam, yaitu tanah yang ber pH
maksimal 5. Cara mengetahui pH tanah yang paling akurat adalah menggunakan
sebuah alat pengukur pH yang disebut dengan pH meter. Namun sayangnya,
banyak petani yang tidak memiliki alat ini. Mungkin karena harganya yang cukup
mahal atau kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mengetahui pH tanah.
Padahal pengetahuan tentang derajat keasaman tanah sangat berperan dalam
keberhasilan suatu budidaya tanaman. Tanaman tidak akan tumbuh dan
berproduksi dengan maksimal jika tanah dalam kondisi asam maupun basa.
Pada tanah atau media tanam lainnya yang memiliki tingkat keasman tinggi,
unsur magnesium, kalsium dan fosfor akan terikat secara kimiawi sehingga tidak
dapat diserap oleh tanaman. Pada kondisi seperti itu, unsur alumunium dan
mangan akan bersifat racun dan merugikan tanaman. Pemberian pupuk tidak akan
efektif dan tidak efesien karena unsur hara tidak diserap tanaman. Tanaman akan
tumbuh tidak normal dan produktifitas rendah dengan kualitas yang buruk. Untuk
mengurangi tingkat keasaman dapat dilakukan dengan pemberian dolomit (Kapur
Pertanian). Pemberian dolomit dengan dosis sesuai kebutuhan dapat dilakukan
untuk menyesuaikan nilai pH tanah.
Pada tanah atau media tanam dengan tingkat alkalin tinggi (basa) unsur hara
mikro seperti tembaga, mangan, seng dan besi akan terikat secara kimiawi dan
tidak dapat diserap oleh tanaman. Seperti halnya tanaman pada tanah asam, pada
tanah basa tanaman juga tidak akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Pemberian kapur gypsum dapat dilakukan untuk menetralkan sifat basa tanah. pH
tanah akan turun setelah kelebihan unsur sodium habis, walau hanya pada angka
7,5 saja.Pemberian unsur asam atau belerang untuk menurunkan sifat basa tanah
biasanya tidak efektif pada tanah yang mengandung mineral kalsium karbonat
(unsur kapur). Mineral karbonat menempatkan pH tanah pada skala 7,5 – 8.
Hampir seluruh mineral kalsium karbonat harus dinetralkan dengan asam yang
kuat, dan kalaupun itu dilakuan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Artinya hasil yang didapatkan hanya pada angka 7,5 dan tidak mampu sampai
skala 7 atau dibawah 7 (netral).
Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,
seperti tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian,
dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik
dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana
semua pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa),
basis basah maupun basis kering.
Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi
bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan
akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut.
Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada tanah,
pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya
menggenang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Besaran ini
menyatakan bobot tanah, yaitu padatan air persatuan isi. Yang paling sering di
pakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot
isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan
organik, pemadatan alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah.
Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitangan seperti dalam
penentuan kebutuhan air irigasi pemupukan dan, pengolahan tanah.
Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-
tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah perhektar. Oleh karena itu
dipandang penting melakukan praktikum ini untuk menentukan nilai bulk density
contoh tanah.
BAB III
METODOLOGI
Alat
1. Cangkul
2. Karung
3. Terpal
4. Timbangan
5. Polybag
Bahan (Tanah Gambut 90kg)
Bahan
1. Air Aquades
2. Sampel Tanah perpolybag dari ulangan 1 sampai ulangan 6
C. Cara Kerja
4. Hidupkan ph meter
5. Kemudian celupkan elektrode kedalam cairan yang sudah di
siapkan, setelah itu tekan tombol bertulisan MEAS dan akan muncul
kata HOLD di layar tunggu hingga muncul tanda akar dan catat hasil
ph tanah yang terdeteksi
A. Alat
1. Cawan 6 buah
2. Timbangan analitik
3. Nampan
4. Oven
B. Bahan
C. Cara Kerja
A. Alat
1. Kertas amplop
2. Timbangan analitik
3. Pisau/carter
B. Bahan
C. Cara Kerja
3.2.5 Alat Dan Bahan Pengukuran Tinggi Tanaman Dan Lebar Daun
A. Alat
1. Penggaris
2. Buku ( kalender )
3. Kamera hp
4. Pulpen / pensil
B. Bahan
C. Cara Kerja
A. Alat
1. Botol aquades
2. Gelas ukur 200 ml
3. Carter
4. Timbangan analitik
B. Bahan
C. Cara Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA