Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN

ANALISIS LAPORAN PELAKSANAAN STUDI PEMERIKSAAN TES CEPAT MOLEKULER


(TCM) DENGAN CONTOH UJI TINJA UNTUK DIAGNOSIS TB PARU PADA ANAK DI
INDONESIA
Jakarta, 23 Mei 2019

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan Tuberkulosis (TBC) pada anak adalah penegakan diagnosis.
TBC paru pada anak sulit didiagnosis karena kesulitan untuk mendapatkan sampel
dahak yang berkualitas. Di Indonesia, proporsi kasus TBC anak yang dilaporkan di
antara semua kasus TBC sangat bervariasi di seluruh provinsi, dari kurang dari 2% di
beberapa provinsi hingga lebih dari 21% di provinsi lain (Kemenkes RI, 2017). Hal ini
dapat menggambarkan kondisi epidemi yang memang bervariasi, namun dapat pula
menggambarkan perbedaan dalam praktik diagnosis pada anak, akses ke pemeriksaan,
serta kondisi pencatatan dan pelaporan. Jika konfirmasi bakteriologis tidak diperoleh,
diagnosis TBC anak di Indonesia menggunakan pendekatan sistem skoring. Skoring
sistem memanfaatkan penunjang seperti uji tuberkulin dan foto toraks yang tidak selalu
tersedia di lapangan, gejala klinis TB serta adanya riwayat kontak dengan pasien TB.

Diagnosis TB anak tanpa konfirmasi bakteriologis dapat berakibat underdiagnosis atau


overdiagnosis TB, keterlambatan pengobatan serta hasil pengobatan yang kurang baik.
Terutama pada bayi dan anak usia muda, keterlambatan pengobatan berisikoterjadinya
penyakit TBC berat, lesi luas, bahkan kematian.

Pada umumnya, metode konfirmasi bakteriologis TBC menggunakan contoh uji dahak.
Pengambilan dahak pada anak dilakukan dengan berbagai cara, misalnya induksi
sputum atau bilas lambung/aspirasi nasogastrik. Semua metode tersebut tidak nyaman
bagi anak, terutama bilas lambung/aspirasi nasogastrik yang lebih invasif dan kadang
membutuhkan rawat inap, sehingga sulit diterapkan di layanan dengan fasilitas terbatas.

Dengan adanya teknologi Tes Cepat Molekuler (TCM) di antaranya dengan GeneXpert
MTB/RIF (Cepheid, Toulouse, Prancis), pemeriksaan diagnosis berbasis molekuler yang
cepat dan akurat dapat dikerjakan dengan contoh uji dahak. Pemeriksaan ini dikerjakan
di banyak negara dengan beban TB tinggi, termasuk di fasilitas kesehatan primer
menggantikan pemeriksaan mikroskopis untuk diagnosis TBC. Beberapa penelitian juga
telah membuktikan bahwa TCM membantu diagnosis TBC pada anak.

1
Berbeda dengan contoh uji dahak, contoh uji tinja relatif lebih mudah diperoleh. Pada
anak, dahak seringkali ditelan dan kemudian terbuang melalui saluran pencernaan.
Berbagai studi pemeriksaan TCM dengan contoh uji tinja telah dilakukan untuk mencari
alternatif diagnosis TB pada anak yang akurat dan non invasif, dengan hasil sensitivitas
antara 47% hingga 89%. Pada berbagai studi, ditemukan pula kasus tambahan dari
TCM contoh uji tinja yang tidak terdeteksi dari biakan dahak. Namun hasil tersebut
ditemukan dari pemeriksaan dalam kondisi riset, dengan jumlah sampel terbatas dan
metode pengolahan sampel yang cenderung rumit dan membutuhkan laboratorium
dengan tingkat biosafetytinggi.

Untuk meningkatkan akses ke pemeriksaan TBC yang bermutu dan non invasif pada
anak, metode pengolahan contoh uji tinja perlu disederhanakan agar dapat diterapkan di
fasilitas kesehatan tingkat primer. Studi ini telah dikerjakan untuk menilai kelayakan,
penerimaan dan validitas pemeriksaan TCM contoh uji tinja pada terduga TBC anak di
RS terpilih di Indonesia, serta membandingkan hasil TCM contoh uji tinja dengan biakan
dahak sebagai pemeriksaan rujukan. Guna mendukung pelaporan untuk kepentingan
publikasi ilmiah, maka diperlukan analisis laporan pelaksanaan studi pemeriksaan TCM
dengan uji tinja untuk diagnosis TBC pada anak di Indonesia.

B. Tujuan

1. Analisis laporan pelaksanaan studi pemeriksaan TCM dengan contoh uji tinja untuk
diagnosis TBC paru pada anak
2. Menyusun rencana publikasi ilmiah pelaksanaan studi pemeriksaan TCM dengan
contoh uji tinja untuk diagnosis TBC paru pada anak

C. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis/ 23 Mei 2019


Waktu : 09.00 – selesai (terlampir)
Tempat : Mercure Hotel Cikini Jl. Cikini Raya, No. 66, RT 14/RW05, Cikini,
Menteng Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10330

D. Peserta

1. dr. Imran Pambudi, MPHM Kasubdit TB Kemenkes RI


2. dr. Sulistya Widada Kasie TB Sensitif Obat Subdit TB
Kemenkes RI

2
3. Nurjannah, SKM, M.Kes Kasie TB Resisten Obat
Subdit TB Kemenkes RI
4. dr. Retno Kusuma Dewi, MPH Subdit TB Kemenkes RI
5. Roro Antasari, SKM Subdit TB Kemenkes RI
6. Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) (IDAI)
7. dr. Rina Triasih, Sp.A(K), MMed(Paed), Ph.D (IDAI)
8. Dr. dr. Finny Fitry Yani, Sp.A(K) (IDAI)
9. dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K) (IDAI/RSUPNCM, Jakarta)
10. dr. Tjatur KS, Sp.A(K) (IDAI/RS Persahabatan, Jakarta)
11. Dr. dr. Retno Asih Setyoningrum, Sp.A(K) (IDAI/RS Dr. Soetomo, Jawa
Timur)
12. dr. Fahrul Udin, Sp.A, M.Kes (IDAI/RS Syaiful Anwar, Jawa
Timur)
13. dr. Diah Asri Wulandari, Sp.A(K) (IDAI/RS Hasan Sadikin, Jawa
Barat)
14. dr. Basti Andriyoko, Sp.PK(K) PJ Laboratorium TCM RSHS
15. KNCV – Challenge TB 3 orang
16. Panitia 2 orang
Total peserta 20 orang

E. Pembiayaan

Pembiayaan kegiatan ini bersumber dari dana subaward Challenge TB untuk Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).

F. Jadwal Kegiatan

Waktu Kegiatan Penanggungjawab


09.00 – 09.15 Pembukaan Kasubdit TB
09.15 – 09.30 Gambaran akhir penelitian pemeriksaan Dr. dr. Nastiti
TCM dengan contoh uji tinja untuk Kaswandani, Sp.A(K)
diagnosis TBC pada anak
09.30 – 11.30 Finalisasi draft laporan pelaksanaan studi
pemeriksaan TCM dengan contoh uji tinja
untuk diagnosis TBC pada anak
11.30 – 12.30 Ishoma
12.30 – 14.30 Diskusi Dr. dr. Nastiti Kaswandani,
Sp.A(K)
14.30 – 15.00 Rencana tindak lanjut IDAI
15.00 – 16.00 Pleno/ Penutupan IDAI
3
4

Anda mungkin juga menyukai