Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK KEHUTANAN TERPADU

PENGUKURAN REKONTRUKSI (POLIGON) DI KHDTK HUTAN


DIKLAT TABO-TABO PANGKEP SULAWESI SELATAN

OLEH :

MIFTAQUL KHOIRIYAH

A0217305

KEHUTANAN A
PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE

2019

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum inventarisasi hutan yang berjudul “laporan praktik terpadu kehutanan
pengukuran rekonstruksi (poligon) di KHDTK hutan diklat Tabo-Tabo Pangkep
Sulawesi Selatan” yang dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengukuran dan pemetaan.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras penyusun
semata, melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya laporan ini, diantaranya:

1. Orang tua, kerabat, sahabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu

2. Ibu Fatmawaty, D SP.,M.Si, bapak Ir. Andi Arafat, S.Hut.,M.Hut, dan


ibu Fitri Indhasari, S.Hut.,M.Hut selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengukuran dan pemetaan.

3. Para asisten dosen yang membimbing praktikum sampai dengan


penyusunan laporan.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.
Untuk itu, saya menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Majene, 7 juni 2019

Penulis,

i
Miftaqul khoiriyah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan manfaat............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran dan alat ukur.................................................................. 3
2.2 poligon............................................................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan tempat.............................................................................. 11
3.2 Alat dan bahan................................................................................... 11
3.3 Pengolahan data................................................................................. 11
3.4 Peta.................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil................................................................................................... 12
4.2 pembahasan........................................................................................ 12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 14
5.2 Saran.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
LAMPIRAN.................................................................................................. 16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tally sheet hasil pengukuran.............................................................. 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. GPS............................................................................................... 6
Gambar 2. Kompas......................................................................................... 7
Gambar 3. Abney level.................................................................................... 7
Gambar 4. Pengukuran poligon...................................................................... 9
Gambar 5. Poligon tertutup............................................................................ 9
Gambar 6. Poligon terbuka............................................................................. 9
Gambar 7. Poligon bercabang......................................................................... 10

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran kegiatan.......................................................................................... 16
Lampiran peta poligon.................................................................................... 18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Istilah pemetaan seringkali digunakan pada ilmu matematika untuk
menujukkan proses pemindahan informasi dari satu bentuk ke bentuk yang
lainnya, proses tersebut sama dengan yang dilakukan oleh kartografer, yaitu
memindahkan informasi dari permukaan bumi ke dalam kertas. Hasil dari
pemindahan informasi tersebut dinamakan peta atau denah atau map.
Perkembangan dalam teknologi, komputer memungkinkan perpindahan media
untuk pemetaan menjadi digital. Pemetaan digital menjadi lebih fleksibel
karena banyaknya jumlah informasi yang dimiliki dan mudahnya pengaksesan
informasi. Bentuk peta digital yang paling sederhana adalah memindahkan
media peta yang sebelumnya kertas menjadi gambar pada komputer, misal
JPEG tanpa adanya database dengan kemampuan interaktif (Fitriani et al,
2011).

Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dan


mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi dari atas yang dilengkapi
dengan simbol-simbol dan keterangan lainnya. Dengan kata lain adalah
menggambarkan bentuk permukaan bumi ke atas kertas atau media lainnya
dengan cara membuat bentuk yang mirip dengan kondisi riel dalam ukuran
yang lebih kecil atau menggunakan skala tertentu (Muhi, 2011).

Pengukuran dan pemetaan hutan terdiri dari dua kegiatan yaitu pengukuran
hutan dan pemetaan hutan. Dua kegiatan tersebut sangat berkaitan. Jika dilihat
dari urutannya pengukuran berkaitan dengan kegiatan hulu sedangkan
pemetaan adalah kegiatan hilir. Pemetaan dengan arti lain akan bisa dilakukan
manakala pengukuran telah selesai dilakukan. Kegiatan pengukuran dan
pemetaan di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan nama survei dan
pemetaan. Pemetaan hutan adalah kegiatan menggambarkan suatu kawasan
hutan yang ditransformasikan ke dalam media datar dan diperkecil yang
didasari dengan seni dan teknik kartografi. Ilmu Kartografi sendiri memiliki

1
definisi sebagai gabungan dari ilmu, seni dan teknik dalam pembuatan
(penggambaran) peta sehingga jelas untuk melakukan pemetaan hutan dasar
ilmu yang akan dipelajari adalah Ilmu Kartografi. Guna mengenal lebih jauh
tentang ilmu yang mendasari pemetaan hutan yaitu ilmu ukur tanah dan ilmu
yang mendasari pemetaan hutan yaitu kartografi (Kemendikbud, 2013).

1.2 Tujuan dan manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui letak dan luas suatu areal dengan
prosedur pengukuran untuk dikonversikan kedalam peta poligon. Manfaat dari
praktek ini ialah diharapkan mahasiswa menggambar atau memperlihatkan
pada kertas grafik letak suatu lokasi, kenampakan dan luasan areal atau
wilayah. Dapat diaplikasikan pada kegiatan perencanaan suatu wilayah,
penataan areal kerja dan pembuatan batas wilayah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran dan alat ukur

Pengukuran hutan adalah kegiatan menentukan titik batas di atas


permukaan bumi (tanah atau perairan) dari suatu areal hutan untuk
memisahkan kawasan hutan dengan selain kawasan hutan, atau membagi
jenis kawasan hutan yang memiliki perbedaan fungsi atau peruntukan.
Ilmu yang mendasari pengukuran hutan ini adalah ilmu ukur tanah. Ilmu
ukur tanah tersebut merupakan sebagian kecil dari ilmu yang lebih luas
yang dinamakan Ilmu Geodesi (Kemendikbud, 2013).

2.1.1 Klasifikasi pengukuran

A. Berdasarkan alam

1. Pengukuran daratan

a. pengukuran topografi: untuk memberoleh gambaran unsur-


unsur buatan manusia serta gambaran topografis
permukaan tanah dan lain-lain.
b. pengukuran kadaster ; untuk memperoleh gambaran atas
pemilikan, luas pemilikan dan lain-lain.
c. pengukuran teknik sipil ; pegukuran guna keperluan teknik
sipil, membagun gedung-gedung pengukuran route jalan
raya atau saluran-saluran irigasi, pengukuran bawah tanah
dan lain-lain.
d. pengukuran kota; pengukuran guna keperluan pembuatan
jalan, saluran pembuangan, saluran air minum dan lain-lain.
2. Pengukuran perairan ( Marine of Hyrograpic Surveying)
adalah pengukuran guna memperoleh gambaran permukaan
dasar laut, danau, dan lain-lain. Pengukuran-pengukuran guna
pekerjaan teknik sipil yang berkaiatan dengan pembangunan

3
pelabuhan, pengukuran guna mengetahui kecepatan arus
sungai atau laut yang kapasitas alirannya, pengukuran pasang
surut muka air laut guna menentukan posisi muka air laut
rata-rata

3. Pengukuran astronomi ( Astronomical Survey) adalah


pengukuran menggunakan benda langit sebagai sarana untuk
menentukan posisi absolute tempat-tempat dimuka bumi serta
menentukan arah suatu garis yang menghubungkan dua
tempat di muka bumi ini (azimuth).

B. Berdasarkan tujuan

1. Pengukuran teknik sipil (Enginering survey), adalah


pengukuran-pengukuran guna memperoleh data-data untuk
pekerjaan teknik sipil, misalnya perencanaan jaalan,
bendungan, dan lain-lain.
2. Pengukuran untuk keperluan militer (Military survey)
misalnya pengukuran posisi tempat-tempat strategis.
3. Pengukuran tambang (Mine survey), digunakan untuk
keperluan eksplorasi pertambangan.
4. Pengukuran geologi (Geological survey) , digunakan untuk
menentukan batas bahan-bahan yang membentuk lapisan tanah
keadaan geologi suatu daeerah.
5. Pengykuran arkeologi (Archeological survey), digunakan
untuk keperluan penggalian/barang-barang peninggalan
purbakala.
C. Berdasarkan metode dan alat yang digunakan :
1. Pengukuran triamgulasi
2. Pengukuran trilaterasi
3. Pengukuran polygon
4. Pengukuran offset
5. Pengukuran tachymetri
6. Pengukuran menggunakan meja lapangan/meja ukur (plane
table survey)
7. Aerial survey
Metode pengukuran 1, 2, dan 3 digunakan untuk pengukuran
titik-titik kerangka dasar geodasi. Metode pengukuran 4, 5, dan

4
6 digunakan untuk pengukuran titik-titik detail, metode
pengukuran 7 digunakan untuk pemetaan cara fotogrametris.
D. Berdasarkan luas daerah yang diukur
1. Pengukuran daeerah yang relatif kecil, dimana permukaan
bumi dianggap sebagai bidang datar, pengukurannya
diklasifikasikan ke dalam pengukuran tanah (plane surveying).
2. Pengukuran daerah yang luas dimana permukaan bumi harus
diperhitungkan sebagai permukaan yang melengkung.
Pengukurannya diklasifikasikan kedalam pengukuran geodesi
(Yusuf & Halim, 2014).
2.1.2 Alat ukur
A. GPS
GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang
merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara
global dengan menggunakan satelit dan metode Triangulasi.
Sistem tersebut merupakan sistem yang pertama kali
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika yang
awalnya diperuntukan bagi kepentingan militer. NAVSTAR GPS
(Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning
System) adalah nama asli dari Sistem GPS, yang mempunyai tiga
segmen yaitu: satelit (Space Segment), pengendali (Control
Segment), dan penerima/pengguna (User Segment). Satelit GPS
yang mengorbit bumi seluruhnya berjumlah 24 buah, 21 buah
aktif bekerja dan 3 buah sisanya adalah cadangan. Satelit ini
bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang
ditransmisikan oleh stasiun-stasiun pengendali, menyimpan dan
menjaga informasi waktu berketelitian tinggi (jam atom di
satelit), dan memancarkan sinyal serta informasi secara kontinyu
ke perangkat penerima (receiver). Segmen pengendali bertugas
untuk mengendalikan satelit dari bumi yaitu untuk melihat
keadaan satelit, penentuan serta prediksi orbit, sinkronisasi waktu
antar satelit, dan mengirimkan data ke satelit. Sedangkan segmen
penerima bertugas menerima data dari satelit dan memprosesnya
untuk menentukan posisi, arah, jarak dan waktu yang diperlukan

5
oleh pengguna. Pada penelitian ini, digunakan GPS komersial
dengan tingkat akurasi posisi sebesar +10 meter yang berfungsi
untuk menentukan posisi alat tersebut berada agar dapat
ditampilkan pada peta google maps (Susilo, Y.S, et al, 2014).

Gambar 1. GPS
B. Kompas
Kompas berasal dari bahasa Latin yaitu Compassus yang
berarti jangka. Kompas sendiri sudah dikenal sejak 900 tahun
yang lalu terbukti dengan diketemukannya kompas kuno yang
dipakai pejuang China sekitar tahun 1100 M. Kompas merupakan
alat penentu arah mata angin. Kompas tediri atas magnet jarum,
yang dapat berputar bebas. Tidak seperti kompas pada umumnya,
kompas geologi memiliki beberapa fungsi khusus yaitu selain
mengukur arah mata angin, kompas geologi juga dapat
digunakan untuk mengukur kedudukan suatu bidang atau garis
(Eka, et al, 2015).

Gambar 2. Kompas
C. Abney level

6
Abney Level adalah alat untuk mengukur kelerengan, namun
seringkali digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Hasil
pembacaan sudut berupa derajat dan persen yang dihitung dari
bidang datar. Interval besaran skala sudut bidik untuk
(Kemendikbud, 2013) :
1. skala derajat dari —90 derajat s/d +90 derajat.
2. skala persen dari —100% s/d +100%.

Gambar 3. Abney level


Cara penggunaan Abney Level:
 Buka kunci K agar penunjuk skala S dapat bergerak bebas.
 Bidik bagian atas batang (C) dan ke pangkal pohon (A). Saat
sasaran ditemukan; perhatikan apakah gelembung udara
apakah masih terletak ditengah-tengah. Jika tidak, maka
pembidikan di ulang.
2.2 poligon

Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya


terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon).
Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan
pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh
koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon
sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik di antara
beberapa metode penentuan titik yang lain. Pengukuran dengan
menggunakan metode poligon untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas
merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena metode tersebut dapat
dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan

7
(Kemendikbud, 2013). Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini
membutuhkan antara lain :

a) Koordinat awal. Apabila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu


sistem tertentu, haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui
misalnya : titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai
hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Apabila dipakai sistem
koordinat lokal pilih salah satu titik, kemudian beri harga dengan
koordinat tertentu baru kemudian dipakai sebagai acuan untuk titik-
titik lainnya.

b) Koordinat akhir. Koordinat titik ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat


geometri hitungan koordinat, dan tentunya harus dipilih titik yang
mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.

c) Azimuth awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan


dengan arah orientasi dari sistem koordinat yang dihasilkan dan
pengadaan datanya dapat ditempuh dengan dua cara yaitu :

 Hasil hitungan dari koordinat titik-titik yang telah diketahui dan


akan dipakai sebagai titik acuan sistem koordinatnya.
 Hasil pengamatan astronomis (matahari) pada salah satu titik
poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang
bersangkutan dan selanjutnya dihasilkan azimuth ke salah satu
poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar
(azimuth matahari).
d) Data ukuran sudut dan jarak sudut mendatar pada setiap stasiun dan
jarak antara dua titik kontrol perlu diukur di lapangan.

8
Gambar 4. Pengukuran poligon

Data ukuran tersebut harus bebas dari kesalahan sistematis yang


terdapat pada alat ukur sedangkan salah sistematis dari orang atau
pengamat dan alam diusahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa di
tiadakan. Berdasarkan bentuk poligonnya, pengukuran dengan metode
poligon, dibagi dua bagian besar, yaitu :
a) Poligon berdasarkan visualnya, yang terdiri dari :
1. Poligon Tertutup, yaitu poligon yang kedua ujung (titik awal dan
titik akhir) bertemu di satu titik.

Gambar 5. Poligon tertutup

2. Poligon Terbuka, yaitu poligon dengan kedua ujungnya tidak


berrtemu dalam satu titik yang sama.

Gambar 6. Poligon terbuka

3. Poligon Bercabang, yaitu poligon yang dimulai dari satu titik


yang semua kemudian pada titik tertentu terbagi menjadi 2 atau
lebih poligon baru.

9
Gambar 7. Poligon bercabang

b) Poligon berdasarkan geometriknya, yang terdiri dari :

1. Poligon Terikat Sempurna

2. Poligon Terikat Sebagian

3. Poligon Tidak Terikat

BAB III

METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 6 Mei 2018 di KHDTK


Hutan Diklat Tabo-Tabo, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi
Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan bahan

10
Alat yang digunakan dalam praktikum lapangan pengukuran dan
pemetaan diantaranya GPS, meteran roll, abney level, kalkulator, parang, alat
tulis menulis, dan kompas. Sedangakan bahan yang diperlukan ialah tally sheet
dan kertas grafik.

3.3 Pengolahan data

Pengolahan data menggunakan rumus sebagai berikut :

3.3.1. Menghitung JD lapangan menggunakan rumus:

JD = JL Cos

3.3.2. Untuk mengubah JD keθJD pada peta, nilai di konversikan dari satuan
meter ke centimeter.

3.3.3. Rumus koreksi JKPn = Pn∑undOvrononPn-1 x s

3.4 Peta
Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan
titik di antara beberapa metode penentuan titik yang lain. Pengukuran dengan
menggunakan metode poligon untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas
merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena metode tersebut dapat
dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan
(Kemendikbud, 2013).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

11
4.1 Hasil

Tabel 1. Tally sheet hasil pengukuran

Petak Azimuth Kelerengan JL skala JD (m) JD (cm) JD peta

P0-T1 38° 2° 29,52 0,002 29,50 2950 5,9

T1-T2 0,3° 13° 17 0,002 16,56 1656 3,3

T2-P1 46° -15° 8,7 0,002 8,40 840 1, 7

P1-T1 144° -13° 11,7 0,002 11,40 1140 2,3

T1-T2 145° -6° 15,85 0,002 15,76 1576 3,1

T2-P2 125° -20° 17,6 0,002 16,53 1653 3,3

P2-T1 217° -13° 28,6 0,002 27,86 2786 5,6

T1-T2 130° -15° 67 0,002 64,71 6471 12,9

T2-T3 200° -16° 12,15 0,002 11,67 1167 2,3

T3-T4 230° -8° 18 0,002 17,82 1782 3,6

T4-T5 245° 2° 12,2 0,002 12,19 1219 2,4

T5-T6 233° -9° 31 0,002 30,61 3061 6,1

T6-T7 180° -30° 13,3 0,002 11,51 1151 2,3

T7-P3 215° -5° 15,5 0,002 15,44 1544 3,1

P3-T1 245° 2° 5,7 0,002 5,69 569 1,1

T1-T2 225° -33° 11,1 0,002 9,30 930 1,9

T2-T3 185° 0° 7,8 0,002 7,8 780 1,6

T3-T4 200° -22° 31 0,002 28,74 2874 5,7

T4-T5 220° 0° 16,4 0,002 16,4 1640 3,3

T5-P4 225° 0° 12 0,002 12 1200 2,4

(Sumber:data primer 2019)

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengukuran diatas yang disajikan dengan tabel


menunjukkan bahwa dihasilkan lima patok yang terdiri atas P0 hingga P5.
Patok tersebut digunakan sebagai titik-titik pada penggambaran peta

12
poligon dengan skala 1:500. Data diperoleh dari berbagai alat yang
digunakan, pada pengukuran jarak lapang digunakan meteran roll yang
termasuk dalam alat pengukur jarak (Yusuf & halim, 2014) Peralatan
pengukuran jarak akan mempunyai tingkatan-tingkatan yang dapat dbaca
langsung dengan jelas sehingga tidak mendua artikan gambar. Peralatan-
peralatan yang dikehendaki pada suatu pengukuran jarak mulai dari mistar
kayu sederhana sampai kepada pita ukur baja/sintetik (rol meter) yang
panjangnya mencapai 30 meter atau 50 meter. selanjutnya untuk
mengukur kelerengan, digunakan abney level sedangkan untuk
menentukan nilai azimuth digunakan kompas. Data jarak lapang akan

diubah ke jarak datar menggunakan rumus JD=JL ×COS θ

, dengan keterangan JL adalah jarak lapang, ɵ adalah


simbol dari kelerengan, setelah nilai JD didapatkan, langkah selanjutnya
ialah mengkonversikannya kedalam satuan cm, karena skala yang dipakai
ialah 1:500 yang berarti jarak 1 cm di peta sama dengan 500 cm jarak
sesungguhnya dilapangan, setelah nilai JD diubah ke satuan cm, nilai JD
(cm) akan dipakai untuk mencari jarak yang harus digambar pada peta

dengan menggunakan rumus JD pada peta=skala ×JD (cm)

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengukuran hutan adalah kegiatan menentukan titik batas di atas


permukaan bumi (tanah atau perairan) dari suatu areal hutan untuk
memisahkan kawasan hutan dengan selain kawasan hutan, atau membagi
jenis kawasan hutan yang memiliki perbedaan fungsi atau peruntukan. Alat
yang digunkan untuk pengambilan data dilapangan ialah kompas yang
berfungsi untuk mengetahui nilai azimuth suatu titik lokasi, GPS yang
berfungsi sebagai penunjuk arah lokasi dengan mencantumkan titik

14
kordinat wilayah, abney level yang berfungsi untuk mengetahui nilai
kelerengan dan meteran roll yang difungsikan untuk mengukur jarak
antara titik satu ke titik selanjutnya. Pengukuran dan Pemetaan Poligon
merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar
horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y)
titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah
satu metode penentuan titik di antara beberapa metode penentuan titik
yang lain.

5.2 saran

Sebaiknya di praktik berikutnya saat waktu shalat mahasiswa


diberikan waktu istirahat untuk melaksanakan shalat. Serta diberikan
waktu lebih banyak dalam pelaksanaan praktek dapat berjalan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Eka Dhamayanti, Khairani Alkatiri, Gusti Warman, Yuniar Rizky dan Doni Prakasa
Eka Putra. 2015. “TECHNO-KOMPAS” Teknologi Kompas Geologi Digital
dan Klinometer Serba Bisa Untuk Akisisi Data Pengukuran Strike-dip Pada
Bidang Geologi, Geofisika, dan Arkeologi. Proceeding, Seminar Nasional
Kebumian Ke-8 Academia-Industry Linkage. Yogyakarta.

15
Fitriani, Risnandar, dan Fauzan Azmi. 2011. Sistem Pemetaan Digital Ruangan
Kampus (Studi Kasus : Politeknik Telkom).

Hamzah Yusuf dan Hasmar Halim. 2014. Buku Ajar Survey Dan Pemetaan.
Deepublish. Yogyakarta.

Kemendikbud, 2013. Pengukuran dan Pemetaan Kelas XI. Direktorat Pembinaan


Sekolah menengah Kejuruan. Jakarta

Muhi, Ali Hanapiah.2011. Pemetaan dan Penentuan Posisi PotensiI Desa


.Jatinangor: Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Alqaprint.

Yosephat Suryo Susilo, Hartono Pranjoto, Albert Gunadhi. 2014. Sistem Pelacakan
dan Pengamanan Kendaraan Berbasis GPS Dengan Menggunakan
Komunikasi GPRS. Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13, No. 1, 2014. Hal
21-32.

16
LAMPIRAN

Lampiran kegiatan

( Pengukuran kelerengan menggunakan abney level )

17
( Pengukuran jarak lapang )

( Penentuan azimuth menggunakan kompas )

18
( Penggambaran sketsa poligon )

19
Lampiran peta poligon

(Lampiran 5. Peta poligon)

20

Anda mungkin juga menyukai