Disusun Oleh :
Nama : Anik Supriyatin
NIM : 21090117120020
Judul : Jenis-Jenis Hambatan Pada Kapal Dan Perhitungan Hambatan Total Kapal
MV. BASUKI 07
Nama : Anik Supriyatin
NIM : 21090117120020
Penulis
Anik Supriyatin
21090117120020
i
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
Bab I Hambatan Kapal ...............................................................................................................1
A. Pendahuluan ...................................................................................................................1
B. Latar belakang ................................................................................................................1
C. Tahanan Kapal Ditinjau dari Tempat Kapal Berlayar ...................................................2
Bab II Jenis-Jenis Hambatan Pada Gerakan Kapal ....................................................................3
A. Hambatan Gesek Kapal (Rf) ..........................................................................................3
B. Hambatan Gelombang (Rw) ..........................................................................................4
C. Hambatan Tekanan Viskositas (Rvis) ............................................................................6
D. Hambatan Angin Dan Udara (Raa) ................................................................................8
E. Pengaruh Bulbous Bow Pada Hambatan Kapal ...........................................................12
F. Hambatan Pada Kapal-Kapal Kecil Berkecepatan Tinggi ...........................................13
Bab III Perhitungan Hambatan Total Kapal MV.BASUKI 07 ................................................17
A. Ukuran Utama Kapal ...................................................................................................17
B. Perhitungan Tahanan Total Kapal ...............................................................................18
ii
BAB I
HAMBATAN (TAHANAN) KAPAL
A. PENDAHULUAN
Hambatan kapal dipelajari agar seorang mahasiswa Teknik Perkapalan dapat merancang
atau mendesain kapal dengan hambatan yang kecil.
Hambatan kapal dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a. Koefisien hambatan
b. Luas permukaan benda
c. Kecepatan kapal
d. Massa jenis fluida
Hambatan (resitance) merupakan gaya- gaya yang menghambat laju kapal. Hambatan
tersebut meliputi :
a. Gaya tegak lurus terhadap badan kapal (gaya normal)
b. Gaya yang bersinggungan dengan badan kapal
Dalam merancang sebuah kapal baru, hal yang sangat mempengaruhi rancangan kapal
tersebut yakni :
a. Daya apung
b. Keseimbangan
B. LATAR BELAKANG
a. Desain dan Perencanaan Kapal
1
b. Bentuk badan kapal akan mempengaruhi tekanan atau hambatan kapal
c. Tahanan atau hambatan kapal akan mempengaruhi :
Kebutuhan Horse Power (HP)
Yakni : Tenaga yang dibutuhkan untuk mendorong kapal dengan hambatan R
dan kecepatan Vo
RxV
EHP=
75
Dimana : R = hambatan total kapal
V = kecepatan kapal
EHP mempengaruhi :
Kebutuhan bahan bakar
Berat mesin penggerak
Daya muatan kapal
2
BAB II
JENIS- JENIS HAMBATAN PADA GERAKAN KAPAL
Dalam perkuliahan mata kuliah Hambatan Kapal ini, hanya dipelajari 6 jenis atau macam
hambatan kapal, diantaranya anatara lain :
A. Hambatan Gesek Kapal ( RF )
B. Hambatan Gelombang Kapal ( RW )
C. Hambatan Tekanan Viskositas ( Rvis )
D. Hambatan Angin dan Udara ( Ra )
E. Pengaruh Bulb pada Hambatan Kapal
F. Hambatanpada Kapal-Kapal Kecil berkecepatan Tinggi
1 0,075
Rf = ρ. Cf. s. v 2 Cf=
2 (logRe − 2)2
Berdasarkan pengamatan pada sebuah titik tunggal yang bergerak sepanjang garis lurus
pada permukaan air, terdiri dari 2 jenis gelombang :
1. Gelombang melintang (Transverse wave) yang tegak lurus terhadap arah gerak dan
gelombang ini bererak bersama benda/ kapal.
4
Gelombang dapat menimbulkan masalah untuk kapal, diantaranya:
Menyebabkan getaran pada kapal sebagai akibat dari turbulensi.
Tidak memaksimalkan kinerja propeller secara optimal.
Houging dan Shaging dan puntiran pada kapal.
Menyebabkan stabilitas kapal kurang baik
Meningkatkan kemungkinan terjadingya korisi pada lambung yang terkena turbulen
5
Vo = Kecepatan gelombang
W = Besaran yang berhubungan dengan kecepatan energi u
W = U .Eo
Vo u
Sehingga diperoleh : Rw = . Eo
Vo
Dalam keadaan sesungguhnya bila ditulis formula untuk hambatan gelombang :
2kH
.g . a 2 1
1
Rw =
4 sin 2kH
Dimana : a = amplitudo gelombang
K=2
= panjang gelombang
Untuk keadaan cairan tak terhingga ( H = `), didapat :
1
Rw = .g . a 2
4
1
Rvis = ρ. Cvis. s. v 2
2
6
s = luas permukaan basah kapal
v = kecepatan kapal
7
(Tekanan pada Badan Kapal di Bawah WL)
2. Rumus Perhitungan
Tahanan udara dan angin pada kapal yang bergerak di air tenang dapat dituliskan sebagai
berikut :
RAA = koefisien ½ ρAT V2
Dimana : AT = luas proyeksi tranversal bagian atas air kapal
V = kecepatan kapal
ρ = massa jenis udara ( 0,00238 )
Besar koefisien bergantung pada bentuk bagian atas air kapal.
Seorang ilmuwan bernama Taylor memberikan formula luas tranversal untuk tahanan
udara dan angin pada kapal yang bergerak berlawanan dengan arah angin sebagai :
AT = B B/2 = B2 /2
Berdasarkan hasil percobaan, Taylor mendapatkan besar koefisien tahanan udara dan
angin sebesar 1,28. Maka :
RAA =1,28 ½ ρ AT (VR )2
= 1,28 x ½ x 0,00238 x B2 /2 x (VR )2
= 0,00152 x ½ x B2 /2 x (VR )2 (lbs)
Dimana : VR = kecepatan hembus angin relatif terhadap kapal (fps)
B = lebar kapal (ft)
Apabila kapal bergerak di air yang tenang, maka VR = V = kecepatan kapal
Apabila VR dalam satuan knots, maka :
8
RAA = 0,00435 x ½ x B2 /2 x (VR )2 ; ( 1 fps = 1,689 knots )
atau :
RAA = 0,00435 x AT x (VR )2
Taylor membulatkan besar koefisien menjadi 0,004. Maka rumus manjadi :
RAA = 0,004 x AT x (VR )2
Seorang peneliti lain yang bernama Hughes melakukan banyak percobaan dengan
menggunakan model dimana bagian atas air kapal yang diletakkan pada air dalam posisi
terbalik dan di tarik dengan kecepatan dan sudut yang berbeda untuk simulasi kecepatan
relatif dan arah angin yang berbeda..
Untuk angin yang arah datangnya tegak lurus sisi kapal, tahanan pada badan (hull) dan
bangunan atas (superstrukture) mempunyai koefissien yang sama. Maka, luas efektif akan
sama dengan luas proyeksi longitudinal kapal.
Untuk mendapatkan harga K(koefisien tahanan udara dan angin), Hughes menggunakan
formula berikut :
9
F = K ρ (VR )2 ( Al sin2 θ) / cos ( α - θ )
Dimana F dalam lbs, VR dalam ft/sec, dan ρ adalah massa jenis udara (=0,00238).
Berdasarkan formula diatas dan hasil percobaan, Hughes mendapatkan nilai K berkisar
0,5 – 0,65 atau sekitar 0,6 untuk semua A.
Apabila VR diukur dengan satuan knots, maka :
F = K x 0,00238 x (1,689 VR )2 (Al sin2 θ + AT cos2 θ) / cos ( α - θ )
= K x 0,0068 ( VR )2 (Al sin2 θ + AT cos2 θ) / cos ( α - θ )
Untuk arah datang angin berlawanan dengan gerak kapal θ = α = 0, maka :
RAA = F = K ρ AT ( VR )2
atau
K = F / ρ AT ( VR )2
Untuk K = 0,6, didapatkan :
RAA = 0,004 x AT x (VR )2 (sama dengan rumus Taylor).
Untuk arah datang angin yang berlawanan dengan arah gerak kapal, Hughes mendapatkan
prinsip berikut :
1) Tahanan total sekumpulan unit- unit terpisah pada umumnya lebih kecil dari
jumlah tahanan total dari masing- masing unit. Hal ini terjadi karena adanya efek
melindungi.
2) Pembundaran (rounding) ujung-ujung depan bangunan atas akan mengurangi
tahanan angin dari depan. Pembundaran ujung belakang bangunan atas
memberikan efek yang kecil.
3) Sheer pada badan bagian depan memberikan efek pelindung yang besar.
11
E. PENGARUH BULBOUS BOW PADA HAMBATAN KAPAL
Bow wave adalah ombak yang terbentuk di daerah haluan kapal. Kapal dengan draught
tinggi dan haluan lebar akan memperbesar bow wave. Bow wave membawa energi dan
energi ini yang menghambat kapal. Salah satu solusi untuk menangani kondisi di atas
adalah dengan pemasangan bulbous bow.Bow wave bisa dibangkitkan lebih awal
dengan bulbous, dan inilah inti dari prinsip bulbous bow.
Bulbous bow ini merupakan bagian kapal yang terletak dibagian haluan. Bagian ini
merupakan bagian yang terintegrasi dengan lambung kapal. Fungsi utama dari bulbous
bow adalah mengurangi hambatan kapal pada saat operasi sebuah kapal. Prinsip kerja
dari bulbous bow adalah dengan membangkitkan gelombang atau menginterferensi
gelombang kapal yang datang dari haluan, sehingga gelombang yang datang akan
kehilangan tenaga karena interferensi gelombang dari bulbous bow tadi.
Pengaruh Bulbous Bow pada haluan akan meyebabkan pengurangan hambatan kapal.
Hal ini tergantung dari type bullb, koefisien blok (Cb) kapal, dan kecepatan kapal
Bulbous Bow pada buritan akan mengurangi ketidakteraturan perubahan dari trust dan
torque baling-baling. Akibatnya wake lebih tertur sehingga mengurangi getaran
didaerah buritan dan menaikkan effisiensi propulsive sebesar 10 - 12%
Prinsip kerja dari bulbous bow adalah menggunakan interfierensi dari gelombang yang
ditimbulkan oleh bulbous dan haluan
Menurut Wegley pada tahun 1935 menyimpulkan bahwa:
a. Kecepatan kapal yang baik adalah = 0,9 ~ 1,9 ;
b. Pusat Bulbous Bow terletak pada haluan
c. Bulbous Bow dibuat sependek, sebawah mungkin, dan lebarnya disesuaikan
bentuk kapal di bagian tersebut;
d. Di bagian atasnya diusahakan tidak terlalu dekat dengan permukaan air.
Bulbous bow dapat mengurangi hambatan kapala dengan memperkecil WSA (Wet
Surface Area) sehingga dapat mengurangi konsumsi fuel sebanyak 12 – 15%. Selain
mengurangi WSA, bulbous bow juga bisa mendistribusikan tekanan gelombang ke
sepanjang kapal, hal ini deisebut dengan form effect yang pada intinya dapat
menurunkan harga wave resistance.
12
(Mekanisme gelombang di sekitar body akibat bulbous bow)
13
V = Volume air yang dipindahkan
Keadaan peralihan (semi planning)
Dalam keadaan ini, berat kapal (P) besarnya sama dengan sebagian gaya
hydrostatis (Ast), dan sebagian gaya hydrostatis keatas (Ad).
ρ = ¥ . V1 + Ad
V = Volume air yang dipindahkan oleh bagian bawah air.
Keadaan menggelincir (Planning)
Dalam keadaan ini, gaya angkat keatas hydrostatis (Ast) mendekati nol,
sehingga (P= Ad).
Hingga saat ini karakteristik untuk kapal- kapal cepat dapat dilihat dari
bilangan Froudenya.
Untuk kapal speed boat dipakai bilangan Froude sbb :
Fn ∆ = v0 / √g. V1/3
Dari percobaan ditemukan suatu grafik sbb :
Type A dipakai untuk speed boat dengan kecepatan kecil, sebagai bentuk
peralihan dari kapal biasa.
Type B dapat menimbulkan gaya dinamik keatas yang besar dan
memperkecil hambatan, akan tetapi jelek terhadap pengaruh gelombang
14
karena adanya pukulan keras gelombang pada dasar kapal sehingga
stabilitasnya kurang baik.
Type C dengan penampang “V” ini sangat baik untuk pelayaran yang
bergelombang.
Type D dipakai untuk memperkecil semburan air.
2. Dilihat dari penampang memanjangnya
Kapal Hydrofoil
1. Kapal hydrofoil adalah kapal yang terdiri dari body kapal dan sayap yang
diletakkan dibawah dasar kapal yang dihubungkan pleh penegar.
2. Badan kapal yang terangkat dari permukaan air, gaya beratnya ditahan oleh
gaya angkat dinamis pada sayap (foil) yang tercelup didalam air.
3. Sayap yang dipasang dibawah badan kapal ( pada bagian muka dan belakang ),
sayap tersebut secara otomatis dapat diubah- ubah letaknya menurut angle of
attacknya. Sehingga badan kapal terangkat bebas keatas permukaan air
bertujuan untuk mengurangi hambatan air.
4. Pada saat ini ada 2 prinsip penggunaan foil, yaitu foil yang bergerak diatas
permukaan air dan foil yang tercelup seluruhnya di air.
5. Hambatan yang bekerja pada sayap (R) hydrofoil adalah :
R = Rp + Ri + Rw.
Rp = Hamabatan profil
Ri = Hamabatan Induksi
Rw = Hamabatan gelombang
15
d) Dengan bentuk tangga
e) Dengan bentuk tingkatan.
16
BAB III
PERHITUNGAN HAMBATAN TOTAL KAPAL
MV. BASUKI 07
Perhitungan tenaga mesin induk kapal diawali dengan menghitung besarnya tahanan kapal.
Pada rencana umum kapal ini dalam menghitung atau menentukan besarnya tahanan
menggunakan metode Holtrop dengan data-data sebagai berikut :
17
B. Perhitungan Tahanan Total Kapal
Perhitungan tahanan kapal ini menggunakan metode holtrop (1984), Dalam
menghitung tahanan kapal dengan menggunakan metode holtrop ada beberapa komponen
tahanan yang harus kita tentukan. Komponen – komponen tahanan tersebut antara lain
menentukan :
1. Tahanan gesek ( Rv )
2. Tahanan gelombang ( Rw )
3. Perhitungan hubungan model dengan kapal (model ship allowance) RCA
RT = Rv + Rw + RCA
Rw
= ½.ρ.V2.Cf.(1+k).Stot + W + ½.ρ.V2. Stot. CA
W
V 2 S TOT C F 1 k C A
1
RW
= 2
W
W
Dimana :
ρ = Massa jenis air laut
= 1,025 ton/m3
V = Kecepatan dinas kapal = 14,15 knots
= 14,15 x 0,5144
= 7,2788 m/sec
Stot = Luas permukaan basah kapal total (m2)
Cf = Koefisien tahanan gesek kapal
(1+k) = Koefisien karena pengaruh bentuk kapal
Perhitungan koefisien tahanan gesek kapal (Cfo).
Dalam perhitungan tahanan gesek kapal Holtrop mengunakan rumus ITTC (1957),
dimana pada rumus ini akan dihitung koefisien tahanan gesek kapal (Cfo):
18
0,075
Cf (PNA. Vol II. Hal 90)
0 (logRn 2) 2
Dimana :
Cfo = Koefisien tahanan gesek kapal
Rn = Bilangan Reynold
VT .L
Rn = ( Menurut ITTC - 1957 )
VT = Kecepatan Percobaan
= 1,06 x V
= 1,06 x 7,2788
= 7,7154 m/sec
L = Panjang kapal yang tercelup air (Lwl) = 157,77 m
= Koefisien kekentalan kinematis
= 1,1883.10-6 m/s
(reff : PNA Vol II hal. 58 tabel 10 untuk suhu air laut 15 o C )
VT .L
Rn = ( Menurut ITTC - 1957 )
7,7154×157,77
Rn =
1,18831×10−6
= 1024381185.8218
Jadi koefisien tahanan gesek kapal :
0,075
Cf0 = (log 1024381185.8218−2)2
= 0,001526047
Perhitungan luas permukaan basah total (Stot)
Stot = Total luas permukaan basah lambung kapal & appendages
Stot = WSA + Sapp
dimana :
WSA = 5326,17 m2
Sapp = Skemudi + Sboss
TL
2
B
S kemudi 1 25
100 L
10,25×175,1 27,5
Skemudi = 100
[1 + 25(175,1)2 ]
19
Sboss = 0 m2
Sapp = 23,4793 m2
Stot = 5326,17 + 23,4793
= 5349,6493 m2
Perhitungan (1+k)
Sapp
(1 k ) (1 k1) [(1 k 2) (1 k1)]. ( Dari PNA. Vol II. Hal 93)
Stot
20
0,4611
T
= 0,2737
L
0,1216
L
= 1,3901
LR
0 , 3649
L3
= 6,1624 (pake tabel B6)
1 Cp 0,6042 = 2,5675
Sehingga :
(1+k1) = 0,93+(0,4871x1x0,1384x0,2708x1,2403x6,1825x2,3685)
= 1,3181 (pake tabel B6)
(1+k2) merupakan Koefisien akibat pengaruh tonjolan pada lambung kapal di bawah
permukaan garis air
Harga (1+k2) ini ditunjukan oleh tabel.25 PNA Vol. II hal.92
Tabel. II.2 Harga Koefisien (1+k2)
Type of appendages Value of (1+k2)
Rudder of single srew ship 1,3 to 1,5
Spade type rudder of twin screw ship 2,8
Skeg rudder of twin screw ship 1,5 to 2,0
Shaft bracket 3,0
Bossing 2,0
Bilge keel 1,4
Stabilizer fins 2,8
Shafts 2,0
Sonar dome 2,7
Karena kapal direncanakan dengan rudder of single srew ship maka diambil
harga
(1+k2) = 1,5 + 3,0 + 2,0 + 1,4 + 2,0 = 9,9
Sehingga didapatkan :
S
(1 k ) (1 k1) [(1 k 2) (1 k1)]. PP
S tot
29,01
(1+𝑘) = (1,2615) + [[(9,9) − (1,2615)] 𝟔𝟔𝟒𝟔,𝟖𝟑 ]
21
(1+k) = 1,3558 (perhitungan di excel body plan tr 2 AC)
Rw
m Fn d m2 Cos Fn 2 (Dari PNA. Vol II. Hal 92)
C1C 2 C3 e 1
W
Dimana :
𝑉𝑡
𝐹𝑛 =
√𝑔𝐿
7,759
𝐹𝑛 =
√9,8×175,1
Fn = 0,1962
Untuk Fn ≤ 0,4
C1 = 223105C43,7861(T/B)1,0796(90 – iE)-1,3757
C4 = koefisien yang tergantung pada rasio B/L
C4 = 0,2296 (B/L)0,3333 Untuk B/L ≤ 0,11
C4 = B/L Untuk 0,11≤ B/L ≤ 0,25
C4 = 0,5 – 0,0625.(B/L) Untuk B/L 0,25
B/L = 0,1505 (0,11≤ B/L ≤ 0,25)
Maka, C4 = B/L
C4 = 0,1505
C43.7861 = 0,0008
T B 1.0796 = 0,3719
= 2223105.(0,0009)(0,3463).(0,00206)
= 0,1316
C2 = 1 (kapal dirancang tanpa bulbos)
AT
C3 = 1 0,8( )
BTCm
AT = Luas transom yang tercelup air (V=0)
= WSA can part
22
= 43,73 m2 (dari tabel E, TR Hidrostatik Bonjean)
22,46
C3 = 1 − 0,8 (27,5×10,3×0,99)
= 0,8402
d = -0,9000
L 1 / 3 B
m1 = 0,01404 1,7525 4,7932 C5
T L L
Nilai c5 adalah dihitung sebagai berikut :
C5 = 8,0798Cp – 13,8673Cp2 + 6,9844Cp3 Untuk Cp 0,8
C5 = 1,7301 – 0,7067.Cp Untuk Cp 0,8
Cp = 0,79
C5 = (8,0798. (0,76)– 13,8673.(0,762)+ 6,9844. (0,763))
= 1,1720
1
175,1 (36448,36)3 27,5
m1 = 0,01404 [ 10,3 ] − 1,7525 [ ] − 4,7932 [175,1] −
175,1
1,1968
= -1,9933
e = 2,7183
m1Fnd −0,9000 )
e = 2,7183(−2,0415.(0,18)
= 0,00018
3 , 29
0, 034. Fn
m2 = c6 .0,4.e
Fn-3,29 = 0,18-3.29
= 212,2716
3 , 29
e 0,034Fn = 0,00073
L3/ = 145,9771
c6 = -1,69385
−3,29
m2 = −1,69385.0,4. 𝑒 −0,034𝐹𝑛
m2 = -1,69385x0,4x0,00035
23
= -0,000497
L/B = 6,6429
= (1,446 . 0,76) – (0,03 . 6,3806)
= 0,9431
Cos (.Fn-2 ) = 0,8028
m2. cos(.Fn-2 ) = -0,000399
Jadi tahanan gelombang kapal (Rw) adalah :
RW
W
C1C 2 C 3 e m1Fn m2 cos Fn 2
d
W = berat kapal pada muatan penuh = ..g
= 1,025 .32537. 9,8
= 270508,849 kg
= 270,509 kN
Rw/W = (1,6536x1x0,8648x0,00009) + -0,000235
= -0,000379
Rw = -0,1026
CA = 0,006 . (Lwl + 100)-0,16 – 0,00205 (dari PNA vol II hal 93)
= 0,00042
Jadi Tahanan total kapal adalah :
V S tot C F (1 k ) C A W W
1 2 R
Rt =
2 W
1
= .1,025.7,5792 . 6113,97[0,0014068(1,3042) + 0,00041] +
2
(−0,0346)
= 361,1583 kN
24