Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

“DARAH DAN SISTEM IMMUNITAS PADA MANUSIA”

Disusun untuk memenuhi tugas suatu mata pelajaran Anatomi Fisiologi

Disusun oleh :

Melania Effany P17334118007


Sherly Paulina P17334118017
Sekar Ayu Kinanthi P17334118033
Yunitia Ester Carolina P17334118038

Teknologi Laboratorium Medik 1A

Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Tahun 2018/2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai mata kuliah Anatomi
Fisiologi yang membahas mengenai Sistem Darah Manusia.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang darah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, September 2018

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ciri manusia adalah adanya tranportasi dan sistem transportasi yang terdapat dalam
tubuhnya, tujuannya adalah untuk menyalurkan bahan-bahan yang diperlukan tubuh dan
mengeluarkan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi.

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat
tinggi yang berfungsi sebagai “tranportasi” zat-zat dan oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada manusia memiliki darah berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada 2 jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah tersebut
mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya haemoglobin (Hb). Haemoglobin (Hb) adalah protein
pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang
merupakan tempat terikatnya molekul- molekul oksigen.
Darah memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh kita. Peranan yang penting ini
menunjukkan bahwa darah memiliki suatu komponen tertentu sehingga aktivitas darah sangat
potensial. Komponen yang terdapat dalam darah memiliki hubungan yang erat dengan proses
mekanik maupun kimiawi dari dalam tubuh. Proses ini melibatkan banyak aspek sehingga jika
terjadi kerusakan pada darah akan mempengaruhi komponen lainnya.
Darah manusia terdiri dari beberapa macam sel darah dan plasma darah. Plasma darah
adalah cairan yang terdapat pada darah yang terdiri dari air, protein dan mineral. Sedangkan sel
darah adalah bagian fungsional darah yang terdiri dari 3 macam sel, yaitu: sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian darah


2. Mengetahui fungsi darah pada manusia
2. Mengetahui komposisi darah pada manusia
3. Mengetahui sistem immune manusia
4. Mengetahui tipe mekanisme sistem immune manusia

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa itu darah?


2. Apa saja fungsi darah pada manusia?
3. Apa saja komposisi penyusun darah pada manusia?
4. Apa itu sistem immune yang terdapat pada manusia?
5. Mengapa sistem immune dapat terbentuk?
BAB II
ISI

2.1 Pengertian darah

Salah satu ciri manusia adalah adanya tranportasi dan sistem transportasi yang terdapat
dalam tubuhnya, tujuannya adalah untuk menyalurkan bahan-bahan yang diperlukan tubuh dan
mengeluarkan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi.

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat
tinggi yang berfungsi sebagai “tranportasi” zat-zat dan oksigen (O2) yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Pada manusia memiliki darah berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada 2 jenis
warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah tersebut
mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya haemoglobin (Hb). Haemoglobin (Hb) adalah protein
pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang
merupakan tempat terikatnya molekul- molekul oksigen.

2.2 Fungsi Darah pada Manusia


Beberapa fungsi darah pada manusia, diantaranya :

1. Alat Pengangkut
a. Mengangkut sari-sari makanan dari serapan oksigen maupun dari beberapa
vitamin, protein dan karbohidrat yang didapatkan melalui makanan dikonsumsi.
b. Mengangkut oksigen mulai dari menghirup dari hidung sampai ke jantung setelah
itu dari jantung akan di sebarkan ke seluruh tubuh.
c. Mengangkut zat-zat sisa pembakaran (oksidasi) dari jantung, karbondioksida
akhirnya dibuang melalui darah dan dihembuskan bersamaan menghembuskan
nafas.
d. Mengangkut zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh akan
dialirkan ke sistem ekskresi atau pembuangan seperti ke dalam ginjal dan juga
kulit.

2. Alat pertahanan tubuh dari penyakit


Zat antibodi yang terdapat dalam darah berfungsi mempertahankan kekebalan
tubuh dari penyakit. Sel darah putih (leukosit) dalam darah berfungsi membunuh
kuman-kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

3. Darah sebagai pengatur suhu tubuh


Hasil dari oksidasi darah akan menghasilkan panas pada tubuh, Darah memindahkan
panas dari alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif sehingga
keseimbangan suhu tubuh dapat terjaga.

4. Darah melakukan proses pembekuan darah

Bila terjadi luka, sel-sel darah pembeku akan melakukan proses pembekuan darah
sehingga darah tidak terus-menerus keluar. Dengan demikian, lukan akan tertutup
sehingga mencegah infeksi kuman penyakit.

2.2 Komposisi darah manusia


Pada manusia, darah terdiri dari 55% plasma darah (bagian cair darah) dan 45%
korpuskuler (bagian padat darah).

Gambar 1.1 komposisi darah manusia


1. Plasma Darah

Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair dan berwarna
kekuning-kuningan serta mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma
darah memiliki komposisi yang terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.

Fungsi plasma bekerja sebagai medium (perantara) untuk penyaluran makanan,


mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke jaringan. Juga merupakan medium untuk
mengangkat bahan buangan seperti urea dan sebagian dari karbondioksida (CO2), dan
lain-lain.

a. Air (90%)
Air pada plasma darah berfungsi sebagai pelarut zat-zat lain.

b. Protein Plasma (8%)


Dalam plasma darah terdapat protein plasma terdiri dari albumin, globulin,
fibrinogen dan protombin.
1) Albumin
Dalam keadaan normal terdapat 3g-5g albumin dalam setiap 100 ml darah,
yang dibuat di liver (hati) . Fungsi albumin antara lain:
1. Bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan
volume darah.
2. Banyak zat khusus yang beredar dalam gabungan dengan albumin,
3. Menyediakan protein untuk jaringan.
2) Globulin
Dalam keadaan normal terdapat 2g-3g globulin dalam setiap 100 ml darah
yang dibuat limfosit dan sel plasma. Globulin memiliki lebih banyak
susunan daripada albumin dan membentuk jumlah besar protein yang
berbeda-beda, di bidang lain lebih penting misalnya semua antibodi (zat
penolak) yang melindungi tubuh adalah albumin.
3) Fibrinogen dan Protombin
Fibrinogen dan protombin penting untuk koagulasi (penggumpalan) darah
yang dibuat di liver (hati).

c. Mineral (0,9%)

Dalam plasma darah terdapat mineral misalnya natrium klorida, natrium


bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium, besi dan yodium. Fungsi dari
mineral tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penyeimbang tekanan osmosis
2) Mempertahankan pH (buffer)
3) Sebagai fungsi saraf dan otot
4) Mengatur permeabilitas membran sel

Gambar 1.2 Plasma darah

2. Korpuskuler (sel darah)

Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit) dan butir pembeku (trombosit).
a. Sel darah merah (eritrosit)

1) Mekanisme sel darah merah (eritrosit)

Sel Darah Merah (eritrosit) yaitu, berupa cakram kecil bikonkaf,


cekung pada kedua sisinya, sehingga bila dilihat dari samping tampak seperti
dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Sel darah merah tidak
berinti. Dalam setiap milimeter kubik (1 mm3) darah terdapat 5.000.000 sel
darah merah. Jika dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi
dalam jumlah besar kelihatannya merah dan memberi warna pada darah.
Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma yang berisi massa
hemoglobin.

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk


dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk
membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi.
Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan
susu.

Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang, terutama dari


tulang pendek, pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung
tulang pipa, dari sumsum dalam batang iga-iga, dan dari sternum.
Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap, mula-
mula besar dan berisi inti (nukleus), tetapi tidak ada hemoglobin, kemudian
dimuati hemoglobin, dan akhirnya kehilangan intinya, barulah diedarkan ke
dalam peredaran darah.

Rata-rata panjang hidup sel darah merah kira-kira 120 hari. Sel darah
merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat
besi (Fe) dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam
pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah
menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-
hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada
luka memar.

Bila terjadi pendarahan, sel darah merah dengan hemoglobinnya


sebagai pembawa oksigen hilang. Pada pendarahan sedang, sel-sel itu diganti
dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin
turun sampai 40% atau di bawahnya, maka diperlukan transfusi darah.

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi (Fe).


Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen, dengan
oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan
melalui fungsi ini, maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan.
Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100
ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 %”.

Pada dewasa jenisnya Hb a (adult) dan pada bayi Hb f (fetal). Hb-a


rantai globinnya tersusun dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Hb-f
globinnya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma. Eritrosit yang
sudah tua dan abnormal dipecah oleh limpa. Bila eritrosit pecah, hb akan
pecah jadi heme dan globin. Heme akan jadi biliferdin, bilirubin. Besi dari
heme akan dipakai lagi dalam sintesa Hb.

Eritropoesis merupakan proses pembentukan eritrosit muda yang


terjadi di sumsum tulang sampai terbentuk eritrosit matang di dalam darah
tepi yang mempengaruhi dan dirangsang oleh hormom eritropoietin.
Eritropoietin adalah hormone glikoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurang oksigen atas
bahan globulin plasama, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang.
Faktor – faktor yang mempengaruhi eritropoesis.
1. Kadar oksigen jaringan
 Aliran
 Konsentrasi hb
 Hbo saturation
 Hbo affinity
2. Faktor endokrin (hormon).
 Merangsang eritropoetin :
1) Hormon tyroid.
2) Hormon androgen.
3) Hormon kortikosteroid.
 Menghambat eritropoetin :
1) Hormon estrogen
2) Pada laki – laki ada hormon androgen yang merangsang sekresi
eritropoetin.
3) Pada wanita ada hormon estrogen yang menghambat sekresi hormon
eritropoetin. Sehingga kadar Hb laki – laki lebih tinggi dari wanita.

Gambar 1.3 Sel Darah Merah (Eritrosit)


2) Golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel
darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat
menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Penggolongan darah menurut
sistem A, B, O dapat dibedakan atas 4 macam yaitu:
 Golongan darah A, bila dalam sel darah merahnya terdapat antigen
A. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen IA .
 Golongan darah B, bila dalam sel darah merahnya terdapat antigen
B. Adanya antigen tersebut dikendalikan oleh gen IB .
 Golongan darah AB, bila dalam sel darah merahnya terdapat antigen A
dan B, yang masing –masing munculnya dikendalikan oleh gen IA dan IB.
 Golongan darah O, bila dalam sel darah merahnya tidak terdapat antigen
A dan / atau B. Keadaan ini timbul karena dikendalikan oleh gen IO yang
bersifat resesif baik terhadap antigen IA maupun IB.
Berdasarkan keterangan diatas jika dibuat tabel hubungan antara fenotip golongan
darah, genotip dan kemungkinan sel gametnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

 Sistem ABO
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4
golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun dilakukan
dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal
dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki
antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua macam antigen
A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak
ada reaksi yang disebut golongan O.
Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari
Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah
AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Dalam sistem ABO, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan:

Tabel 1.1 golongan darah dalam sistem ABO

Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia


tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi
golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

b. Sel darah putih (leukosit)


Leukosit rupanya tidak berwarna. bentuk tidak beraturan dan bentuknya
lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih sedikit dibanding eritrosit.
Leukosit memiliki inti 1-3 buah yang bentuknya bulat atau cekung. Sel darah putih
berjumlah 0,2% dari sel darah yaitu sekitar 8.000 – 9.000 butir/mm3. Dalam setiap
mL darah terdapat 6.000-10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Leukosit bergerak
secara amoeboid dan dapat menembus dinding kapiler, sehingga disebut diapedesis.
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem immune tubuh dan bertugas
untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh
misalnya virus atau bakteri. Bersifat fagositosis yang dapat memakan kuman/bibit
penyakit.
Macam-macam leukosit meliputi:
1) Agranulosit
Agranulosit merupakan sel leukosit yang tidak mempunyai granula
(butiran kecil) didalamnya, yang terdiri dari:
 Limfosit, yaitu leukosit yang dihasilkan dari jaringan dan kelenjar
limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, , dan didalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya
kira-kia 20%-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri
yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan menghasilkan antibodi.
 Monosit, dikenal juga dengan polimorfoneuklear (PMN) memiliki
protoplasma yang lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik-
bintik sedikit kemerahan, bergerak secara cepat dan inti selnya bulat
dan panjang. yang mengandung banyak peroksidase dan lisosom,
berperan dalam penyakit kronis, dibuat di sumsum merah, bentuknya
lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagositosis dan banyaknya
3-8%.

2) Granulosit
Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari
keseluruhan jumlah sel darah putih, yang terbentuk dalam sumsum merah
tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan
protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit.
Granulosit terdiri dari:
 Neutrofil
Neutrofil mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti terpisah-
pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/glandula, banyaknya
50%-60%. Neutrofil berperan memakan dan membunuh bakteri secara
aktif (fagosit aktif).
 Eusinofil
Eusinofil mempunyai ukuran dan bentuk seperti neutrofil tetapi
granula dan sitoplasmanya lebih besar, banyaknya 2-4 %. Eusofil
berperan dalam alergi dan menyerang beberapa parasit.
 Basofil
Basofil lebih kecil dari eusofil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula
besar. Banyaknya 0,5 -1 %. Basofil berperan dalam mekanisme alergi.

G
a
m
b
a
r

1
Gambar 1.4 Komponen Sel Darah Merah (Leukosit)

c. Keping darah (Trombosit)

Trombosit atau yang disebut juga platelet merupakan sel darah yang
penting dalam pembekuan darah normal, trombosit pada manusia berukuran kecil,
rupanya tidak berwarna, berbentuk seperti piringan dan tidak berinti, meskipun
tidak berinti trombosit masih bisa melakukan sintesis protein karena memiliki

kandungan RNA pada sitoplasmanya, ukurannya berkisar 2-3 µm. . Bentuk dan

ukuran trombosit tersebut memungkinkan trombosit masuk ke pembuluh darah


yang kecil dan mampu menempatkan diri pada lokasi yang paling optimal dalam
menjaga keutuhan pembuluh darah.
Keping-keping darah mempunyai umur hanya 8 - 10 hari. Secara normal
dalam setiap mm³ darah terdapat 150.000 - 400.000 keping-keping darah.
Trombosit memiliki peranan dalam pembekuan darah. Tubuh akan memperbaharui
persediaannya dengan menghasilkan trombosit baru di sumsum tulang sedangkan
trombosit yang tua dan rusak dihilangkan dari aliran darah oleh organ limpa,
kemudian digantikan oleh trombosit baru.

Fungsi utama trombosit yaitu berperan dalam proses pembekuan darah.


Bila terdapat luka trombosit akan berkumpul ketempat luka kemudian memicu
pembuluh darah untuk mengkerut (supaya tidak banyak darah yang keluar) dan
memicu pembentukan benang benang fibrin (benang benang pembekuan darah ),
benang benang fibrin tersebut akan membentuk formasi seperti jaring- jaring yang
akan menutupi daerah luka sehingga menghentikan pendarahan aktif yang terjadi
pada luka.
Trombosit juga mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan
bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan
tubuh lainnya menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.
Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui beberapa tahap yaitu adesi
trombosit, agregasi trombosit, reaksi pelepasan, dan fusi trombosit.

1) Adhesi trombosit
Setelah luka pembuluh darah trombosit melekatkan diri pada
jaringan ikat subendotel dan bagian jaringan yang cedera. Adhesi
trombosit melibatkan suatu interaksi antara glikoprotein trombosit dan
jaringan yang cedera. Adhesi trombosit bergantung pada faktor protein
plasma yang disebut faktor Von Willebrand, yang memiliki hubungan
integral dan kompleks dengan faktor koagulasi antihemifilia VIII plasma
dan reseptor trombosit yang disebut glikoprotein Ib membran trombosit.
Adhesi trombosit berhubungan dengan peningkatan daya lekat trombosit
sehingga trombosit berlekatan satu sama lain serta dengan endotei atau
jaringan yang cedera. Dengan demikian terbentuk sumbat hemostasis
primer. Pengaktipan permukaan trombosit dan rekrutmen trombosit lain
menghasilkan suatu massa trombosit lengket dan dipemudah oleh proses
agregasi trombosit. (Sacher RA, McPherson RA, 2004).
2) Agregasi trombosit
Agregasi trombosit adalah kemampuan trombosit melekat satu
sama lain untuk membentuk suatu sumbat. Agregasi awal terjadi akibat
kontak permukaan dan pembebasan ADP dari trombosit yang melekat
kepermukaan endotel. Hal ini disebut gelombang agregasi primer,
banyaknya trombosit yang terlibat membebaskan lebih banyak ADP
sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder. Agregasi berkaitan
dengan perubahan bentuk trombosit dari discoid menjadi bulat.
Gelombang agregasi skunder merupakan suatu fenomena ireversibel,
sedangkan perubahan bentuk awal dan agregasi primer masih reversible
(Sacher RA, McPherson RA, 2004). Disamping ADP untuk agregasi
trombosit diperlukan ion kalsium dan fibrinogen yang melekat pada
dinding trombosit. Mula-mula ADP terikat pada reseptornya di
permukaan trombosit, interaksi ini menyebabkan reseptor untuk
fibrinogen terbuka dengan reseptor tersebut. Kemudian ion kalsium
menghubungkan fibrinogen tersebut. (Anonim, 1992).
3) Pembebasan
Selama proses ini faktor trombosit 3 meningkatkan jenjang
koagulasi dan pembentukan sumbat hemostasis sekunder yang stabil. In
Vitro, agregasi dapat dipicu reagen ADP, trombin, epinefrin, serotonin,
kolagen, atau antibiotic ristosetin. Agregasi In Vitro terjadi dalam dua
fase. Agregasi primer atau Reversible dan agregasi sekunder atau
irreversible. Agregasi primer melibatkan perubahan bentuk trombosit
yang disebabkan oleh kontraksi mikrotubulus. Gelombang agregasi
trombosit skunder melibatkan pelepasan mediator-mediator kimiawi yang
terdapat dalam granula padat. Pelepasan ini melengkapi fungsi utama
ketiga trombosit yaitu reaksi pembebasan. Reaksi pembebasan diperkuat
oleh peningkatan kalsium intrasel yang mengaktifkan dan meningkatkan
pembebasan tromboksan A2..
4) Fusi trombosit
Konsentrasi tinggi ADP, enzim-enzim yang dibebaskan selama
reaksi pelepasan dan trombastin bersama-sama menyebabkan fusi
irreversible trombosit yang beragregasi pada tempat luka vascular.
Trombin yang juga mendorong fusi trombosit, dan pembentukan fibrin
memperbesar stabilitas sumbatan platelet yang sedang berkembang.
(Hoffbrand AV, Pettit JE, 1996).

Gambar 1.6 Proses Pembekuan Darah

2.3 Sistem immunitas pada tubuh manusia (kekebalan tubuh)

1. Pengertian Sistem immune

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan


daripengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organism sehingga tidak mudah terserang penyakit. Jika sistem imun
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, sertamenghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Sebaliknya, jika sistemimun melemah, maka kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang,sehingga menyebabkan patogen, termasuk
virus penyebab demam dan flu, dapatberkembang dalam tubuh.
2. Fungsi sistem immune
1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang
masukke dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk
perbaikan jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

3. Komponen sistem immune


Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

1. Limfosit
a. Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi disumsum tulang. Sel
B berperan dalam pembentukan kekebalanhumoral dengan membentuk
antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :
 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
 Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernahmasuk ke
dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi
infeksi kedua
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat.
b. Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang,sedangkan proses
pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T
dapatdibedakan menjadi :
 Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam
tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
 Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel Bplasma dan
sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untukmelakukan fagositosis.3.
 Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikanrespons imun
dengan cara menurunkan produksi antibodidan mengurangi aktivitas sel
T pembunuh. Sel T supresorakan bekerja setelah infeksi berhasil
ditangani.

4. Jenis berdasarkan mekanisme kerja


Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem immune dalam tubuh manusia
dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Kekebalan humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yangberedar


dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalamtubuh untuk
pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma.
Sel B plasma akan menghasilkan antibodiyang mengikat antigen sehingga
makrofag akan mudah menangkap danmenghancurkan patogen. Setelah infeksi
berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian
respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B
pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang
akan memproduksi antibodi.
Respons tersebut dinamakanrespons kekebalan sekunder.Respons
kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasiantibodi yang dihasilkan
lebih besar daripada respons kekebalan primer.Hal ini disebabkan adanya memori
imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang
pernah masuk ke dalam tubuh.

2) Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang selasing


atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel Tpembunuh terkena
antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuhakan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusakmembran sel asing. Apabila
infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akanmengehentikan respons kekebalan
dengan cara menghambat aktivitas selT pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi sebagai “tranportasi” zat-zat dan oksigen
(O2) yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah
medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang
berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Terdapat beberapa fungsi darah, diantaranya :
1. Alat Pengangkut
2. Alat pertahanan tubuh dari penyakit
3. Darah sebagai pengatur suhu tubuh
4. Darah melakukan proses pembekuan darah.

Darah manusia tersusun dari beberapa komponen, yaitu :


1. Plasma darah (bagian cair darah) 55%
a. Air (91 %)
b. Protein Plasma (8%)
c. Mineral (0.9%)
2. Korpuskuler (bagian padat darah).
a. Sel darah merah (eritrosit) 99%
b. Sel darah putih (leukosit) 0.2 %
c. Keping darah (trombosit) 0.6-1%

Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada


organismeyang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi danmembunuh pathogen

Jenis berdasarkan mekanisme kerja :


1. Kekebalan humoral
2. Kekebalan Seluler
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya
mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung dapat lebih mengetahui
dan memahami tentang Darah dan Sistem Immune pada manusia. Dan dapat
mengaplikasikannya dalam dunia analis.
Daftar Pustaka

Irianti, Kus .2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: CV.Yrama
Widya

Syarifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi Konsep Klinik Proses. Proses
Penyakit. Edisi 2. Diterjemahkan oleh : Adji Dharma: Buku Kedokteran

Peace, Evelyn. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Diterjemahkan oleh: Sri Yuliani
Handoyono. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Wicaksana, Aryo. 2018. Darah dan Sistem Imun. Tempat Belajar. dilihat 9 September 2018,
https://www.aryowicaksana.com/2018/02/darah-dan-sistem-imun.html?m=0

-.2016, Pengertian Struktur Fungsi Proses Terbentuknya.Ilmu Dasar. Dilihat 20 September 2018,
http//www.ilmudasar.com/2016/10/Pengertian-Struktur-Bentuk-Fungsi-Proses-Pembentukan-
Trombosit-adalah.html

Anda mungkin juga menyukai