Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor parotis maupun merupakan tumor didaerah kepala leher yang


termasuk jarang ditemukan. Diantara tumor kelenjar liur yang terbanyak adalah
tumor parotis (75-85%). Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar
liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1
berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna..1,2,3

Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan
prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang
didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid,
biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi
pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 %
tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas. 1,2,3,4

Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya


lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien
dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik
mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari
keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas,
pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar
2,3
50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. . Kebanyakan penderita
datang berobat sudah dalam keadaan lanjut sehingga ada kesukaran dalam hal
penanganannya, terutama dalam segi pembedahan
Masalah utama dalam pembedahan tumor parotis bukan hanya bagaimana
mengeluarkan tumor tersebut sebersih mungkin (ablasi), tetapi juga bagaimana
menyelamatkan (preservasi) nervus fasialis yang berjalan diantara lobus
superfisial dan profunda1..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kelenjar Parotis


Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Masing-masing
beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara
hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustik eksternus
diantara mandibula dan otot sternokleidomastoideus.4

Gambar 2.1
Proyeksi Kelenjar Parotis 5

Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50%


berbentuk segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya
kelenjar parotis berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaan-
permukaannya sebagai berikut: permukaan superior yang kecil, superficial,
anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior
berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus akustik eksternus dan
bagian posterior dari sendi temporomandibular. Disini saraf auriculotemporal
mempersarafi kelenjar parotis. Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan
fascia superficial yang mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus
limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari platisma.4

Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus


mandibula dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter. Bagian
posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoid, dan tepi anterior
muskulus stemokleidomastoideus. Bagian dalam yang merupakan lobus medial
meluas ke rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum
stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis. Di bagian
anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial ptetygoideus.
Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus.
Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar
ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya
yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna beserta
cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus
dan nervus fasialis.4

Pendarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan


cabang-cabang di dekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis
eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis. 4

Nodul kelenjar lime ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri.
Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar
ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang
berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar
parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.4

Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada


cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otik.
Serabut postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal.4
Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang
dinamakan Stensen’s duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2;
lokasi biasanya ditandai oleh papilla kecil. 4

Gambar 2.2
Muara dari duktus parotis5

B. Fisiologi Kelenjar Parotis


Setiap hari diproduksi 1 sampai 2 liter air liur dan hampir semuanya
ditelan dan direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom.
Makanan dalam mulut merangsang serabut saraf yang berakhir pada nucleus
pada traktus solitaries dan pada akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak
tengah. Pengeluaran air liur juga dirangsang oleh penglihatan, penciuman
melalui impuls dari kerja korteks pada nukleus saliva batang otak. Aktivitas
simpatis yang terus menerus menghambat produksi air lir seperti pada
kecemasan yang menyebabkan mulut kering. Obat-obatan yang menghambat
aktivitas parasimpatis juga menghambat produksi air liur seperti obat
antidepresan, tranquillizers, dan obat analgesic opiate dapat menyebabkan
mulut kering (Xerostomia).6

Air liur terdiri atas air dan mucin, membentuk seperti lapisan gel pada
mukosa oral dan membasahi makanan (lubrikasi). Lubrikasi penting untuk
mengunyah dan pembentukan bolus makanan sehingga memudahkan untuk
ditelan. Air liur juga mengandung amylase, yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat. Air lir mengandung enzim antibakteri seperti lysozyme dan
immunoglobulin yang membantu mencegah infeksi serius dan mengantur
flora bakteri yang menetap di mulut. Saluran air liur relative impermeabel
terhadap air dan mensekresi kalium, bikarbonat,kalsium, magnesium, ion fosfat
dan air. Jadi produk akhir dari kelenjar air liur adalah hipotonik, cairan yang
bersifat basa yang kaya akan kalsium dan fosfat. Komposisi ini penting untuk
mencegah demineralisasi enamel gigi.6

Gambar 2.3
Struktur mikroskopis kelenjar air liur. 6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Tumor Parotis


Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, Tumor didefinisikan
sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak
terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah
kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.7

B. Epidemiologi
Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi, persentasenya kurang
dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor
kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma
pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar
parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80%
dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic
adenomas).7,8,9,10

C. Diagnosis
Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada
daerah kepala-leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan
penyakit tertentu yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini
(diabetes,sirosis,hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate,
antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat
menyebabkan pembengkakan, karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar
ludah.11

Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat


ditentukan apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana
keadaan kulit dan selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi
nervus fasialis. Kadang-kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke
jaringan sekitarnya, dan langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus
diperiksa dari belakang, untuk dapat melihat asimetrisitas yangmungkin lolos
dari perhatian kita.11

Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian


lokalisasi tumor dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan
hubungan dengan sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan
bimanual. Palpasi secara sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor
Warthin yang jarang terjadi juga harus dilakukan. Berikut ini kelainan patologi
yang dapat terjadi :11
1. Penyakit dengan metastase ke kelenjar lymph
2. Reactive lymph nodes
3. HIV infection
4. Sarcoidosis
5. Masseteric hypertrophy
6. Prominent transverse cervical process of C1
7. Chronic parotitis
8. Lymphangioma (paediatric)
9. Haemangioma.

Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam


diagnostic pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode
ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara. Dan pada
mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi
pemeriksaan tambahan dengan pencitraan. 11

Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang, tau mungkin penting juga untuk diagnostic diferensial (batu
kelenjar ludah; kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks
diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan
ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran
mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi,
letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorf dapat
dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak
dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan
rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi)
diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi
dan dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.11

D. Tumor Jinak Kelenjar Liur


 Pada Anak-Anak
Tumor kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah
hemangioma kelenjar parotis. Kulit terletak di bawah massa mempunyai
perubahan warna kebiru-biruan, dan kemungkinan terdapat fluktuasi dalam
ukuran dari massa bila anak menangis. Tumor ini akan menunjukkan
peningkatan ukuran yang sedikit demi sedikit selama empat sampai enam
bulan pertama kehidupan, tetapi mulai tampak resolusinya pada usia dua
tahun. Yang mirip dengan hemangioma adalah limfangioma, yang juga
timbul pada daerah kelenjar parotis. Adenoma pleomorfik merupakan
tumor ketiga terbanyak yang ditemui, dan paling sering tumor padat,
ditemukan pada anak-anak. Tumor jinak lain termasuk neurofibroma dan
lipoma. Tumor kelenjar liur pada anak-anak paling sering mengenai
kelenjar parotis, sedang daerah submandibula dan kelenjar liur minor
jarang terjadi.1

 Pada Dewasa
1. Adenoma Pleomorfik
Tumor campur jinak ini menyebabkan 75 % kelenjar parotis,
baik jinak maupun ganas pada dewasa. Kelainan ini paling sering pada
daerah parotis, dimana tampak sebagai pembengkakan tanpa nyeri yang
bertahan untuk waktu lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal
kelenjar parotis. Tumor ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau
kelemahan saraf fasialis. Pada daerah parotis, meskipun diklasifikasikan
sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat bertambah besar dan
menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total merupakan satu-
satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera
pada saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya sudah
berdekatan dengan tumor.1,12

Tumor dapat berkembang pertama kali pada lobus profunda dan


meluas ke daerah retromandibula. Pada keadaan ini saraf fasialis
dilindugi secara hati-hati dan di retraksi dengan lembut sehingga tumor
dapat diangkat dari lokasinya yang dalam ke ruang parafaringeal.
Kadang-kadang adenoma pleomorfik lobus profunda tampak di dalam
mulut. Hal ini dapat kita sadari dengan adanya deviasi palatum mole
dan arkus tonsilaris ke garis tengah oleh massa lateral dari daerah tonsil.
Reseksi sebaiknya dilakukan melalui leher daripada melalui dalam
mulut. Ketika mengangkat tumor parotis, seluruh lobus superficial, atau
bagian kelenjar lateral dari saraf fasialis, diangkat sekaligus untuk
keperluan biopsy, dipotong dengan mempertahankan saraf fasialis.
Pemeriksaan patologis dari pemotongan beku tidak dapat memberikan
asal tumor yang sebenarnya dan operasi radikal mungkin dibutuhkan
jika hasil pemotongan permanen sudah diperoleh. “Pelepasan” adenoma
pleomorfik pada lobus superficial kelenjar parotis tidak dianjurkan
karena kemungkinan kekambuhan yang tinggi.1,12

Secara histologi, adenoma pleomorfik berasal dari bagian distal


saluran liur, termasuk saluran intercalated dan asini. Campuran dari
epitel, mioepitel dan bagian stroma diwakilkan dengan namanya: tumor
campur jinak. Dari ketiga jenis diatas dapat lebih mendominasi
dibandingkan jenis lain namun ketiga jenis tersebut harus ada untuk
mengkonfirmasi diagnosis.1,12
Pada saat operasi massa tumor tampak berkapsul, tetapi
pemeriksaan patologis menunjukkan perluasan keluar kapsul. Jika
seluruh tumor dengan massa kelenjar parotis yang normal mengelilingi
tumor direseksi, insidens kekabuhannya kurang dari 8 persen.
Seadandainya adenoma pleomorfik kambuh, terdapat kemungkinan
cedera yang besar pada paling sedikit satu dari bagian saraf fasialis
ketika tumor direseksi ulang.1,12

Meskipun tumor ini dianggap jinak, terdapat kasus kekambuhan


yang berkali-kali dengan pertumbuhan yang berlebihan di mana tumor
meluas dan mengenai daerah kanalis eksterna dan dapat meluas ke
rongga mulut dan ruang parafaringeal. Tumor yang kambuh dapat
mengalami degenerasi maligna, tetapi insidens ini kurang dari 6 persen.
Terapi iradiasi terhadap tumor yang kambuh berulang kali dan tidak
dapat direseksi diberikan pengobatan paliatif.1,12

Gambar 3.2
Adenoma Pleomorfik 13

Diagnosis banding untuk adenoma pleomorfik adalah


neoplasma maligna: karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma
polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa dalam, dan neoplasma
mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah
perubahan ke arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma
(carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor campur
jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed tumors).14

Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna, dengan angka


kesembuhan mencapai 96 %.14

2. Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin)


Tumor jinak kelenjar liur lain yang relatif sering. Tumor ini
paling sering terjadi pada pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya
dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang
paling sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan
histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari lapisan
ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi
limfostik yang matang.14

Secara klinis, tumor Warthin tampak sebagai benjolan yang


tidak nyeri pada ekor kelenjar parotis dengan ukuran rata-rata 2-4 cm.
Lama gejala rata-rata 21 bulan, tetapi pada 41 % kasus kurang dari 6
bulan. Banyak pasien mengeluhkan benjolan yang berfluktuasi besarnya
terutama saat makan. Nyeri dikeluhkan oleh 9% paseien, dan parese n.
fasialis sangat jarang terjadi, muncul bila ada infeksi sekunder dan
fibrosis.
Gambar 3.4
Gambaran histopatologi tumor warthin pada kelenjar parotis 15

Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat


menunjukkan suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-
inferior dari lobus superficial parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi
dilakukan maka dapat dilihat peningkatan aktivitas yang berhubungan
dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari mitokondrianya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histology.14

Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraf


fasialis. Tumor ini berkapsul dan tidak mungkin kambuh. Terapi
terpilih untuk tumor Warthin adalah operasi parotidetomi superfisial
dengan angka rekurensi yang rendah. Pada tumor Warthin yang
mengenai lobus profunda parotis perlu dilakukan parotidektomi total.
Gambar 3.5
Tumor Warthin 16

Tumor jinak kelenjar liur lain yaitu:1,14


1. Adenoma oksifil (sel asidofilik)
2. Adenoma sel serosa
3. Onkositoma
Tabel 3.1 Perbedaan Massa-Massa Pada Kelenjar Liur11
Kemungkinan Keganasan
Jinak Ganas
Meningkat
1.Parotis 1. Submandibula 1. Kelenjar liur minor
2.Usia Muda 2. Paresis 2. Lebih tua
3.Wanita 3. Keras 3. Pria
4.Fungsi saraf 4. tumbuh cepat 4. Paralisis
fasialis utuh 5. Rasa tidak enak 5. Keras seperti batu
5.Kistik 6. Onset cepat (<>
6.Durasinya lama 7. Nyeri
(>2 tahun) 8. Adenopati servikal
7.Asimptomatik
8.Tidak adenopati
E. Tumor Ganas Pada Kelenjar Liur
1. Karsinoma mukoepidermoid

Gambar 3.8
Gambaran histopatologi karsinoma mukoepidermoid. A. intermediate grade B.
17
dan C. High grade

Tumor ganas parotis pada anak jarang. Tumor paling sering pada
anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah.
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar liur yang
diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia
antara dekade 30-40. Hampir 75% pasien mempunyai gejala
pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan sebagian
kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel
epithelial interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak
berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.
Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas
derajat rendah,menengah, dan tinggi.1,22
Tumor derajat rendah menyerupai adenoma pleomorfik (berbentuk
oval,batas tegas, dan adanya cairan mukoid). Tumor derajat menengah dan
derajat tinggi ditandai dengan adanya proses infiltratif. Pasien-pasien usia
muda biasanya berderajat rendah.22

Pada keadaan tertentu,bahkan setelah dilakukan reseksi adekuat,


jika terdapat bukti penyakit metastasis, terapi radiasi pasca-operasi
disarankan. Perlu dipertimbangkan secara hati-hati untuk memberikan
radiasi pada anak untuk mendapatkan gambaran komplikasi potensial yang
akan datang. Pada keadaan tertentu seperti jika timbul invasive pada saraf
atau pembuluh darah, atau timbulnya penyakit metastasis perlu dilakukan
radiasi.22

Terapi bedahnya juga berdasarkan grading histologinya. Untuk


tumor yang low grade, tindakan bedahnya adalah eksisi luas dan
radioterapi bila ada metastase jauh. Untuk tumor yang high grade,
dilakukan operasi eksisi luas dengan diseksi leher dan radioterapi.
Preservasi nervus fasialis tidak dilakukan bila telah terjadi invasi tumor ke
nervus fasialis.

2. Karsinoma Kistik Adenoid

Karsinoma kistik adenoid adalah tumor ganas kelenjar liur yang


kedua paling sering. Lebih sering terjadi di kelenjar submandibula dan
kelenjar liur minor. Gejala klinisnya benjolan tanpa nyeri. Parestesi dan
parese lebih sering terjadi dibanding pada tumor ganas kelenjar liur yang
lain. Invasi perinural merupakan pertanda tumor ganas ini.

Ada tiga pola histopatologinya, yaitu tubular, kribriformis, dan


solid. Tumor low grade memiliki gambaran tubular dan kribriformis,
sedang gambaran solid menunjukkan tumor high grade. Berdasarkan
grading histologinya, maka tumor low grade memiliki prognosis yang
lebih baik dibanding dengan tumor high grade.

Gambar 3.9

Karsinoma kistik adenoid A. tubular B. Solid.

Terapi bedahnya meliputi eksisi lokal luas pada tumor primernya


dan diseksi leher. Radioterapi pascaoperasi biasanya direkomendasikan.
Untuk karsinoma kistik adenoid pada kelenjar parotis dilakukan
parotidektomi radikal dengan transeksi n. fasialis intramastoid. Tingkat
harapan hidup 5 tahun adalah 80% bila tidak ada metastase intrakranial.

3. Adenokarsinoma Polimorfi Low grade (PLGA)


Tumor ganas ini lebih sering terjadi di kelenjar liur minor dan lebih
sering rongga mulut. Palatum adalah lokasi yang paling sering. Tumor ini
biasanya berupa benjolan bundar, yang lama membesar dan tanpa nyeri.
Lebih sering terjadi pada wanita dengan perbandingan 2:1, dan jarang
sekali terjadi pada anak- anak.
Gambar 3.10 Polymorphous low-grade adenocarcinoma (PLGA)

Tumor ganas ini menyerupai pleomorfik adenoma dan karsinoma


kistik adenoid. Terapinya adalah bedah, dan seusai namanya tumor ganas
ini bersifat low grade. Rekurensi lokal pascaoperasi sekitar 17%, dan
metastase ke KGB regional sekitar 9%. Prognosisnya bagus, kematian
karena tumor ganas ini hanya sedikit.

4. Karsinoma sel asinik

Karsinoma sel asinik adalah tumor ganas epitel kelenjar liur yang
ditandai dengan adanya diferensiasi sel asinik yang dikarakteristik dengan
adanya granula sekretori pada sitoplasmanya.

Insidensi Tumor ganas ini berkisar 1-3% dari seluruh tumor


kelenjar liur. Sebagian besar (80%) terjadi di kelenjar parotis, dan tumor
ganas ini 12-17% dari tumor ganas parotis. Wanita lebih sering terkena
tumor ganas ini dibanding laki- laki, namun tidak ada predileksi usia.

Gejala klinisnya adalah benjolan yang lama membesar, soliter dan


tidak terfiksasi di area parotis, tetapi ada sedikit kasus multinodul, dengan
atau tanpa fiksasi ke kulit atau otot. 5-10% kasus terjadi parese n. fasialis.
Gambar 3.11 Karsinoma sel asinik

Terapi bedah dilakukan dengan eksisi luas. Pada kasus dengan


invasi perineural dan limfatik dilakukan radioterapi adjuvant.
Sebagaimana keganasan pada kelenjar parotis, dilakukan diseksi leher
pada level 2 dan 3.

Prognosis untuk tumor ganas ini, tingkat harapan hidup 5 tahun


adalah 70%. Rekurensi lokal pascaoperasi sekitar 35% dan metastase
jauhnya sekitar 15%. Bila tumor ganas ini terjadi di kelenjar submandibula
maka prognosisnya akan lebih buruk.

5. Tumor ganas campuran (Malignant Mixed Tumors)


Tumor ganas campuran ini terdiri dari tiga tumor yang berbeda,
yaitu a)karsinoma ex-pleomorfik adenoma, b) karsinosarkoma, dan c)
benign metastasizing pleomorfik adenoma.

Dari ketiga tumor ini, yang lebih sering adalah karsinoma ex-
pleomorfik adenoma. Tumor ganas ini menggambarkan perubahan
menjadi tumor ganas dari pleomorfik adenoma. Risiko menjadi tumor
ganas akan meningkat pada pleomorfik adenoma dengan durasi yang lebih
lama (lebih dari 5 tahun).

Prognosis karsinoma ex-pleomorfik adenoma relatif buruk, dengan


tingkat harapan hidup 5 tahun sekitar 40% . Terapinya adalah eksisi luas
dengan diseksi leher dan radioterapi pascaoperasi.

Insidensi karsinokarsinoma lebih jarang, dan tumor ganas ini


mengandung komponen keganasan epitel dan mesenkim. Pada tempat
metastase juga ditemukan kedua komponen keganasan ini, sehingga
dianggap sebagai karsinosakoma sejati. Terapinya adalah eksisi luas
dengan radioterapi pascaoperasi. Sering terjadi metastase jauh dan
prognosisnya buruk.

Metastasizing pleomorfik adenoma adalah tumor ganas dengan


penampilan jinak yaitu dari pleomorfik adenoma. Ada dugaan
meningkatnya risiko menjadi ganas pada pleomorfik adenoma akan
meningkat dengan lamanya durasi pelomorfik adenoma dan adanya

rekurensi lokal pascaoperasi.


6. Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa primer di kelenjar liur jarang


insidensinya, dan mungkin hanya terbatas di kelenjar parotis dan kelenjar
submandibula. Tumor ganas ini lebih sering metastase ke parenkim
kelenjar parotis dan nodus limfatik intraparotid.

Diagnosis karsinoma sel skuamosa di kelenjar parotis harus dicari


tumor primernya. Gejala klinisnya benjolan yang berbatas tegas dan
terfiksir. Terapinya adalah eksisi luas agresif dengan diseksi leher dan
radioterapi pascaoperasi. Radioterapi ajuvan selalu direkomendasikan.
Tingkat bertahan hidup 5 tahun sekitar 45%.
F. Staging Tumor Ganas Parotis

Tumor Primer (T)


T1 Diameter tumor terbesar 2 cm atau kurang tanpa perluasan lokal yang
berarti (*)
T2 Diameter tumor terbesar lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 4 cm tanpa
perluasan lokal yang berarti
T3 Diameter tumor terbesar lebih dari 4 cm tapi tidak lebih dari 6 cm tanpa
perluasan lokal yang berarti
T4a Diameter tumor terbesar lebih dari 6 cm tanpa perluasan lokal yang berarti
T4b Berbagai ukuran tumor dengan perluasan lokal yang berarti (*)
(*) Perluasan lokal yang berarti dijelaskan sebagai tumor yang melibatkan
kulit, jaringan lunak, tulang, atau saraf lingual atasu fasialis1

Kelenjar Getah Bening Regional (N)

Nx : KGB regional tidak bisa dinilai

N0 : Tidak ada metastase Ke KGB regional 


N1 : Metastase ke satu KGB ipsilateral dengan ukuran <3 cm pada dimensi

terbesarnya 


N2a : Metastase ke satu KGB ipsilateral dengan ukuran 3-6 cm pada dimensi


 terbesarnya 


N2b : Metastase ke multipel KGB ipsilateral dengan ukuran <6 cm pada


 dimensi terbesarnya 


N2c : Metastase ke KGB bilateral atau kontralateral dengan ukuran <6 cm


pada dimensi terbesarnya
 N3 : Metastase ke KGB dengan ukuran >6

cm pada dimensi terbesarnya

Metastase (M)


Mo : tidak ada metastase jauh

M1 : ada metastase jauh

G. Kompikasi sesudah parotidektomi


1. Sindroma Frey
Gustatory sweating saat parotidektomi terdapat pada 50 % pasien.
Terjadi re-inervasi silang pada system persarafan otonom kelenjar parotis
yang terjadi setelah dilakukan parotidektomi. Serat parasimpatis, yang
dirangsang oleh bau dan rasa dari makanan sekarang menginervasi kelenjar
keringat dan pembuluh darah melalui asetilkolin, lalu mengakibatkan
keringatan dan kemerahan pada kulit di atas area tersebut.22

2. Paralisis/Paresis nervus fasialis


Kejadian paralisis/paresis nervus paresis setelah operasi tumor saliva
jinak biasanya kecil (<5%).>22.24

H. Terapi tambahan
Karena banyaknya sub tipe histology dari keganasan parotis, pernyataan
umum yang berkaitan dengan kegunaan terapi tambahan tidak dapat dibuat. Jika
dapat di bedah, pembedahan adalah modalitas utama dalam pengobatan untuk
sebagian besar tumor ganas kelenjar parotis. Indikasi umum untuk terapi radiasi
pasca operasi yaitu:24
1. Diameter terbesar tumor > 4 cm
2. Tumor derajat tinggi
3. Invasi tumor ke struktur lokal, limfatik, saraf, dan pembuluh darah
4. Tumor berada sangat dekat dengan saraf
5. Tumor berasal dari dalam atau luar lobus dalam
6.Tumor muncul kembali setelah dilakukan reseksi ulang
7. Batas yang positif dari pemeriksaan akhir patologi
8. Keterlibatan nodus limfatikus regional

Tidak ada kemoterapi yang telah terbukti efektif sebagai modalitas


terapi tunggal. Untuk beberapa sub tipe histology, beberapa ahli
menyarankan kombinasi antara kemoterapi dan radiasi. Saat ini,
penggunaan immunoterapi sedang dalam tahap percobaan. 24

I. Prognosis
Sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari
1% kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul
residif lokal. Hal ini terutama dapat terjadi jika hanya dikerjakan enukleasi
sederhana. Pada operasi ulang terdapat kemungkinan yang lebih besar kerusakan
saraf penting seperti nervus fasialis dan dalam beberapa kasus residif demikian
adalah maligna. 16,19,22,23,24
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan
lokal dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum
penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya
lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap
tergantung kepada histologinya. 16,24
BAB IV
KESIMPULAN

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.


Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada kelenjar liur
relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada
kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan
radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada
kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor
berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak
(benign pleomorphic adenomas).

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.

Tumor parotis dapat dibagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas. Tumor
kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah hemangioma kelenjar
parotis. Pada dewasa tumor jinak nya adalah adenoma Pleomorfik dan
Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin). Tumor jinak kelenjar
liur lain yaitu Adenoma oksifil (sel asidofilik), Adenoma sel serosa, dan
Onkositoma.

Tumor Ganas Pada Kelenjar Liur dapat terjadi pada anak dan dewasa.
Tumor ganas kelenjar liur paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Pada dewasa dapat berupa
Karsinoma mukoepidermoid,Karsinoma sel skuamosa, Adenokarsinoma yang
tidak berdiferensiasi, Karsinoma adenokistik (silindroma).
Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya. Terapi
tambahan berupa radiasi pasca operasi atau kemoterapi dapat diberikan dengan
mempertimbangkan resiko-resiko yang harus dihadapi nantinya. Untuk prognosis
sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal kurang dari 1%
kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul residif
lokal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis
Edisi 2. Jakarta: Penerbit FKUI:2007; 304-307
2. Anonymous. Salivary Anatomy Figure. Available at :
http://www.aboutcancer.com/salivary_anatomy_nett.gif. Accesed May 14,
2011.
3. Anonymous. Parotid Anatomy Cummings Figure. Available at:
http://www.aboutcancer.com/parotid_anatomy_cummings2.jpg. Accesed
May 14, 2011
4. Anonymous. Parotid Anatomy Figure. Available at:
http://www.aboutcancer.com/parotid_anatomy_0509.gif. Accesed May 14,
2011
5. Guyton, Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam : Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta;
1013-1014
6. Desen, Wan. Pengertian Umum Tumor. Dalam: Buku Ajar Onkologi
Klinis Edisi 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta:
2007;3-7
7. Fikih, Moh. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur.
Available at: http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/. Accesed June
5,2011
8. Spiro Ronald, Lim, Dennis. Malignant Tumor of Salivary Gland. Dalam :
Springer, Surgical Oncology An Algorithmic Approach. Departement og
General Surgey Rich Medical College. Chicago:2001;62-67
9. Ayu, S. Adenoma Plaiomorfik Kelenjar Parotis. Universitas Sumatera
Utara:2011:3-19
10. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the
elective treatment of the neck in cancer of the major salivary glands.
Cancer, 1992; 69: 615–19
11. Collins S, Spector GJ, 1993. Cancer of the oral cavity, oropharynx and
pharynx. In: Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 13th ed.
Ballenger JJ, ed.., Philadelphia, Lea and Febiger : 681-784
12. Anonymous. Kanker Kelenjar Liur. Available at:
http://ilmubedah.info/kanker-kelenjar-liur-pengobatan-20110203.html.
Accesed May 14, 2011
13. De la Cruz W E, 1988. Fine needle aspiration biopsy. In : The diagnosis of
head and neck masses. ORL Indonesia, Vol.XIX, No.2, April-Juni : 106 -
110
14. Eisele DW and Johns ME, 1993. Salivary gland neoplasms. Head and
Neck Surgery-Otolaryngology. Bailey BJ, ed, Lippincott Co.,
Philladelphia : 1125 - 1147
-
15. Gilbert ST, Tzadik AT, Leonard GT, Farmington CT, 1986 . Mandibular
involvement by oral squamous cell carcinoma. Laryngoscope 96, Jan : 96 -
100
16. Levine PA and Seidman D, 1993. Neoplasms of the oral cavity. In : Head
and Neck Surgery-Otolaryngology, Ed. Bailey BJ, Lippincott Co.,
Philladelphia : 1160 - 1174
17.

Anda mungkin juga menyukai