PEMBAHASAN
siswa kelas VII SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang mengunakan gadget.
kisaran usia 12 – 14 tahun dan merupakan anak usia sekolah menengah pertama.
Rata-rata usia responden adalah usia 13 tahun. Dari hasil penelitian sebagian
berdasarkan jenis kelamin responden. Dari hasil penelitian, lebih dari setengah
gadget pada responden masuk dalam kategori tinggi, pada penelitian diketahui
rata-rata responden menggunakan gadget dengan durasi lebih dari 120 menit
setiap kali penggunaan dengan frekuensi penggunaan lebih dari 3 kali dalam
snellen chart. Snellen chart adalah alat untuk mengetahui derajat ketajaman
penglihatan seseorang yang dilihat dari nilai visus. Jika nilai visus responden
67
68
6/6 bisa dikatakan dalam kategori normal, jika nilai visus responden
menunjukan hasil > 6/10 dikatakan ada penurunan ketajaman penglihatan. Hasil
penglihatan sebesar 35,9%, dikarenakan penggunaan gadget yang salah. Hal ini
tubuh berbaring atau tiduran ini membuat jarak pandang mata terhadap gadget
otot-otot mata dipaksakan secara terus menerus sehingga mata mudah lelah.
Jika mata sering terakomodasi dalam waktu lama pada keadaan inilah yang
melihat sesuatu objek secara jelas dan sangat tergantung pada kemampuan
akomodasi mata. Dimana akomodasi ini adalah suatu proses aktif yang
memerlukan kerja otot, sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Salah satu otot
yang paling sering digunakan adalah otot siliaris (Handriani, 2016). Tajam
pola standar pada jarak tertentu. Pada umumnya hasil pengukuran dibandingkan
tidak bisa relaks karena otot mata akan menarik bola mata kearah bawah,
mengikuti letak objek yang dilihat sehingga menyebabkan mata menjadi lebih
berakomodasi. Mata yang sering terakomodasi dalam waktu yang lama akan
kelas VII SMP Islam Ma’arif 02 Malang menunjukkan bahwa sebagian besar
dari nilai OR (odd ratio) yang menunjukan 14,824 bahwa nilai OR > 1 yang
yang menggunakan gadget dengan posisi tiduran 14x lebih besar dibandingkan
risiko terjadinya myopia (Abimayu, 2010). Pernyataan dalam penelitian ini juga
ketajaman penglihatan.
gadget dengan posisi tiduran (59,4%). Posisi tiduran adalah kebiasaan yang
70
perhatian khusus karena cukup berisiko, posisi tiduran akan menyebabkan mata
mudah lelah selain itu membuat jarak pandang mata terhadap gadget semakin
dekat. Hal ini dibuktikan pada penelitian ini didapatkan bahwa 39 responden
30cm.
satu hal yang penting untuk menjaga kesehatan indera penglihatan. Melihat
suatu objek dengan jelas mata harus melakukan kegiatan akomodasi. Apabila
melihat objek dalam jarak yang jauh maupun jarak yang terlalu dekat maka mata
akan berakomodasi. Kegiatan akomodasi yang dilakukan oleh otot mata ini
dapat menyebabkan kelelahan mata. Kejadian ini dapat terjadi sebagai akibat
dari akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak
berjarak lebih dari 30 cm. Nilai OR jarak saat menggunakan gadget sebesar
13,417 dan nilai OR > 1 yang artinya risiko terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan pada orang yang menggunakan gadget dengan jarak yang kurang
71
dari 30cm 13x lebih besar dibandingkan orang yang menggunakan gadget
terhadap ketajaman penglihatan dengan (p value < 0,05). Hasil ini sejalan
Jarak yang terlalu dekat (kurang dari 30 cm) menyebabkan mata menjadi
layar gadget yang terlalu dekat dan frekuensi yang cukup sering membuat mata
dipaksa untuk melihat. Hal ini berpengaruh terhadap daya akomodasi mata
Kebiasaan melihat dekat dan lama dengan jarak yang kurang dari standar ukur
2016).
mata manusia didesain untuk melihat jarak jauh dalam waktu lama dan melihat
komputer atau bekerja dengan objek jarak dekat dengan waktu berjam-jam,
yang disebut stress titik dekat. Ketika otot mata merespon objek jarak dekat
dalam waktu yang lama maka akan terasa tegang dan pegal. Mula-mulanya
timbul ketegangan lalu timbul kelelahan mata yang sering diikuti sakit kepala,
penglihatan ganda dan berkurangnya produksi cairan mata dengan mudah dapat
Penglihatan
sebagai akibat dari kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal didaerah
Penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Islam Ma’arif
gadget yang baik >50% dengan cahaya ruang terang, <50% dengan cahaya
terhadap mata. Selain itu, radiasi yang dipancarkan semakin besar. Akibat
73
pupil mata harus memicing silau (mata berusaha menghalau silau dengan cara
(Mangoenprasodjo, 2005).
terjadinya kelelahan mata dengan gejala iritasi pada mata (mata perih, merah,
Kurangnya pencahayaan yang cukup menyebabkan kerja otot yang terlalu berat
sehingga mata menjadi lebih mudah lelah dan letih. Namun, untuk menjaga agar
mata tetap cemerlang perlu diperhatikan ruangan kerja atau ruangan membaca
mendapat penerangan yang cukup, tidak terlalu terang dan tidak terlalu suram.
responden mengatur cahaya layar gadget kurang dari 50%, sebaliknya saat
gadget lebih dari 50% pada pengaturan yang tersedia di gadget masing-masing.
dampak sinar biru yang diakibatkan oleh gadget. Sinar biru gadget berbahaya
74
bagi kesehatan mata, karena sinar biru bisa menembus bagian terdalam mata
yaitu retina, sehingga jika sering terpapar dengan sinar biru dari layar gadget
akan menyebabkan rusaknya retina pada mata. Namun, pada kenyataan dari
gadget.
terhadap ketajaman penglihatan (p value > 0,05). Hal ini tidak sejalan dengan
ketajaman penglihatan.