PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
ii
Lembar Pengesahan
I P. Alit Suthanaya, ST, MEngSc. Ph.D. Dw. Md. Priyantha Wedagama, ST, MT, MSc, Ph.D.
NIP. 19690805 199503 1 001 NIP. 19700303 199702 1005
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan S., DEA Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K)
NIP. 19620404 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001
iii
iv
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010
dan peraturan perundangan yang berlaku.
Materai 6000
v
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik pada waktu kuliah maupun pada
waktu penyusunan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak I Putu Alit Suthanaya, ST, MengSc. Ph.D.
sebagai pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
saran kepada penulis dengan penuh kesabaran. Terima kasih yang sebesar-
besarnya juga penulis sampaikan kepada Bapak Dewa Made Priyantha
Wedagama, ST, MT, MSc, Ph.D. sebagai pembimbing kedua yang selama ini
memberikan bimbingan dan saran dengan penuh pengertian kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada segenap staf dan pengajar
Program Magister Teknik Sipil atas segala informasi dan dukungannya selama
pendidikan maupun selama penyelesaian tesis ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orangtua, keluarga, dan rekan-
rekan yang mendukung selama pendidikan ini. Semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat dan karena keterbatasan penulis, semua kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan tesis ini.
Penulis
vi
ABSTRAK
Tersedianya sarana dan prasarana kota yang baik merupakan salah satu
langkah fundamental untuk mencapai pencitraan yang baik bagi Propinsi Bali
yang terkenal akan daerah wisatanya. Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional mempunyai peranan penting mendukung kegiatan perekonomian dan
sosial masyarakat. Perlu dilakukan penyusunan suatu basis data jalan nasional
berbasis sistem informasi geografis yang mampu mengakomodasi kebutuhan para
pemegang kebijakan. Penyusunan basis data berbasis SIG yang dilakukan pada
penelitian ini hanya untuk 33 ruas Jalan Nasional di bawah tanggung jawab P2JJ
Metropolitan Denpasar, mengingat ruas jalan ini memiliki kepadatan yang relatif
lebih besar dari ruas lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
sistem stasioning, kondisi perkerasan, kondisi geometrik, dan kondisi sosial Jalan
Nasional serta menyusun program basis data berbasis Sistem Informasi Geografis
untuk Jalan Nasional di bawah tanggung jawab P2JJ Metropolitan Denpasar.
Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan maka langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu,
lalu melakukan persiapan survei, kemudian pengumpulan/survei data primer dan
sekunder, analisis data survei, baru kemudian dilakukan penyusunan program
basis data berbasis Sistem Informasi Geografis. Simpulan dan saran yang baik
dapat diperoleh setelah proses tersebut selesai dilakukan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk kondisi Jalan Nasional di
bawah tanggung jawab P2JJ Metropolitan adalah sebesar 83.09% kondisi
perkerasan dalam kondisi baik, sebesar 89.37% kondisi geometrik dalam kondisi
baik, dan sebesar 68.12% kondisi sosial dalam kondisi cukup.
Penelitian ini telah menghasilkan program basis data berbasis Sistem
Informasi Geografis yang berisikan informasi sistem stasioning, kondisi
perkerasan, kondisi geometrik, dan kondisi sosial dari Jalan Nasional di bawah
tanggung jawab SNVT P2JJ Metropolitan.
Kata kunci : basis data, Sistem Informasi Geografis, Jalan Nasional, P2JJ
Metropolitan
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i
PRASYARAT GELAR........................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
ix
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penentuan Nilai RCI Ditinjau Berdasarkan Jenis Permukaan dan
Kondisi Secara Visual......... ....................................................................24
Tabel 2.2 Dimensi Dasar Kendaraan Rencana .......................................................39
Tabel 2.3 Nilai Emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah ....................40
Tabel 2.4 Nilai Emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi .....................................40
Tabel 2.5 Kecepatan Rencana Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Medan Jalan ..........41
Tabel 2.6 Penentuan Lebar Lajur dan Bahu Jalan..................................................42
Tabel 2.7 Panjang Bagian Lurus Maksimum .........................................................44
Tabel 2.8 Panjang Jari – jari Maksimum Suatu Tikungan (Dibulatkan)................45
Tabel 2.9 Jari – jari Tikungan yang Tidak Memerlukan Lengkungan Peralihan...45
Tabel 2.10 Kelandaian Maksimum yang Diijinkan ...............................................47
Tabel 2.11 Panjang Kritis Kelandaian Maksimum ................................................48
Tabel 2.12 Panjang Minimum Lengkung Vertikal ................................................48
Tabel 3.1 Definisi Tiap Kategori Kondisi Perkerasan ...........................................87
Tabel 3.2 Definisi Tiap Kategori Kondisi Geometrik ............................................88
Tabel 3.3 Definisi Tiap Kategori Kondisi Sosial ...................................................89
Tabel 4.1 Kondisi Perkerasan Segmen Jalan .........................................................94
Tabel 4.2 Kondisi Geometrik Segmen Jalan ..........................................................96
Tabel 4.3 Kondisi Sosial Segmen Jalan .................................................................97
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi .......................................................12
Gambar 2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan ............................15
Gambar 2.3 Bagian – bagian Jalan.........................................................................20
Gambar 2.4 Peta Ruas Jalan Nasional Provinsi Bali............... ................................22
Gambar 2.5 Kerusakan Cacat Permukaan: Deliminasi ..........................................26
Gambar 2.6 Kerusakan Cacat Permukaan: Bleeding .............................................27
Gambar 2.7 Karusakan Cacat Permukaan: Pengausan ..........................................27
Gambar 2.8 Kerusakan Cacat Permukaan: Pelepasan Butir ..................................28
Gambar 2.9 Kerusakan Cacat Permukaan: Lubang ...............................................29
Gambar 2.10 Kerusakan Retak: Retak selip ..........................................................29
Gambar 2.11 Kerusakan Retak: Retak kulit buaya ................................................30
Gambar 2.12 Kerusakan Retak: Retak blok ...........................................................31
Gambar 2.13 Kerusakan Retak: Retak memanjang ...............................................31
Gambar 2.14 Kerusakan Retak: Retak melintang ..................................................32
Gambar 2.15 Kerusakan Deformasi: Alur .............................................................32
Gambar 2.16 Kerusakan Deformasi: Keriting ......................................................33
Gambar 2.17 Kerusakan Deformasi: Defresi (Amblas) .........................................33
Gambar 2.18 Kerusakan Deformasi: Pergeseran (Shoving)...................................34
Gambar 2.19 Deformasi Plastis..............................................................................34
Gambar 2.20 Komponen Tikungan Spiral-Circle-Spiral .......................................46
Gambar 2.21 Lajur Pendakian................................................................................49
Gambar 2.22 Jarak antara Dua Lajur Pendakian ....................................................50
Gambar 2.23 Contoh Koordinasi Alinyemen yang Ideal .......................................52
Gambar 2.24 Contoh Koordinasi Alinyemen yang Harus Dihindari .....................52
Gambar 2.25 Contoh Beberapa Peta yang Direprensentasikan ke Dalam Layer ...61
Gambar 2.26 Konsep Strategis Perancangan SIG ..................................................63
Gambar 2.27 Tahapan Pekerjaan Pembentukan Coverage SIG Berbasis Data
Vektor................................................................................................66
xiii
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
.. Halaman
Lampiran A Tabel Jalan Nasional Provinsi Bali Beserta Penanggung
Jawabnya......... ...........................................................................114
Lampiran B Tabel Titik Pengenal Awal dan Akhir Ruas Jalan P2JJ
Metropolitan Denpasar Beserta Panjang Ruas......... ..................117
Lampiran C Peta Jaringan Jalan P2JJ Metropolitan Denpasar......... ..............121
Lampiran D Formulir Survei Ruas Jalan Nasional.........................................122
Lampiran E Tabel Hasil Survei Kondisi Jalan Nasional di bawah
Tanggung Jawab SNVT P2JJ Metropolitan......... ......................124
Lampiran F Tabel Hasil Survey Jenis Kerusakan Perkerasan dan RCI .........132
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
daerah kunjungan wisata dunia. Pencitraan yang baik tentang Bali tentunya akan
sarana dan prasarana kota yang baik. Sebagai contoh suatu kota mesti memiliki
berbagai aktivitas pokok (rumah sakit, bandara, sekolah, dan sebagainya) dengan
aksesibilitas yang memadai, dalam hal ini tersedianya prasarana jalan yang
mampu menjangkau berbagai lokasi aktivitas tersebut. Jalan sebagai bagian dari
perekonomian dan sosial masyarakat. Selain itu jalan juga berperan memfasilitasi
Sesuai peruntukannya, jalan terdiri atas jalan khusus dan jalan umum,
(enam) jenis, salah satunya adalah Jalan Nasional yang merupakan jenis jalan
jalan nasional adalah jalan arteri primer, kolektor primer, serta jalan yang
1
2
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Nasional, yakni jalan yang tidak
kesatuan dan keutuhan Nasional, serta melayani daerah-daerah yang rawan dan
Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional, maka dapat diketahui bahwa
panjang ruas Jalan Nasional di Provinsi Bali adalah 501,64 km dengan 58 ruas
jalan. Instansi yang bertanggung jawab secara langsung terhadap Jalan Nasional di
provinsi Bali adalah Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Perencanaan dan
Pengawasan Jalan dan Jembatan (P2JJ) Bali dan SNVT P2JJ Metropolitan
Marga. SNVT P2JJ Bali bertanggung jawab terhadap 25 ruas jalan nasional
terhadap 33 ruas jalan sepanjang 103,30 km. Selama ini, ruas jalan nasional yang
Secara garis besar bentuk tanggung jawab kedua SNVT tersebut di atas
adalah memantau situasi dan kondisi jalan serta jembatan nasional di Provinsi
Bali. Apabila terjadi permasalahan ataupun potensi masalah, maka kedua SNVT
Nasional VIII (BPJN VIII) selaku penyetuju kegiatan untuk wilayah Bali, NTB,
dan NTT. Dalam rangka mempermudah kinerjanya, selama ini SNVT P2JJ sudah
memiliki program basis data jalan dan jembatan nasional yang dikembangkan
2
3
sejak tahun 1990-an, yaitu program Integrated Road Management System (IRMS)
dan Urban Road Management System (URMS), yang merupakan basis data jalan,
dan Bridge Management System (BMS) yang merupakan basis data jembatan.
Namun BPJN VIII tentunya juga membutuhkan data kondisi jalan sebagai dasar
dalam pengambilan kebijakan atas usulan kedua SNVT tersebut. Menurut tim
proyek BPJN VIII, secara umum data yang dibutuhkan dalam sistem informasi
basis data jalan nasional berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mampu
dan akurat diharapkan dapat diambil oleh para pemegang kebijakan dengan
terdapatnya basis data berbasis SIG yang informatif. Penyusunan basis data
berbasis SIG yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk 33 ruas Jalan
permasalahan, yaitu:
Denpasar?
3
4
dan kondisi sosial Jalan Nasional di bawah tanggung jawab P2JJ Metropolitan
Denpasar.
2. Untuk menyusun basis data informasi kondisi Jalan Nasional Provinsi Bali di
dengan cakupan yang luas, untuk itu perlu ditetapkan sejumlah batasan masalah
sistem stasioning dari titik nol kota Denpasar (STA), lebar jalur lalu lintas,
lebar bahu jalan, IRI & RCI (kondisi perkerasan), jenis kerusakan perkerasan,
2. Informasi kondisi jalan yang dipertimbangkan setiap ruas jalan meliputi titik
pengenal awal dan akhir ruas jalan, panjang ruas, dan nilai LHRT.
3. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu titik pengenal awal dan akhir ruas,
panjang ruas, IRI, LHRT yang diperoleh dari P2JJ Metropolitan Denpasar.
4
5
4. Survei lapangan yang dilakukan meliputi survei STA, lebar lajur, lebar bahu,
RCI, jenis kerusakan perkerasan, kondisi geometrik, kondisi sosial, dan foto
kondisi jalan.
1.5 Manfaat
Secara umum terdapat dua buah manfaat yang diharapkan dari penelitian ini,
antara lain:
Metropolitan Denpasar, keberadaan basis data Jalan Nasional berbasis SIG ini
2. Dapat digunakan sebagai bahan kajian studi lebih lanjut oleh peneliti lainnya.
5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sesuai peruntukannya jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan
umum merupakan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, sedangkan
jalan khusus merupakan jalan yang bukan diperuntukkan untuk lalu lintas umum
dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut Undang
Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan umum dapat diklasifikasikan dalam
sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. Pengetahuan
mengenai klasifikasi jalan menjadi penting pada penelitian ini untuk menerangkan
Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor
primer, jalan lokal primer, dan jalan lingkungan primer, dimana disusun
berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah, dengan
berikut:
d. Lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik,
7
8
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau
antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Adapun persyaratan
terputus.
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan
terputus.
8
9
bermotor beroda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan paling
kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. Fungsi jalan pada
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau
9
10
b. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
d. Pada jalan arteri sekunder, lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu-lintas lambat;
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
c. Memiliki kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
d. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat;
10
11
c. Jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau
lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.
11
12
KP
I AP I
AP AP
II KP II
KP KP
III LP III
LP LP
IV IV
Keterangan:
AP Arteri Primer
KP Kolektor Primer
LP Lokal Primer
12
13
Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 Pasal 25 sampai 30, jaringan jalan yang
berikut:
primer; jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi; jalan
strategis provinsi; serta jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan
primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan kelompok jalan provinsi;
ibukota kecamatan dengan desa, dan antar desa; jalan sekunder lain, selain
13
14
sebagaimana dimaksud sebagai jalan nasional, dan jalan provinsi; serta jalan yang
jalan sekunder di dalam kota. Penjelasan dalam skema diagram dapat dilihat lebih
primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam
14
15
N I N I
SN N/P N/P
P II P II
SP
K K
K III K III
SK
K K
IV IV
Keterangan:
15
16
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, sebagaimana telah diatur sesuai dengan
penyediaan prasarana jalan dibedakan menjadi jalan bebas hambatan, jalan raya,
jalan sedang, dan jalan kecil. Maksud dari spesifikasi di sini meliputi
dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit
mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma
lima) meter.
Spesifikasi untuk jalan raya yang dimaksud adalah jalan umum untuk
lalu lintas secara menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan
dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur
Spesifikasi untuk jalan sedang yang dimaksud adalah jalan umum dengan
lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling
16
17
sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh)
meter.
Spesifikasi untuk jalan kecil yang dimaksud adalah jalan umum untuk
melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.
persyaratan ideal bagi ruang jalan, sehingga kriteria pada informasi kondisi sosial
Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan
meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. RUMAJA
hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan,
saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
rangka menunjang pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta pengamanan
17
18
konstruksi jalan, maka badan jalan dilengkapi dengan ruang bebas, dimana ruang
bebas disini maksudnya adanya pembatasan untuk lebar, tinggi, dan kedalaman
tertentu. Ruang bebas untuk jalan arteri maupun kolektor adalah dengan tinggi
paling rendah 5 (lima) meter serta kedalaman paling rendah 1,5 (satu koma lima)
Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu, dimana terdiri dari ruang manfaat jalan dan
sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai
ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai landscape jalan. Ruang milik jalan
diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur
lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.
Jika mengacu pada PP Nomor 34 Tahun 2006, maka terdapat lebar minimum
18
19
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan
jalan serta pengamanan fungsi jalan. Terdapat lebar ruang pengawasan jalan
minimum yang ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran sebagai berikut:
dalam RUMAJA, RUMIJA, dan RUWASJA dapat dilihat pada Gambar 2.3,
19
20
Keterangan:
20
20
21
badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah, dan bahu
jalan.
Jalan nasional merupakan jalan arteri primer; jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi; jalan tol; serta jalan yang mempunyai
provinsi Bali sebagai Jalan Nasional. Selain nama ruas jalan yang ditetapkan,
panjang total ruas jalan tersebut adalah 501,64 km. Pemerintah membentuk dua
SNVT yang bertanggung jawab atas kondisi ruas tersebut, yaitu SNVT P2JJ Bali
dan SNVT P2JJ Metropolitan Denpasar. Mengingat ruas jalan nasional di bawah
tanggung jawab P2JJ Metropolitan Denpasar yang cenderung lebih padat, maka
dalam penelitian ini hanya meninjau ruas jalan tersebut. Pada Gambar 2.4 dapat
dilihat peta ruas jalan nasional, yangmana ruas jalan nasional ditandakan dengan
garis merah tebal. Peta ruas jalan Nasional di bawah tanggung jawab P2JJ
21
22
Untuk nama ruas, nomor ruas, dan panjangnya yang bersumber dari
provinsi berdasarkan data sekunder dari SNVT P2JJ, dapat dilihat pada Lampiran
A penelitian ini. Berdasarkan lampiran tersebut, maka ruas jalan nasional yang
berada di bawah tanggung jawab SNVT P2JJ Wilayah Bali adalah sepanjang
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai suatu kondisi
Rentangan nilai dari RCI ini adalah dari nol sampai sepuluh, dimana nilai nol
mewakili kondisi perkerasan yang paling buruk dan nilai sepuluh mewakili
RCI juga memperhatikan kondisi dari jenis permukaannya. Tabel 2.1 berikut ini
23
24
Tabel 2.1 Penentuan Nilai RCI Ditinjau Berdasarkan Jenis Permukaan dan Kondisi Secara Visual
24
25
of Australian State Road Authorities). Tata cara ini berguna untuk menghitung
tebal lapis tambahan bila dilihat dari sisi fungsional jalan dan dilengkapi dengan
alat bantu lainnya, yaitu: Dipstick Floor Profiler yang digunakan sebagai alat
ukur elevasi, Odometer sebagai alat pengukur jarak tempuh, dua buah beban
Bina Marga pada tahun 2007, terdapat rumusan korelasi RCI dengan IRI, yaitu:
,
(1)
Dimana:
25
26
2.4.3.1 Cacat
C permuukaan
1) D
Deliminasi
D
Deliminasi merupakann suatu jen
nis kerusakan perkeraasan yang dapat
d
disebabkan o :
oleh
2) B
Bleeding, y
yaitu meruppakan suattu jenis kerusakan
k yyang dipreediksi
26
27
G
Gambar 2.6 Keerusakan Cacaat Permukaan: Bleeding
Sumber: Pioneeer Valley Plannning Commission. t.t. httpp://www.pvpc..org/web-
content//graphics/imagges/trans/ pav
ve_gif/bleed.giif, Maret 20100
3) P
Pengausan
P
Penyebab terrjadinya penngausan adaalah sebagaai berikut :
27
28
4) P
Pelepasan buutir
P
Penyebab terrjadinya pellepasan butir adalah seebagai berikkut :
5) L
Lubang
P
Penyebab terrjadinya lubbang adalah
h sebagai beerikut :
28
29
G
Gambar 2.9 Keerusakan Cacaat Permukaann: Lubang
Sumber: Departemen
D Kimpraswil,
K 2
2003
2.4.3.2 Retak
R
1) R
Retak selip
P
Penyebab terrjadinya rettak selip adaalah sebagai berikut :
rendah.
29
30
2) R
Retak kulit buaya
b
P
Penyebab terrjadinya rettak kulit buaaya adalah sebagai
s beriikut :
a pelapukann aspal;
a.
c. ketebalann kurang.
G
Gambar 2.11 Kerusakan
K Reetak: Retak kuulit buaya
Sumber: Departemen
D Kimpraswil,
K 2
2003
3) R
Retak blok
P
Penyebab terrjadinya rettak blok adaalah sebagaii berikut :
a pelapukann aspal;
a.
c. ketebalann kurang.
30
31
4) R
Retak memaanjang
P
Penyebab terrjadinya rettak memanjang adalah sebagai berrikut :
a refleksi dari
a. d retak daari lapisan bawah;
G
Gambar 2.13 Kerusakan
K Retak: Retak meemanjang
Sumber: Departemen
D Kimpraswil,
K 2
2003
31
32
5) R
Retak Melinntang
P
Penyebab terrjadinya rettak melintan
ng adalah seebagai berikkut :
G
Gambar 2.14 Kerusakan Reetak: Retak melintang
m
Sumber: Departemen
D Kimpraswil,
K 2
2003
2.4.3.3 Deformasi
D
1) A
Alur
P
Penyebab terrjadinya aluur adalah sebagai berikuut :
b pemadataan rendah.
b.
32
33
2) K
Keriting
P
Penyebab terrjadinya kerriting adalah
h sebagai berikut :
3) D
Depresi/amb
blas
P
Penyebab teerjadinya depresi/amb
d blas adalahh pemadataan rendah, daya
33
34
4) P
Pergeseran (
(shoving)
P
Penyebab terrjadinya perrgeseran (sh
hoving) adaalah sebagai berikut :
5) D
Deformasi p
plastis
P
Penyebab terjadinya deeformasi plaastis adalahh penggunaaan aspal berrlebih
34
35
jenis kerusakan yang akan disurvei dapat digolongkan menjadi 5 jenis, yaitu
bleeding, pengausan dan atau pelepasan butir, lubang dan atau deliminasi, retak,
dan deformasi.
prasarana (jalan) terklasifikasi, dalam satuan tertentu serta pada selang waktu
tertentu. Survei ini bermaksud untuk mendapatkan data yang berguna dalam
perencanaan maupun rekayasa lalu lintas. Berdasarkan data ini, nanti dapat
diperoleh nilai LHR (Lintas Harian Rata-rata) maupun LHRT (Lintas Harain
suatu titik pengamatan pada suatu ruas jalan dalam waktu 1 hari (24 jam),
sedangkan LHRT merupakan jumlah rata-rata kendaraan yang melewati suatu titik
pengamatan pada suatu ruas jalan dalam waktu 1 hari (24 jam), selama setahun
(365 hari) atau jumlah lalu lintas setahun yang dibagi 365.
Fkh : Faktor koreksi variasi arus lalu lintas harian (bisa didapat di PU)
Fkb : Faktor koreksi variasi arus lalu lintas bulanan (bisa didapat di PU)
biasa dilakukan untuk survei pencacahan lalu lintas dengan metoda manual, yaitu
35
36
2.4.4.3 Persiapan
bagaimana berbagai kelas kendaraan dapat dikenali. Untuk itu, ilustrasi dengan
tetap di tepi jalan, sedemikian sehingga diperoleh pandangan yang jelas dan
sedapat mungkin agar petugas terhindar dari panas dan hujan. Surveyor mencatat
setiap kendaraan yang melewati titik yang telah ditentukan pada formulir
lapangan.
terklasifikasi adalah :
b. formulir survei;
c. alat tulis;
d. jam/stop watch.
semua kendaraan yang lewat dihitung. Jadi, diusahakan 100% kendaraan tercacah.
survei dan kondisi lalu lintas yang dipecahkan. Survei dapat berlangsung mulai
36
37
dari 1 jam hingga satu hari penuh atau bahkan untuk beberapa hari. Jika menjadi
masalah adalah kemacetan pada saat jam sibuk, maka pencacahan volume lalu
lintas pada jam sibuk perlu dilakukan survei yang lebih rinci, yaitu dengan
melakukan pencacahan volume dengan interval waktu 5 menit, selain itu juga
Dalam rangka survei untuk memperoleh suatu arus lalu lintas sehari
penuh, maka survei harus dilakukan selama 24 jam. Akan tetapi, porsi terbesar
arus lalu lintas terjadi antara jam 06.00 pagi hingga jam 22.00 malam. Oleh
karena itu untuk keperluan desain, biasanya waktu pelaksanaan survei dibatasi
Untuk volume ruas yang cukup tinggi, dengan kecepatan yang tinggi
yang lewat. Sehingga pencacahan dapat dilakukan oleh lebih dari satu surveyor,
kendaraan tertentu.
lebih dari 4 jam (juga tergantung tingkat volume dan kecepatan lalu lintas),
37
38
sehingga bila dilakukan pencacahan yang lebih dari 4 jam dari sehari, maka perlu
pada penelitian ini untuk dapat mendefinisikan kriteria penilaian pada informasi
b. Kendaraan sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
38
39
Sumber: Dirjen Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/TBM/1997
SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, dimana
lalu lintas, yang disebut dengan Ekivalen Mobil Penumpang (emp). Menurut
sedikit perbedaan nilai emp untuk tiap tipe/jenis perencanaan. Berikut akan
ditampilkan tabel nilai emp untuk perencanaan jenis Perencanaan Jalan Perkotaan,
baik yang terbagi (pada Tabel 2.3) maupun yang tak terbagi (pada Tabel 2.4).
39
40
Tabel 2.3 Nilai Emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah
Tipe Jalan: Arus lalu Emp
Jalan satu arah dan jalan lintas per lajur
terbagi (kend/jam)
HV MC
Dua-lajur satu-arah (2/1) 0 1,3 0,40
dan
Empat-lajur terbagi ≥1050 1,2 0,25
(4/2D)
Tiga-lajur satu-arah (3/1) 0 1,3 0,40
dan
Enam-lajur terbagi (6/2D) ≥1100 1,2 0,25
Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak
40
41
berarti. Kecepatan rencana untuk masing-masing fungsi jalan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.5 Kecepatan Rencana Sesuai Klasifikasi Fungsi dan Medan Jalan
Untuk kondisi medan yang sulit (VR) suatu segmen jalan dapat diturunkan
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan, dimana jalur dapat terdiri
atas beberapa lajur. Batas jalur lalu lintas dapat berupa median, bahu, trotoar,
pulau jalan, dan separator. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar
jalur peruntukkannya. Lebar jalur minimum untuk jalan umum adalah 4,5 meter,
menggunakan bahu jalan. Jalur lalu lintas terdiri atas beberapa tipe, yaitu:
41
42
Berikut ini terdapat informasi lebar jalur dan bahu minimum, seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.
3.000- 7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
10.001- 7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25.000
> 25.000 2nx3,5*) 2,5 2x7,0*) 2,0 2nx3,5*) 2,0 **) **) - - - -
Keterangan:
**) = Mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5m, dimana n=jumlah lajur per jalur
- = tidak ditentukan
Sumber: Dirjen Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997
42
42
43
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh
marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan
kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu
ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang
nilainya tidak lebih dari 0.80. Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu
Besaran kemiringan untuk perkerasan aspal dan beton sebaiknya 2-3%, sedangkan
untuk perkerasan kerikil sebesar 4-5%. Pada tabel berikut dapat dilihat lebar lajur
yang tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, dimana dalam hal ini
juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”. Alinyemen horizontal terdiri
dari garis-garis lurus (biasa disebut tangen), yang dihubungkan dengan garis-garis
lengkung (tikungan). Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran
lingkaran saja.
dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus
44
harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR). Panjang
bagian lurus untuk setiap fungsi jalan dapat dilihat pada tabel berikut.
Full Circle (FC); dan Spiral-Spiral (SS). Diantara bagian lurus jalan dan bagian
alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan
berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat
45
harus dipenuhi oleh suatu tikungan sesuai dengan kecepatan rencananya dan pada
Tabel 2.9 akan ditampilkan mengenai tikungan dengan jari-jari tertentu yang tidak
VR 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jari-jari 600 370 210 110 80 50 30 15
minimum,
Rmin (m)
Sumber: Dirjen Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/TBM/1997
VR 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jari-jari 600 370 210 110 80 50 30 15
minimum,
Rmin (m)
Sumber: Dirjen Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/TBM/1997
46
Circle
Spiral
Tangen
Gam
mbar 2.20 Kom
mponen Tikun
ngan Spiral-C
Circle-Spiral
S
Sumber: Saodaang, 2004
2.4.5.7 Alinyemen
A V
Vertikal
A
Alinyemen vertikal teerdiri atas bagian laandai vertikkal dan bagian
b
lengkung cembung.
47
1) Landai maksimum
didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak
dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel
2.11.
48
Sumber: Dirjen Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/TBM/1997
2) Lengkung vertikal
kelandaian dan menyediakan jarak pandang henti. Panjang lengkung vertikal bisa
49
3) L
Lajur pendakkian (climbiing lane)
L
Lajur penddakian dim
maksudkan untuk meenampung truk-truk yang
kendaraann lain pada umumnya, agar kendaaraan kendaaraan lain dapat mendaahului
kendaraann lambat terrsebut tanppa harus berrpindah lajuur atau meenggunakan lajur
mempunyyai kelandaiian yang beesar, menerrus, dan voolume lalu lintasnya relatif
r
berikut: disediakan
d pada jalann arteri ataau kolektorr; apabilaa panjang kritis
serongan sepanjang 45
4 meter daan berakhirr 50 meter sesudah puuncak kelan
ndaian
Gambar 2.21.
Gam
mbar 2.21 Laju
ur Pendakian
Sumber: Dirjen Bina Marga.
M 1997. Tata
T Cara Perrencanaan Geeometrik Jalann Antar Kota No.
N
038/TBM//1997
50
Jarak minimum
m antara 2 lajur pendak
kian adalah 1,5 km, deengan lebarr lajur
pendakiann sama denggan lebar lajjur rencana,, dimana iluustrasinya ddapat dilihatt pada
gambar beerikut.
2.4.5.8 Koordinasi
K a
alinyemen
A
Alinyemen v
vertikal, alinnyemen horrizontal, daan potongann melintang jalan
51
alinyemen vertikal;
b. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau
c. Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang
harus dihindarkan;
d. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horisontal harus
dihindarkan; dan
e. Tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus dan panjang
harus dihindarkan.
52
Gam
mbar 2.23 Conntoh Koordinaasi Alinyemenn yang Ideal
Sumber: Dirjen Bina Marga.
M 1997. Tata
T Cara Perrencanaan Geeometrik Jalann Antar Kota No.
N
038/TB
BM/1997
puncak alinyemen
a vertikal, seehingga peengemudi sulit mempperkirakan arah
Gambar 2.24
2 Contoh Koordinasi
K Aliinyemen yangg Harus Dihindari
Sumber: Dirjen Bina Marga.
M 1997. Tata
T Cara Perrencanaan Geeometrik Jalann Antar Kota No.
N
038/TBM//1997
53
2.5.1 Umum
dengan data base atau basis data adalah gabungan dari beberapa data yang diolah
relasi antara kedua data tersebut serta dapat dipakai secara bersama oleh beberapa
pengguna aplikasi. Terdapat dua cara yang dilakukan dalam menggunakan basis
data, yaitu :
program.
akses luas dan manipulasi pada data dapat dilakukan oleh sebuah aplikasi
program. Sebuah basis data dapat di-generate atau di-maintain secara manual
terkomputerisasi data dibuat dan dimaintain oleh program aplikasi yang secara
khusus ditulis untuk itu atau oleh sistem manajemen basis data.
Sistem manajemen basis data (basis data management system, DBMS), atau
kadang disingkat SMBD, adalah suatu sistem atau perangkat lunak yang
54
dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi terhadap
data yang diminta banyak pengguna. SMBD merupakan sistem software general-
purpose yang memiliki fasilitas proses define, construct dan manipulate basis data
a. Define adalah spesifikasi tipe data, struktur dan constraint data yang akan
c. Manipulate adalah fungsi seperti query basis data untuk memanggil data
purpose). Contoh tipikal SMBD adalah akuntansi, sumber daya manusia, dan
bagian pendukung (back office) suatu perusahaan. Contoh SMBD adalah Oracle,
perangkat lunak yang dirancang untuk dapat melakukan utilisasi dan mengelola
koleksi data dalam jumah yang besar. SMBD juga dirancang untuk dapat
melakukan masnipulasi data secara lebih mudah. Sebelum adanya BMS maka data
pada umumnya disimpan dalam bentuk flatfile, yaitu file teks yang ada pada
sistem operasi. Sampai sekarangpun masih ada aplikasi yang menyimpan data
dalam bentuk flat secara langsung. Menyimpan data dalam bentuk flat file
55
mempunyai manfaat yang optimal jika ukuran file-nya relatif kecil, seperti file
passwd. File passwd pada umumnya hanya digunakan untuk menyimpan nama
yang jumlahnya tidak lebih dari 1000 orang. Selain dalam bentuk flat file,
kelemahan dari flat file, seperti bertambahnya kecepatan dalam pengolahan data.
adalah masalah manajemen dan keamanan data yang masih kurang. Penyimpanan
diantaranya :
cukup besar, sangat jauh berbeda dengan performance data yang disimpan dalam
bentuk flat file. Selain itu disamping memiliki unjuk kerja yang lebih baik, akan
data atau kumpulan data yang sama dalam sebuah basis data yang mengakibatkan
ruang penyimpanan yang besar ketika data yang sama disimpan berulang-ulang.
File yang berisi data yang sama, menjadi tidak konsisten. Meskipun update
56
diaplikasikan ke seluruh file yang sesuai, data tetap tidak konsisten karena update
dilakukan bebas oleh setiap kelompok user. Dalam pendekatan basis data, view
dari kelompok user yang berbeda diintegrasikan selama desain basis data. Untuk
konsistensi, perlu desain basis data yang menyimpan setiap item data logika
dalam hanya satu lokasi pada basis data. Dengan redudansi yang terkontrol
kekonsistenan data yang diakses secara bersama-sama akan lebih terjamin dari
pada data disimpan dalam bentuk file atau worksheet yang tersebar;
pengamanan pada file sistem operasi. Keamanan dalam SMBD akan memberikan
Terdapat beberapa pelaku yang terlibat dalam suatu lingkungan basis data,
Dalam lingkungan basis data, sumber utama adalah basis data itu sendiri
dan sumber kedua adalah SMBD dengan software-nya. Pengaturan sumber ini
57
pelanggaran keamanan atau waktu respon sistem yang buruk. Dalam organisasi
yang lebih besar, ABD dibantu oleh seorang staf yang menyelesaikan fungsi-
fungsi ini.
dalam basis data dan pemilihan struktur yang sesuai untuk mewakili dan
menyimpan data ini. Tugas-tugas ini perlu dilakukan sebelum basis data yang
kebutuhannya, dan mencapai desain yang sesuai dengan kebutuhan user. Dalam
banyak kasus, desainer adalah seorang staf dari ABD dan kemungkinan
ditugaskan untuk hal lain jika desain basis data selesai dibuat. Desainer basis data
secara khusus berinteraksi dengan setiap kelompok user dan membangun view
dari basis data yang sesuai dengan data dan memproses kebutuhan kelompok
tersebut. View ini kemudian dianalisis dan diintegrasikan dengan view dari
kelompok user yang lain. Desain basis data akhir mampu mendukung kebutuhan
58
3. End users
ke basis data untuk query, update dan generate laporan. Beberapa kategori dari
user :
a. Casual end user : yang mengakses basis data, tetapi mereka membutuhkan
informasi yang berbeda setiap saat. Mereka menggunakan bahasa query basis data
b. Naïve atau parametric end user : fungsi pekerjaaan utama mereka adalah
berkisar pada query dan update basis data, menggunakan tipe standar dari query
dan update (disebut canned transaction) yang perlu diprogram dan diuji secara
hati-hati.
menggunakan paket program yang sudah jadi yang menyediakan menu yang easy
Analis sistem menentukan kebutuhan user, khususnya end user yang naive
dan parametric, dan membuat spesifikasi untuk canned transaction yang sesuai
59
tugas-tugasnya.
5. Pelaku lainnya:
dan software dari sistem basis data yang dioperasikan dan dimaintain.
sering juga disebut dengan Sistem Informasi Geospasial merupakan suatu sistem
menganalisis data dan atribut yang bereferensi kepada lokasi atau posisi obyek-
obyek di bumi. Data atau informasi yang bereferensi kepada lokasi atau posisi
atau editing data, memetakan data spasial ke dalam bentuk peta dijital,
60
tersebut. SIG ini antara lain dapat digunakan untuk keperluan riset di bidang
perencanaan situasi darurat yaitu di dalam perhitungan waktu respon oleh instansi
yang berwenang pada saat terjadi bencana alam, analisis cakupan daerah yang
terkena polusi udara akibat pergerakan lalu lintas, serta analisis penempatan lokasi
Pada saat dimunculkan tahun 1960-an, penggunaan SIG masih terbatas pada
sejumlah kecil penelitian dan aplikasi. Saat ini, SIG merupakan salah satu
Secara konseptual, SIG dapat dilihat sebagai suatu kumpulan beberapa peta
layer lainnya. Setiap layer memuat tema atau data geografis yang bersifat unik
wilayah, layer yang pertama akan memuat khusus mengenai letak pelanggan
(customer) suatu perusahaan, layer kedua mengenai jalan, layer ketiga mengenai
kaplingan, layer keempat mengenai elevasi, dan layer kelima mengenai tata guna
61
pelangga
an
jalan
kaplinga
an
elevasii
TGL
dunia
nyata
G
Gambar 2.26 Contoh
C Beberapa Peta yang
g Direpresentaasikan ke Dalaam Layer
Sumber: Sm ww.smilejogjaa. com/wp-conntent/uploads/22009/ 05/palaatihan-
mile Group. 20009. http://ww
gis.jpg, Maret
M 2010
Sem
mua layer daalam SIG teersebut dapaat dikombinnasikan atauu tumpang tindih
t
pemakai (user)
( sistem
m tersebut. Dalam beeberapa kasuus, SIG dappat didefiniisikan
atau pem
merintah daaerah kabuppaten untu
uk manajem
men inform
masi persil atau
kepemilikkan tanah.
Di dalam
d prosees yang lebbih sederhan
na, SIG meemungkinkaan versi oto
omatis
merupakan fungsi dari SIG yang paling umum dan banyak digunakan. Di dalam
analisis peta secara manual atau secara optis, analisis ini dilakukan dengan cara
meletakkan dua buah peta yang berisi dua tema yang berbeda diatas meja yang
dilengkapi dengan lampu, kemudian dilihat daerah mana saja yang bertampalan
satu dengan yang lainnya. Dengan cara manual analisis tersebut hanya dapat
dilakukan dengan jumlah peta yang terbatas karena kemampuan mata seorang
analis sangat terbatas. Akan tetapi dengan bantuan SIG jumlah peta yang
dianalisis jumlahnya tidak terbatas dan hasil analisis yang dihasilkan jauh lebih
presisi dan cepat karena dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. SIG
terdiri dari beberapa subsistem atau fungsi-fungsi yang meliputi data masukan,
SIG ini digambarkan pada Gambar 2.26. Setiap fase dalam gambar tersebut
relevan dengan pendekatan yang berorientasi pada data, seperti yang telah
63
G
Gambar 2.26 Konsep Strateegis Perancangan SIG
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
1) Fasee 1 – Perenccanaan/plannning
Tahapan ini meliputi tinjauan sisstematis meengenai siappa calon penngguna SIG
G, data
menginforrmasikan mengenai
m biaaya dan maanfaat dari SIG
S yang akkan dibuat. Pada
sumber data,
d akurassi, waktu pengumpula
p an data daan hal-hal atau keteraangan
lainnya mengenai
m setiap detail data yang dikumpulkaan. Juga daalam tahapaan ini
64
sebelum dibuat sistem dalam skala besar dibuat terlebih dahulu prototipe atau
3) Fase 3 - Implementasi/implementation
sistem secara penuh. Semua pengguna harus memahami bagaimana SIG akan
4) Fase 4 – Pemeliharaan/maintenance
Terakhir, aplikasi SIG harus dipelihara dan dikelola secara baik. Dalam
beberap kasus, SIG didesain untuk keperluan yang sangat spesifik. Dalam kasus
yang demikian SIG akan selesai dipergunakan jika keperluan yang bersifat
spesifik tersebut sudah selesai dilakukan dan pemeliharaan tidak diperlukan lagi.
Akan tetapi meskipun sistemnya sudah tidak dapat dipergunakan lagi, data pada
sistem tersebut kemungkinan dapat digunakan untuk proyek atau keperluan yang
pemutakhiran data.
65
Dalam sub bab ini diperlihatkan cara pembentukan data spasial SIG dengan
diperlihatkan pada Gambar 2.30. Suatu layer atau peta yang memuat obyek
Misalkan terdapat file gambar peta dijital dengan nama Evakuasi.dxf pada
direktori d:\gambar. File inilah yang digunakan sebagai data masukan ke dalam
File data yang digunakan adalah berasal dari data sekunder eksisting dari
perangkat lunak AutoCad. Konversi dari file gambar (drawing/ *.dwg) ke file
perangkat lunak tersebut (AutoCad) dan DBASE (seperti DBASE III+, atau
spasial, pendefinisian topologi, editing data spasial dan melakukan fungsi analisis
spasial. Sementara itu perangkat lunak ArcView lebih ditujukan untuk tampilan
66
Input Data
Pendefinisian
Topologi
Editing data
- grafis
- atribut
Pendefinisian
Topologi
- Analisis
- Display
- Cetak
Gambar 2.27 Tahapan Pekerjaan Pembentukan Coverage SIG berbasis Data Vektor
Sumber: Hasil Analisa, 2011
67
ingin dimasukkan
d ke dalam konversi (ingat bahwaa layer 0 m
mutlak selalu
u ada
menyim
mpan inforrmasi koorrdinat gamb
bar, jika tidak
t diikuutsertakan maka
d. Coveraage sebelum
m diedit (diigunakan) harus
h dibenntuk topologinya (entaah itu
hanya untuk
u topoloogy ’line’ dan
d ’poly’ saaja (tidak untuk
u pointt).
69
Gambar 2.30
2 Pemberian
n ID pada Arccedit
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
f. Ingat untuk
u jika kita
k bekerjaa untuk pen
ngeditan naama ID maaka feature yang
akan diedit
d ditfea’) haruuslah label. Contoh lainnya
(‘Edittfeature’ dissingkat ‘Ed
70
h. Jika sem
mua lingkarran telah dikklik, maka tekan
t angkaa 9 pada keyyboard kom
mputer
untuk keluar
k (QUIIT).
G
Gambar 2.31 Keluar
K dari Menu
M Arcedit dan
d Pembentukkan Kembali T
Topologi
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
71
Gambar 2.32
2 Penambaahan Item ‘NA
AMA’ pada Cooverage Evakuuasi
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
yaitu NAMA.
N
string (c=character
( r)
72
menem
mpatkan kurrsor pada saaat menam
mbahkan item
m database tersebut seeperti
73
Enter Point)
P
74
Gambar 2.35
2 ID yang Telah Dipilih
h untuk Diberikan Data Atriibut
mber: Hasil An
Sum nalisa, 2011
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
75
p. Arcedit memberikan pesan bahwa satu ID telah anda klik, dan sekarang siap
‘Moveitem’. ‘Titik A’ adalah definisi dari kita sendiri dengan asumsi adalah
pada titik tersebut merupakan titik A evakuasi, bisa saja kita berikan nama lain
r. Setelah itu kita keluar dari arc-info (dengan perintah ‘quit’) dan coverage
ordinal, interval, rasio). Agar data atribut dapat diolah secara analitis (diolah
dengan rumusan atau formula tertentu) maka data atribut harus dibuat dalam
bentuk bilangan. Data spasial dan atribut secara bersama-sama dapat digunakan
Languange). Hal ini dimungkinkan karena data spasial dan non spasial
diidentifikasi menggunakan nama tabel yang unik (tunggal) dalam format baris
dan kolom. Setiap kolom dalam tabel juga mempunyai nama yang unik (tunggal).
76
Kolom menyimpan nilai atribut yang spesifik, sementara baris menyimpan satu
‘record’ dalam tabel. Di dalam SIG setiap baris dalam tabel terhubung dengan
bentuk spasial yang terpisah menggunakan suatu identifier kunci (key) yang
bersifat unik. Setiap baris terdiri dari beberapa kolom dimana setiap kolomnya
memiliki nilai yang spesifik dari bentuk geografis (spasial) tersebut. Jika ditinjau
kembali contoh model relasional yang telah digambarkan seperti yang terlihat
pada Gambar 2.37, maka model relasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
mempunyai nama yang spesifik yaitu atribut 1, pada baris dengan ID = 14. ID
c. Baris tersebut mempunyai beberapa kolom yang mempunyai nilai atribut yang
spesifik pula (kolom Luas Area (ha) dan No). Dalam hal ini kolom Luas Area
d. Tabel Atribut 1 juga direlasikan dengan tabel lain yang juga mempunyai nama
yang spesifik yaitu Atribut 2. No = 3 dalam hal ini merupakan identifier kunci
77
PETA
Tabel Atribut 1
Tabel Atribut 2
Umur Nama
No
(Tahun) Pemilik
66 ADI 3
Bentuk bumi yang tidak bulat sempurna disebut dengan ellipsoid atau
radius Bumi di Kutub dan di Khatulistiwa ini disebut dengan datum. Pada tahun
sebagai NAD27 (North American Datum of 1927). Sejak tahun 1983, dimana
pengukuran radius bumi dapat dilakukan lebih akurat dari hasil riset yang
diperbaiki dan dikenal dengan nama NAD83. Namun dunia luar selain Amerika
menggunakan datum dari hasil pengukuran pada tahun 1980 yang dikenal dengan
78
disempurnakan pada tahun 1984 dan diadopsi secara international, dikenal dengan
dalam membuat peta rupa Indonesia. Nilai pada datum ini mengadopsi nilai datum
NAD27. Posisi suatu tempat dialamatkan dengan nilai koordinat garis bujur
(longitude) dan lintang (latitude) yang melalui tempat itu. Garis bujur (longitude),
sering juga disebut garis meridian, yaitu merupakan garis lurus yang
menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi. Keterangan lebih lanjut
Gambar 2.38 Posisi Garis Lintang, Bujur, dan Lainnya pada Bumi
Sumber: Zuhdi, t.t. http://www.angelfire.com/mo/zuhdi/Kuliah2.pdf., Maret 2010
kemudian membesar kearah Timur dan Barat sampai bertemu kembali di Garis
79
batas tanggal Internasional yaitu terletak di selat Bering dengan nilai 1800. Garis
bujur 00 sering juga disebut prime meridian atau meridian Greenwhich. Garis
bujur kearah barat diberi nilai negative dan disebut Bujur Barat (West
Longitude) serta disingkat BB. Sedangkan garis bujur yang kearah Timur diberi
nilai positif dan disebut Bujur Timur (East Longitude) serta disingkat BT.
Adapun nilai koordinat Lintang dimulai dari garis lingkaran Khatulistiwa yang
diberi nilai 00. Selanjutnya garis-garis lintang yang lain berupa lingkaran-
Khatulistiwa. Lingkaran pararel di Selatan disebut garis Lintang Selatan (LS) dan
diberi nilai negatif, sedangkan lingkaran pararel di Utara diberi nilai positif dan
disebut garis Lintang Utara (LU). Nilai maksimum koordinat garis Lintang adalah
dua cara, yaitu dengan satuan DMS (Degree Minute Second) dan satuan DD
(Decimal Degree).
Dalam sistem satuan DMS, setiap derajat sudut dibagi menjadi 60 menit dan
semua sistem ini dapat diakomodir pada kebanyakan software SIG, walaupun
pada penyajian data, baik DMS maupun DD dapat ditampilkan. Kebanyakan pada
proses input data, software SIG hanya bisa menerima data koordinat dalam satuan
DD. Berikut adalah contoh konversi koordinat dari satuan DMS ke satuan DD:
80
103025’38”BT 2036’53”LS
= 103,4272220 = -2,6147220
yang bernilai negatif (Lintang Selatan atau Bujur Barat), penjumlahan komponen
35,5440” ; 11,52”
81
BAB III
METODE PENELITIAN
diminimalkan. Rancangan penelitian pada kasus ini dapat dilihat pada gambar
Mulai
Studi Pendahuluan:
- Identifikasi pustaka
- Survei pendahuluan
- Identifikasi lokasi penelitian
Perumusan Pendahuluan:
- Latar belakang
- Rumusan masalah
- Tujuan penelitian
Kajian Pustaka
81
82
Persiapan Survei:
- Perumusan form survei beserta alat
- Pembuatan panduan survei bagi surveyor
Pengumpulan Data
Selesai
83
kebutuhan informasi dan beberapa program basis data yang digunakan oleh
instansi terkait, langkah ini meliputi identifikasi pustaka, survei pendahuluan, dan
pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder. Analisis data hasil survei
dilakukan untuk membuat data kondisi Jalan Nasional menjadi lebih informatif.
Setelah informasi jalan tersebut dianalisis, maka basis data jalan berbasis SIG
Penelitian akan dilakukan di seluruh ruas jalan nasional provinsi Bali yang
ruas jalan nasional yang menjadi tanggung jawab P2JJ Metropolitan Denpasar
terdapat perbedaan panjang ruas antara data yang diperoleh dari Kepmen Nomor:
Denpasar pada beberapa ruasnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh, saat ini
panjang ruas jalan tersebut ke pemerintah pusat. Selain data mengenai panjang
ruas, terdapat juga data mengenai titik pengenal awal dan titik pengenal akhir dari
ruas jalan tersebut. Salah persepsi dalam pengenalan awal dan akhir suatu ruas
84
dapat menyebabkan domino effect of error, karena hampir semua titik akhir ruas
suatu jalan menjadi titik awal ruas jalan lainnya. Keterangan lebih lanjut
Data ini diperoleh melalui survei lapangan. Formulir survei untuk data
primer dapat dilihat pada Lampiran D usulan penelitian ini. Adapun data primer
Perjuangan (Puputan), di kota Denpasar. Posisi patok DPS-0 tepatnya berada pada
koordinat 08039’22,1’’ LS dan 115013’04,1’’ BT. Informasi STA tiap awal dan
akhir segmen pada ruas jalan berguna untuk memberikan gambaran lokasi dari
segmen ruas, karena patok STA terdapat di tiap kelipatan 100 meter ruas jalan
Nasional. Gambar 3.2 berikut merupakan ilustrasi STA, ruas, dan segmen.
0m 500 m 900 m
85
Gam
mbar 3.3 beerikut meruupakan foto
o udara, yanng diambil dari ketinggian
provinsi Bali.
B
Titik Nol
menggunaakan meteraan kain setiiap awal daan akhir seggmen (tiap segmen berrjarak
86
berfungsi untuk mengetahui lebar badan jalan dan mengetahui ruas jalan yang
tidak memenuhi syarat lebar minimal sesuai UU No.38 tahun 2004 dan PP No.34
tahun 2006. Cara penulisan pada form adalah lebar saluran kiri, lebar bahu kiri,
lalu lebar jalur, lebar bahu kanan, dan lebar saluran kanan. Untuk jalan dengan
Secara garis besar, teknis pelaksanaan survei kondisi jalan dapat dilihat pada
berikut ini:
b. Untuk survei yang dilakukan pada suatu ruas jalan yang mempunyai jalur
pemisah (median, saluran atau lainnya) maka survei dilakukan pada jalur yang
persegmen adalah 500 meter, dimana dalam penelitian ini jenis kerusakannya
kerusakan tersebut yaitu bleeding, pengausan dan atau pelepasan butir, lubang dan
atau deliminasi, retak, dan deformasi. Langkah yang dilakukan dalam survei jenis
kerusakan adalah dengan menghitung perkiraan luas dari tiap kerusakan yang
87
Maka akan didapat luasan tiap jenis kerusakan pada tiap segmen.
Kondisi Definisi
Rusak Ringan Kerusakan antara 20% sampai kurang dari 60% luas permukaan
geometrik pada penelitian ini akan digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu baik,
cukup, dan kurang. Definisi dari masing-masing kategori tersebut dapat dilihat
88
Kondisi Definisi
Cukup Kelandaian tidak terlalu besar dan tikungan tidak terlalu tajam
Kurang Kelandaian besar, panjang, serta tidak ada climbing lane, dan
mengetahui kondisi kegiatan sosial di sekitar jalan, yang tentunya kondisi ini
penelitian ini akan digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu baik, cukup, dan kurang.
Pada kondisi sosial yang menjadi ukuran adalah bangunan yang terdapat dalam
RUMIJA (25 meter) dan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan gangguan
pada lalu lintas. Definisi dari masing-masing kategori tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
89
Kondisi Definisi
Baik Tidak ada bangunan yang terletak dalam RUMIJA (25 meter)
pengambilan foto adalah untuk nilai kondisi yang kurang, baik kondisi
kondisi real di lapangan, dimana juga dapat sebagai kontrol terhadap penilaian
90
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini sudah tersedia pada
Informasi mengenai titik pengenal awal dan akhir suatu ruas jalan sangatlah
semua titik akhir suatu ruas menjadi titik awal ruas berikutnya. Jadi, jika terjadi
kesalahan persepsi terhadap titik akhir suatu ruas, maka sudah tentu terjadi
kesalahan penentuan titik awal pada ruas berikutnya, dan demikian juga untuk
ruas berikutnya. Data mengenai titik awal dan akhir ini dapat diperoleh di SNVT
sehingga panjang ruas yang digunakan pada penelitian ini merupakan kutipan dari
survei yang dilakukan P2JJ. Hal ini dilakukan untuk mengontrol panjang ruas
yang didapat dari hasil pengukuran surveyor penelitian ini, sehingga dapat
diketahui secepat mungkin apabila terjadi kesalahan dalam persepsi titik awal dan
ditentukan persamaan korelasi antara Dipstick Floor Profiler dengan alat ukur
NAASRA terhadap nilai IRI. Persamaan korelasi ini didapatkan dengan membuat
Seksi Percobaan (SP), paling sedikit dilakukan 8 SP yang dipilih dari jalan yang
91
permukaannya sangat rata sampai yang sangat tidak rata, panjang SP adalah 300
mencatat ketidakrataan permukaan jalan. Pada penelitian ini akan digunakan data
IRI dari P2JJ Metropolitan Denpasar mengingat keterbatasan alat yang dimiliki
pencacahan lalu lintas terklasifikasi untuk mendapatkan nilai Lalu lintas Harian
titik yang telah ditentukan pada formulir lapangan atau dengan “handy tally”
(yaitu suatu alat kecil yang dapat menjumlahkan secara kumulatif) dan
lapangan yang berbeda atau beberapa buah handy tally. Pada dasarnya, tidak ada
analisis, data tersebut dapat digabungkan kembali jika dikehendaki. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari P2JJ Metropolitan
92
Tahapan penyusunan basis data dibagi menjadi dua, yaitu penyusunan data
spasial dan data atribut. Data spasial terdiri dari peta provinsi Bali dan juga foto-
foto, sedangkan data atribut terdiri dari data primer dan sekunder. Basis data
disusun sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan analisis data spasial. Secara
93
BAB IV
awal maupun akhir segmen terhadap Stasiun Titik Awal pada ruas Jalan Nasional
di bawah tanggung jawab P2JJ Metropolitan, dapat dilihat pada lampiran E dan
juga program basis data. Data ini akan sangat membantu dalam mengenali dan
persamaan persepsi terhadap segmen setiap ruas yang dimaksud dalam laporan
ini.
Data mengenai lebar saluran, bahu, dan jalur hanya akan ditampilkan pada
lampiran laporan saja dan tidak pada program. Hal ini dikondisikan agar tampilan
Informasi mengenai data RCI (Road Condition Indext) setiap segmen jalan
dapat dilihat pada Lampiran F, namun tidak ditampilkan dalam program ini
Roughness Index).
93
94
tanggung jawab P2JJ Metropolitan dapat dilihat pada lampiran F laporan ini. Data
bermanfaat dalam penentuan kondisi perkerasan. Data ini juga tidak ditampikan
Metropolitan pada tahun 2009 dapat dikatakan dalam kondisi baik. Hal tersebut
Baik 172
Sedang 25
Rusak Ringan 7
Rusak Berat 3
JUMLAH 207
95
90,00
0% 83,09%
80,00
0%
70,00
0%
60,00
0%
50,00
0%
40,00
0%
30,00
0%
20,00
0%
12,08%
10,00
0% 3,38% 1,45%
0,00
0%
B
Baik Sedang Rusak R
Ringan Rusak Berat
4.1.6 Kon
ndisi geomeetrik
Dataa mengenai kondisi geoometrik jalaan yang diperoleh melaalui survei visual
v
96
KOND
DISI GEOM
METRIK JUMLAH
H SEGMEN
N
Baik 1
188
Cukup
p 18
Kuran
ng 5
H
JUMLAH 2
207
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
100,00%
%
8
89,37%
90,00%
%
80,00%
%
70,00%
%
60,00%
%
50,00%
%
40,00%
%
30,00%
%
20,00%
%
8,21%
10,00%
% 2
2,42%
0,00%
%
Baik S
Sedang K
Kurang
97
4.1.7 Kon
ndisi sosial
baik, cukuup, dan kuraang. Kondissi sosial jalaan ini secarra umum addalah cukup yang
KO
ONDISI SO
OSIAL JUMLAH
H SEGMEN
N
Baik 52
Cukup
p 1
141
Kuran
ng 14
JUMLAH
H 2
207
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
8
80,00%
68,12%
7
70,00%
6
60,00%
5
50,00%
4
40,00%
3
30,00% 25,12%
2
20,00%
1
10,00% 6,76%
0,00%
Baik Sedang Kurang
98
Data lebih lengkap mengenai kondisi sosial tiap segmennya dapat dilihat
lebih lanjut pada program dan pada Lampiran E laporan ini.
Foto kondisi jalan yang minimal 3 buah per segmen ini dapat dilihat lebih
lengkapnya pada program basis data ini. Foto ini bermaksud untuk dapat
Data mengenai informasi titik pengenal awal dan akhir suatu ruas jalan
merupakan informasi penting yang digunakan sebagai acuan dalam survei. Data
ini tidak dimunculkan dalam program, namun dapat dilihat lebih lanjut pada
perbedaan pangjang ruas jalan dengan panjang yang tertulis dalam Kepmen.
Panjang total ruas Jalan Nasional di bawah tanggung jawab P2JJ Metropolitan
berdasarkan hasil pengukuran di lapangan adalah 104,20 km. Jadi terdapat selisih
sebesar 0,90 km lebih panjang dari Kepmen, yang mana detailnya tersaji dalam
Data mengenai IRI (International Roughness Index) dan Lalu Lintas Harian
Rata-rata Tahunan (LHRT) pada ruas Jalan Nasional di bawah tanggung jawab
P2JJ Metropolitan selain dapat dilihat pada program basis data ini.
99
4.3 Analisa
adalah jalan arteri primer; jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota provinsi; jalan tol; serta jalan strategis Nasional. Dalam PP No. 34 tahun
2006 juga menyebutkan mengenai lebar minimum badan jalan kolektor primer,
yaitu paling sedikit 9 meter. Jadi berdasarkan PP tersebut seluruh ruas jalan
yaitu bleeding, pengausan dan atau pelepasan butir, lubang dan atau deliminasi,
retak, dan deformasi. Kerusakan jenis bleeding, sering juga disebut kegemukan
seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal terlalu banyak. Pada temperatur
tinggi, aspal dapat menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda jika dilalui oleh
kendaraan, hal ini juga tentunya akan membuat perkerasan menjadi licin.
Kerusakan ini dapat ditangani dengan cara menaburkan agregat panas dan
kemudian dipadatkan, atau dengan mengangkat lapisan aspal dan kemudian diberi
lapisan penutup. Pada ruas Jalan Nasional di bawah tanggung jawab SNVT P2JJ,
kerusakan jenis bleeding ditemui sebesar 0.08% dari semua jenis kerusakan.
100
Kerusakan jenis pengausan dan atau pelepasan butir pada perkerasan dapat
disebabkan oleh penggunaan agregat yang tidak tahan aus, penggunaan agregat
yang kotor, penggunaan agregat yang pipih, penggunaan aspal yang kurang,
temperatur pemadatan yang rendah. Kerusakan jenis ini dapat diatasi dengan
memberikan lapisan tambahan, baik berupa lapisan latasir, buras, atau latasbun, di
atas lapisan lama yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu.
Pengausan dan atau pelepasan butir terjadi pada 17.08% ruas Jalan Nasional di
yang disebabkan oleh permukaan perkerasan lama yang kotor, pemasangan lapis
perekat yang tidak merata, pemadatan saat hujan, rembesan air pada retakan,
penggunaan aspal yang kurang, penggunaan agregat yang kotor, maupun akibat
penggunaan agregat yang pipih yang mudah pecah. Cara memperbaiki kerusakan
4) Mengisi campuran aspal dan agregat dengan hati-hati agar tidak terjadi
sekresi;
dengan lingkungannya.
101
Berdasarkan hasil survei, pada ruas jalan kerusakan jenis lubang dan atau
Kerusakan jenis retak merupakan kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari
pelapukan aspal, penggunaan aspal yang kurang, ketebalan dari perkerasan yang
kurang baik, drainase sekitar yang kurang baik, serta dapat juga karena tanah
dasar yang ekspansif. Cara untuk mengatasi kerusakan jenis ini adalah dengan
menambah tebal perkerasan jika memang karena beban lalu lintas yang berlebih,
mengisi celah retakan dengan campuran aspal cair dan pasir jika kondisi belum
parah, dapat memberi lapisan burtu; burda; ataupun lataston utnuk pemeliharaan
sementara, membongkar dan memberi lapisan baru lagi apabila retakan telah
meluas. Hasil survei menyatakan bahwa sebesar 80.88% atau sebagian besar
dukung tanah dasar yang rendah, pemadatan yang rendah, daya dukung lapisan
pondasi dan tanah dasar yang tidak seragam, stabilitas lapisan aspal berkualitas
1) Jika deformasi yang terjadi ≤5cm, bagian yang berdeformasi dapat diisi
102
2) Jika
J deform
masi yang teerjadi ≥5cm
m, bagian yaang berdefoormasi sebaiknya
teerjadi.
Keruusakan jenis deformasi yang terjaadi pada ruuas jalan inni adalah seebesar
1.35%, yaang artinyaa kerusakann ini termaasuk jarangg ditemui ppada ruas Jalan
Nasional di
d bawah tannggung jaw
wab SNVT P2JJ
P Metroppolitan.
90,00%
80,88%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00% 17,0
08%
10,00%
0,08% 0,61% 1,35%
0,00%
Bleedingg Terkeelupas L
Lubang Retak Deform
m.
G
Gambar 4.4 Grrafik Persentaase Jenis Keru
usakan Perkeraasan Jalan Tahhun 2009
Sum
mber: Hasil An
nalisa, 2011
103
Tampilan antar muka pada program ini disusun sedemikan rupa sehingga
program berbasis Sistem Informasi Grafis dapat terlihat lebih atraktif dengan
menggabungkan data grafis dan data atribut. Hal ini akan membuat program lebih
mudah dipahami dan digunakan bagi end user, baik para pejabat pemegang
kebijakan maupun masyarakat umum. Secara umum tampilan program ini terdiri
dari kepala (header), badan/isi (content), dan kaki (footer). Pada gambar berikut
dapat dilihat mengenai tampilan dan fasilitas dari program basis data berbasis
C
B D
E
Gambar 4.5 Tampilan Antar Muka Program dalam Web Map Aset
Sumber: Hasil Analisa, 2011
Bagian A merupakan bagian kepala yang terdiri dari 2 kelompok menu bar,
yaitu menu bar atas dan menu bar bawah. Pada menu bar atas, terdapat tiga
104
pilihan menu yang umum terdapat dalam website, yaitu home,contact, dan help.
Pilihan home digunakan untuk memudahkan para user dalam kembali ke tampilan
awal apabila tersesat dalam mencari jalan kembali ke tampilan awal. Pilihan
contact disediakan untuk para pembaca yang ingin melakukan surat menyurat
elektronik dengan pengelola asset, termasuk pula bagi yang ingin menyampaikan
kritik dan sarannya. Pilihan help dapat digunakan dalam menggali informasi
Bagian B termasuk dalam bagian isi (content) dalam tampilan program ini.
Dalam bagian B terdapat skala dalam angka, skala dalam garis, tampilan Peta
(Map Window), serta tombol untuk mengeprint peta. Bagian C yang merupakan
bagian isi (content) dari program ini adalah toolbar navigation, dimana nama dari
masing-masing toolbar ini dapat dilihat pada gambar 4.6. Toolbar Navigation ini
---Zoom Extend
---Back
---Forward
---Zoom in
---Zoom out
---Pan
---Indentify
---Multiple Select
---Tool tip/Auto Identify
---Measure
---Refresh
105
Berikut ini akan diuraikan mengenai fungsi dari masing-masing toolbar yang
diurut dari atas. Tombol zoom extend berfungsi untuk menampilkan semua
cakupan peta, setelah itu ada tombol back yang berfungsi untuk kembali ke
tampilan peta sebelumnya, kemudian di bawah itu ada tombol forward yang
untuk memperbesar tampilan peta, di bawah itu ada zoom out yang berfungsi
untuk memperkecil tampilan peta, kemudian ada tombol pan yang berguna dalam
menggeser tampilan peta kea rah yang diinginkan. Berikutnya ada tombol identify
yang bermanfaat untuk mendapatkan informasi detail dari obyek yang dipilih, di
bawah itu ada multiple select yang berfungsi untuk memilih obyek di peta dengan
cara membingkai atau membatasi obyek tersebut. Tombol tool tip digunakan
untuk menampilkan data foto dari obyek yang dipilih secara cepat, berikutnya ada
tombol measure berfungsi untuk mengukur jarak garis lurus yang dibuat maupun
tampilan peta.
tampilan program ini. Seperti pada kebanyakan program yang berbasis Sistem
apa saja yang tersedia dalam program ini sehingga memudahkan para pengguna
untuk memanfaatkan sesuai kebutuhan. Pada gambar berikut dapat dilihat lebih
106
akan mem
munculkan informasi
i m
mengenai arrti warna dalam peta, dimana maasing-
masing warna
w mem
miliki arti berbeda. Misalkan
M saja untuk informasi pada
kondisi perkerasan
p rusak ringgan, dan warna hitaam memiliiki arti ko
ondisi
tanggung jawab SN
NVT P2JJ Metropolita
M an. Penjelassan lebih llanjut men
ngenai
107
untuk mengetahui posisi tampilan peta yang dipilih terhadap tampilan peta
globalnya. Misalnya saja seorang pengguna yang dalam kondisi melihat ruas jalan
daerah Nusa Dua, maka dalam Map Reference akan telihat posisi kotak merah
Bagian F yang merupakan bagian kaki (footer) dari program ini hanya
berisikan mengenai informasi dari koordinat X dan Y pada sebelah kiri layarnya.
Sumbu X merupakan sumbu garis lintang, dan sumbu Y merupakan sumbu garis
bujur. Pada sebelah kanan layarnya terdapat informasi mengenai program ini yang
108
dan digunakan oleh pengguna, karena dalam menu ini terdapat data atribut yang
memiliki kecenderungan paling sering dilihat oleh para pengguna. Tampilan menu
Pada menu daftar ruas jalan, masing-masing ruas dapat dipilih untuk
terdapat dalam setiap segmen ruas jalan. Informasi yang disajikan dalam program
ini didesain sedemikian rupa sehingga informatif sesuai kebutuhan dan mudah
109
BAB V
5.1 Simpulan
1) Terdapat dua buah sistem stasioning yang dirumuskan dalam penelitian ini,
yang pertama adalah jarak segmen jalan terhadap awal ruas dan jarak segmen
jalan terhadap titik nol provinsi Bali. Hal ini tentunya akan mempermudah
pihak lain dalam mendeskripsikan lokasi segmen yang dimaksud oleh penulis.
pada tahun 2009 dalam laporan ini dibedakan menjadi 4 jenis. Kondisi
hingga di bawah 20% dari luas permukaan segmen jalan. Kondisi perkerasan
dikatakan “rusak ringan” apabila kerusakan yang terjadi diantara 20% hingga
dikatakan “rusak berat” apabila kerusakan yang terjadi diantara 60% hingga
100% dari luas permukaan segmen jalan. Persentase kondisi perkerasan jalan
adalah 83.09% baik, 12.08% sedang, 3.38% rusak ringan, dan 1.45% rusak
berat. Berdasarkan hasil survei dapat diketahui juga jenis kerusakan yang
109
110
terkelupas dan atau pengausan, 0.61% karena lubang dan atau deliminasi,
kelandaian yang tidak terlalu besar; dan tikungan tidak terlalu tajam. Kategori
kurang merupakan suatu kondisi dimana kelandaian besar, panjang serta tidak
terdapat climbing lane; dan tikungan yang tajam. Berdasarkan hasil survei,
maka dapat diketahui persentase kondisi geometrik jalan, yaitu sebesar 89.37%
dalam kondisi baik, 8.21% dalam kondisi sedang, dan 2.42% dalam kondisi
kurang.
merupakan suatu kondisi dimana tidak ada bangunan yang terletak dalam
RUMIJA (25 meter); dan tidak ada kegiatan ekonomi yang mengganggu lalu
sebagian berada di dalam RUMIJA (25 meter); dan terdapat kegiatan ekonomi
bangunan yang terletak pada RUMIJA (25 meter); dan terdapat kegiatan
ekonomi yang mengganggu lalu lintas. Persentase kondisi sosial pada ruas
jalan adalah sebesar 25.12% dalam kondisi baik, 68.12% dalam kondisi cukup,
111
kondisi geometrik, dan kondisi sosial dari Jalan Nasional di bawah tanggung
jawab SNVT P2JJ Metropolitan. Namun dalam program ini tetap terdapat
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari Penyusunan Basis Data Jalan Nasional
dan waktu.
112
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Tata Cara Pelaksanaan Survai Kondisi Jalan Beraspal, SNI
03-2844-1992. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Anonim. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.
038/TBM/1997. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina
Marga.
113
Prahasta, Ir. Eddy, MT. 2004. Sistem Informasi Geografis: ArcView Lanjut.
Bandung: Penerbit Informatika Bandung.
114
LAMPIRAN A
Tabel Jalan Nasional Provinsi Bali Beserta Penanggung Jawabnya
NOMOR PENANG-
PANJANG
NO. RUAS NAMA RUAS GUNG
RUAS (KM)
JAWAB
1 001 CEKIK - GILIMANUK 3,50 Wilayah
115
116
57 047 11 K SIMP. LAP. TERBANG - TUGU NGURAH RAI (DPS) 0,38 Metro
SP. COKROAMINOTO - SP. TOHPATI (JL. G.
58 056 11 K 5,95 Metro
SUBROTO TIMUR)
JUMLAH 501,64
Sumber: Kepmen 376/KPTS/M/2004
LAMPIRAN B
Tabel Titik Pengenal Awal dan Akhir Ruas Jalan P2JJ Metropolitan Denpasar Beserta Panjang Ruasnya
PANJANG RUAS
TITIK PENGENAL
(KM)
NOMOR
NO. RUAS NAMA RUAS USULAN
KEPMEN PERU-
AWAL AKHIR
(KM) BAHAN
(P2JJ)
Patung Sapi/ Sp. Tabanan-
1 005 13 K SIMP. KEDIRI - PESIAPAN Sp. A. Yani Kediri/ Patung 4,10 4,10
Antosari
2 006 MENGWITANI - TABANAN Sp. Mengwitani-Singaraja Batas Kota Tabanan 1,83 1,50
117
118
19 012 SAKAH - BLAHBATUH Patung Bayi Sp. Bone, Jl. Belahpane 3,02 3,02
20 013 BLAHBATUH - SEMEBAUNG Sp. Bone, Jl. Belahpane Patung Dewi Sri 3,56 3,70
22 018 11 K JLN. CIUNG WANARA (GIANYAR) Sp. Jl. Patih Jelantik Jl. Ngurah Rai/ Patung 0,44 0,54
119
32 047 11 K SIMP. LAP. TERBANG - TUGU NGURAH RAI (DPS) Sp. Denpasar Tuban/ Patung Patung Ngurah Rai 0,38 0,38
SP. COKROAMINOTO - SP. TOHPATI (JL. G. SUBROTO Patung Bung Tomo, Sp. Sp. Tohpati Sanur, Jl. WR.
33 056 11 K 5,95 5,50
TIMUR) Cokroaminoto, Gatsu Barat Supratman
120
LAMPIRAN C
Peta Jaringan Jalan P2JJ Metropolitan Denpasar
LAMPIRAN D
Formulir Survei Ruas Jalan Nasional
IDENTIFIKASI RUAS
SURVEYOR
RUTE SURVEI
No:
Nama:
RUAS JALAN
Panjang:
Lebar:
Titik Awal:
IDENTIFIKASI RUAS
Titik Akhir:
KETERANGAN
123
Bleeding (m²)
Terkelupas (m²)
Lubang (m²)
Retak (m²)
Deformasi (m²)
• KONDISI GEOMETRIK
Baik Cukup Kurang
Kelandaian besar, dan
[ ] Kelandaian datar [ ] Kelandaian tidak terlalu besar [ ] panjang serta tidak ada
climbing lane
[ ] Letak bangunan tidak berada di Letak bangunan sebagian berada di Letak bangunan berada di
[ ] [ ]
dalam RUMIJA (25m) dalam RUMIJA (25m) dalam RUMIJA (25m)
[ ] Tidak ada kegiatan ekonomi yang Kegiatan ekonomi memberikan Kegiatan ekonomi
[ ] [ ]
mengganggu lalu lintas gangguan terbatas mengganggu lalu lintas
CATATAN:
LAMPIRAN E
Tabel Hasil Survei Kondisi Jalan Nasional di bawah Tanggung Jawab SNVT P2JJ Metropolitan
kondisi
No. nm_segmen nm_ruas km
perkerasan geometrik fisik sosial
*) Keterangan Kondisi Perkerasan : *) Keterangan Kondisi Lainnya:
1= Baik 1= Baik 124
2= Sedang 2= Cukup
3= Rusak Ringan 3= Kurang
4 = Rusak Berat
19 6000 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 030+450
20 6500 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 030+950
21 7000 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 2 031+450
22 7500 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 2 031+950
23 8000 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 2 032+450
24 8500 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 032+950
25 9000 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 /1,3 / 7,4+ - +7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 033+450
26 10000 TUGU NGURAH RAI - NUSA DUA ( 2,8 / / / / ) 1 1 1 1 033+950
27 500 1 1 1 1 029+450
28 500 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( 1,3 / / / / ) 1 1 1 3 003+200
29 1000 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 1 2 1 3 003+700
30 1500 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 1 1 1 3 004+200
31 2000 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 2 1 1 3 004+700
32 2500 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 2 1 1 3 005+200
33 3000 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 1 1 1 3 005+700
34 3500 JLN. COKROAMINOTO (DPS) ( -/-/-/-/- ) 1 1 1 2 006+200
35 500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,7/-/- ) 4 1 1 2 008+150
36 1000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,9/-/- ) 3 1 1 2 008+650
37 1500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/6,5/-/- ) 3 1 1 2 009+150
38 2000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,8/-/- ) 3 1 1 2 009+650
39 2500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,9/-/- ) 4 2 1 2 010+150
40 3000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,3/-/- ) 3 1 1 2 010+650
41 3500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/11,4/-/- ) 3 1 1 2 011+150
42 4000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 4 1 1 2 011+650
43 4500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 3 1 1 2 012+150
44 5000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 3 1 1 2 012+650
45 5500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 2 1 1 2 013+150
46 6000 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 2 1 1 2 013+650
47 6500 BTS. DENPASAR - MENGWITANI ( -/-/-/-/- ) 1 1 1 2 014+150
126
123 500 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 3 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 1 022+400
124 1000 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 2 022+900
125 1500 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 1 023+400
126 2000 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 2 023+900
127 2500 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 2 024+400
128 3500 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 1 025+400
129 3000 SIMP. PESANGGARAN - SIMPANG KUTA ( 2 /1,3 / 7,4+1,9+7,4 /1,6 /2 ) 1 1 1 1 024+900
130 500 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 022+900
131 1000 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2,8 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 2 023+400
132 1500 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2,8 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 023+900
133 2000 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2,8 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 024+400
134 3000 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2,8 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 1 025+350
135 2500 SIMP. KUTA - TUGU NGURAH RAI ( 2,8 /1,3 / 7,4+2+7,4 /1,6 /2,8 ) 1 1 1 2 024+900
136 500 SP TOHPATI - SAKAH ( 2,8 /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 005+500
137 1000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 006+000
138 1500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 006+500
139 2000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 007+000
140 2500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 007+500
141 3000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 2 1 2 008+000
142 3500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 008+500
143 4000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 2 1 2 009+000
144 4500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 009+500
145 5000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 010+000
146 5500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 010+500
147 6000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 011+000
148 6500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 1 011+500
149 7000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 1 012+000
150 7500 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 012+500
151 8000 SP TOHPATI - SAKAH ( - /5 / 9,5+2+9,5 /5 /0 ) 1 1 1 2 013+000
*) Keterangan Kondisi Perkerasan : *) Keterangan Kondisi Lainnya:
1= Baik 1= Baik
130
2= Sedang 2= Cukup
3= Rusak Ringan 3= Kurang
4 = Rusak Berat
133
11 008 13 k Denpasar Tuban 05000 0.00% 0.00% 0.00% 0.24% 0.02% 0.26% 9
12 008 13 k Denpasar Tuban 05500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
13 008 13 k Denpasar Tuban 06000 0.00% 1.18% 0.00% 0.06% 0.00% 1.24% 8
14 008 13 k Denpasar Tuban 06500 0.00% 0.00% 0.00% 0.12% 0.00% 0.12% 9
15 008 13 k Denpasar Tuban 07000 0.00% 0.33% 0.00% 0.00% 0.00% 0.33% 9
16 008 13 k Denpasar Tuban 07500 0.00% 0.89% 0.00% 0.04% 0.00% 0.93% 9
17 008 13 k Denpasar Tuban 08000 0.00% 0.31% 0.67% 0.03% 0.00% 1.02% 7
18 008 13 k Denpasar Tuban 08500 0.00% 2.73% 0.28% 0.12% 0.00% 3.12% 7
19 008 13 k Denpasar Tuban 09000 0.00% 4.65% 0.09% 4.13% 4.42% 13.29% 7
20 008 13 k Denpasar Tuban 09500 0.00% 1.66% 0.01% 0.00% 2.77% 4.44% 8
21 008 13 k Denpasar Tuban 10000 0.00% 0.67% 0.13% 0.00% 0.17% 0.97% 9
22 008 13 k Denpasar Tuban 10500 0.00% 0.00% 0.13% 0.00% 0.00% 0.13% 9
23 008 13 k Denpasar Tuban 10700 0.00% 0.00% 0.04% 0.15% 0.00% 0.19% 9
6 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 02500 0.00% 0.00% 0.02% 0.00% 0.01% 0.03% 9
7 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 03000 0.00% 0.00% 0.01% 0.00% 0.03% 0.04% 9
8 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 03500 0.00% 0.00% 0.08% 0.01% 0.00% 0.10% 9
9 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 04000 0.00% 0.00% 0.07% 0.11% 0.05% 0.24% 9
10 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 04500 0.00% 0.00% 0.00% 0.30% 0.01% 0.31% 9
11 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 05000 0.00% 0.00% 0.02% 0.73% 0.14% 0.89% 9
12 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 05500 0.00% 0.00% 0.23% 0.33% 0.02% 0.58% 9
13 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 06000 0.00% 0.00% 0.03% 1.24% 0.04% 1.31% 8
14 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 06500 0.00% 0.00% 0.07% 0.51% 0.00% 0.58% 9
15 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 07000 0.00% 0.00% 0.09% 2.74% 0.35% 3.18% 8
16 009 12 k Denpasar - Simp. Pesanggaran 07250 0.00% 0.18% 0.00% 0.00% 0.00% 0.18% 9
10 011 Sp. Tohpati - Sakah 04500 0.00% 0.00% 0.00% 0.10% 0.00% 0.10% 9
11 011 Sp. Tohpati - Sakah 05000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
12 011 Sp. Tohpati - Sakah 05500 0.00% 0.01% 0.00% 0.00% 0.00% 0.01% 9
13 011 Sp. Tohpati - Sakah 06000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
14 011 Sp. Tohpati - Sakah 06500 0.00% 0.16% 0.00% 0.01% 0.00% 0.17% 9
15 011 Sp. Tohpati - Sakah 07000 0.00% 0.03% 0.00% 0.00% 0.00% 0.03% 9
16 011 Sp. Tohpati - Sakah 07500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
17 011 Sp. Tohpati - Sakah 08000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
18 011 Sp. Tohpati - Sakah 08500 0.00% 0.00% 0.00% 0.56% 0.00% 0.56% 9
19 011 Sp. Tohpati - Sakah 09000 0.00% 0.00% 0.00% 0.01% 0.01% 0.02% 9
20 011 Sp. Tohpati - Sakah 09500 0.00% 0.01% 0.00% 0.00% 0.00% 0.01% 9
21 011 Sp. Tohpati - Sakah 10000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
22 011 Sp. Tohpati - Sakah 10500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
23 011 Sp. Tohpati - Sakah 11000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
24 011 Sp. Tohpati - Sakah 11500 0.00% 0.00% 0.00% 0.25% 0.00% 0.25% 9
25 011 Sp. Tohpati - Sakah 12000 0.00% 0.00% 0.00% 0.03% 0.00% 0.03% 9
26 011 Sp. Tohpati - Sakah 12500 0.00% 0.00% 0.00% 0.05% 0.00% 0.05% 9
27 011 Sp. Tohpati - Sakah 13000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
28 011 Sp. Tohpati - Sakah 13500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
138
*) Informasi lebih lanjut mengenai RCI dapat dilihat pada halaman 24
139
*) Informasi lebih lanjut mengenai RCI dapat dilihat pada halaman 24
140
10 040 11 K Sp Tohpati-Sp Sanur 04500 0.00% 0.00% 0.00% 4.42% 0.00% 4.42% 8
11 040 11 K Sp Tohpati-Sp Sanur 04700 0.00% 0.01% 0.00% 4.31% 0.00% 4.32% 8
2 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 00500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
3 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 01000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
4 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 01500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
5 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 02000 0.00% 0.00% 0.00% 0.01% 0.00% 0.01% 9
6 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 02500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
7 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 03000 0.00% 0.00% 0.00% 0.02% 0.00% 0.02% 9
8 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 03500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
9 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 04000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
10 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 04500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
11 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 05000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
12 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 05500 0.00% 0.00% 0.01% 0.00% 0.01% 0.02% 9
13 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 06000 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
14 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 06500 0.00% 0.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.47% 9
15 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 07000 0.00% 1.11% 0.00% 0.00% 0.00% 1.11% 8
16 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 07500 0.00% 0.02% 0.00% 0.44% 0.00% 0.46% 9
17 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 08000 0.00% 2.19% 0.00% 0.12% 0.00% 2.32% 8
18 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 08500 0.00% 0.01% 0.00% 0.41% 0.00% 0.41% 9
19 041 11 K Sp Sanur-Sp Pesanggaran 08950 0.00% 0.14% 0.00% 0.30% 0.00% 0.44% 9
7 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 03000 0.00% 0.21% 0.00% 0.46% 0.00% 0.67% 9
8 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 03500 0.00% 0.10% 0.00% 1.34% 0.00% 1.44% 8
9 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 04000 0.00% 0.01% 0.00% 0.00% 0.00% 0.01% 10
10 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 04500 0.00% 0.04% 0.00% 0.05% 0.00% 0.09% 9
11 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 05000 0.00% 0.37% 0.00% 0.10% 0.00% 0.47% 9
12 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 05500 0.00% 0.11% 0.00% 0.03% 0.00% 0.13% 9
13 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 06000 0.00% 0.00% 0.00% 0.02% 0.00% 0.02% 9
14 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 06500 0.00% 0.48% 0.00% 0.08% 0.00% 0.57% 9
15 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 07000 0.00% 0.00% 0.06% 0.00% 0.00% 0.06% 9
16 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 07500 0.00% 0.49% 0.00% 0.00% 0.00% 0.49% 9
17 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 08000 0.00% 0.72% 0.00% 0.17% 0.00% 0.88% 9
18 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 08500 0.00% 0.04% 0.00% 0.00% 0.00% 0.04% 9
19 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 09000 0.00% 0.00% 0.00% 0.05% 0.00% 0.05% 9
20 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 09500 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10
21 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 10000 0.00% 0.04% 0.00% 0.08% 0.00% 0.12% 9
22 042 13 K Tugu Ngr Rai-Nusa Dua 10300 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 10