Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

“PENGURAIAN MATERI,BIOGAS, DAN BIOFILTER”

OLEH KELOMPOK 8 :

SRI RAHMASARI (J1A116128)


TITIN ZUMARTIN (J1A116132)
TRI ALFIANI (J1A116133)
VANKA YUNA JULIASTY (J1A116136)
VIRDA YANTI (J1A116137)
LISNAWATI AYU NINGSIH (J1A116207)

KELAS : KESLING

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga bersyukur atas berkat rezeki dan
kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga dapat mengumpulkan bahan-bahan materi
makalah ini yaitu “PENGURAIAN MATERI,BIOGAS, DAN BIOFILTER “

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakann. Apabila ada
kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 1
D. MANFAAT PENULISAN ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
A. PENGURAIAN MATERI ................................................................................................................ 3
B. BIOGAS ............................................................................................................................................ 3
C. BIOFILTER ...................................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mikrobiologi lingkungan adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara
mikroorganisme, bumi, dan atmosfer. Mikrobiologi lingkungan membahas antara lain
mikrobiologi tanah dan udara, mikrobiologi limbah, dan mikrobiologi akuatik. Mikrobiologi
lingkungan diterapkan pada bidang pertanian, industri, perikanan, kesehatan, dan lain
sebagainya.

Subjek utama mikrobiologi lingkungan adalah mikroorganisme. Mikroorganisme


merupakan makhluk hidup terkecil di bumi, namun memegang peranan penting bagi kehidupan
manusia dan lingkungan. Banyak sekali tipe mikroba di bumi. Kita hanya mengetahuinya tidak
lebih dari 1% dari jumlah spesies mikroba di bumi. Mikroba berada di sekeliling kita, di udara,
tanah, dan air. Dalam satu gram tanah terdapat 1 miliar mikroba yang terdiri dari ribuan spesies.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Penguraian Materi?


2. Apa yang dimaksud dengan Biogas?
3. Apa yang dimaksud dengan Biofilter?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa itu penguraian materi


2. Untuk mengetahui apa itu Biogas
3. Untuk mengetahui apa itu Biofilter

D. MANFAAT PENULISAN

1
Untuk menambah wawasan tentang mikrobiologi lingkungan khususnya penguraian
materi, biogas dan biofilter

2
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGURAIAN MATERI

Penguraian materi berlangsung berdasarkan reaksi enzimatik. Faktor-faktor lingkungan


berperan penting dalam proses biodegradasi. Penguraian senyawa organik dapat melalui proses
fermentasi. Polisakarida, lemak, dan protein pada tahap pertama akan dirubah menjadi senyawa
yang lebih sederhana, misalnya gula, gliserol, asam lemak, dan asam amino. Selanjutnya,
berlanjut ke proses secara anaerobik dan proses secara aerobik. Pada proses anaerobik dihasilkan
metana, karbon dioksida, air, dan amoniak.

Beberapa jenis senyawa organik yang dihasilkan oleh pabrik, khususnya dalam bentuk
senyawa organik, sukar atau sangat lambat sekali diuraikan oleh mikroorganisme. Senyawa yang
demikian dinamakan rekalsitran. Misalnya plastik, hidrokarbon, pestisida, deterjen, dan lain
sebagainya. Untuk bahan-bahan demikian maka proses degradasi dikenal dengan bioremidiasi.

B. BIOGAS

Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada
umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Meski demikian,
hanya bahan organik homogen berbentuk padat maupun cair seperti kotoran dan air kencing
hewan ternak seperti babi dan sapi yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Biogas
merupakan suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik
oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (Prihandana & Hendroko, 2008).

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan ,sambil menghancurkan
bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila
terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar
dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.

3
Alternatif bahan bakar masa depan untuk menggantikan minyak selain gasohol adalah
biogas. Biogas dibuat melalui fase anaerob dalam fermentasi limbah kotoran organisme. Pada
fase anaerob akan dihasilkan gas metana (biogas) yang mudah terbakar dan digunakan untuk
bahan bakar. Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berkembang pesat
dalam dasawarsa terakhir. Teknologi pembuatan biogas memanfaatkan kotoran organik, baik itu
kotoran hewan maupun sampah sayuran dan tumbuhan dengan memanfaatkan bakteri anaerobik
yang terdapat dalam kotoran tersebut untuk proses fermentasi.

Biogas dihasilkan apabila bahan bahan organik terdegradasi senyawa-senyawa


pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen atau biasa disebut kondisi anaerobik. Dekomposisi
anaerobik ini biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau, dan di dalam
tanah pada kedalaman tertentu. Proses dekomposisi lini dilakukan oleh bakteri bakteri dan
mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Dekomposisi anaerobik dapat menghasilkan gas
yang mengandung sedikitnya 60% metan. Gas inilah yang biasa disebut dengan biogas dengan
nilai heating value sebesar 39 MJ/m3 kotoran. Biogas dapat dihasilkan dari dekomposisi sampah
organik seperti sampah pasar, daun daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi,
kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang dihasilkan
memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari jenis hewan yangmenghasilkannya.

Gas methan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk
dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan, proses fermentasi lebih lanjut untuk
menghasilkan gas methan ini pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil
identifikasi gas yang dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806. Dan
Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), adalah orang pertama yang
memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada
akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan
Perancis.Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat
penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor.Akibat kemudahan dalam

4
memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini
mulai ditinggalkan.

Tetapi, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan
selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan
semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea,
Taiwan, dan Papua Nugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil
biogas Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju
seperti Jerman.

Biogas ini sangat perlu di kembangkan dan mendapatkan dukungan dari pemerintah
karena melihat pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia
serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil.

Disisi lain juga lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang
dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus
dipenuhi melalui impor. Menurut data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa
sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru,
diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua dekade mendatang.

Jika dilihat dari alasan-alasan di atas biogas sangat tepat di gunakan di Indonesia seperti
dalam Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif
pengganti bahan bakar minyak.

5
Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas
metana dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga
akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar
dari gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas hydrogen sulfida (H2S). Proses fermentasi
memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC
dan pH optimum pada range 6,4 – 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri
anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina (Price
and Paul, 1981).

Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas CH4 sebesar 55 – 65 %, gas
CO2 sebesar 30 – 35 % dan sedikit gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas – gas lain.
Panas yang dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas alam
mengandung gas CH4 sebesar 80 % dengan panas sebesar 1000 BTU/cuft. Kandungan gas CH4
dari biogas dapat ditingkatkan dengan memisahkan gas CO2 dan gas H2S yang bersifat korosif .

Dalam pembuatan biogas ada beberapa Bakteri yang sangat membantu, Yaitu :

1. Kelompok bakteri fermentatif, yaitu Streptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis


Enterobacteriaceae.
2. Kelompok bakteri asetogenik, yaitu Kethanobacillus dan Desulfovibrio.
3. Kelompok bakteri metana, yaitu Methanobacterium, Methanobacillus, dan
Methanococcus

Ketiga kelompok bakteri tersebut bekerja sama dalam pembentukan biogas, walaupun yang
mendominasi fermentasi metana adalah jenis Methanobacterium.

Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dan memerlukan kerja sama dengan
kelompok bakteri yang lain. Berikut ini merupakan tahapan dalam proses pembentukan biogas :

1. Hidrolisis

Hidrolisis merupakan penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang


menjadi senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid,
dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan rantai pendek, seperti peptida, asam amino, dan
gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa, seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis

6
Enterobactericeae yang melakukan proses ini. Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti
selulosa, polisakarida dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat
dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25o C di digester

2. Asidogenesis

Asidogenesis adalah pembentukan asam dari senyawa sederhana. Bakteri asidogen,


Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa terlarut pada hidrolisis menjadi asam-asam
lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat dan asam format. Pada tahap ini, bakteri asam
menghasilkan asam asetat dalam suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25o C di
digester.

3. Metanogenesis

Metanogenesis ialah proses pembentukan gas metan dengan bantuan bakteri pembentuk
metan seperti Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus. Tahap
ini mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan
mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2
menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Pada tahap ini,
bakteri metana membentuk gas metana secara perlahan secara anaerob. Proses ini berlangsung
selama 14 hari dengan suhu 25o C di dalam digester. Pada proses ini akan dihasilkan 70% CH4,
30 % CO2, sedikit H2 dan H2S.

Proses pembuatan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Temperatur/Suhu

Suhu udara maupun suhu di dalam tangki pencerna mempunyai andil besar di dalam
memproduksi biogas. Suhu udara secara tidak langsung mempengaruhi suhu di dalam tangki
pencerna, artinya penurunan suhu udara akan menurunkan suhu di dalam tangki pencerna.
Peranan suhu udara berhubungan dengan proses dekomposisi anaerobik (Yunus, 1991).

2. Ketersediaan Unsur Hara

Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung


nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam

7
Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi optimum
yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan
menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi dengan bahan yang
sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa tanaman terkadang diberikan dengan
tujuan menambah pertumbuhan di dalam digester (Gunerson and Stuckey, 1986).

3. Derajat Keasaman (pH)

Peranan pH berhubungan dengan media untuk aktivitas mikroorganisme. Bakteri-bakteri


anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2 – 7,6, tetapi yang baik adalah 6,6 – 7,5. Pada
awalnya media mempunyai pH ± 6 selanjutnya naik sampai 7,5. Tangki pencerna dapat
dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5 – 8,5. Batas bawah pH adalah 6,2,
dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya bakteri pembentuk biogas tidak aktif.
Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan
menentukan besarnya pH.

4. Rasio Carbon Nitrogen (C/N)

Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung karbon
dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah dari kedua elemen
tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari jumlah nitrogen akan memiliki
C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30 (C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari
jumlah nitrogen) akan menciptakan proses pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi
yang lain juga mendukung. Bila terlalu banyak karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal
ini akan menyebabkan proses berjalan dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio
rendah; misalnya 30/15), maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti.

5. Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat

Walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas bakteri metanogen di dalam bahan
secara berangsur – angsur dihalangi oleh peningkatan kandungan padatan yang berakibat
terhambatnya pembentukan biogas. Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik
diperlukan pencampuran bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam
pencerna. Hal yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur –

8
unsur hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata,
menyeragamkan temperatur di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan sebaran
populasi bakteri, dan mencegah ruang kosong pada campuran bahan.

C. BIOFILTER

Biofilter merupakan sistem pengolahan limbah domestik secara anaerob yang diutamakan
dari proses. Aliran secara vertikal dan horisontal dengan sistem pembagian ruangan, sehingga
akan terjadi proses fermentasi yang sempurna.

Seluruh air limbah dialirkan masuk ke bak pengumpul atau bak ekualisasi, selanjutnya
pengolahan air limbah dengan roses biofilter dari bak ekualisasi air limbah dipompa ke bak
pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi.
Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak
pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, pengurai lumpur (sludge digestion) dan
penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke reaktor biofilter anaerob.
Di dalam reaktor biofilter anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang
tawon. Reaktor biofilter anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa
hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak
pengendap.

Air limpasan dari reaktor biofilter anaerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam
reaktor biofilter aerob ini diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil
diberikan aerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan
menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses

9
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak pengendap akhir
sebagian air limbah dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.

Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya dialirkan
ke bak kontaktor khlor untuk proses disinfeksi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro-organisme patogen. Air
olahan/efluen, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai
atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), amonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya.

Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter dapat dilakukan secara
aerobik, anerobik, atau gabungan proses anaerob-aerob. Proses aerobik dilakukan dengan kondisi
adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, dan proses anaerobik dilakukan dengan
tanpa adanya oksigen dalam reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-aerob
adalah merupakan gabungan proses anaerobik dan proses aerobik. Proses ini biasanya digunakan
untuk menghilangkan kandungan nitrogen di dalam air limbah. Pada kondisi aerobik terjadi
proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4+> NO3 ) dan pada
kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang terbentuk diubah menjadi gas
nitrogen (Hikami, 1992).

Proses pengolahan air limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob mempunyai


beberapa keunggulan antara lain yakni :

1. Adanya air buangan yang mengalir melalui media rascig ring / piramid yang terdapat
pada biofilter mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti media atau yang
disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum
teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses
penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air

10
limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut.
Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organik (BOD)
makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD dan COD, cara ini
juga dapat mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS),
deterjen (MBAS), ammonium dan posphor.
2. Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E-coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efisiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem
aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air
buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas dan akan mengendap di dasar bak
filter. Sistem biofilter anaerob-aerb ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa
memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan banyak energi. Proses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
3. Dengan kombinasi proses “Anaerob-Aerob”, efisiensi penghilangan senyawa phospor
menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja.
Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel
mikrooragnisme akan keluar sebagai akibat hidrolisa senyawa phospor. Sedangkan energi
yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam
air limbah.. Selama berada pada kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan diserap
oleh bakteria/mikroorganisme dan akan sintesa menjadi polyphospat dengan
menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD).
Dengan demikian kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun
phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
beban organik yang cukup besar.

Aplikasi Biofilter Anaerob-Aerob Untuk Pengolahan Air Limbah

Beberapa aplikasi teknologi biofilter anaerob-aerob tercelup antara lain :

Pengolahan air limbah domestik secara individual atau komunal.

1.Pengolahan air limbah rumah sakit

11
2.Pengolahan air limbah industri Tahu-tempe.

3.Pengolahan air limbah industri kecil pencucian jean.

4.Pengolahan air limbah potong hewan.

5.Pengolahan air limbah hotel.

6. Pengolahan air limbah industri

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penguraian materi berlangsung berdasarkan reaksi enzimatik. Faktor-faktor lingkungan


berperan penting dalam proses biodegradasi. Penguraian senyawa organik dapat melalui
proses fermentasi.
2. Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas.
3. Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Anwar. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Waluyo Lud. 2013. Mikrobiologi Lingkungan. UMM PRESS. Malang

Dwidjoseputro. 1976. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta

http://sellyr06.student.ipb.ac.id/2010/07/16/sejarah-perkembangan-biogas/

http://kfcngalah.wordpress.com/2009/03/28/pemanfaatan-biogas-sebagai-energi-alternatif/

http://www.kelair.bppt.go.id/Berita/Data/14072010.htm

Said, nusa idaman. Ruliasih. 2005. Tinjauan aspek teknis pemilihan media biofilter untuk
pengolahan air limbah. JAI. 1(3)

13

Anda mungkin juga menyukai