Anda di halaman 1dari 95

i

SKRIPSI

NOVEMBER 2017

KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DI RS WAHIDIN

SUDIROHUSODO PERIODE JUNI-NOVEMBER 2017

OLEH :

RAHMI ISLAMIANA HERI

C111 14 354

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Rizalinda Sjahril, M.Sc.,Ph.D.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
ii

SKRIPSI

NOVEMBER 2017

KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DI RS WAHIDIN

SUDIROHUSODO PERIODE JUNI-NOVEMBER 2017

OLEH :

RAHMI ISLAMIANA HERI

C111 14 354

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Rizalinda Sjahril, M.Sc.,Ph.D.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVE RSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
iii
iv
v
vi

PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya

saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa

tulisan, data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum

dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik dan

melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembataln skripsi dan

sanksi akademik yang lain.

Penulis,

Rahmi Islamiana Heri


vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang


sudahmelimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yangbejudul “ karakteristik Infeksi Hepatitis B Pada Pasien Kanker
Payudara Di Rs Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-november 2017” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S-1)
padaProgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Penyusunan Skripsi ini tidak lepas oleh bantuan,bimbingan dan motivasidari
berbagai pihak Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada

1. Allah SWT yang telah memberikan penulis


kesehatan,kesempatan,danilmu untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya, Prof.DR.H.Heri Tahir S.H.,M.H dan
dr.st.HaeriyahBohari Sp.S serta keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan baiksecara materi maupun motivasi serta doa demi kelancaran
skripsi ini
3. Dr. Rizalinda Sjahril,M.Sc,Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan berbagai bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan
dan penyelesaian skripsi ini
4. Teman-teman Karbel,Nurul fatimasari,Indah novita,Anissa Ilham,Andi
Devi,Kesuma Intan,Erwin,Syahrul Fahreza yang selalu memberikan
dukungan serta doanya kepada penulis.
5. Sahabat-sahabat serahdah Nurizki meutiarani,Nadya Eunice,Imanuella
yoelbiring,Falensia Dwita yang selalu menyemengati penulis.
6. Teman-teman Bismillah dan Goper,terkhusus kepada Nurul Utami dan
Ainun Ainah Hasyim yang selalu menemani saya keruang kemoterapi
untuk melakukan penelitian.
viii

7. Saudara-saudara saya Ririn Nurfaathirany Heri,Raissa Alfaathir


Heri,Rafika Alifyana Heri yang selalu mendengarkan keluh kesah
penulis,serta memberikan doa dan dukungannya.
8. Rekan-rekan angkatan 2014 serta petugas kesehatan di RS
Wahidin Sudirohusodo yang sudah membantu melalui partisipasi secara
lansgung maupun tidak langsung
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan sacara satu per satu
yangterlibat dalam memberikan dukungan dan doanya kepada penulis.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari


sempurna,sehingga dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran
serta koreksi membangun dari semua pihak sehingga di masa yang akan dating
dapat membuatpenelitian yang lebih baik lagi . Penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang kedokteran,mahasiswa kedokteran utama
mahasiwa kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 18 November 2017

Rahmi Islamiana Heri


ix

KARAKTERISTIK PASIEN KANKER


PAYUDARA DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE JUNI –
NOVEMBER 2017
Rahmi Islamiana Heri, Rizalinda Sjahril
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar Belakang: Hepatitis adalah suatu peradangan difus pada jaringan hati

,Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas menengah sampai tinggi

untuk Hepatitis B dengan prevalensi HBsAg 3-17%. Penyebab utama peningkatan

kadar SGOT/SGPT adalah fatty liver, hepatitis virus, medication induced

hepatitis¸ hepatits autoimun dan penyakit hepar alkoholik. Tingkat enzim

dianalisis untuk fungsi hati yang tepat. Uji fungsi hati digunakan untuk infeksi

hati, untuk memantau perkembangan penyakit dan efek samping obat yang

mungkin digunakan dalam kemoterapi, Tujuan dari penelitian ini ntuk

memperoleh informasi prevalensi hepatitis B dan kadar SGOT,SGPT pada pasien

kanker payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi di RS Wahidin

Sudirohusodo Periode Juni-November 2017.

Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui prevalensi dan Karakteristik hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RSWS periode Juni-November 2017. Dari penelitian ini peneliti

melaporkan hasil penelitian yang diperoleh dengan melihat prevalensi HBsAg

yang positif dibandingkan dengan HBsAg yang negatif dan melihat kadar
x

SGOT,SGPT,serta karakteristik pasien, pada total pasien pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi dan pemeriksaan HBsAg,SGOT dan SGPT .

Hasil: Dari 43 sampel yang memenuhi kriteria inkulsi didapatkan hasil HBsAg
semua negative,SGOT 11 sampel meningkat dari nilai normal,dan 3 sampel
meningkat dua kali lipat,sedangkan SGPT ditemukan 6 sampel meningkat dari
nilai normal dan 4 sampel meningkat dua kali lipat .
Kesimpulan: pada pasien kanker payudara yang akan melakukan
kemoterapi,tidak ditemukan hasil HBsAg positif, tetapi ada beberapa pasien yang
mengalami peningkatan SGOT dan SGPT dari nilai normal.
Kata Kunci: Hepatitis B,Kemoterapi,Kanker payudara.
xi

THE CHARACTERISTIC OF PATIENTS BREAST CANCER AT


WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL FROM JUNE TO NOVEMBER
2017
Rahmi Islamiana Heri, RIzalinda Sjahril
Department of Microbiology, Faculty of Medicine Universitas Hasanuddin

ABSTRACT
Background: Hepatitis B is a diffuse inflammation occurred in liver cells.
Indonesia is accounted to be a moderate to highly endemic country for Hepatitis B
with HBsAg prevalence around 3-17%. The main causes of SGOT/SGPT
enhancements may include fatty liver, viral hepatitis; medication induced
hepatitis, autoimmune hepatitis as well as alcoholic liver disease. Liver function
test stated to be beneficial both in detecting any liver infections and observing the
progressivitiy of the disease as well as side effects of drugs used in chemotherapy.
This study aimed to gain informations regarding the prevalence of Hepatitis B and
the level of SGOT as well as SGPT in preoperatively breast cancer patients before
undergoing chemotherapy in Wahidin Sudirohusodo Hospital from June to
November 2017.
Method: This was a descriptive study done to see the prevalence as well as
characteristic of Hepatitis B in breast cancer patients at Wahidin Sudirohusodo
Hospital from June to November 2017. This study tried to show the prevalence of
HBsAg positive compared to the negative ones, the level of SGOT/SGPT, as well
as characteristic of preoperative patients which were about to undergo
chemotherapy procedure and HBsAg, SGOT, and SGPT tests.
Result: Among 43 samples that passed through inclusion criterias, HBsAg test
showed completely negative result. As for SGOT test, 11 samples happened to be
increased than normal range, and 3 samples reported to double the normal value.
Moreover, SGPT test showed an increasing value of 6 samples, and 4 of them
even doubled the normal range.
xii

Conclusion: There was no HBsAg result found in breast cancer patients who
were about to undergo chemotherapy, yet some of them found to have an
increasing level of SGOT and SGPT.
Key words: Hepatitis B, Chemotherapy, Breast Cancer.
xiii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN ANTIPLAGIARISME ......................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.3.2 TujuanKhusus ........................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Hepatitis .................................................................................. 5
2.1.1 Karakteristik Infeksi Hepatitis B ............................................................ 6
2.1.2 Epidemiologi Hepatitis B ....................................................................... 7
2.1.3 Virologi Virus Hepatitis ......................................................................... 7
2.1.4 Patogenesis Hepatitis B .......................................................................... 9
2.1.5 Perjalanan Penyakit .............................................................................. 10
2.1.6 Gejala Klinis Hepatitis B .................................................................... 11
2.1.7 Diagnosis Hepatitis B........................................................................... 11
2.1.8 Prognosis Hepatitis B ........................................................................... 13
2.1.9 Faktor Resiko dan Penularan Hepatitis B ............................................ 13
2.1.10 Pencegahan Hepatitis ........................................................................... 14
2.1.11 Penatalaksanaan Hepatitis .................................................................... 15
xiv

2.2 Tes HBsAg


2.2.1 Pengertian .............................................................................................. 15
2.2.2 Jenis ....................................................................................................... 16
2.2.3 Indikasi .................................................................................................. 16
2.2.4 Metode .................................................................................................. 16
2.2.5 Prosedur ................................................................................................ 17
2.2.6 Interpretasi............................................................................................. 18
2.3 SGOT dan SGPT ................................................................................... 19
2.4 Kanker Payudara
2.4.1 Karakteristik .......................................................................................... 20
2.4.2 Klasifikasi ............................................................................................. 20
2.4.3 Epidemilogi ........................................................................................... 22
2.4.4 Etiologi .................................................................................................. 22
2.4.5 Gejala Klinis.......................................................................................... 23
2.4.6 Diagnosa................................................................................................ 24
2.4.7 Prognosis ............................................................................................... 26
2.4.8 Faktor Resiko ........................................................................................ 27
2.4.9 Pencegahan ............................................................................................ 27
2.4.10 Penatalaksanaan .................................................................................... 28
2.5 Tes HBsAg,SGOT,SGPT pada Pasien kanker payudara ...................... 31
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Dasar Pemikiran Variable yang Diteliti ................................................ 34
3.2 Kerangka Teori...................................................................................... 35
3.3 Kerangka Konsep .................................................................................. 36
3.4 Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif ............................................. 37
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 41
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 41
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi ................................................................................................. 41
4.3.2 Sampel ................................................................................................... 42
xv

4.4 Teknik Sampling ................................................................................... 42


4.5 Kriteria seleksi
4.5.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 42
4.5.2 Kriteria Eksklusi.................................................................................... 42
4.6 Cara Pengumpulan Data ........................................................................ 43
4.7 Alur penelitian ....................................................................................... 43
4.8 Pengolahan Dan Penyajian Data
4.8.1 Pengolahan Data.................................................................................... 44
4.8.2 Penyajian Data ...................................................................................... 44
4.9 Etika Penelitian ..................................................................................... 44
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Prevalensi hasil pemeriksaan HBsAg pada pasien Kemoterapi pre Bedah
yang akan menjalani kemoterapi ............................................................ 46
5.2 Hasil pemeriksaan SGOT pada pasien kanker payudara pre bedah yang
akan Menjalani kemoterap ................................................................................. 47
5.3 Hasil pemeriksaan SGPT pada pasien kanker payudara pre bedah yang
akaN Menjalani kemoterapi ............................................................................... 48
5.4 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan
pekerjaan ................................................................................................ 49
5.5 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg, SGOT, SGPT
berdasarkan umur ................................................................................... 50
5.6 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan
Jenis Kelamin… ..................................................................................... 51
5.7 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan
Diagnosis ................................................................................................ 52
xvi

5.8 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan
Status Pernikahan ................................................................................... 53
5.9 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan
Status gizi ............................................................................................... 55
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Prevalensi Hsil Pemeriksaan HBsAg pada pasien kanker payudara pre
bedah yang akan menjalani kemoterapi ............................................................. 56
6.2 Hasil pemeriksaan SGOT,SGPT pada pasien kanker payudara pre bedah
yang akan menjalani kemoterapi ....................................................................... 58
6.3 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan pekerjaan ..................................................................... 59
6.4 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan Umur ........................................................................... 59
6.5 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan Jenis kelamin............................................................... 60
6.6 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan diagnosis ..................................................................... 61
6.7 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan status pernikahan......................................................... 62
6.8 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani
kemoterapi berdasarkan status gizi .................................................................... 63
6.9 Keterbatasan dan kelebihan penelitian .................................................. 64
BAB 7 KESIMPULAN dan SARAN
7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 65
7.2 Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67
LAMPIRAN ...................................................................................................... 70
xvii

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 5.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada pasien kanker payudara

pre bedah yang akan menjalani kemoterapi ....................................................... 46

Tabel 5.2 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGOT pada pasien kanker payudara

pre bedah yang akan menjalani kemoterapi ...................................................... 47

Tabel 5.3 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGPT pada pasien kanker payudara

pre bedah yang akan menjalani kemoterapi ....................................................... 48

Tabel 5.4 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan

pekerjaan ............................................................................................................ 49

Tabel 5.5 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan umur

............................................................................................................................ 50

Tabel 5.6 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan jenis

kelamin ............................................................................................................... 51

Tabel 5.7 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan

diagnosis ............................................................................................................. 52
xviii

Tabel 5.8 Karakteristik Kanker payudara yang akan melakukan kemoterapi

berdasarkan status pernikahan............................................................................ 53

Tabel 5.9 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan status

gizi ...................................................................................................................... 55
xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada pasien kanker

payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi ….46

Diagram 5.2 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGOT pada pasien kanker

payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi …47

Diagram 5.3 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGPT pada pasien kanker

payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi ….48

Diagram 5.8 Karakteristik Kanker payudara yang akan melakukan

kemoterapi berdasarkan status pernikahan……………...54


xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pengesahan Seminar Hasil

Lampiran 2. Lembar Pengesahan Seminar Akhir

Lampiran 3. Tabel Data Penelitian

Lampiran 4. Biodata Peneliti


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kanker merupakan istilah yang digunakan pada tumor ganas, yaitu tumor

yang tumbuh dengan pesat, menginfiltrasi jaringan sekitar, bermetastasis dan

dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penanganan dan terapi

yang tepat. Kanker dapat menyerang semua kelompok umur, strata sosial ekonomi

dan strata pendidikan dari strata pendidikan rendah hingga tinggi (Sri Guntari et

al., 2016).

Angka kejadian kanker payudara di Indonesia diperkirakan sebesar 100

penderita per 100.000 penduduk per tahun dan dengan insiden tersebut, 50%

diantaranya ditemukan pada stadium lanjut (Prastiwi, T. F., 2012).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan

dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih

belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi gen

normal dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan kanker

payudara. Karsinogen juga diketahui terbagi menjadi bahan kimia, virus, radiasi,

dan agen biologic (Pringgoutomo, S et al., 2006) (Smeltzer, S.C and Bare, B.G.,

2001).

Peningkatan progresif aktivitas serum alkaline phosphatase (ALP) pada

pasien kanker payudara merupakan indikasi Dari metastasis .peningkatan kadar

1
2

ALP diketahui berbeda selama kemoterapi. Ini menunjukkan metastasis kanker

payudara baik terhadap tulang maupun hati. Beberapa penelitian tidak

menemukan hal yang signifikan Perbedaan kadar ALP pada kanker payudara non

metastatic (Chauhan et al., 2016).

Tingkat enzim (aspartate aminotransferase, alanine aminotransferase, dan

alkaline phosphatase) dan protein (Protein serum dan albumin total) dianalisis

untuk fungsi hati yang tepat. Uji fungsi hati digunakan untuk infeksi hati, untuk

memantau perkembangan penyakit dan efek samping obat yang mungkin

digunakan dalam kemoterapi (Chauhan et al., 2016)

Berdasarkan latar belakang masalah tentang karakteristik pasien kanker

payudara serta terbatasnya penelitian tentang kanker payudara yang berhubungan

dengan pasien pre bedah yang akan menjalani kemoterapi di Indonesia khususnya

kota Makassar, menjadi dorongan peneliti untuk melihat hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang mengenai pentingnya penyakit kanker

payudara khususnya yang terdapat pada pasien bedah di RS wahidin

Sudirohusodo, maka dirumuskan masalahnya adalah belum diketahui mengenai

karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi.
3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B dan kadar

SGOT,SGPT pada pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Untuk memperoleh informasi prevalensi hasil tes HBsAg yang positif dan

negatif, SGOT, dan SGPT pada pasien kanker payudara RS Wahidin

Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

b) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

berdasarkan umur.

c) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

berdasarkan jenis kelamin.

d) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

berdasarkan pekerjaan.

e) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

berdasarkan diagnosis.
4

f) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

berdasarkan status perkawinan.

g) Untuk memperoleh informasi prevalensi hepatitis B pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-November 2017

Berdasarkan status gizi.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi persiapan Penelitian,pemeriksaan yang dilakukan akan memberikan hasil

yang dapat bermanfaat untuk mengatahui status penyakit hepatitis B.

b) Bagi peneliti sendiri,mengharapkan penelitian yang dilakukan dapat

bermanfaat dalam bidang pengatahuan serta memberikan motivasi kepada

peneliti lain untuk terus berkarya.

c) Bagi pemerintah,penelitian akan bermanfaat dalam proses pendataan

prevalensi penyakit hepatitis B,khususnya pada tenaga kesehatan.

d) Bagi masyarakat atau tenaga kesehatan,penelitian akan memberi motivasi

dalam melakukan proteksi lebih pada saat melakukan tindakan yang invasif.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Hepatitis

Hepatitis virus merupakan penyakit sistemik,terutama menyerang hati.

Sebagian besar kasus hepatitis virus akut pada anak-anak dan dewasa disebabkan

oleh salah satu dari beberapa agen berikut : virus hepatitis A (hepatitis A

virus/HAV),agen penyebab timbulnya hepatitis virus tipe A (hepatitis

infeksius);virus hepatitis B (hepatitis B virus/HBV) yang terkait dengan hepatitis

virus B (hepatitis serum);virus hepatitis C (hepatitis C virus/HCV),agen penyebab

hepatitis C (penyebab umum hepatitis pascatransfusi); atau virus hepatitis E

(hepatitis E virus/HEV),agen penyebab hepatitis yang ditularkan secaran enteris

(Brooks, Geo F, et al. 2005).

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang

memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan lemas, lekas capai, nafsu makan

menurun, urin seperti teh pekat serta mata dan seluruh badan menjadi kuning

(Cariappa MMP et al., 2004).

Hepatitis merupakan peradangan hati yang bersifat sistemik, akan tetapi

hepatitis bisa bersifat asimtomatik. Hepatitis ini umumnya lebih ringan dan lebih

asimtomatik pada yang lebih muda dari pada yang tua. Lebih dari 80% anak –

anak menularkan hepatitis pada anggota keluarga adalah asimtomatik, sedangkan

5
6

lebih dari tiga perempat orang dewasa yang terkena hepatitis A adalah

simtomatik. Sekitar dua miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B

dan 360 juta orang di antaranya terinfeksi kronis. Hepatitis B berpotensi menjadi

sirosis disertai gangguan fungsi hati berat dan karsinoma hepatoselular dengan

angka kematian sebanyak 250 ribu per tahun. Penyakit hepatitis pada dasarnya

bisa menyerang siapa saja. Hepatitis juga tidak dibatasi oleh usia dan jenis

kelamin. Meski begitu, patut diwaspadai bahwa ikterus atau gejala kuning dapat

terjadi akibat hepatitis virus (Baron, 1996).

2.1.1 Karakteristik Infeksi Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit infeksi atau inflamasi pada hepatosit yang

disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang

dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil

kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Sekitar sepertiga dari

populasi dunia atau lebih dari 2 miliar orang, telah terinfeksi dengan virus

hepatitis B. Penularan virus hepatitis B seringkali berasal dari paparan infeksi

darah atau cairan tubuh yang mengandung darah (Baron, 1996).

Kasus hepatitis B hanya sebagian saja yang dapat dideteksi, hal ini karena

sifat penyakit ini tidak terlalu menunjukkan gejala Center For Disease Control

(CDC),(WHO,2011.b). Kasus hepatitis B banyak tidak terdeteksi karena sifatnya

yang asimptomatik dan penderitanya akan menyadarinya setelah sifat dari

penyakit ini akut atau kronis (Mauss et al, 2012).


7

2.1.2 Epidemilogi Hepatitis B

Prevalensi HBsAg tidak hanya pada umum, tapi juga kelompok berisiko

seperti seks komersial Pekerja (PSK) dan laki-laki berhubungan seks dengan laki-

laki (LSL). Prevalensi HBV pada populasi umum di Indonesia lebih tinggi dari

pada HCV (2%), dengan Tingkat tertinggi dilaporkan di Makassar (7,1%) di

Indonesia Pulau Sulawesi dan tingkat terendah dilaporkan di Jakarta (4,0%) di

Pulau Jawa; Namun, studi lain melaporkan bahwa prevalensi HBV di Jakarta

Adalah 5,8% pada populasi umum . Hasan Sebelumnya melaporkan bahwa

prevalensi infeksi HBV Pada populasi umum adalah yang tertinggi di Pontianak

(9,1%) di Pulau Kalimantan. Selanjutnya, Prevalensi HBsAg sangat tinggi pada

habitants Di dataran tinggi Papua (12,8%) dan Sulawesi Utara (33,0%). Prevalensi

HBsAg saat hamil Wanita ditemukan sama dengan yang di Populasi umum di

Indonesia (Yano, 2015). Data di makassar pada 528 calon pendonor darah

menunjukkan 5,4% HBsAg positif (Sjahirl dkk,).

Menurut riset kesehatan dasar,2013, di Indonesia prevalensi Hepatitis b

sebanyak 21,8% ,sedangkan di Sulawesi Selatan prevalensinya sebesar

15,1/10.000 orang (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan RI,2013).

2.1.3 Virologi virus Hepatitis B

Virus Hepatitis B adalah DNA beruntai ganda termaksud dalam keluarga

Hepadnaviridae. Virion HBV adalah partikel double-shelled, diameter 40 sampai

42 nm, dengan pembungkus lipoprotein bagian luar berisi tiga glikoprotein


8

amplop terkait (permukaan Antigen). Intinya berisi genom virus dan polimerase

untuk sintesis DNA virus di sel yang terinfeksi (Wijaya and Hasan, 2013).

Partikel Dane berukuran 42 nm dapat diganggu oleh deterjen non-ionik

untuk melepaskan inti berukuran 28 nm dan mengandung genom DNA virus untai

ganda parsial.antigen yang dapat larut dinamakan HBeAg,dapat dilepaskan dari

partikel inti dengan deterjen kuat,mikrofag electron memperlihatkan tiga bentuk

yang mengandung HBsAg yang berbeda : partikel sferis pleomorfik 20 nm,

bentuk filamentosa,dan partikel Dane sferis 42 nm, bentuk HBV yang infeksius

(Brooks, Geo F, et al. 2005).

Sifat-sifat penting hepadnavirus, antara lain:

1) Virion, memiliki diameter keseluruhan sekitar 42 nm,(nukeokapsid 18 nm).

2) Genom,satu molekul DNA untai ganda,sirkular,3,2 kbp, pada virion,untai

DNA negatif memiliki panjang yang utuh dan untai DNA positif hanya

lengkap sebagian.celah ini harus dilengkapi di awal siklus replikasi.

3) Protein, dua polipeptida uta (satu terglikosilasi) terlihat pada HBsAg satu

polipeptida terlihat HBcAg.

4) Selubung, mengandung HBsAg dan lipid.

5) Melalui salinan RNA perantara genom DNA (HBcAg di nucleus,GBsAg di

sitoplasma). Baik partikel virus yang matang dan sferis berukuran 22 nm

mengandung HBsAg yang disekresi dari permukaan sel,

6) Karakteristik khas, famili terdiri atas banyak tipe yang menginfeksi manusia

dan hewan yang kelasnya rendah (misalnya, marmut, tupai, bebek),


9

menyebabkan hepatitis akut dan kronik sering kali memburuk menjadi status

karier permanen dan karsinoma hepatoseluler (Brooks, Geo F, et al. 2005).

2.1.4 Patogenesis Hepatitis B

Penularan VHB sama seperti penularan Human Immunodeficiency virus

(HIV) yaitu mealui kontak dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang

terinfeksi VHB,namun VHB berpotensi 50-100 kali lebih infeksius dibanding

HIV(Amtarina et al., 2009).

Perjalanan alami hepatitis B kronis infeksi tergantung pada umur pada saat

infeksi dan respon imun antara kekebalan host dan replikasi virus. Pasien yang

gagal pulih dari infeksi akut akan terjadi Infeksi kronis sampai 4 fase: kebal

toleransi, kekebalan tubuh, non-replikasi, dan fase pengaktifan kembali reaktifitas

HBV berhubungan dengan profil serologis dan intensitas agen imunosupresif

(Post A and Nagendra S, 2009).

Kasus hepatitis B hanya sebagian saja yang dapat dideteksi, hal ini karena

sifat penyakit ini tidak terlalu menunjukkan gejala Center For Disease Control

(CDC),(WHO,2011.b).Kasus hepatitis B banyak tidak terdeteksi karena sifatnya

yang asimptomatik dan penderitanya akan menyadarinya setelah sifat dari

penyakit ini akut atau kronis (Mauss et al, 2012).


10

2.1.5 Perjalanan Penyakit

Penyakit ini disebakan infeksi oleh virus hepatitis B, sebuah virus DNA

dari keluarga Hepadnaviridae dengan struktur virus berbentuk sirkular dan terdiri

dari 3200 pasang basa. pajanan virus ini akan menyebabkan dua keluaran klinis,

yaitu: (1) Hepatitis akut yang kemudian sembuh secara spontan dan membentuk

kekebalan terhadap penyakit ini, atau (2) Berkembang menjadi kronik (Dienstag

JL., 2008).

Pasien yang terinfeksi VHB secara kronik bisa mengalami 4 fase penyakit,

yaitu fase immune tolerant, fase immune clearance, fase pengidap inaktif, dan

fase reaktivasi. Fase immune tolerant ditandai dengan kadar DNA VHB yang

tinggi dengan kadar alanin aminotransferase (ALT) yang normal. Sedangkan, fase

immune clearance terjadi ketika sistem imun berusaha melawan virus. Hal ini

ditandai oleh fluktuasi level ALT serta DNA VHB. Pasien kemudian dapat

berkembang menjadi fase pengidap inaktif, ditandai dengan DNA VHB yang

rendah (<2000 IU/ml), ALT normal, dan kerusakan hati minimal. Seringkali

pasien pada fase pengidap inaktif dapat mengalami fase reaktivasi dimana DNA

VHB kembali mencapai >2000 IU/ml dan inflamasi hati kembali terjadi (Dienstag

JL., 2008).

Infeksi HBV masuk masa inkubasi (umumnya 4 - 12 minggu), penyakit

akut (2 minggu - 3 bulan) dan Pemulihan bagi individu yang mengatasi infeksi

mereka (Organization and others, 2001).


11

Karier kronis HBV adalah mereka yang memiliki HBsAg menetap selama

lebih dari 6 bulan disertai adanya HBeAg atau anti-HBe. HBsAg dapat bertahan

selama bertahun-tahun setelah HBeAg menghilang (Brooks, Geo F, et al. 2005).

2.1.6 Gejala Klinis Hepatitis B

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang

memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, lekas capai, nafsu makan

menurun, urin seperti teh pekat serta mata dan seluruh badan menjadi

kuning(Cariappa MMP et al., 2004).

Infeksi virus hepatitis B (VHB) dapat memberikan gambaran klinis yang

bervariasi. Infeksi akut dapat terjadi tanpa disertai gejala sampai menimbulkan

gejala yang fatal yang disebut hepatitis fulminant (Sherlock S and Dooley J,

2002).

Manifestasi hepatitis virus diluar hepar (terutama tipe B) memiliki gejala

prodromal yang menyerupai penyakit serum sementara,seperti demam,ruam

kuit,dan poliatritis, vaskulitis nekrotikans,dan glomerulonephritis,pada hepatitis B

awitannya samar dan lebih jarang demam,durasi elevasi 1-6 bulan lebih,kadar

immunoglobulin(kadar IgM) normal hingga sedikit meningkat,sebagian besar

infeksi secara parenterar (Brooks, Geo F, et al. 2005).

2.1.7 Diagnosis Hepatitis B

Untuk mengetahui adanya virus Hepatitis B dalam tubuh pasien

diperlukan pemeriksaan HBsAg. HBsAg merupakan salah satu jenis antigen yang
12

terdapat pada bagian pembungkus dari virus Hepatitis B yang dapat dideteksi pada

cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan metode

ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay), (Baron, 1996).

Metode deteksi yang paling berguna adalah ELISA untuk antigen dan

antibody HBV,serta PCR untuk DNA virus (Brooks, Geo F, et al. 2005).

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis diantaranya HBsAg,Anti-

HBs dan Anti-HBc

1. Apabila HBsAg (+),Anti-HBs dan Anti-HBc (-) kemungkinan infeksi HBV

akut dini.diperlukan konfirmasi untuk menyingkirkan reaktivitas non spesifik

2. HBsAg,Anti-HBs,dan Anti-HBc (+),infeksi HBV,entah akut atau

kronis,bedakan dengan IgM anti HBc.tentukan kadar aktivitas replikatif

dengan HBeAg atau DNA HBV

3. HBsAg (-),Anti-HBs,dan Anti-HBc (+),menandakan infeksi HBV sebelumnya

dan imunitas terhadap hepatitis B

4. HBsAg dan Anti-HBs(-),sedangkan Anti-HBc (+) kemungkinan Infeksi

berkelanjutan Anti HBc positif palsu , Infeksi kronik (level rendah) , Infeksi

akut resolving

5. HBsAg,Anti-HBs dan Anti-HBc (-),tidak pernah terinfeksi

HBV.kemungkinan meliputi agen infeksius lainnya seperti cedera toksik

terhadap hepar.

6. HBsAg(-),Anti-HBs(+),sedangkan Anti-HBc (-),respon tipe-vaksin (Hollinger

FB, 1996).
13

2.1.8 Prognosis Hepatitis B

Dampak pasca infeksi HBV bervariasi,berkisar mulai dari pemulihan

lengkap hingga memburuk menjadi hepatitis kronis dan, jarang kematian akibat

penyakit fulminant. Pada orang dewasa,65-80% infeksi tidaklah tampak

jelas,dengan 90-95% dari semua pasien pulih sempurna.sebaliknya 95% bayi dan

anak-anak usia muda yang terinfeksi oleh HBV akan menjadi karier kronis

(Brooks, Geo F, et al. 2005).

2.1.9 Faktor Resiko dan penularan Hepatitis B

Dalam epidemiologi Hepatitis B dikenal kelompok resiko tinggi yang

lebih sering terkena infeksi Virus B dibandingkan yang lain adalah:

1. Individu yang karena profesi/pekerjaannya atau lingkungannya relatif lebih

seringketularan, misal: petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan),

petugas laboratorium,pengguna jarum suntik, pria homoseksual, supir, dukun

bayi, bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi hepatitis B.

2. Individu dengan kelainan sistem kekebalan seluler,misal penderita

hemofilia,dialisa, leukemia limfositik, penderita Down sindrome dan penderita

yang mendapat terapi imunosupresif.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat infeksi hepatitis B

diantaranya, yaitu:1. Faktor gizi,2. Daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh

melemah akan memudahkan seseorang terinfeksi Virus Hepatitis B, 3. Umur

penderita, tergantung terjadinya waktu infeksi. Pada bayi dan anak-anak lebih

rentan sedangkan orang dewasa lebih resisten (Baron, 1996).


14

Ada 2 macam pola penularan, yaitu horizontal dan vertikal, horizontal,

penularan melalui kulit, virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang utuh,

maka infeksi VHB melalui kulit dapat melalui dua cara, yaitu dengan

ditembusnya kulit oleh tusukan jarum atau kontak antara bahan infektif dengan

kulit yang sudah mengakami perubahan atau lesi, selain itu bisa juga penularan

melalui mukosa yaitu,melalui mulut,saluran makanan bagian bawah,dan alat

kelamin (I Gde Putu, 1995).

Pola penularan vertical yaitu, dari ibu hamil yang mengidap VHB kepada

bayi, dalam Rahim (intrauterin), saat persalinan (intrapartum), dan pascapartum

(postpartum). Penularan infeksi VHB terjadi saat proses persalinan oleh karena

adanya kontak atau paparan dengan sret yang mengandung VHB (cairan

amnion,darah ibu,secret vagina) pada kulit bayi dengan lesi (abrasi) dan pada

mukosa (konjungtiva). Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg + HBs AgE

akan menderita VHB (Edison, 1989).

2.1.10 Pencegahan Hepatitis

Pencegahan Infeksi HBV : (1) Modifikasi perilaku untuk mencegah

penyakit Penularan, skrining (2) Imunoprofilaksis pasif, Hepatitis B Immune

Globulin (HBIG) adalah larutan steril dari antibodi siap pakai melawan hepatitis

B. HBIG dibuat dari darah manusia dari donor terpilih yang memiliki tingkat

antibodi tinggi terhadap hepatitis B dan digunakan secara pasif Imunoprofilaksis.

Pemberian imunoprofilaksis pasif digunakan dalam empat situasi (a) Bayi baru

lahir yang terinfeksi hepatitis B; (b) Setelah terpapar jarum suntik, (c) Setelah
15

terpapar seksual, dan (d) Setelah transplantasi hati. dan (3) Imunisasi aktif.

Pencegahan infeksi primer dengan vaksinasi merupakan strategi penting untuk

menurunkan risiko infeksi HBV kronis Komplikasi selanjutnya (Hou et al., 2005).

2.1.11 Penatalaksanaan Hepatitis B

Analog nukleosida baru, seperti adefovir, entecavir, telbivudine, dan

tenofovir sekarang disetujui untuk pengobatan infeksi HBV dan masih banyak

lagi ampuh dari lamivudine.Baik adefovir maupun entecavir aktif melawan HBV

yang tahan lamivudine,HBV yang resisten terhadap obat rentan terhadap

lamivudine dan entecavir. Meski adefovir memiliki kelemahan karena berpotensi

nefrotoksik, rendah tingkat resistensi menjadikannya obat lini pertama bila

berkepanjangan perawatan itu perlu adefovir efektif bila digunakan sendiri atau

dikombinasikan dengan lamivudine (Kawsar et al., 2012).

2.2 Tes HBsAg

2.2.1 Pengertian

HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada infeksi akut

dapat dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala hepatitis, sedangkan pada

infeksi VHB kronik dapat dijumpai pada fase immune tolerance dan immune

clearance, yang merupakan fase replikatif VHB. Pada fase integrasi yang

merupakan fase nonreplikatif VHB, dalam sirkulasi hanya didapatkan partikel

HBsAg berbentuk bulat dan tubular saja. HBsAg merupakan protein selubung

terluar VHB, dan merupakan petanda bahwa individu tersebut pernah terinfeksi
16

VHB. HBsAg positif dapat ditemukan pada pengidap sehat (healthy carrier),

hepatitis B akut (simtomatik atau asimtomatik), hepatitis B kronik, sirosis hati,

maupun kanker hati primer (Amtarina et al., 2009).

2.2.2 Jenis

pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan

metode RIA (Radio Immuno Assay), ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent

Assay), RPHA (Reverse Passive Hemagglutination, (Baron, 1996).

2.2.3 Indikasi

Pemeriksaan HBsAg biasanya dilakukan untuk monitoring perjalanan

penyakit hepatitis B akut, skrining sebelum dilakukan vaksinasi, serta untuk

skrining ibu hamil pada program pencegahan infeksi VHB perinatal. Anti-HBs

merupakan antibodi yang muncul setelah vaksinasi atau setelah sembuh dari

infeksi VHB. Pada hepatitis B akut, anti-HBs muncul beberapa minggu setelah

HBsAg menghilang (Amtarina et al., 2009).

2.2.4 Metode

Metode pemeriksaan yang biasa dipakai untuk mendeteksi petanda

serologis infeksi VHB dapat berupa RIA (Radio Immuno assay),ELISA (enzyme

linked immunosorbent assay),RPHA (reversed passive haemaglutination assay)

dan PHA (passive haemaglutination assay),RIA adalah metode paling sensitive

dan spesifik, sedang metode RPHA/PHA kurang sensitive bila dibandingkan

dengan ELISA,namun untuk pemeriksaan semikuantitatif yang paling murah


17

adalah RPHA (Amtarina et al., 2009).Metode yang paling berguna adalah ELISA

untuk antigen dan antibody HBV,serta PCR untuk DNA virus (Brooks, Geo F, et

al. 2005).

Uji skrining HBsAg yang paling sering digunakan adalah uji ELISA,

dimana pemeriksaan ini dikatakan paling sesuai untuk melakukan skrening

spesimen dalam jumlah yang cukup besar dalam praktik sehari-hari(Organization

and others, 2001).

2.2.5 Prosedur

Tes HBsAg ELISA adalah immunoassay sandwich simultan fase padat,

yang Menggunakan antibodi monoklonal dan antibodi poliklonal yang spesifik

untuk HBsAg. Sumur mikrotiter dilapisi dengan antibodi monoklonal yang

spesifik untuk HBsAg. Sebuah spesimen serum ditambahkan ke antibodi yang

dilapisi sumur microtiter bersamaan dengan antibodi poliklonal enzim

terkonjugasi. HBsAg, jika ada, akan membentuk sebuah antibodi-HBsAg-

antibodi-enzim kompleks. Pelat kemudian dicuci untuk dilepas materi tak terikat

akhirnya, larutan substrat ditambahkan ke sumur dan di inkubasi, warna biru akan

berkembang sebanding dengan jumlah HBsAg hadir dalam spesimen reaksi

enzim-substrat dapat dihentikan dan Hasilnya divisualisasikan dengan mata

telanjang atau dibaca oleh pembaca pelat ELISA untuk absorbansi di panjang

gelombang 450 nm (Wolters G. et al., 1977).


18

2.2.6 Interpretasi

Kadar anti-HBC spesifik IgM yang tinggi sering kali dideteksi di awal

klinis penyakit. Karena antibody ini diarahkan terhadap komponen inti internal

HBV,kemunculan didalam serum menandakan replikasi virus. Antibodi terhadap

HBsAg pertama kali dideteksi pada periode yang bervariasi setelah HBsAg

menghilang. Antibodi ini dijumpai konsentrasi rendah. Sebelum HBsAg

menghilang,HBeAg digantikan oleh anti-HBe,menandakan awal resolusi

penyakit. Kadar anti HBe sering kali tidak lagi terdetekski setelah 6 bulan.Titer

anti-HBc IgM yang rendah terlihat didalam serum sebagian besar karier HBsAg

kronis,sebagian kecil DNA HBV biasanya dapat terdeteksi di dalam serum

sepanjang terdapat HBsAg (Brooks, Geo F, et al. 2005).

1. Apabila HBsAg (+),Anti-HBs dan Anti-HBc (-) kemungkinan infeksi HBV

akut dini.diperlukan konfirmasi untuk menyingkirkan reaktivitas non spesifik

2. HBsAg,Anti-HBs,dan Anti-HBc (+),infeksi HBV,entah akut atau

kronis,bedakan dengan IgM anti HBc.tentukan kadar aktivitas replikatif

dengan HBeAg atau DNA HBV

3. HBsAg (-),Anti-HBs,dan Anti-HBc (+),menandakan infeksi HBV sebelumnya

dan imunitas terhadap hepatitis B

4. HBsAg dan Anti-HBs(-),sedangkan Anti-HBc (+) kemungkinan Infeksi

berkelanjutan Anti HBc positif palsu , Infeksi kronik (level rendah) , Infeksi

akut resolving
19

5. HBsAg,Anti-HBs dan Anti-HBc (-),tidak pernah terinfeksi

HBV.kemungkinan meliputi agen infeksius lainnya seperti cedera toksik

terhadap hepar.

6. HBsAg(-),Anti-HBs(+),sedangkan Anti-HBc (-),respon tipe-vaksin.

(Brooks, Geo F, et al. 2005).

2.3 SGOT dan SGPT

ALT atau SGPT adalah enzim sitosol yang berada di hati. Nilai normal

tingkat serum 10-35 Karmel units/ ml. ALT reversibly mengkatalisis gugus amino

dari alanin ke α-ketoglutarat. Tingkat ALT sangat tinggi pada pasien hepatitis

virus dan nekrosis hati, 10 sampai 200 kali lipat lebih tinggi pasien ikterus pasca

hepatik, kolestasis intrahepatik dan di bawah 10 kali lipat pasien karsinoma

metastatik, sirosis dan hepatitis alkoholik glutamat oksaloasetat transaminase

(GOT) (Harsh Mohan., 2002).

AST atau SGOT adalah enzim mitokondria dilepaskan dari jantung, hati,

otot rangka dan ginjal. Tingkat serum normalnya adalah 10-40 unit Karmen / ml

Mengkatalisis transfer gugus amino dari aspartat ke α-ketoglutarat Tingkat AST

adalah 10 sampai 200 kali lipat meningkat pada pasien dengan hati akut nekrosis,

hepatitis virus, CCl4 dan obat-obatan terlarang menyebabkan keracunan. Tingkat

AST juga meningkat 10 kali lipat pada pasien postingan ikterus hepatic, kolestasis

intrahepatic dan kurang dari 10 kali pecandu alkohol dan steatosis hati(Harsh

Mohan., 2002)
20

Tingkat serum SGOT dan SGPT meningkat, apabila terjadi kerusakan

jaringan tempat mereka. Dengan demikian estimasi serum SGPT (ALT) yang

cukup spesifik untuk jaringan hati lebih besar nilainya pada sel hati rusak,

sedangkan kadar SGOT (ALT) bisa meningkat pada nekrosis akut atau iskemia

lainnya organ seperti miokardium, selain itu kerusakan sel hati Estimasi

transaminase berguna dalam diagnosis dini virus hepatitis. Tingkat yang sangat

tinggi terlihat nekrosis hepatik akut yang ekstensif seperti di hepatitis virus berat

dan kolestasis akut. Penyakit hati dan sirosis alcohol terkait dengan elevasi ringan

sampai sedang dari transaminases (Mishra, 2012).

2.4 Kanker Payudara

2.4.1 Karakteristik

Kanker merupakan istilah yang digunakan pada tumor ganas, yaitu tumor

yang tumbuh dengan pesat, menginfiltrasi jaringan sekitar, bermetastasis dan

dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penanganan dan terapi

yang tepat. Kanker dapat menyerang semua kelompok umur, strata sosial ekonomi

dan strata pendidikan dari strata pendidikan rendah hingga tinggi (Sri Guntari et

al., 2016). Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara

yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Suzanna E et al., 2012).

2.4.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis kanker payudara:

1) Karsinoma In Situ
21

Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,

merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat

asalnya.

2) Karsinoma Duktal

Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke

puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker

ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini

dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai

bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya

terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan

melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita

kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).

3) Karsinoma Lobuler

Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah

menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram,

tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan

untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya

akan menderita kanker invasive (pada payudara yang sama atau payudara lainnya

atau pada kedua payudara).


22

4) Kanker Invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya,

bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian

tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan

10% adalah kanker lobuler.

5) Karsinoma Meduler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

6) Karsinoma Tubuler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu

(Suryo, 2009)

2.4.3 Epidemilogi

Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian

tertinggi nomor dua pada wanita setelah kanker leher rahim dan terdapat

kecenderungan peningkatan angka kejadian kanker payudara dari tahun ke tahun

(Hartati, 2008). Angka kejadian kanker payudara di Indonesia diperkirakan

sebesar 100 penderita per 100.000 penduduk per tahun dan dengan insiden

tersebut, 50% diantaranya ditemukan pada stadium lanjut.(Prastiwi, T. F., 2012)

2.4.4 Etiologi

Segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker disebut karsinogen.


23

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun

apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum.Perubahan genetik ini

termasuk perubahan atau mutasi gen normal dan pengaruh protein baik yang

menekan atau meningkatkan kanker payudara.Karsinogen juga diketahui terbagi

menjadi bahan kimia, virus, radiasi, dan agen biologik(Pringgoutomo, S et al.,

2006).(Smeltzer, S.C and Bare, B.G., 2001) Karsinogen kimia dapat berasal dari

bahan – bahan kimia limbah pabrik, makanan yang mengadung polycyclic

hydrocarbons seperti daging/ikan asap dan minyak sayur yang digunakan

berulang kali, merokok, serta konsumsi alkohol. Tidak ada karsinogen virus yang

berkaitan dengan kanker payudara. Karsinogen radiasi dapat berasal dari radiasi

UV sinar matahari atau radiasi pengion yang digunakan untuk diagnostik,

pengobatan, atau industri. Radiasi UV diketahui terkait dengan kejadian kanker

kulit dan belum diketahui adanya keterkaitan dengan kanker payudara.

Karsinogen agen biologik yang berhubungan dengan kanker payudara adalah

hormon yang bekerja sebagai ko-faktor pada karsinogenesis yaitu hormone

esterogen yang membantu pembentukan kanker payudara (Pringgoutomo, S et al.,

2006).

2.4.5 Gejala Klinis

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari

jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki


24

pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,

benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut,

benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker

stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit

payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

a. Benjolan atau massa di ketiak

b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara

c. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau

berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)

d. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun

areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)

e. Payudara tampak kemerahan

f. Kulit di sekitar puting susu bersisik

g. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal

h. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut

bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan

atauulserasi kulit (Suryo, 2009).

2.4.6 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil

pemeriksaan berikut:
25

a. Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan

mikroskop)

b. Rontgen dada

c. Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker

d. Skrining tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran

kelenjar getah bening) Mammografi

e. USG payudara.

Staging (Penentuan Stadium Kanker) penentuan stadium kanker penting

sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Staging

kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):

a. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di

dalam jaringann payudara yang normal

b. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar

keluar payudara

c. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm

tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

d. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5

cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

e. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah

menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain
26

atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih

dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit

payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening

di dalam dinding dada dan tulang dada

g. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada,

misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

(Suryo, 2009)

2.4.7 Prognosis

Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk

menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada

penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai

mendekati:

a. 95% untuk stadium 0

b. 88% untuk stadium I

c. 66% untuk stadium II

d. 36% untuk stadium III

e. 7% untuk stadium IV.(Suryo, 2009)


27

2.4.8 Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko kanker payudara telah banyak diungkapkan meskipun

belum ada penyebab spesifik kanker payudara. Wanita yang memiliki kanker pada

satu payudara meningkatkan risiko perkembangan kanker pada payudara lain dan

wanita mengembangkan kanker kontralateral 1 – 2% per tahun(Doherty, G and

Way, L.W, 2006). Kanker payudara meningkat 2 kali lipat jika ibunya terkena

kanker sebelum berusia 60 tahun dan meningkat 4 - 6 kali jika kanker payudara

terjadi pada dua orang saudara langsung(Smeltzer, S.C and Bare, B.G., 2001).

Faktor risiko terjadinya kanker payudara lainnya yaitu pada wanita dengan kanker

korpus uteri, wanita yang menggunakan terapi hormon setelah menopause, dan

konsumsi alkohol dan lemak. Wanita dengan kanker korpus uteri memiliki risiko

kanker payudara yang signifikan lebih tinggi daripada populasi umum (Doherty,

G and Way, L.W, 2006).

2.4.9 Pencegahan

Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih

mudah diobati dan bisa disembhan jika masih pada stadium dini. SADARI,

pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan

merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.

Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa

mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoxifen dan raloksifen. Keduanya

adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara. Tamoxifen telah banyak

digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah


28

menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada

wanita yang memiliki resiko sangat tinggi. Mastektomi pencegahan adalah

pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan

pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko

sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena

kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara

dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

2.4.10 Penatalaksanaan

Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara

menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah

biopsi.

Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan

obat penghambat hormon. Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker

di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah

bening. Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang

berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-

obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang

menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel

kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir:

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu

meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk


29

mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan,

pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau

pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di

sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving:

1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di

sekitarnya Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan

jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak

2. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara. Pengangkatan

tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang

terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari

pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah

3. Mastektomi

a) Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah

payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka

bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada

dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya

digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam

saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker

sering kambuh.

b) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi

mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan

otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.


30

c) Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya

diangkat. Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat

mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar

getah bening di sekitarnya. Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam

kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat

penghambat hormon.

d) Rekonstrusi payudara Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan

silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya.

Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga

dilakukan di kemudian hari. Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon

telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga

implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu,

silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

e) Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon Kemoterapi dan obat penghambat

hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan

selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya

kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian

beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi

tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut

tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. flashes ataupun merubah

kekeringan vagina akibat menopause (Suryo, 2009).


31

2.5 Tes HBsAg, SGOT, SGPT pada Pasien Kanker Payudara

HBsAg dapat dijumpai selama perjalanan infeksi VHB. Pada infeksi akut

dapat dijumpai pada saat munculnya gejala-gejala hepatitis, sedangkan pada

infeksi VHB kronik dapat dijumpai pada fase immune tolerance dan immune

clearance, yang merupakan fase replikatif VHB (Amtarina et al., 2009).

Pemeriksaan darah digunakan untuk mengevaluasi hepar dapat

menunjukkan kerusakan sel hepar, kolestasis, dan fungsi hepar. Kadar

SGOT/SGPT yang meningkat disebabkan oleh kerusakan hepatosit. Penyebab

utama peningkatan kadar SGOT/SGPT adalah fatty liver, hepatitis virus,

medication induced hepatitis¸ hepatits autoimun dan penyakit hepar alkoholik

(Aleya, 2016).

Peningkatan SGOT dalam jumlah besar di dalam serum terjadi setelah

terjadinya nekrosis jaringan yang luas. Kadar SGOT meningkat pada penyakit hati

kronik dan juga pada infark miokard. Peningkatan kadar enzim hepar berat (>20

kali, 1000 U/L) terjadi pada beberapa hepatitis virus, obar atau toksin yang

menginduksi nekrosis hepar, dan syok (Aleya, 2016).

Meskipun kadar enzim dapat menjadi penanda nekrosis hepatoselular,

kadar tersebut tidak berhubungan dengan klinis. Peningkatan kadar enzim hepar

sedang (3-20 kali) .SGPT biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan SGOT

kecuali pada penyakit hepar kronik. Pada hepatitis virus akut, kadar inisial paling

tinggi terjadi dalam 5 minggu dan mencapai kadar normal pada 8 minggu pada

75% kasus. Sedangkan peningkatan kadar enzim hepar yang ringan biasanya
32

ditemukan pada fatty liver, sirosis, toksisitas obat, dan non alcoholic steato

hepatitis (Thapa BR and Walia A., 2007).

Tes biokimia juga dilakukan selama perawatan kemoterapi. Urea darah

nitrogen (BUN) memberikan pengukuran kasar laju filtrasi glomerulus. Selama

proses kemoterapi tingkat nitrogen urea darah (BUN) diamati lebih dari kisaran

normal (7-20 mg / dl). Nilai rata – rata Nitrogen urea darah sebelum dimulainya

kursus kemoterapi ditemukan 32,58 ± 19,7. Mengurangi pola tingkat nitrogen urea

darah dicatat selama pengobatan kemoterapi sebagai nilai non-signifikan. Nilai

rata-rata kreatinin selama pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara

diamati berada di dalam kisaran rujukan normal (0,6-1,1 mg / dl). Nilai rata-rata

kreatinin tercatat 1,05 ± 0,59mg / dl sebelum Mulai kemoterapi Tidak ada

perubahan spesifik yang diamati pada tingkat kreatinin selama kursus kemoterapi.

Tingkat enzim (aspartat aminotransferase, alanine aminotransferase, dan

alkaline phosphatase) dan protein (Protein serum dan albumin total) dianalisis

untuk fungsi hati yang tepat. Uji fungsi hati digunakan untuk infeksi hati, untuk

memantau perkembangan penyakit dan efek samping obat yang mungkin

digunakan dalam kemoterapi (Chauhan et al., 2016).

Peningkatan kadar SGPT menunjukkan fungsi hati yang tidak tepat.Nilai

rata-rata fosfatase alkali dalam keadaan sebelum kemoterapi adalah 111 ± 24.04U

/ L (Chauhan et al., 2016). Disfungsi hati yang terkait dengan kelebihan

hepatotoksin atau hepatotoksik dikenal sebagai hepatotoksisitas (Navarro VJ and

Senior JR., 2006).


33

Hepatotoksisitas meningkatkan nekrosis, steatosis, fibrosis, kolestasis, dan

cedera vaskular (Ishak KG and Zimmerman HJ., 1995). Tes fungsi hati (LFT)

terutama didasarkan pada tingkat enzimatik SGOT, SGPT dan alkaline

phosphatase. Serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum

glutamat piruvat transaminase (SGPT) mengkatalisis aspartat menjadi

oksaloasetat dan alanin menjadi piruvat, masing-masing. Beberapa penelitian

telah membuktikan bahwa Pasien kanker payudara ganas telah meningkatkan

aktivitas transaminase ini dibandingkan pada pasien kanker payudara jinak.

(Kumar K, 1991). Peningkatan SGOT dan SGPT menunjukkan penurunan fungsi

hati dan ginjal yang dapat disebabkan oleh tumor Invasi (Thangaraju M et al.,

1998).

Peningkatan progresif aktivitas serum alkaline phosphatase (ALP) pada

pasien kanker payudara merupakan indikasi Dari metastasis .peningkatan kadar

ALP diketahui berbeda selama kemoterapi. Ini menunjukkan metastasis kanker

payudara baik terhadap tulang maupun hati. Beberapa penelitian tidak

menemukan hal yang signifikan Perbedaan kadar ALP pada kanker payudara non

metastatik (Chauhan et al., 2016).


34

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dari penelitian mengenai karakteristik kanker payudara pada pasien pre

bedah yang akan menjalani kemoterapi,adapun kerakteristik yang ingin diketahui

yaitu, berdasarkan umur,jenis kelamin,pekerjaan, diagnosis,status perkawinan,dan

status gizi. Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian, adapun variabel –

variabel yang diteliti sebagai berikut:

a) Hasil tes HBsAg yang positif dan negative

b) Umur.

c) Jenis kelamin.

d) Pekerjaan.

e) Diagnosis

f) Status perkawinan

g) Status gizi

34
35

3.2 Kerangka Teori

Pasien kanker payudara melakukan

pemeriksaan HBsAg,SGOT dan

SGPT

HBsAg (+) SGOT dan HBsAg (-)


Anti-HBc (+) SGPT 2x dari Anti-HBc (-)
nilai normal

Penderita yang
terinfeksi VHB Tanda HBV, termasuk HBsAg dan anti-
HBc,SGOT dan SGPT perlu dievaluasi pada
semua pasien kanker sebelum kemoterapi
dilakukan.
Jika reaktivasi virus
hepatitis B terjadi
selama proses
Penggunaan kemoterapi dengan
kemoterapi, maka
agen-agen yang bersifat
dibutuhkan
imunosupresif
penundaan terapi
sitotoksik hingga
100 hari, dimana Menekan respon
metode ini imun
dikatakan dapat
memungkinkan
pasien memasuki
fase bebas penyakit Meningkatkan
dan dapat bertahan jumlah virus.
36

3.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep berfikir yang dikemukakan, maka disusunlah pola

hubungan antara variabel - variabel yang diteliti sebagai berikut :

a. HBsAg

b. SGPT & SGOT

c. Umur

d. Jenis kelamin

e. Pekerjaan. Karakteristik pada pasien Kanker


Payudara pre bedah
f. Diagnosis

g. Status

perkawinan (dependen)

h. Status gizi

(independen)
37

3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Pasien kanker payudara pre bedah

Definisi : Penderita keganasan pada jaringan payudara yang akan

menjalani bedah

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur : Ca mammae

b. SGPT dan SGOT

Definisi : SGPT adalah enzim sitosol SGOT adalah enzim

Mitokondria yang berada di hati.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur : normal,meningkat dari nilai normal,meningkat 2x dari

nilai normal

c. HBsAg

Definisi : HBsAg adalah penanda serologis pada Hepatitis B untuk

menetukan seseorang pernah terinfeksi virus Hepatitis B.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera
38

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur :

- HBsAg Positif : Terdapat infeksi Hepatitis B

- HBsAg Negatif : Tidak terdapat Infeksi Hepatitis B

d. Umur

Definisi : Umur pada penelitian adalah umur pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur : Dikategorikan sebagai berikut :

- 20-30

- 31-40

- 41-50

- 51-60

- > 60

e. Jenis kelamin

Definisi : Jenis kelamin yang tercatat di rekam medic pada pasien

kanker payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variable penelitian

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medic psien

Hasil ukur : Laki-laki,perempuan


39

f. Pekerjaan

Definisi : Pekerjaan yang tercatat di rekam medic pada pada pasien

kanker payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat kelompok

pekerjaan yang memiliki faktor risiko terhadap hepatitis

B.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur : IRT,swasta,wiraswasta,pensiunan,honorer

g. Diagnosis

Definisi :Diagnosis yang tercatat di rekam medic pada pasien

kanker payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara ukur : Pengisian daftar tilik sesuai dengan data-data yang tertera

pada rekam medik pasien.

Hasil ukur : Carcinoma Mammae

h. Status Pernikahan

Definisi : Perbedaan status perkawinan pada pasien kanker

payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara Ukur : Dengan mencatat variable status perkawinan sesuai yang

tercantum pada rekam medic


40

Hasil Ukur : a) Menikah

b) Belum menikah

c) Janda

i. Status Gizi

Definisi : Status gizi yang tercatat di rekam medik pada pasien

kanker payudara di RS Wahidin Sudirohusodo.

Alat ukur : Susunan daftar tilik sesuai dengan variabel penelitian.

Cara ukur : Dengan menacatat status gizi

Hasil ukur :gizi kurang,gizi cukup,overweight grade 1,overweight

grade 2
41

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui Karakteristik pasien kanker payudara di RSWS periode Juni-

November 2017. Dari penelitian ini peneliti melaporkan hasil penelitian yang

diperoleh dengan melihat prevalensi HBsAg yang positif dibandingkan dengan

HBsAg yang negatif dan melihat kadar SGOT,SGPT,serta karakteristik pasien,

pada total pasien pre bedah yang akan menjalani kemoterapi dan pemeriksaan

HBsAg,SGOT dan SGPT .

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini, bertempat di bagian Ruang kemoterapi lontara 2 RS

Wahidin Sudirohusodo dengan pertimbangan rumah sakit ini memiliki data

administratif pasien yang akan menjalani bedah.Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan September-november 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pasien kanker payudara pra bedah yang

akan menjalani kemoterapi di RS Wahidin Sudirohusodo periode Juni-November

2017.

41
42

4.3.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah semua pasien kanker payudara pra bedah

di RS Wahidin Sudirohusodo,dengan melihat data pencatatan laboratorium untuk

mengetahui prevalensi.Serta melihat pasien dan rekam medic pasien untuk

mengatahui karakteristiknya, Sampel yang diambil yaitu selama Juni-November

2017

4.4 Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Total

Sampling.

4.5 Kriteria Seleksi

4.5.1 Kriteria Inklusi

A. Pasien kanker payudara yang menjalani pemeriksaan HBsAg,SGOT dan

SGPT

B. Pasien kanker payudara dengan pemeriksaan HBsAg positif dan

Negative,kadar SGOT dan SGPT meningkat dari normal atau 2 kali lipat.

4.5.2 Kriteria Eksklusi

A. Pasien kanker payudara yang tidak menyetujui inform consent

B. Data rekam medik pasien kamker payudara tidak lengkap


43

4.6 Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan cara memperoleh data, data yang dikumpulkan terdiri dari

data sekunder. Data sekunder berupa seluruh data pencatatan hasil laboratorium

dan dan rekam medik pasien pra kemoterapi bagian bedah yang menjalani

pemeriksaan HBsAg selama Juni-November 2017.

4.7 Alur penelitian

ETIK Pasien kanker payudara pre bedah di


yang akan menjalani pemeriksaan
HBsAg,SGOT dan SGPT di RSWS
periode Juni-November 2017

HBsAg (+)

Pencatatan Pencatatan
HBsAg (-)
karakteristik laboratorium

SGOT dan

Pengolahan data SGPT

Kesimpulan
44

4.8 Pengolahan dan Penyajian Data

4. 8. 1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer memakai program Microsoft Office 2010, Microsoft Excel

2010, dan Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) for Windows 18,00.

4. 8. 2 Penyajian Data

Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi,diagram

dan grafik disertai penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi dan

dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.

4.9 Etika Penelitian

1) Menyertakan surat ke Rumah Sakit terkait untuk permintaan kesediaan dan

permohonan izin penelitian.

2) Menjaga kerahasiaan identitas pribadi pasien

3) Melakukan perizinan kepada komisi etik kedokteran.


45

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pada pasien kanker

payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi di RS Wahidin

Sudirohusodo periode juni-november 2017. Dari hasil pengambilan data rekam

medic dan hasil lab di poli onkologi dan ruang kemoterapi. diperoleh sampel

sebanyak 49 tetapi hanya 43 yang masuk kriteria inklusi dikarenakan tidak

lengkapnya hasil laboratorium.Data tersebut digunakan untuk menentukan

prevalensi HBsAg positif dan positif,juga nilai SGOT,SGPT pada pasien kanker

payudara pre kemoterapi.

Data rekam medik yang tidak lengkap masuk kategori eksklusi . Sampel

yang memenuhi kriteria selanjutnya digunakan dalam menentukan karakteristik

infeksi hepatitis B pada pasien kanker payudaradi RS Wahidin Sudirohusodo.

Pengumpulan data berlangsung selama bulan September 2017 sampai

minggu ke 2 november November 2017. Data yang diambil dari bulan juni-

november,data yang diperoleh kemudian dicatat dengan Microsoft excel 2007,

kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Statistical Package for

The Social Sciences (SPSS) for Windows 18.00.

Hasil pengolahan data disajikan sebagai berikut.:

45
46

5.1. Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Pasien Kanker Payudara

Pre Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi

Diagram 5.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Pasien Kanker Payudara

Pre Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi Juni - November 2017

Prevalensi HBsAg juni-november


2017
50
40
30
20 HBsAg
10
0
negatif positif

Sumber: Poli dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Pada diagram dan tabel 5.1. menunjukkan prevalensi HBsAg, dari 43

sampel pada pasien kanker payudara yang akan melakukan kemoterapi,diperoleh

hasil 43 sampel terbebut dengan HBsAg negative,dan tidak diperoleh hasil

HBsAg yang positif pada sampel.

HBsAg JUMLAH (N) PRESENTASE (%)

Negatif 43 100

Positif 0 0

TOTAL 43
47

Tabel 5.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada pasien kanker payudara pre

bedah yang akan menjalani kemoterapi juni-november 2017

5.1. Hasil Pemeriksaan SGOT pada Pasien Kanker Payudara Pre Bedah

yang Akan Menjalani Kemoterapi

Diagram 5.2 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGOT pada Pasien Kanker Payudara

Pre Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi Juni-November 2017

35
30
25
20
15 SGOT
10
5
0
<3 3--45 >45--90 >90

Sumber: Poli dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Pada diagram dan tabel 5.2. menunjuk hasil pemeriksaan SGOT pada 43

sampel pasien kanker payudara yang akan melakukan kemoterap yaitu, 0% pasien

dengan nilai SGOT dibawah nilai normal, sekitar 29 (67.44%) berada pada nilai

normal,11 (25.58%) sampel diatas dari nilai normal,dan 3(6.98%) sampel

meningkat 2 kali lipat dari nilai normal SGOT.


48

HASIL FREKUENSI (N) PRESENTASI (%)

<3 0 0.00

3-45 29 67.44

>45-90 11 25.58

>90 3 6.98

TOTAL 43 100

Tabel 5.2 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGOT pada Pasien Kanker Payudara Pre

Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi Juni-November 2017

5.3. Hasil Pemeriksaan SGPT pada Pasien Kanker Payudara Pre Bedah

Yang Akan Menjalani Kemoterapi

Diagram 5.3 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGPT pada Pasien Kanker Payudara

Pre Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi Juni-November 2017

SGPT
35
30
25
20
15 SGPT
10
5
0
<35 35--70 >70
49

Sumber: Poli Dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Pada diagram 5.3. menunjuk hasil pemeriksaan SGPT pada 43 sampel

pasien kanker payudara yang akan melakukan kemoterapi yaitu, 33 (76.74%)

sampel dengan nilai normal, sekitar 6 (13.95%) sampel diatas nilai normal,dan 4

(9.30%) sampel 2 kali lipat dari nilai normal SGPT.

HASIL FREKUENSI (N) PRESENTASE(%)

<35 33 76.74

35-70 6 13.95

>70 4 9.30

TOTAL 43 100

Tabel 5.3 Prevalensi Hasil Pemeriksaan SGPT pada Pasien Kanker Payudara Pre

Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi Juni-November 2017

5.4. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi dan Melakukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT

Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan Menjalani

Kemoterapi dan Melakukan Pemeriksaan HbsAg, SGOT, SGPT Berdasarkan

Pekerjaan Periode Juni-November 2017


50

PEKERJAAN JUMLAH(N) PRESENTASE(%)

IRT 28 65.12

Wiraswasta 5 18.60

Swasta 8 11.63

Pensiunan 1 2.33

Honorer 1 2.33

Total 43 100

Sumber: Poli dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Dari tabel 5.4 dapat dilihat pada pasien kanker payudara yang akan

menjalani kemoterapi di RS Wahidin Sudirohusodo paling banyak adalah Ibu

Rumah Tangga (IRT) dengan jumlah 28 (65.12%) dari 43 sampel,selanjutnya

disusul pekerjaan swasta yaitu 8 (11.63%) sampel,wiraswasta 5 (18.60%) sampel,

pensiunan dan honorer masing-masing 1 (2.33%) sampel.

5.5. Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi dan melaukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT

berdasarkan Umur

Tabel 5.5 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan umur

periode juni-november 2017


51

UMUR FREKUENSI PRESENTASE(%) PRESENTASE

KOMULATIF

20-30 2 4.65 4.65

31-40 12 27.91 32.56

41-50 17 39.53 72.09

51-60 8 18.60 90.70

>60 4 9.30 100.00

TOTAL 43 100 100

Sumber: Poli dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Dari tabel 5.5 didapatkan karakteristik pasien kanker payudara yang akan

menjalani kemoterapi berdasarkan umur yaitu,terdapat 2 (4.65%) sampel pada

umur 20-30 tahun,12 (27.91%) sampel pada umur 31-40 tahun,dan yang paling

banyak adalah 17 (39.53%) sampel pada umur 41-50 tahun,selanjutnya 8

(18.60%) sampel pada umur 51-60 tahun,dan 4 (9.30%) sampel pada pasien

kanker payudara umur >60 tahun .

5.6. Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi dan melaukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT

berdasarkan Jenis Kelamin


52

Tabel 5.6 Karakteristik pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani

kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT berdasarkan jenis

kelamin periode juni-november 2017

JENIS KELAMIN JUMLAH (N) PRESENTASE (%)

Perempuan 43 100

Laki-Laki 0 0

TOTAL 43 100

Sumber: Poli dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Dari tabel 5.6 diatas diperoleh hasil dari 43 sampel pasien kanker payudara pre

kemoterapi terdapat 43 (100%) dengan jenis kelamin perempuan, dan 0% pada

laki-laki.

5.7. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi dan Melaukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT

Berdasarkan Diagnosis

Diagram 5.7 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi dan Melakukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT

Berdasarkan Diagnosis Periode Juni-November 2017


53

DIAGNOSIS JUMLAH (N) PRESENTASE (%)

Ca Mammae Sinistra 17 39.53

Ca Mammae Dextra 26 60.47

TOTAL 43 100

Sumber: Poli Dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Pada tabel 5.7 didapatkan hasil dari 43 sampel 17 (39.53%) diantaranya

dengan diagnosis Ca Mammae Sinistra, selebihnya 26 (60.47%) sampel dengan

diagnosis Ca Mammae Dextra.

5.8. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi dan Melaukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT

Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 5.8 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan Menjalani

Kemoterapi dan Melakukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT Berdasarkan

Status Pernikahan Periode Juni-November 2017


54

STATUS PERNIKAHAN
MENIKAH BELUM MENIKAH JANDA

5% 2%

93%

Sumber: Poli Dan Ruang Kemoterapi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

Periode Juni-November 2017

Dari tabel dan diagram 5.8 dapat dilihat kebanyakan pada pasien kanker

payudara yang akan melakukan kemoterapi dan sudah tes HBsAg adalah

perempuan yang sudah menikah yaitu 40 (93.02%) sampel dari 43 sampel, 2

(4.65%) belum menikah,dan 1 (2.33%) adalah janda.

STATUS JUMLAH (N) PRESENTASE(%)

PERNIKAHAN

MENIKAH 42 93.02

BELUM MENIKAH 2 4.65

JANDA 1 2.33

TOTAL 43

Tabel 5.8 Karakteristik Kanker Payudara yang Akan Melakukan Kemoterapi

Berdasarkan Status Pernikahan


55

5.9. Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi dan Melaukan Pemeriksaan Hbsag, SGOT, SGPT

Berdasarkan Status Gizi

Tabel 5.9 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan Menjalani

Kemoterapi dan Melakukan Pemeriksaan HbsAg, SGOT, SGPT Berdasarkan

Status Gizi Periode Juni-November 2017

STATUS GIZI JUMLAH (N) PRESENTASE (%)

GIZI CUKUP 31 72.09

GRADE 1 3 6.98

OVERWEIGHT

GRADE 2 9 20.93

OVERWEIGHT

TOTAL 43 100

Dari tabel 5.9 menjelaskan bahwa karakteristik pasien kanker payudara

yang akan menjalani kemoterapi berdasarkan status gizi yaitu, dari 43 sampel, 31

(72.09%) sampel dengan gizi cukup,3 (20.93%) sampel dengan satatus gizi Grade

1 overweight, dan 9 (20.93%) sampel dengan status gizi Grade 2 overweight.


56

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengolahan data pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi dan melakukan pemeriksaan HBsAg,SGOT,SGPT,di

Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo periode juni-november 2017, didapatkan 43

sampel yang memenuhi kriteria. Pemenuhan kriteria didasarkan pada kelengkapan

data rekam medik yang ada. Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap

atau bahkan tidak ada, tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian inii

diharapkan mampu menggambarkan prevalensi dan karakteristik hepatitis B,dan

hasil pemeriksaan SGOT,SGPT pada pasien kanker payudara pre kemoterapi.

Prevalensi yang diteliti pada penelitian ini yaitu dalam rentan waktu Juni–

November 2017. Adapun karakteristik dari penelitian ini meliputi umur, Jenis

Kelamin, Pekerjaan,Diagnosis,status perkawinan,status gizi,SGOT,SGPT.

Selanjutnya penjelasan mengenai prevalensi dan karakteristik Hepatitis B pada

Pasien kanker payudara pre bedah yang akan menjalani kemoterapi tersebut akan

dipaparkan secara terperinci dibawah ini :

6.1 Prevalensi Hasil Pemeriksaan HBsAg pada Pasien kanker payudara

pre bedah yang akan menjalani kemoterapi

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa prevalensi Hepatitis B pada

pasien kanker payudara pre kemoterapi ditemukan dari 43 sampel,semua

menunjukkan dengan hasil tes HBsAg negative dan tidak ditemukan HBsAg

56
57

dengan hasil positif di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo selama Juni sampai

November 2017. Angka tersebut didapatkan berdasarkan jumlah pasien kanker

payudara pre kemoterapi yang menjalani pemeriksaan HBsAg,data ini diambil

berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium HBsAg dengan Metode ELISA.

Perlu diketahui untuk mengetahui adanya virus Hepatitis B dalam tubuh

pasien diperlukan pemeriksaan HBsAg. HBsAg merupakan salah satu jenis

antigen yang terdapat pada bagian pembungkus dari virus Hepatitis B yang dapat

dideteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan

dengan metode ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay),(Baron, 1996).

Metode deteksi yang paling berguna adalah ELISA untuk antigen dan antibody

HBV(Brooks, Geo F, et al. 2005. Mikrobiologi kedokteran Ed.25, n.d.)

Hasil penelitian ini berbeda penelitian dari Lin jie et al,hal ini juga

dikeranekana perbedaan yang signifikan pada jumlah sampel yang ada, pada

penelitian ini hanya terdapat 43 sampel dan hasil tes HBsAg dari semua sampel

menunjukkan negative sedangkan penelitian dari lin jie et al terdapat 201 sampel

dari 2452 kasus kanker payudara dan, 201 sampel (8,2%) menunjukkan hasil tes

HBsAg positif. (Lu et al., 2017)

Selain itu,terdapat juga penelitian dari Alexopoulos et al, dari 261 sampel

pasien kanker payudara yang akan menjalani kemoterapi,teradapat 8 sampel (3%)

yang menunjukkan hasil tes HBsAg positif.(Alexopoulos et al., 1999).


58

6.2 Hasil Pemeriksaan SGOT, SGPT pada Pasien Kanker Payudara Pre

Bedah yang Akan Menjalani Kemoterapi

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 43 sampel yang

menjalani pemeriksaan SGOT, SGPT pada pasien kanker payudara pre

kemoterapi,terdapat 14 sampel dengan kadar SGOT melebihi nilai normal dan 3

diantaranya meningkat dua kali lipat dari nilai normal,sedangkan pada SGPT dari

43 sampel terdapat 10 sampel dengan kadar SGPT melebihi nilai normal,dan 4

diantaranya meningkat dua kali lipat dari nilai normal. Tampak bahwa rerata

peningkatan kadar SGOT lebih besar daripada SGPT.

Adapun menurut penelitian lopa at al, penelitian dilakukan di Unit

Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,

periode Oktober 2005–Agustus 2006, dari sampel penelitian sebanyak 46 orang

dengan kadar SGOT antara 17–1816 IU/L dengan rerata adalah 340,72 IU/L.

Kadar SGPT sampel penelitian antara 9–1425 IU/L dengan rerata adalah 333,20

IU/L (Lopa et al).

Pemeriksaan darah digunakan untuk mengevaluasi hepar dapat

menunjukkan kerusakan sel hepar, kolestasis, dan fungsi hepar. Kadar

SGOT/SGPT yang meningkat disebabkan oleh kerusakan hepatosit. Penyebab

utama peningkatan kadar SGOT/SGPT adalah fatty liver, hepatitis virus,

medication induced hepatitis¸ hepatits autoimun dan penyakit hepar

alkoholik.(Aleya, 2016).
59

6.3 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari 43 sampel, rata-rata pekerjaaan pasien

kanker payudara pre kemoterapi yang menjalani pemeriksaan HBsAg adalah Ibu

Rumah Tangga (IRT),yaitu 28 (65.12%) sampel bekerja sebagai IRT,8 (18,60%)

sampel bekerja swasta,5 (2,33%) sampel wiraswasta,1 pensiunan,dan 1 (2,33%)

honorer.

Terdapat penelitian lain dari Satrio Adipo et al, yaitu dari 39 sampel

pasien kanker payudara pre kemoterapi mayoritas jenis pekerjaan responden yaitu

Ibu Rumah Tangga 20 (Satria Adipo et al).

Hal ini sesuai dengan teori Lee (2008) yang menyatakan bahwa tingkat

pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap kanker payudara, padatnya aktivitas

seorang wanita mengakibatkan kurangnya olahraga atau aktivitas fisik yang

kurang.(R.Lee, 2008)

6.4 Karakteristik Pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi berdasarkan umur

Dari penelitian ini karakteristik sampel berdasarkan umur, umur yang

paling banyak pada penderita kanker payudara pre kemo yang menjalani

pemeriksaan HBsAg adalah umur 41-50 tahun dengan 17 (39.53%)

sampel,selanjutnya terdapat pada umur 31- 40 tahun dengan jumlah 12 (27.91%)


60

sampel,51-60 tahun 8 (18.60%) sampel,>60 tahun 4 (9.30% ) sampel, dan yang

paling kurang adalah umur 20-30 tahun yaitu 2 (4.65%) sampel.

Berdasarkan penelitian dari Gusti Agung et al,sebanyak 65,9% responden

penelitian pada pasien kanker payudra ber umur ≥ 40 tahun, umur terendah dan

tertinggi masing-masing adalah 30 dan 64 tahun, dengan rata-rata umur 44 ± 7,9

tahun.(Sri Guntari et al., 2016)

Usia dewasa merupakan masa dimana tubuh mengalami berbagai masalah

kesehatan tertentu, perilaku mempertahankan kesehatan merupakan faktor

penting. Frekuensi Kanker secara umum meningkat seiring bertambahnya

usia.Kecenderungan ini barang kali disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang

mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik.(WIJAYA and YANI.)

6.5 Karakteristik Pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 43 sampel pasien

kanker payudara, semua berjenis kelamin perempuan.

Tidak jauh beda dengan penelitian pasien kanker yang menjalani

kemoterapi di ruang Anyelir RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dari bulan Mei

sampai hingga Oktober 2014 sebanyak 39 sampel, walaupun terdapat sekitar

30.8% pasien laki-laki, tetapi tetap didominasi oleh kaum wanita yaitu,

69,2%.(Satria Adipo et al,)


61

Hal ini sejalan dengan jurnal WHO dimana, kanker payudara merupakan

salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh kaum wanita waluapun dapat

juga ditemukan pada kaum pria. Sebanyak 16% kematian akibat kanker pada

wanita dewasa disebabkan oleh kanker payudara (World Health Organization

2008 ).

6.6 Karakteristik Pasien kanker payudara pre bedah yang akan

menjalani kemoterapi berdasarkan diagnosis

Dari hasil penelitian didapatkan hasil diagnosis dari pasien kanker

payudara yang akan menjalani kemoterapi dan telah melakukan pemeriksaan lab

HBsAg ditemukan dari 43 sampel 26 diantaranya dengan diagnosis Ca mammae

dextra yaitu sekitar 26 (60.47%) sampel, dan 17 (39.53%) sampel dengan Ca

mammae sinistra.

Berdasarkan hasil penelitian Alexopoulos et al. dari 1008 pasien dengan

diagnosis cancer,261 sampel diantaranya merupakan diagnosis Carcinoma of

breast cancer,

Pada penelitian pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang Anyelir

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dari bulan Mei sampai hingga Oktober 2014

dengan total Sampel yang digunakan sebanyak 39 orang, Ca mammae memiliki

presentase terbanyak dibandingkan dengan diagnosis kanker lainnya,yaitu 19

sampel (48,7%).
62

Angka insidensi kanker payudara yang menunjukkan peningkatan di-

yakini berkaitan dengan peningkatan risiko untuk terjadinya kanker payu-dara.

Setiap risiko kanker payudara pada wanita dapat mempunyai proba-bilitas yang

lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung pada beberapa faktor, yang meliputi

faktor reproduksi (Usia menache dini, kehamilan pertama pada usia lanjut, paritas

yang rendah, masa laktasi), faktor Endokrin (kontra-sepsi oral, terapi sulih

hormon, usia >75 tahun dengan densitas payudara 75%, hiperplasi atipik), faktor

diet (konsumsi alkohol, obesitas), dan faktor genetik (anggota keluarga de-ngan

kanker payudara, riwayat keluar-ga dengan kanker ovarium)(Rasjidi, I., 2010)

6.7 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi Berdasarkan Status Pernikahan

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien kanker payudara pre kemoterapi

yang menjalani pemeriksaan HBsAg dari 43 sampel, 40 (93.02%) sampel sudah

menikah, 2 (4.65%) sampel belum menikah, dan 1 (2.33%) sampel janda.

Pada penelitian lain,didapatkan dari 39 sampel,dan semua sampel masuk

kategori sudah menikah (Satria Adipo et al).

Pasien yang menikah mempunyai resiko 0,640 kali untuk terkena kanker

pada usia > 35 tahun dibandingkan dengan yang tidak menikah. Status

perkawinan memiliki arti penting dalam bidang epidemiologi selain umur dan

jenis kelamin. Sebagai contoh kanker payudara cenderung terjadi pada wanita

yang menikah pada usia tua (WIJAYA and YANI, n.d)


63

6.8 Karakteristik Pasien Kanker Payudara Pre Bedah yang Akan

Menjalani Kemoterapi Berdasarkan Status Gizi

Menurut hasil penelitian pada pasien kanker payudara pre kemoterapi dari

43 sampel, 31 (72.09%) pasien dengan status gizi cukup,9 (72.09%) pasien

dengan kategori Grade 1 overweight,3 (6.98%) pasien dengan kategori Grade 2

(6.98%) overweight.

Berdasarkan penelitian kurniasari et al, Dari hasil penelitian didapatkan

IMT penderita kanker yang menjalankan kemoterapi mayoritas IMT normal

(18,5-22,9) yaitu 25 orang (49%). (Kurniasari et al., 2015)Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Zulkarnain (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat

perubahan yang bermakna antara IMT sebelum dan IMT sesudah terapi, karena

didapatkan p value= 0,2. Pada penderita yang mendapatkan terapi neoadjuvant ini

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan tidak terdapatnya

perbedaan status gizi sebelum dan setelah mendapatkan terapi neoadjuvant belum

terjadinya reaksi mual dan muntah, penggunaan obat yang tepat, perlakuan

masukan asupan gizi tepat yang bertujuan meminimalisir efek samping terapi dan

sehingga sebagian belum terjadinya perubahan dikarenakan waktu yang pendek

dalam pemberian terapi neoadjuvant sebab waktu pemberian terapi neoadjuvant

juga dapat mempengaruhi efek yang ditimbulkannya. (A.K, 2010).

Hal ini bertentangan dengan penelitian Sutandyo (2007) yang menyatakan

bahwa Kurang lebih 30- 70% pasien kanker mengalami malnutrisi sebelum

menjalani terapi, insiden malnutrisi tersebut bervariasi tergantung pada asal


64

kanker, misalnya pada pasien dengan kanker pankreas dan gaster mengalami

malnutrisi sampai 85%, 66% pada kanker paru, dan 35% pada kanker payudara.

(Sutandyo, 2007)

6.9 Keterbatasan dan kelebihan penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini disebabkan karena data rekam medik yang

digunakan dalam penelitian ini kurang lengkap atau pasien kanker payudara pre

kemoterapi yang belum memiliki hasil lab HBsAg sehingga harus di eksklusi.

Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah karena apabila ada beberapa

data hasil pemeriksaan yang tidak terdapat di rekam medik,dapat di cek ulang

pada computer dengan mengatahui siklus kemoterapi pasien.


65

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Karakteristik Infeksi Hepatitis B

Pada Pasien Kanker Payudara Di Rs Wahidin Sudirohusodo Periode Juni-

November 2017 ”, dapat ditarik kesimpulan,selama periode penelitian ini hasil tes

HBsAg pada pasien kanker payudara semua adalah negative, hasil pemeriksaan

SGOT,3 (6.98%) sampel meningkat 2 kali lipat dari nilai normal SGOT. Hasil

pemeriksaan SGPT ada 4 (9.30%) sampel 2 kali lipat dari nilai normal SGPT.

Karakteristik pasien kanker payudara pre kemoterapi yang telah melakukan tes

HBsAg berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah Ibu Rumah,berdasarkan

Umur yang paling banyak adalah sekitar umur 41-50 tahun ,jenis kelamin yang

paling banyak adalah perempuan,dengan diagnosis paling banyak adalah Ca

Mammae Dextra,dari status pernikahan yang paling banyak adalah yang sudah

menikah,sedangkan dari status gizi terbanyak adalah gizi cukup.

7.2. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai Karakteristik infeksi Hepatitis B

pada pasien kanker payudara di RS Wahidin Sudirohusodo Tahun 2017-2018,

saran yang dapat peneliti berikan adalah :

1. Perlunya peningkatan kelengkapan data rekam medik, mengingat pada

penelitian ini terdapat beberapa data rekam medik yang tidak lengkap.

65
66

2. Dengan diketahuinya prevalensi dan karakteristik HBsAg pasien kanker

payudara yang akan menjalani kemoterapi, selalu di follow up untuk

dilakukan pemeriksaan Hepatitis B setiap akan dilakukan kemoterapi.

3. Diharapkan Pasien yang akan melakukan kemoterapi di anjurkan untuk

melakukan pemeriksaan HBsAg dan anti HBc.


67

DAFTAR PUSTAKA

A.K, Z., 2010. Perbedaan indeks massa tubuh (IMT) pasien ca mamae duktus
infiltratif sebelum dan sesudahmendapat terapi neo adjuvant.
Alexopoulos, C.G., Vaslamatzis, M., Hatzidimitriou, G., 1999. Prevalence of
hepatitis B virus marker positivity and evolution of hepatitis B virus
profile, during chemotherapy, in patients with solid tumours. Br. J. Cancer
81, 69–74.
Aleya, K.N.B., 2016. Korelasi Pemeriksaan Laboratorium SGOT/SGPT dengan
Kadar Bilirubin pada Pasien Hepatitis C di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada Bulan Januari-Desember
2014.
Amtarina, R., Arfianti, A., Zainal, A., Chandra, F., 2009. Faktor Risiko Hepatitis
B Pada Tenaga Kesehatan Kota Pekanbaru. Maj. Kedokt. Bdg. 41.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,2013,
n.d.
Baron, S. (Ed.), 1996. Medical microbiology, 4th ed. ed. University of Texas
Medical Branch at Galveston, Galveston, Tex.
Brooks, Geo F, et al. 2005. Mikrobiologi kedokteran Ed.25, n.d.
Cariappa MMP, Jayaram BJ, Bhalwar CR, Praharaj C, Mehta VK, Kapur LK,
2004. Epidemiological differentials of hepatitis B carrier state in the army:
a community based sero-epidemiological study. MJAFI. 60:251-4.
Chauhan, P., Yadav, R., Kaushal, V., Beniwal, P., 2016. Evaluation of serum
biochemical profile of breast cancer patients. Health Sci. 5, 1–7.
Dienstag JL., 2008. Acute viral hepatitis in Harrison’s principles of internal
medicine, 17th. USA: McGraw Hill Medical, p. ed.Vol II, 1932–4.
Doherty, G, Way, L.W, 2006. Current surgical diagnosis & treatment. 12th
Edition. New York : McGraw-Hill.
Edison, 1989. Infeksi Virus Hepatitis B pada Ibu Hamil di RSUD Dr.Soetomo
surabaya.Laboratorium Obstetri dan Ginekologi.Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.
Harsh Mohan., 2002. Textbook of Pathology, Jaypee brothers Medical Publishers
Ltd., New Delhi.; 4: 22-24, 569-630.
Hollinger FB, 1996. Hepatitis B virus.in:fields VIROLOGY 3nd ed.Fields BN et
al (editors).Lippincott-Raven.
Hou, J., Liu, Z., Gu, F., others, 2005. Epidemiology and prevention of hepatitis B
virus infection. Int J Med Sci 2, 50–57.
Ishak KG, Zimmerman HJ., 1995. Morphologic spectrum of drug-induced hepatic
disease. Gastroenterol Clin North Am.;24:759-86.
Kawsar, H.I., Shahnewaz, J., Gopalakrishna, K.V., Spiro, T.P., Daw, H.A., 2012.
Hepatitis B reactivation in cancer patients: role of prechemotherapy
screening and antiviral prophylaxis. Clin Adv Hematol Oncol 10, 370–
378.
68

Kementrian Kesehatan RI, 2010.a. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, Jakarta.,
n.d.
Kumar K, 1991. Plasma lipid alteration and related biochemical studies in
mammary tumour. PhD Thesis, University of Madras, India;127–135.
Kurniasari, F.N., Surono, A., Pangastuti, R., 2015. Status gizi sebagai prediktor
kualitas hidup pasien kanker kepala dan leher. Indones. J. Hum. Nutr. 2,
61–68.
Lopa, A., B. Rusli, Hardjoeno, M. Arif, n.d. ANALISIS KADAR ALBUMIN
SERUM DENGAN RASIO DE RITIS PADA PENDERITA HEPATITIS
B vol.13.
Mauss et al,Hepatology A Clinical Teks Book. [e-book]. Jerman. Flying
Publisher, 2012.
Mishra, S., 2012. JOURNAL OF SCIENTIFIC & INNOVATIVE RESEARCH.
Navarro VJ, Senior JR., 2006. Drug-related hepatotoxicity. N Engl J
Med. ;354:731-9.
Organization, W.H., others, 2001. Hepatitis B surface antigen assays: operational
characteristics (phase 1): report 1.
Post A, Nagendra S, 2009. Reactivation of hepatitis B: pathogenesis and clinical
implications. Curr Infect Dis Report. 11:113-9.
Prastiwi, T. F., 2012. Kualitas Hidup Penderita Kanker. Developmental and
Clinical Psychology, 1(1), 21–27.
Pringgoutomo, S, Tjarta, A, Himawan, S., 2006. Buku ajar patologi I (Umum).
Jakarta: Sagung seto., Edisi ke-1. ed.
Rasjidi, I., 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sa-gung Seto.
Satria Adipo, J., Hairani, S.R., Damanik, n.d. HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG
MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG ANYELIR.
Sherlock S, Dooley J, 2002. Disease of the liver and biliary system. Edisi ke-11.
London: Blackwell Sci ;
Sjahirl dkk, n.d. data belum di publikasikan.
Smeltzer, S.C, Bare, B.G., 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner
& Suddarth (Terjm.). Jakarta : EGC. Wahyuningsih, M. (2012). Jumlah
Penderita Kanker di.
Sri Guntari, Suariyani, Gusti Agung, Ni Luh Putu, 2016. GAMBARAN FISIK
DAN PSIKOLOGIS PENDERITA KANKER PAYUDARA POST
MASTEKTOMI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014. Arch.
COMMUNITY Health 3, 24–35.
Suryo, J., 2009. Herbal Penyembuh Kanker pada Perempuan. Bentang Pustaka.
Sutandyo, 2007. Terapi nutrisi pada pasien kanker dalam Ilmu Penyakit Dalam
Volume 2. Jakarta: FKUI.
Thangaraju M, Sachdanandam P, Rameshbabu J, Vasavi H, Ilanchezhian S,
Vinitha S, 1998. The salubrious effect of tamaxifen on serum marker
enzymes, glycoproteins, and lysosomal enzymes level in breast cancer
women. Molecular and Cellular Biochemistry.185:85–94.
69

Thapa BR, Walia A., 2007. Liver function tests and their interpretation. Indian J
Pediatric.; 74(7): 663-671.
WHO,2011.b. Viral Hepatitis in the WHO South-East Asia Region. http://
www.who.intz, diakses 8 oktober 2012., n.d.
Wijaya, I., Hasan, I., 2013. Reactivation of hepatitis B virus associated with
chemotherapy and immunosuppressive agent. Acta Medica Indones. 45.
WIJAYA, I.L., YANI, J.A., n.d. GAMBARAN SKRINING DINI KANKER
PAYUDARA PADA WANITA USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA.
Wolters G. et al., 1977. Enzyme linked immunoasorbent essay for hepatitis B
surface antigen. J. Infect. Dis. 136:311.
World Health Organization. (2008). World Health Statistics 2008., n.d.
World Health Organization. Fact Sheet WHO;2000, n.d.
Yano, Y., 2015. Hepatitis B virus infection in Indonesia. World J. Gastroenterol.
21, 10714. https://doi.org/10.3748/wjg.v21.i38.10714
70

LAMPIRAN
71
72
73
74

BIODATA PENELITI

Nama Lengkap : Rahmi Islamiana Heri

NIM : C111 14 354

Tempat, tanggal lahir : Makassar, 21 Januari 1997

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke- : 4 dari 4 bersaudara

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter Umum/Fakultas Kedokteran

Alamat : BTP blok.C no.42

Telepon/ HP : 087840411183

Email : Rahmislamiana@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

• TK Aisyiah Perumahan Dosen Unhas (2001-

2002)

• SD Inpres Tamalanrea 2 (2002-2008)

• SMP Negeri 12 Makassar (2008-2011)

• SMA Negeri 1 Makassar (2011-2014)


75

• Fakultas Kedokteran Universitas (2014-

sekarang)

Riwayat Organisasi :

• Member of division external AMSA UNHAS

• Member of Roentgen Photography Universitas

Hasanuddin

• Member of Persatuan Bulutangkis Medik

Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai