Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRATIKUM

KESUBURAN TANAH

OLEH :

NANDA KRISTELLI SIMBOLON (C1051161043)

PRODI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik
fisik, kimia dan biologi tanah.Serta kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan
unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada. Menurut
Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara
essensial dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk
pertumbuhan.Kesuburan tanah di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi
tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur,
kelembapan dan tata udara tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH
tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan
unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi
tanah antara lain meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N,P dan K) di
dalam tanah.

Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH
6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan
unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat
pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman.Tanah memiliki
kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor pembentuk tanah yang
merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief, organisme, atau
waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah,
sedangkan kinerja tanaman merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah.

Tanah gambut adalah sisa-sisa tumbuhan mati yang terdapat di rawa-rawa


membentuk lumpur coklat hitam, mengalami proses anaerobik terjadi
pembusukan (dekomposisi) (Ruslan, 1981). Tanah gambut adalah campuran
heterogen zat organik yang tertimbun dalam kondisi jenuh air, warnanya dari
kuning sampai coklat tua, tergantung tingkat pembusukannya. Tanah Gambut
adalah tanah yang mempunyai kandungan organik yang cukup tinggi dan pada
umumnya terjadi dari campuran fragmen-fragmen material organik yang berasal
dari tumbuh tumbuhan yang telah menjadi fossil.

Tanah gambut terbentuk karena terdapat ketidakseimbangan accumulasi dan


decomposition material organik. Pada suatu daerah, dimana kecepatan
pengendapan melebihi kecepatan pembusukan, maka daerah tersebut kelebihan
material organik. Kekurangan proses pembusukan disebabkan tidak cukup atau
rendahnya aktifitas biologi, sebagai akibat faktor lingkungan yang tidak sesuai.
Lingkungan yang tidak sesuai adalah kondisi terlalu asam (excessive acidity)
dan/atau genangan air menciptakan kondisi anaerob.

Sebidang tanah yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan hutan secara sah
dan tanah-tanah pemiliknya secara tradisional) untuk di manfaatkan sebagai lahan
pertanaman perlu mendapatkan penelitian yang saksama agar pertanaman itu
berhasil dengan baik, untuk pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu,
kandungan bahan-bahan pada tanah apakah mencukupi ataukah masih terdapat
kekurangan, atau ada di antara bahan-bahan yang terkandung itu yang
mengandung racun, sehingga tanaman akan mati kalau di tanaman pada lahan itu.
Selain itu, apakah anah itu terlalu masan atau mengandung kadar keasinan yang
tinggi. Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas
kemampuannya jika kita hendak melakukan pertanian pada tanah itu.

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang


cukup penting di Indonesia. Tanaman ini berada di urutan ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah. Kacang hijau memberikan beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan yang lain yaitu lebih tahan
terhadap kekeringan, hama dan penyakit relatif sedikit, panen relatif cepat, pada
umur 55-60 hari, cara tanam dan pengelolaan di lapangan serta perlakuan pasca
panen relatif muda, kegagalan panen total relatif kecil, harga jual tinggi dan stabil
serta dapat dikonsumsi langsung dengan pengolahan yang mudah.

Kacang hijau (Phaseolus radiates L.) sebagai salah satu sumber protein nabati,
merupakan komoditas strategis karena permintaannya cukup besar setiap tahun,
sebagai bahan pangan, pakan, maupun industri. Keunggulan lain tanaman kacang
hijau adalah berumur genjah (pendek), toleran terhadap kekeringan karena berakar
dalam, dapat tumbuh pada lahan yang miskin unsur hara. Kacang hijau merupakan
jenis tanaman legum sehingga dapat bersimbiosis dengan rhizobium. Cara
budidaya tanaman ini relatif mudah, hama yang menyerang relatif sedikit, dan
harganya relatif stabil.

Tanaman kacang termasuk kacang hijau memerlukan pemupukan secara


teratur dan terus menerus.Terutama pada tanah yang kurang subur.Unsur hara
utama yang dibutuhkan, yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium.Pupuk yang diberikan
pada tanaman kacang hijau dapat berupa pupuk organik, (misalnya pupuk
kandang) dan pupuk anorganik.Apabila lingkungan tanaman tidak mendukung
misalnya kekurangan unsur-unsur hara N, P, K maka tidak dapat tumbuh dengan
sempurna.Fungsi nitrogen dalam tanaman yaitu untuk pertumbuhan pucuk
tanaman dan menyuburkan pertumbuhan vegetatif. Fungsi fosfor sebagai
pembentukan bunga, buah dan biji serta merangsang pertumbuhan akar menjadi
memanjang dan tumbuh kuat sehingga tanaman akan tahan kekeringan. Unsur
kalium berperan dalam proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi.

Pemberian pupuk baik pupuk kandang atau NPK pada tanaman kacang hijau
takaran yang tepat, maka pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman
dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat
dioptimalkan.Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kandungan nutrisi
dalam tanah guna meningkatkan produksi tanaman kacang hijau adalah dengan
pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang dengan takaran yang tepat, maka
pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga
terhadap peristiwa yang merugikan dapat dioptimalkan.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan memberikan


rekomendasi bagi pelaku produsen untuk meningkatkan hasil produksi kacang
hijau dengan cara memperhatikan jarak tanam dan takaran pupuk NPK yang
sesuai untuk tanaman kacang hijau.

1.3 Tujuan Pratikum


Praktikum Kesuburan Tanah ini bertujuan :

 Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.


 Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengolahan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambut
2.1 Pasir

Pasir merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir


terdiri dari butiran-butiran yang berukuran dari 1/16 – 2 mm. Butiran pasir bisa
berupa mineral tunggal, fragmen batuan atau biogenik. Material granular yang
lebih halus dari pasir disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai
kerikil. Pada umumnya pasir terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan
silikat. Sejauh ini mineral yang paling umum ditemukan sebagai penyusun pasir
adalah mineral kuarsa. Namun, pasir adalah material campuran yang terjadi secara
alami, yang berarti bahwa pasir tidak hanya mengandung satu komponen tunggal.
Pasir yang telah terkonsolidasi adalah jenis batuan yang dikenal sebagai batupasir.
Tanah pasir adalah tanah dengan partikel berukuran besar. Tanah ini terbentuk
dari batuan-batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butiran besar dan
kasar atau yang sering disebut dnegan kerikil. Tanah pasir memiliki kapasitas serat
air yang rendah karena sebagian besar tersusun atas partikel berukuran 0,02
sampai 2 mm. Tanah pasir pada umumnya belum membentuk agregat sehingga
peka terhadap erosi. Unsur yang terkadnung di dalam tanah pasir adala unsur P
dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap oleh tanaman. Selain itu
juga terdapat unsur N dalam kadar yang sangat sedikit. Tanah pasir merupakan
tanah yang tersebar cukup banyak di wilayah Indonesia. Secara garis besar tanah
pasir ini dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Tanah pasir abu vulkanik. Tanah pasir ini berada pada daerah-
daerah vulcanic fan yaitu lahar vulkanik yang mengalir kebawah dengan
bentuk melebar seperti kipas.

2. Bukit pasir sand Tanah pasir ini biasanya ada pada daerah-
daerah pantai

3. Batuan sedimen dengan topografi bukit lipatan.


Tanah pasir tidak memiliki kandungan air, mineral, dan unsur hara karena
tekstur pada tanah pasir yang sangat lemah. Tanah pasir juga memiliki kesuburan
yang rendah sehingga sedikit sekali tanaman yang dapat tumbuh di tanah pasir.
Tanah pasir memiliki rongga yang besar sehingga pertukaran udara dapat berjalan
dengan lancar. Selain itu tanah pasir tdak lengket jika basah sehingga menjadikan
tanah pasir mudah untuk diolah. Tanah pasir memiliki tekstur yang kasar. Terdapat
ruang pori-pori yang besar diantara butiran-butirannya sehingga kondisi tanah ini
menjadi struktur yang lepas dan gembur. Dengan kondisi yang seperti itu
menjadikan tanah pasir ini memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat
mengikat air.

Pada dasarnya tanah pasir merupakan tanah yang tidak cocok untuk
digunakan sebagai media tanam karena partikelnya yang besar dan kurang dapat
menahan air. Apabila digunakan sebagai media tanam, air akan mengalami
infiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah sehingga menyebabkan
tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kandungan unsur hara pada tanah pasir
sangat terbatas. Kandungan fosfor sangat sedikit sekitar 5,1 – 20,5 ppm.
Kandungan bahan organik lain hanya sekitar 0,4 -0,8 persen. Kandungan natrium
sekitar 0,05 – 0,08 persen dan kandungan kalium sekitar 0,09 – 0,2 persen.
Kondisi ini menyebabkan tanah pasir termasuk kategori tanah yang tidak subur.
Selain kesuburan, temperatur permukaan tanah pasir juga sangat tinggi, pada
umumnya diatas 30 derajat celsius. Karakter tanah yang demikian ini sangat tidak
mendukung bagi pertumbuhan tanaman yang ada.

Karena tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur tetapi karena
keberadaanya yang cukup banyak di wilayah Indonesia maka area tanah pasir ini
dapat dijadikan sebagai lahan cadangan atau lahan alternatif untuk dapat
digunakan secara maksimal. Upaya perbaikan tanah pasir agar dapat digunakan
sebagai media tanam perlu adanya peambahan bahan organik. Bahan organik ini
dapat berupa kompos, pupuk kandang, atau gambut. Bahan organik ini berfungsi
sebagai pengikat atau perekat. Butiran pasir yang semula lepas dan bercerai berasi
diikat dengan bahan organik agar menggumpal. Dengan pencampuran ini, struktur
tanah kemudian akan menjadi beremah-remah. Selain itu bahan organik yang
berfungsi untuk menyerap air. Dengan campuran bahan organik ini akhirnya
kemampuan menyimpan air menjadi meningkat.

Bahan organik, kompos, atau pupuk kandang yang digunakan untuk


mencampur tanah pasir adalah bahan organik yang sudah matang. Ciri-ciri bahan
organik yang sudah matang adalah berwarna hitam, tidak berbau, dan beremah-
remah. Tetapi jika bahan yang akan di campurkan adalah gambut maka sebaiknya
dipilih gambut yang setengah matang. Ciri-ciri gambut setengah matang adalah
apabila gambut di remas maka serpihan gambut yang keluar melalui sela-sela jari
jumlahnya tidak banyak. Pemberian bahan organik pada tanah pasir dilakukan
dengan dosis yang tepat. Ukuran pemberian bahan organik ini adalah minimal 20
ton / ha. Selain pemberian bahan organik, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
pemberian air yang dapat dilakukan dengan penyiraman ketika tanah pasir
digunakan sebagai media tanam. Sifat tanah pasir yang mudah kering maka
penyiraman harus dilakukan secara teratur. Teknik penyiraman pada musin
kemarau harus sering dilakukan daripada ketika musim hujan. Pada musim
kemarau dapat dilakukan penyiraman 2 sampai 3 kali dalam sehari. Tanah pasir
pada dasarnya memang tanah yang tingkat kesuburannya rendah . Dengan
teknologi dan teknik pengolahan yang bagus maka tanah pasir ini dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
mengkaji dan meningkatkan manfaat dari tanah pasir. Tujuan dari penelitian-
penelitian tersebut adalah untuk menjadikan tanah pasir lebih produktif. Tanah
pasir yang telah diolah dan disesuikan dengan kebutuhannya dapat dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman cabai, bawang merah, tanaman buah naga, dan
sebagainya. Prinsipnya adalah pemanfaatan tanah pasir untuk lahan pertanian ini
diperlukan upaya untuk meningkatkan tingkat kesuburannya sehingga tanah
tersebut berubah sesuai dengan kebutuhan tanaman.

2.2 Tanah Aluial

Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering
dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam sitrat 2%
mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal
yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi
sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya. Sarief (1987) menyatakan
bahwa tanah Aluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan. Tekstur
tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan
teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak
tergantung pada bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa.
Berdsarkan bahan induknya terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur,
basa,asam dan lain-lain (Darmawijaya, 1990). Tanah Aluvial hanya meliputi
lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir, sehingga dapat dianggap
masih muda dan belum ada diferensiasi horison. Endapan aluvial yang sudah tua
dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk aluvial
(Hardjowigeno.2003).

Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan


induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari
rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan
organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai
alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena
tergantung dari bahan induk (Hardjowigeno, 1985).

Hakim dkk (1986) mengemukakan bahwa tanah Aluvial bervariasi dari satu
daerah ke daerah lainnya. Beberapa bahan endapan dapat berupa batu kapur,
batuan metamorfik, deposit lanau dan dapat pula berupa gunung berapi yang
bercampur bahanorganik.

Tanah Alluvial memperlihatkan awal perkembangan biasanya lembab atau


basa selama 90 hari berturut-turut. Umumnya mempunyai lapisan kambik, karena
tanah ini belum berkembang lanjut dan kebanyakan tanah ini cukup subur.
Alluvial atau Inceptisol merupakan tanah-tanah yang memiliki epipedon dan
okrik, horizon albik (Hardjowigeno,1995).

Tanah Aluvial yang dipersawahan akan berbeda sifat morfologisnya dengan


tanah yang tidak dipersawahan. Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada
epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah dipersawahan berstruktur
granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial
yang dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu (10
YR5/1) (Munir,1984).

Alluvial atau Inceptisol memiliki pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4,
sehingga sulit untuk dibudidayakan. Alluvial atau Inceptisol yang bermasalah
adalah sulfaquepts yang mengandung horizon sulfuric ( cat clay ) yang sangat
masam (Munir, 1996).Akumulasi besi sulfide dan oksidanya penting pada
sejumlah besar tanah Alluvial. Bakteri memerlukan bahan organic dan
merupakan obligat anaerob. Bakteri ini aktif mulai dari 0-700 C, pH hingga 5
sampai 9 dan konsentrasi NaCl 12% (Lopulisa, 2004). Tanah Alluvial memiliki
kemantapan agregat tanah yang didalamnya terdapat banyak bahan organik
sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK) berasal dari bahan bahan
sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari
sebagian besar organism tanah dalam memainkan peranannya bahn organik
sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya (Hakim,dkk,1986).

Tanah Alluvial mengalami pencucian selama bertahun-tahun tanah ditandai


dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Vegetasi kebanyakan lumut yang
tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan lambat, tetapi suatu lahan yang
rendah menghambat dekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan tanah
yang mengandung bahan organik dan KTK yang tinggi (Foth,HD,1994).
Kadar fosfor Alluvial ditentukn oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral
yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya.Permasalahan fosfor ini
meliputi beberapa hal yaitu peredaran fosfor di dalam tanah, bentuk-bentuk fosfor
tanah, dan ketersediaan fosfor (Pairunan,dkk,1997).

Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim.
Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K
relative rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan
rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral (Hakim, dkk, 1986).

2.3 Pupuk Organik


Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Umumnya Pupuk organik
mengandung lebih banyak bahan organik dibandingkan kadar haranya . Di dalam
tanah, terdapat organisme pengurai baik makro maupun mikro. Pupuk organik
terbentuk karena kerjasama organisme pengurai dengan cuaca serta perlakuan
manusia. Sisa bahan organik dihancurkan oleh organisme dan unsur-unsur terurai
diikat menjadi senyawa. Senyawa tersebut dapat larut dalam air sehingga
memudahkan absorbsi oleh akar tanaman.

Makro organisme berperan dalam mentranslokasikan sisa bahan organik dari


bentuk kasar menjadi lebih halus. Sementara mikroorganisme berperan dalam
penguraian bahan organik menjadi unsur hara sehingga mudah diserap tanaman
setelah menjadi senyawa. Beberapa mikroorganisme penting antara lain,
ganggang, fungi, actinomycetes, serta bakteri.

2.4 Kapur

Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari
bebatuan kapur yang sudah melapuk. Tanah kapur tidak memiliki unsur hara
sama sekali sehingga tanah ini tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih
bisa digunakan untuk pertanian yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman
tanah menjadi netral dengan pemakaian yang sesuai. Kapur dalam tanah memiliki
kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena keberadaan
kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara
umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah
serta kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan
pengapuran adalah menetralkan kemasaman tanah.

Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan


taraf perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil
pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang
netral. Sebagai unsur hara makro Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting
pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai penyusun dinding sel tumbuhan
dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan tanaman. Magnesium
(Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam pembentukan
lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah dapat
menghambat perkembangan normal pada jaringan muda. Kandungan kapur dari
setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda
dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian
kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya.
Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada
pada lokasi tanah tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan
perkembangan profil tanah sangat bergantung pada besarnya air yang mampu
melewati lapisan tanah. Selain sebagai untuk bahan menetralkan tingkat
keasaman tanah, batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia sebagai bahan
bangunan. Sebagai bahan bangunan kapur digunakan sebagai penimbun
khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan khususnya batu kapur, untuk
barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan sebagai bahan
campuran adonan semen. Di Indonesia tanah kapur ini banyak di jumpai di Nusa
Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa tengah merupakan pusat
produksi pupuk kapur atau dolomit.

2.5 N,P,K

Nitrogen adalah senyawa yang tersebar secara luas di biosfir. Atmosfir bumi
mengandung sekitar 78% gas nitrogen yang inert. Pada sistem perairan senyawa
nitrogen dapat berupa nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen terdiri atas
amonia (NH3), amonium (NH4+), nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-), jumlah secara
kuantitas dari nitrogen yang terakumulasi oleh tiap mahluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan bervariasi 1 sampai 10 persen dari total berat kering
(dryweight). Nitrogen diserap tanaman sebagai NO3- dan NH4+, yang kemudian
dimasukkan ke dalam semua asam amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur
hara yang sangat banyak sering membatasi hasil tanaman (Kim 2005).
Fosfor merupakan satu dari enam belas hara esensial bagi tanaman, sehingga
keberadaannya bagi tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak dan
tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Secara umum fosfor di dalam tanah
digolongkan dalam dua bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik. Sebagian
besar senyawa fosfor inorganik adalah senyawa kalsium, senyawa besi, dan
alumunium, sementara kelompok senyawa organik ialah fitin dan derivatnya,
asam nukleat dan fosfolipida. Bentuk fosfor organik ini dapat meliputi 3% hingga
75% dari total fofor tanah. Jumlah kedua bentuk ini disebut dengan P-total.
Bentuk yang tersedia bagi tanaman dalam jumlah yang dapat diambil oleh
tanaman hanya merupakan sebagian kecil dari jumlah yang ada dalam tanah
(Leiwakabessy et al 2003).
Unsur hara Kalium merupakan salah satu unsur hara esensial yang sangat di
perlukan oleh tanaman, namun kebutuhan kalium pada setiap tanaman
berbeda.Peranan utama kalium (K) dalam tanaman adalah sebagai aktivator
berbagai enzim. K merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. K terlibat dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung dengan
tanaman dan merupakan batasan yang paling banyak diperlukan tanaman. K
bukan penyusun bagian integral komponen tanaman, melainkan fungsinya sebagai
katalis berbagai fungsi fisiologis esensial. Adanya K tersedia yang cukup dalam
tanah menjamin ketegaran tanaman. Selanjutnya membuat tanaman lebih tahan
terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. K dikenal sebagai
hara penentu mutu produksi tanaman (Soepardidan Iswandi 2007).

2.6 Tanaman Kacang Hijau


Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang
tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau adalah tanaman berumur pendek (60 hari).
Panen kacang hijau dilakukan beberapa kali dan berakhir pada hari 84 setelah
tanam. Susunan tubuh tanaman kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan
membentuk bintil akar (nodul) akar. Adapun deskripsi masing-masing bagian
tanaman tersebut dijelaskan sebagai berikut. Akar tanaman kacang hijau berakar
tunggang. Sistem perakaran dibagi menjai dua, yaitu mesophites dan xerophites.
Mesophites mempunyai banyak cabang akar pada permukaan dan tipe
pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophites memiliki akar cabang lebih
sedikit memanjang ke arah bawah .
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya
kecil, berbulu berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun
yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang
hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang menyebar ke semua
arah. Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap
tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna
hijau muda hingga hijau tua, letak daun berselip. Tangkai daun lebih panjang dari
pada daunnya sendiri. Bungga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan
berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis
hermaprodit atau berkelamin sempurna.
Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada pagi harinya
bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu. Buah kacang hijau berbentuk
polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong
kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau
tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah itu berubah menjadi kecoklatan atau
kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu.

Menurut Setijo Pitojo (2004) Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman


kacang hijau ini diklasifikasikan seperti berikut:
Divisi : Spermatophyt

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Vigna

Spesies : Vigna Radiata L.

2.7 Ph Tanah
pH tanah adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan bersifat asam jika
angka skala pH kurang dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7. Jika
skala pH adalah 7 maka benda tersebut bersifat netral, tidak asam maupun basa.
Kondisi tanah yang paling ideal untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman
adalah tanah yang bersifat netral. Namun demikian beberapa jenis tanaman masih
toleran terhadap tanah dengan pH yang sedikit asam, yaitu tanah yang ber pH
maksimal 5. Cara mengetahui pH tanah yang paling akurat adalah menggunakan
sebuah alat pengukur pH yang disebut dengan pH meter. Namun sayangnya,
banyak petani yang tidak memiliki alat ini. Mungkin karena harganya yang cukup
mahal atau kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mengetahui pH tanah.
Padahal pengetahuan tentang derajat keasaman tanah sangat berperan dalam
keberhasilan suatu budidaya tanaman. Tanaman tidak akan tumbuh dan
berproduksi dengan maksimal jika tanah dalam kondisi asam maupun basa.

Dengan mengetahui pH tanah, petani bisa menentukan skala pH yang ideal


untuk pertumbuhan dan perkembangna tanaman. Sehingga kerugian dapat
diminimalisir. Selain menggunakan pH meter, mengukur pH tanah bisa juga
dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus. Namun pengukuran
menggunakan kertas lakmus memiliki keterbatasan karena tidak bisa diketahui
angka skala pH tersebut. Pengukuran dengan kertas lakmus hanya bisa
menentukan apakah tanah tersebut asam, netral ataupun basa. Sementara angka
skala derajat keasamannya tidak bisa diketahui. Namun demikian kertas lakmus
cukup membantu dalam mengetahui kondisi dan sifat tanah.

Apa yang terjadi jika tanah asam atau basa?

Pada tanah atau media tanam lainnya yang memiliki tingkat keasman tinggi,
unsur magnesium, kalsium dan fosfor akan terikat secara kimiawi sehingga tidak
dapat diserap oleh tanaman. Pada kondisi seperti itu, unsur alumunium dan
mangan akan bersifat racun dan merugikan tanaman. Pemberian pupuk tidak akan
efektif dan tidak efesien karena unsur hara tidak diserap tanaman. Tanaman akan
tumbuh tidak normal dan produktifitas rendah dengan kualitas yang buruk. Untuk
mengurangi tingkat keasaman dapat dilakukan dengan pemberian dolomit (Kapur
Pertanian). Pemberian dolomit dengan dosis sesuai kebutuhan dapat dilakukan
untuk menyesuaikan nilai pH tanah.

Pada tanah atau media tanam dengan tingkat alkalin tinggi (basa) unsur hara
mikro seperti tembaga, mangan, seng dan besi akan terikat secara kimiawi dan
tidak dapat diserap oleh tanaman. Seperti halnya tanaman pada tanah asam, pada
tanah basa tanaman juga tidak akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Pemberian kapur gypsum dapat dilakukan untuk menetralkan sifat basa tanah. pH
tanah akan turun setelah kelebihan unsur sodium habis, walau hanya pada angka
7,5 saja.Pemberian unsur asam atau belerang untuk menurunkan sifat basa tanah
biasanya tidak efektif pada tanah yang mengandung mineral kalsium karbonat
(unsur kapur). Mineral karbonat menempatkan pH tanah pada skala 7,5 – 8.
Hampir seluruh mineral kalsium karbonat harus dinetralkan dengan asam yang
kuat, dan kalaupun itu dilakuan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Artinya hasil yang didapatkan hanya pada angka 7,5 dan tidak mampu sampai
skala 7 atau dibawah 7 (netral).

2.8 Kadar air tanah

Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,
seperti tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian,
dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik
dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana
semua pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa),
basis basah maupun basis kering.

2.9 Bobot isi Tanah

Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi
bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan
akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut.
Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada tanah,
pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya
menggenang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar. Besaran ini
menyatakan bobot tanah, yaitu padatan air persatuan isi. Yang paling sering di
pakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot
isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan
organik, pemadatan alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah.
Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitangan seperti dalam
penentuan kebutuhan air irigasi pemupukan dan, pengolahan tanah.
Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-
tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah perhektar. Oleh karena itu
dipandang penting melakukan praktikum ini untuk menentukan nilai bulk density
contoh tanah.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


Pratikum Kesuburan Tanah ini dilaksanakan setiap hari Kamis , pada pukul
07.15-09.15WIB. Yang di mulai dari tanggal 19 September – 15 November 2018.
Yang dilaksanakan di Labolatorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak yang di laksanakan sekali dalam
setiap minggu.

3.2 Alat Dan Bahan

a. Alat Dan Bahan Penyiapan Media

Alat

1. Cangkul
2. Karung
3. Terpal
4. Timbangan
5. Polybag
Bahan (Tanah Gambut 90kg)

1. Pupuk kandang 1kg/polybag


2. Pupuk NPK
3. Pasir 3 kg
4. Tanah Aluvial 3 kg
3.2.1 Cara Kerja
1. Siapkan tanah yang telah dijemur selama 1 minggu
2. Kemudian timbang tanah P0 dan P5 sebanyak 5kg, Kemudian P1-
P4 sebanyak 4kg.
3. Setelah itu campur P1 Gambut+ 1 kg Pukan + N(2gr) P(4gr)
K(6gr) +Kapur(80gr), P2 Gambut + 1 kg PMK + N(2gr) P(4gr)
K(6gr) +Kapur(80gr), P3 Gambut + 1kg Pasir + + N(2gr) P(4gr)
K(6gr) +Kapur(80gr), P4 Gambut + 1kg Aluvial + N(2gr) P(4gr)
K(6gr) +Kapur(80gr), P5 Gambut + + N(2gr) P(4gr) K(6gr)
+Kapur(80gr)
4. Kemudian setiap perlakuan dimasukkan kedalam Polybag.
5. Inkubasi media selama 2 minggu
b. Alat Dan Bahan Uji PH
Alat
1. Botol 6 buah
2. Botol Aquades
3. Alat PH Meter
4. Gayung

Bahan

1. Air Aquades
2. Sampel Tanah perpolybag dari ulangan 1 sampai ulangan 6

C. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Masukan sampel tanah kedalam botol kocok dan diberikan aquades


secukupnya

3. Kocok hingga tanah dan cairan aquades tercampur rata

4. Hidupkan ph meter
5. Kemudian celupkan elektrode kedalam cairan yang sudah di
siapkan, setelah itu tekan tombol bertulisan MEAS dan akan muncul
kata HOLD di layar tunggu hingga muncul tanda akar dan catat hasil
ph tanah yang terdeteksi

3.2.3 Alat Dan Bahan KA tanah

A. Alat

1. Cawan 6 buah
2. Timbangan analitik
3. Nampan
4. Oven

B. Bahan

1. Sampel tanah perpolybag dari ulangan 1 sampai ulangan 2

C. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Timbang berat cawan kosong
3. Ambil sampel tanah dari setiap jenis perlakuan dan masukkan
kedalam cawan
4. Timbang cawan beserta tanah didalamnya
5. Kemudian masukkan kedalam oven dengan suhu 105o dengan
kurang lebih selama 24jam
6. Keluarkan tanah yang dari oven, kemudian timbang berat cawan
dan tanah.
7. Hitung Kadar Air menggunakan Rumus berikut:
KA = (BKU-BKO):BKO X 100%
8. Kemudian dilakukan setiap minggunya

3.2.4 Alat Dan Bahan KA Tanaman

A. Alat
1. Kertas amplop
2. Timbangan analitik
3. Pisau/carter

B. Bahan

1. Sampel tanaman kacang hijau perpolybag dari U1 sampai U6

C. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Pisahkan batang dan daun dari akar
3. Bersihkan daun dan batang dari kotoran tanah, kemudian timbang
berat daun dan akar.
4. Kemudian keringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 105o
dengan kurang lebih 24jam.

3.2.5 Alat Dan Bahan Pengukuran Tinggi Tanaman Dan Lebar Daun

A. Alat

1. Penggaris
2. Buku ( kalender )
3. Kamera hp
4. Pulpen / pensil

B. Bahan

1. Tanaman kacang hijau

C. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Hitung jumlah daun dan tinggi tanaman kacang hijau yang ada
pada polybag 1 sampai dengan 5
3. Catat hasil dari pengukuran jumlah daun, tinggi tanaman dan bung
kacang hijau yang sudah mekar
4. Pengukuran dilakukan setiap hari

3.2.6 Alat Dan Bahan Volume Akar

A. Alat
1. Botol aquades
2. Gelas ukur 200 ml
3. Carter
4. Timbangan analitik

B. Bahan

1. Akar tanaman kacang hijau perpolybag dari U1 sampai U6


2. Air aquades

C. Cara Kerja

1. Pisahkan akar dari batang


2. Potong pada pangkal batang dan bersihkan akar dari tanah yang
melekat.
3. Kemudian isi gelas ukur sebanyak 100ml air.
4. Kemudian masukkan akar kedalam gelas ukur yang sudah berisi air.
5. Amati peningkatan air pada gelas ukur, peningkatan volume air dari
100ml merupakan volume akar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai