Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM II

LAPORAN PEMBUATAN SUSPENSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi
Farmasi sediaan Cair

Oleh,
Rina lestari
NIM: 1604010034
FARMASI A 2016

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2019
PEMBUATAN SYRUP PARACETAMOL 100ML

A. FORMULA B
Tiap 5 ml mengandung paracetamol 200 mg, buatlah 100 ml
Tragakan : 0,42 gram
Propilenglikol : 3 ml
Perisa : qs
Pewarna : qs
Sirupus simplex : ad 100 ml
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pembuatan suspensi ini diantaranya adalah :
1. Membuat suspensi menggunakan suspending agent tragakan
2. Membuat sediaan suspensi yang stabil dalam jangka waktu yang lama.
3. Mengevaluasi sediaan suspensi
C. DASAR TEORI
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut ,
terdispersi dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1. Ukuran partikel.
2. Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar partikel terdispersi

Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :

- Terbentuk dua fase yang heterogen


- Berwarna keruh
- Mempunyai diameter partikel > 100 nm
- Dapat disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan

Macam-macam suspensi.

Suspensi berdasarkan kegunaanya

1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-
partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan
untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi tetes telinga.
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Suspensi berdasarkan istilah
1. Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan
untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2. Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat
padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat
yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3. Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada
kulit.
Suspensi berdasarkan sifatnya
1. Suspensi deflokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b. Partikel dispersi mudah mengendap
c. Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras

2. Suspensi flokulasi
a. Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b. Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c. Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d. Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :

Menurut FI edisi III adalah :

 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap


 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok
atau sedia dituang
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka
penyimpanan yang lama

Menurut FI edisi IV adalah :

 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal


 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu
harus mengandung anti mikroba
 Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi


a. Keuntungan :
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/ kapsul,
terutama anak-anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas
permukaan
4. kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5. Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
b. Kerugian :
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan
degradasi)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system
dispersi terutama jika terjadi perubahan temperatur
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh
dosis yang diinginkan.
D. MONOGRAFI
1. Paracetamol
Struktur kimia :

Rumus molekul : C8H9NO2


Nama : paracetamol
Nama lain : Acetaminopen
Nama kimia : N-asetil-4-aminofenol
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk habluk putih, tidak berbau, rasa
pahit .
Suhu lebur : ± 169o - 172o
Ph : 5,2 dan 6,5
Kelarutan :Larut dalam 20 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) p, dalam 13 bagian aseton p, dalam 40 bagian
gliserol p dan dalam 4 bagian propilenglikol p
Stabilitas : peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi
Inkompabilitas :Tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki
ikatan hydrogen dan antasida
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus
cahaya
2. Propilenglikol
Struktur kimia : CH3-CH(OH)-CH3OH

Rumus molekul : C3H8O2


Nama : propilenglikol
Nama lain : propylenglycolum
Nama kimia : (+) propane 1,2 - diol
Berat molekul : 76,10
Pemerian :Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
rasa agak manis; higroskopis
Suhu lebur : ± 176o
Ph :
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) p
dan dengan kloroform p ; larut dalam bagian eter p
Stabilitas : Stabil ketika bercampur dengan etanol 95%, dan
air. Stabil pada suhu sejuk dan dalam wadah
tertutup rapat, tapi pada temperature tinggi dan
terbuka dapat mengalami oksidasi. Stabil jika
dicampurkan dengan etanol (95%), gliserin atau air
Inkompabilitas :Tidak cocok dengan agen oksida seperti kalium
permanganat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

3. Tragakan
Struktur kimia :

Rumus molekul :
Nama : Tragakan
Nama lain :
Nama kimia :
Berat molekul : 1,250-1,385
Pemerian : Tidak berbau, mempunyai rasa tawar, sepeerti
lendir
Suhu lebur :
Ph : 5-6 untuk 1% cairan dispersi
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) dan
pelarut organic walaupun tidak larut dalam air,
tragakan mengembang cepat dalam 10 detik dalam
larutan dingin atau panas menghasilkan koloid
kental atau semi gel.
Stabilitas : Serpihan dan serbuk dari tragakan stabil, gel
trgakan cenderung menunjukkan kontaminasi
mikroba dengan spesies enteroluakterial dan larutan
harus ditambahkan bahan pengawet antimikroba
yang cocok, pada emulsi gliserin dan propilenglikol
digunakan sebagai bahan pengawet , pada formulasi
gel, tragakan biasanya ditambahkan bahan pengawet
dengan 1% w/v Asam benzoate atau Natrium
benzoate. Kombinasi dari ,17% b/v metil paraben
dan 0,03% b/v propilparaben adalah bahan
pengawet yang cocok untuk gel tragakan.
Inkompabilitas : Pada Ph 7 tragakan mengurangi keberhasilan bahan
pengawet antimikroba benzalkonium klorida,
klorobutanol, dan metil paraben, dan lebih sedikit
menurun pada fenol dan fenilmerkum asetat,
bagaimana pada ph <5 tragakan tidak mengurangi
keberhasilan bahan pengawet klorobutanol, asam
benzoate atau metil paraben. Penambahan mineral kuat
dan asam organic dapat mengurangi viskositas dispersi
tragakan . viskositas dapat dikurangi dengan
penambahan alkali dan natrium klorida, terutama jika
disperse dipanaskan tragakan cocok dengan garam,
berkonsentrasi tinggi dari bahan alami dan bahan
pensuspensi sintetik seperti akasia, karboksimetil
selulosa, amilum, dan sukrosa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
E. PERHITUNGAN BAHAN

 Tiap 5 ml mengandung paracetamol 120 mg, buat 100 ml


 Paracetamol = 100 : 5ml x 200 mg = 4000 mg / 4 gram
 Propilenglikol = 100 : 60 x 3 ml = 5 ml
 Tragakan = 100 : 60 x 420 mg = 700 mg/ 0,7 gram
 Perisa : oleum menthae pepiretae (qs)
 Pewarna : green coloris (qs)
 Sirupus simplex : ad 100 ml

F. PENIMBANGAN BAHAN

 Paracetamol : 4 gram
 Propilenglikol : 5 ml
 Tragakan : 0,7 gram
 Perisa : oleum menthae pepiretae (qs)
 Pewarna : green coloris (qs)
 Sirupus simplex : ad 100 ml

G. PROSEDUR

Formula B ( suspensi paracetamol)

1. Kalibrasi 100 ml
2. Tuangkan air panas sebanyak 20 kali berat tragakan kedalam lumping.
Taburkan tragakan, biarkan mengembang. Setelah mengembang gerus
homogeny massa. (hingga tidak ada lagi butiran atau serbuk berwarna
putih dan mucilago tragakan jernih atau tidak berwarna kyrang lebih
selama 15 menit). (massa 1)
3. Gerus halus pct (massa 2) tambahkan massa 1 sedikit demi sedikit, gerus
homogen.
4. Tambahkan propilenglikol gerus homogen. Tambahkan perisa gerus
homogen.
5. Tambahkan pewarna dan sirupus simpleks ad 100 ml kemas dan lakukan
evaluasi.

H. EVALUASI SYRUP
1. Visual/Organoleptik
a. Rupa : cair kental
b. Bau : Mint
c. Rasa : menthol, sedikit manis
d. Warna : hijau

2. Uji Ph

Indicator universal dimasukkan kedalam


suspensi selama 1 menit

 Setelah di evaluasi memiliki hasil dengan Ph 5. Dimana merupakan


memiliki sifat asam
3. Bobot jenis
a. Berat piknometer kosong
b. Berat piknometer + air
c. Berat piknometer + syrup
 Piknometer kosong = 23,260 gram
 Piknometer + air = 48,882 gram
 Piknometer + suspensi = 55,723 ml
Ꝭ = c - a = g/ml
b–a
Ꝭ = 55,723 – 23,260 = 1,266 gram/ml
48,882 – 23,260
4. Uji kejernihan

Sediaan dituangkan kedalam beaker glass. Simpan dilatar putih sorot


dengan lampu lalu amati kejernihannya

 Larutan suspensi dalam keadaan jernih

5. Volume terpindahkan

masing-masing 30
ml diukur diukur
sediaan suspensi
volume lalu lalu hitung volume
dimasukkan kedalam
pindahkan secara akhirnya
beaker glass
berturut-turut ke
dalam gelas ukur

a. 30 : 30 x 100% = 100%
b. 28 : 30 x 100% = 93,3%
c. 23 : 30 x 100% = 76,6%
Rata –rata :
= n : 30 x 100%
= 89,96 : 30 x 100%
= 333,3 %
6. Uji viskositas

yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan


tertentu untuk melewati pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat cairan itu

sejumlah cairan dipipet dengan bulb pipet kemudian cairan


dihisap sampai permukaan cairan lebih dari batas A. cairan
kemudian dibiarkan turun

ketika permukaan cairan turun melalui batas A, stopwatch mulai


dinyalakan dan beri cairan melewati tanda batas β. stopwatch
dimatikan

 Viskositas air = 2,51


 Viskositas suspensi = 22,23
I. PEMBAHASAN

Asetaminofen atau yang biasa dikenal parasetamol merupakan derivat dari


para amino fenol. Efek terapeutik dari paracetamol adalah menurunkan suhu
tubuh dengan mekanisme yang diduga juga merupakan efek sentral dan tidak
digunakan sebagai antiinflamasi karena efek inflamasinya yang lemah atau tidak
ada. Efek yang ditimbulkan parasetamol adalah analgesik-antipiretik, tidak seperti
analgesik lain seperti aspirin dan ibuprofen. paracetamol tidak menimbulkan
iritasi lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious
pada janin.

Pada praktikum kali ini membuat sedian suspensi dari paracetamol.


Suspensi itu sendiri merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita
selaku praktikan mengharapkan hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah
merupakan suspensi yang masuk dalam kategori suspensi ideal atau stabil.
Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki kriteria yakni, partikel
yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat
dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus terdispersi
dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki rasa
enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus mudah disebar
dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat mengering.

Pada formula B, sediaan suspensi yang mengandung paracetamol, dibuat


dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para
praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada
pembuatan suspensi ini paracetamol dan bahan tragakannya terlebih dahulu
dilarutkan dalam air panas.

Tragakan dimasukan terlebih dahulu kedalam air panas sebab kita ketahui sendiri
bahwa kelarutan dari tragakan adalah dia akan mudah mendispersi dalam air,
kemudian setelah mengembang barulah digerus hingga terbentuk mucilago.
Setelah terbentuk, mucilage ditambah sedikit demi sedikit ke dalam mortir
berisi paracetamol yang telah digerus. Begitu seterusnya hingga mucilage dan
paracetamol terdispersi sempurna.

Tambahkan propilenglikol sesuai perhitungan yaitu 5 ml, tujuan penambahan


propilenglikol ini berfungsi sebagai kosolven atau menambah kelarutan
paracetamol pada mucilago

Pada praktikum kali ini melakukan uji evaluasi yaitu uji organoleptic, uji
Ph, uji bobot jenis, uji kejernihan, uji volume terpindahkan, dan uji viskositas.

1. Uji organoleptic

Uji ini Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar emulsi
dengan tujian agar dapat mengevaluasi organoleptis sediaan.

Tujuan dari Metode ini :

Rasa :merasakan rasa dari sediaan sirup dengan cara memberikan


perasa yang diinginkan

Bau :mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium


aroma sediaan.

Warna : melihat warna dari sediaan sirup

Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.

2. Uji Ph
Pada uji ini sirup yang dibuat menghasilkan Ph 5. Dimana sifat Ph
tersebut asam. Menurut penelituan Ph paracetamol yang bagus untuk
suspensi adalah Ph 6.
Tujuan dari uji ini agar dapat mengetahui tingkat keasaman syrup yang
dibuat.
3. Uji bobot jenis
Prinsip dari uji ini yaitu Perbandingan berat piknometer yang berisi
sampel dengan berat piknometer yang diisi dengan air.
Tujuan dari uji ini untuk dapat mengukur bobot jenis dari sediaan.
Pada uji ini menghasilkan bobot yang telah dihitung sebesar 1,266
gram/ml.
4. Uji kejernihan
Prinsip dari uji ini yaitu:Perbandingan kejernihan sediaan dengan cairan
yang jernih (air). Dengan tujuan Untuk dapat mengetahui kejernihan
sediaan.
Metode:
Kejernihan dapat diamati dengan menggunakan beaker glass bersih dan
diamati kejernihannya suatu cairan dinyatakan bersih jika keadaannya
sama dengan air/ tidak keruh. Sediaan suspensi dituang ke beaker glass
sehingga dapat diamati kejernihan sediaan .
Hasil yang didapat dari suspense yang telah dibuat yaitu jernih dengan
warna hijau. Yang menandakan bahwa syrup baik dan layak,karena
tidak ada globul-globul atau partikel yang belum larut.
5. Uji volume terpindahkan
Prinsip: pada evealuasi ini, Membandingkan volume awal sediaan
dengan volume akhir sediaan yang dipindahkan untuk mengetahui
kemudahan sediaan untuk dituang. Tujuan dari uji ini, agar dapat
menentukan volume terpindahkan sediaan.

Metode dari uji ini seperti berikut, Untuk penetapan volume


terpindahkan, tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan dan di dalam tidak lebih dari 30 menit (FI IV , hal 1261).
Hasil yang di dapat adalah 299,8% dari 3 kali perpindahan dalam 30 ml.
jadi dapat disimpulkan bahwa suspense tidak mudah untuk dipindahkan.
6. Uji viskositas
Tujuan dari uji ini Untuk dapat mengetahui viskositas sediaan.
Metodenya yaitu Untuk mengukur viskositas adalah mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh cairan dengan volume tertentu untuk mengalir
melewati suatu kapiler. Juga dapat dilakukan pengukuran yang lebih
praktis dengan mengkalibrasi alat yang telah diketahui viskositasnya dan
cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan
yang telah diketahui (FI III, hal 186).
Hasil yang didapat dengan catatan waktu 22,23 . Dimana sediaan
suspense yang dihasilkan memiliki konsistensi kental.

J. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini melakukan uji praktikum pembuatan syrup


paracetamol, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak


larut yang terdispersi dalam fase cair.

2. Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak


atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-
anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-
anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan
kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.

3. Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat,


mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
4. Pada uji organoleptic hasil yang didapat baik sesuai dengan
pewarna dan perisanya, dan tidak terdapat mikroba.
5. Pada uji Ph yang memiliki hasil Ph 5, dimana Ph suspensi memiliki
sifat yang asam tetapi masih aman untuk dikonsumsi pada
lambung.
6. Pada uji bobot jenis menghasilkan bobot 1,226 gram/ml
7. Uji kejernihan menghasilkan suspensi yang jernih tidak terdapat
globul atau partikel-pertikel yang tidak homogeny
8. Uji volume terpindahkan menghasilkan hasil yang baik, dimana
pada sifat suspense ini kental sehingga tidak mudah terpindahkan
9. Uji viskositas, Hasil yang didapat dengan catatan waktu 22.23.
Dimana sediaan suspensi yang dihasilkan memiliki konsistensi
kental dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.
 Anonim, 1979, Farmakope Indonesia,Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
 Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai