Anda di halaman 1dari 20

Tugas Ujian Akhir Semester

Auditing Lanjutan
“Review dan Analisis Kasus- Kasus”
By:
Rita Sri Erviani
15919035
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Kata Pengantar

Berkat limpahan kasih sayang dari Allah SWT,penulis diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas akhir semester II pada Mata Kuliah Auditing Lanjutan. Rasa terima kasih
juga penulis ucapkan kepada dua orang Pengampu Mata Kuliah Auditing Lanjutan Yaitu kepada
Bapak Kumalahadi dan Bapak Kuncara yang selama kurun waktu satu semester mendidik dan
berbagi ilmu pengetahuan khususnya mengenai audit. Pengalaman dididik oleh kedua pengampu
ini, merupakan suatu kebahagian tersendiri bagi penulis karena dalam menyelesaikan tugas akhir
ini beberapa hal yang pernah disampaikan oleh mereka memberikan inspirasi bagi penulis
terutama dalam mengerjakan tugas akhir ini. Berikut merupakan konsep pengerjaan review dan
analisis kasus- kasus yang penulis kerjakan:

1. BAB I : Review Kritikal Jurnal “Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek
Penipuan di Nigeria”.
2. BAB II: Analisis Kasus “KPK Perkuat Kerjasama Dengan ANRI” Metode Pendekatan
Teori Bukti Audit.
3. BAB III: Analisis Kasus “Audit Investigatif BPK Belum Selesai” Metode Pendekatan
Teori Audit Investigatif.
4. BAB IV: Analisis Kasus “ KPK Tingkatkan Kerjasama Berantas Rasuah” Metode
Pendekatan Teori Mitigasi Risiko Audit.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam lembar jawaban tugas akhir ini merupakan salah satu
catatan amal terbaik penulis yang dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian.

Yogyakarta, Maret 2017

Rita Sri Erviani

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 1
BAB I
Review dan Kritikal Jurnal
“Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek Penipuan di Nigeria”

A. Pemaparan Review
1. Latar Belakang, Tujuan dan Hipotesis Penelitian
Praktek fraud merupakan salah satu praktek yang menjadikan permasalahan di
setiap negara, diantaranya seperti yang terjadi di Nigeria. Dalam jurnal ini disebutkan
bahwa Nigeria dengan sistem pemerintahan berbentuk federal, praktek fraud menjadi
salah satu faktor yang menghambat pembangunan negara. Dikarenakan dampak yang
ditimbulkan dengan adanya praktek fraud ialah telah terjadi korupsi di setiap
lembaga yang ada. Hal ini dibuktikan dengan bahwa “Nigeria menempati peringkat
oleh Transparency International (TI) 134 tahun 2010 dan 143 pada 2011 dari 183
negara yang disurvei dalam hal persepsi publik korupsi.Efek negatif dari korupsi
pada pembangunan telah membuat pemerintah Nigeria untuk mencari solusi tentang
cara untuk memerangi ancaman tersebut.Hal ini mungkin menjelaskan mengapa
beberapa lembaga tersebut telah didirikan di Nigeria.Di antaranya adalah Kode Etik
Biro, Komisi Corrupt Practices Independen (ICPC) dan Komisi Ekonomi dan
Kejahatan Keuangan (EFCC)” (Samuel, dkk, 2013).
Berdasarkan latar belakang pada jurnal ini juga memaparkan bahwa meskipun
telah terdapatnya lembaga semisal komisi anti korupsi di Nigeria namun praktek
fraud tetap terjadi terutama pada lembaga pemerintahan lainnya. Sehingga
diharapkan dengan adanya komisi tersebut, praktek fraud dapat diminimalisir (karena
pada hakikatnya praktek tersebut tidak dapat hilang dalam berbangsa dan bernegara).
Oleh karena keberadaan komisi tersebut pula, diperlukanlah akuntansi forensik
sebagai panacea (obat/solusi) yang dapat digunakan untuk melakukan pengentasan
terhadap praktek fraud yang terjadi pada negara tersebut.
Namun yang menarik ialah, tidak sedikit (ada beberapa) komisi anti korupsi
yang didirikan di Nigeria tidak mampu mengurangi praktek fraud yang terjadi
dikarenakan pada komisi tersebut belum ada unit khusus Akuntansi Forensik yang
diadakan. Sehingga pada Negara Nigeria sebenanrya unit khusus tersebut memegang

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 2
peran penting dalam pengentasan praktek fraud. Hal inilah yang mendorong jurnal
ini ditulis dengan tujuan penelitian untuk menilai relevansi Akuntansi Forensik
dalam pengurangan efektif praktik penipuan di Nigeria. Sehingga berdasarkan tujuan
dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan hipotesis berikut: “Akuntansi
Forensik tidak signifikan berhubungan dengan penyelidikan dan deteksi penipuan di
Nigeria”.

2. Landasan Teori
Berikut merupakan review atas landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini: (Samuel, dkk, 2013)
a. Konsep Penipuan
Ojaide (2000) menyatakan bahwa praktek-praktek penipuan dan pemalsuan
dan semua cara ilegal lainnya untuk memperoleh dan memiliki aset untuk
kerugian orang lain.Penipuan adalah tindakan tidak jujur, penipuan, pemalsuan
dan manipulasi yang dilakukan untuk mendapatkan baik moneter dan atau
manfaat non-moneter.
Penipuan telah didefinisikan oleh EFCC (2004: 46) sebagai ". . .non-
kekerasan kegiatan kriminal dan ilegal yang dilakukan dengan tujuan dari
penghasilan kekayaan secara ilegal baik secara individu atau dalam kelompok
atau secara terorganisir sehingga melanggar peraturan yang ada yang mengatur
kegiatan ekonomi pemerintah dan administrasi. . . ".
Nwaze (2012) mendefinisikan fraud sebagai yang telah ditetapkan serta
direncanakan proses rumit atau perangkat biasanya dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan tunggal dari kecurangan orang atau organisasi
lain untuk mendapatkan keuntungan haram yang tidak akan diperoleh tanpa
adanya prosedur menipu tersebut.
Ramamoorti (2007) berpendapat bahwa penipuan adalah usaha manusia,
yang melibatkan penipuan, niat tujuan, intensitas keinginan, risiko ketakutan,
pelanggaran kepercayaan, dan rasionalisasi.Oleh karena itu penting untuk
memahami faktor-faktor psikologis yang mungkin mempengaruhi perilaku pelaku
penipuan.Alasan untuk menggambar pada wawasan ilmu perilaku ini terlihat dari

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 3
intuisi yang salah satu kebutuhan untuk berpikir seperti seorang penjahat untuk
menangkap penjahat.
Hal ini dapat diringkas bahwa korupsi adalah setiap bentuk perilaku yang
tidak etis yang memberi keuntungan yang tidak semestinya pada orang dalam
otoritas atau hubungan mereka, upaya untuk mengamankan kekayaan atau
kekuasaan melalui cara ilegal.Ini termasuk suap, praktik penipuan, penggelapan,
pilih kasih dan praktek tajam lainnya.
b. Konsep Akuntansi Forensik
Integrasi akuntansi, audit dan keterampilan investigasi menghasilkan khusus
yang dikenal sebagai Akuntansi Forensik.Forensik, menurut kamus Webster,
berarti milik, digunakan dalam atau cocok untuk pengadilan peradilan atau diskusi
publik dan debat.Menurut Asosiasi Bersertifikat Penguji Penipuan (ACFE)
akuntansi forensik adalah penggunaan keterampilan dalam sengketa perdata atau
pidana potensial atau nyata, termasuk prinsip akuntansi dan auditing; membangun
kerugian atau keuntungan, pendapatan, properti atau kerusakan, estimasi kontrol
internal, penipuan dan lain-lain yang melibatkan masuknya keahlian akuntansi ke
dalam sistem hukum.
Dhar dan Sarkar (dalam Samuel, dkk, 2013) mendefinisikan akuntansi
forensik sebagai penerapan konsep akuntansi dan teknik untuk masalah
hukum.Hal ini menuntut pelaporan, di mana akuntabilitas penipuan yang didirikan
dan laporan dianggap sebagai bukti di pengadilan atau dalam proses administrasi.
Pemanfaatan keterampilan investigasi khusus dalam melaksanakan
penyelidikan dilakukan sedemikian rupa sehingga hasilnya akan memiliki aplikasi
ke pengadilan disebut penyelidikan forensik.Penyelidikan forensik dapat
didasarkan pada akuntansi, kedokteran, teknik atau disiplin lainnya.Audit forensik
adalah pemeriksaan bukti tentang sebuah pernyataan untuk menentukan
korespondensi dengan kriteria yang ditetapkan dilakukan dengan cara yang sesuai
ke pengadilan.
Gray (dalam Samuel, dkk, 2013) dianalisis akuntan forensik sebagai
kombinasi dari auditor dan penyelidik swasta.Pengetahuan dan keterampilan
termasuk keterampilan investigasi, penelitian, hukum, metode kuantitatif,

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 4
keuangan, audit, akuntansi dan wawasan hukum penegak.Dia menegaskan bahwa
akuntan forensik telah digunakan oleh Biro Investigasi Federal (FBI), Central
Intelligence Agency (CIA), Internal Revenue Service (IRS), Komisi Perdagangan
Federal (FTC) dan badan-badan pemerintah lainnya untuk menangani praktik
penipuan.
Tugas utama Seorang akuntan forensik adalah untuk menganalisis,
menafsirkan, meringkas dan masalah keuangan dan bisnis yang terkait hadir
kompleks dengan cara yang baik mudah dipahami oleh orang awam dan benar
didukung oleh bukti.kegiatan forensik akuntan relevan dengan berbagai jenis
bisnis dan sengketa hukum pribadi.Banyak pekerjaan terhubung dengan evaluasi
keuntungan masa lalu dan proyeksi serta menilai dan mempersiapkan penilaian
bisnis.keahlian akuntansi forensik berguna dalam litigasi yang melibatkan
hilangnya keuntungan, pelanggaran kontrak, penipuan, penyelidikan pajak, dan
kelalaian profesional.
3. Metodologi
a. Jenis Penelitian, Responding dan Setting Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan pendekatan
jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan teknik pengukuran yang digunakan ialah
dengan menggunakan regresi berganda. Hal ini dilakukan untuk menguji data
empiris (untuk menguji hubungan yang ada antara akuntansi forensik dan
investigasi penipuan dan deteksi penipuan untuk mengurangi praktek-praktek
penipuan).
Responden yang digunakan dalam penelitian ini ialah terdiri dari staf agen
anti korupsi (EFCC) dan tiga perusahaan akuntansi utama professional di Nigeria
untuk periode 1999- 2010. Sedangkan setting penelitian yang digunakan ialah
dengan menggunakan set kuesioner yang diisi oleh kedua jenis responden
tersebut.Serta paket statistik yang digunakan ialah paket untuk ilmu sosial (SPSS)
dan analisis korelasi digunakan untuk melakukan konfirmasi antara jenis variabel
dependen dengan variabel independen.
b. Hasil penelitian

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil hipotesis nol yang mengatakan
“pengurangan penipuan tidak signifikan berhubungan dengan penyelidikan
penipuan dan deteksi melalui kerja teknik akuntansi forensik” telah ditolak karena
p-nilai 0,010 adalah signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa forensik yang positif
berkaitan dengan penyelidikan dan deteksi korupsi tapi sekarang belum diterapkan
dalam penyelidikan dan deteksi korupsi terutama oleh lembaga antikorupsi utama
(EFCC) di Nigeria.
4. Kesimpulan
Keterlibatan non ahli forensik (akuntan) dalam penyelidikan sebagai serta
penuntutan di mana ahli akan berfungsi sebagai saksi di pengadilan, seperti
ditegaskan oleh Ribadu (2006) adalah salah satu tantangan komisi anti
korupsi.Investigasi yang tepat tidak dilakukan dan bukti-bukti yang memadai tidak
disajikan di pengadilan untuk penuntutan yang efektif dari terdakwa menyebabkan
pemberhentian kasus yang dibawa oleh EFCC seperti yang dari James Ibori, Erastus
Akingbola dan Ndudi Elumelu.Perusahaan akuntansi profesional dengan keahlian
keterampilan investigasi menggunakan teknik akuntansi forensik tidak juga terlibat
dalam operasi komisi. Nigeria telah melihat korupsi sebagai bagian dari kehidupan
maka, penipuan tidak bisa diberantas.Hal ini sesuai dengan konsep rasionalisasi di
Segitiga Penipuan yang dihasilkan dari keyakinan bahwa semua orang
melakukannya.Ada tampaknya sistem efektif untuk melacak aktivitas penipu.
Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntansi forensik yang positif
berkaitan dengan penyelidikan dan deteksi praktik penipuan, belum diterapkan di
investigasi dan deteksi penipuan, terutama oleh lembaga antikorupsi utama (EFCC)
di Nigeria.Ada rendahnya kesadaran teknik akuntansi forensic sebagai alat yang
efektif untuk menyelidiki dan mendeteksi kasus penipuan saat di Nigeria dan pada
saat studi ini, EFCC tidak memiliki unit akuntansi forensik.

B. Kritikal Jurnal
Berdasarkan paparan pada bagian di atas, penulis menemukan beberapa hal yang
dijadikan sebagai aspek dari bagian critical untuk jurnal ini. berikut pemaparannya:
1. Aspek Teknik Penelitian

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 6
Menurut penulis, teknik terbaik sebelum peneliti ingin melakukan penelitian
adalah dengan melakukan tahapan- tahapan sebagai berikut: pra survei, survei dan
pasca survei. Yang mana di setiap tahapan ini memiliki tujuan- tujuan yang
seharusnya dilakukan oleh seorang peneliti yang sifat dari penelitiannya adalah terjun
ke lapangan untuk memperoleh data. Seperti yang terjadi dalam jurnal penelitian ini.
sehingga dari ketiga tahapan tersebut, peneliti memiliki rencana kerja yang terkonsep
di antaranya:
a. Pra survei: pra survei bagi penulis ialah di mana seorang peneliti atau kelompok
peneliti yang telah memiliki tujuan di mana tempat penelitian akan dilakukan,
maka persiapan awal adalah dengan melakukan pra survei yang memiliki tujuan
untuk mengetahui apakah tempat yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini
adalah tempat penelitian yang memang memiliki data- data yang dapat
memenuhi data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan diteliti.
Yang terjadi dalam penelitian ini ialah, kemungkinan besar peneliti tidak
melakukan prasurvei dalam peneltian ke komisi anti korupsi di Nigeria
dikarenakan dalam abstrak terdapat kalimat dari peneliti yang
menyatakan:”karena komisi antikorupsi tidak memiliki unit akuntansi forensik
pada saat penelitian ini”. Sehingga menurut penulis keberadaan unit akuntansi
forensik dalam sebuah lembaga katakanlah semisal Komisi anti korupsi di
Nigeria harus terlebih dahulu dikroscek keberadaanya ada atau tidak. Agar yang
diharapkan dalam pemenuhan data terkait untuk mengetahui peran akuntansi
forensik dalam pengentasan praktek penipua di Nigeria dapat lebih relevan
ketika posisi unit tersebutada atau tidak. Selain itu, dampak dari kemungkinan
tidak dilakukannya pra survei tempat penelitian dalam jurnal ini ialah
dikarenakan peneliti sebelumnya tidak mengetahui bahwa tidak ada unit khusus
untuk akuntansi forensik di lembaga komisi antikorupsi Nigeria, menyebabkan
metode penelitian khususnya pengukuran yang digunakan dengan
regresiberganda ini kurangtepat. Dikarenakan item yang mau dilakukan
pengukuran secara rgresi, keberadaannya saja tidak ada. Sudah barang tentu
hasil yang akan diperoleh tidak maksimal untuk menyatakan yang seharusnya
dalam menguji ilmiah keberadaan unit akuntansi forensik pada lembaga komisi

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 7
anti korupsi di Nigeria berperan dalam pengentasan praktik penipuan.hasil dari
pengukuran inilah yang menurut penulis menjadi kurang maksimal pada aspek
penyajian hasil penelitian.
b. Survei: Pada saat survei adalah bagian yang menentukan tujuan peneliti untuk
memperoleh pencapaian data- data yang telah ditentukan untuk ditelusuri lebih
lanjut. Sehingga menurut penulis, apabila pada saat melakukan survei peneliti
dalam jurnal ini dapat melakukan penelitian dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam (untuk jenis enelitian yang bersifat kualitatif), maka data-
data dan informasi kemungkinan akan dapat menjadikan jurnal ini sebagai
sebuah jurnal yang kompleks dalam memaparkan informasi kepada kalangan
civitas akademik khususnya mengenai kondisi rill yang terjadi mengenai
tragisnya praktek fraud yang terjadi di Negara Federal Nigeria. Yakni meskipun
negara tersebut telah meiliki lembaga semisal komisi pembarantasan korupsi,
namun praktek fraud sangat tidak dapat dihindari. Hal ini juga telah dibuktikan
dengan kenaikan peringkat dengan nominasi negara terkorup di dunia, Nigeria
termasuk Negara yang startegis terjadinya praktek fraud. Selain itu, kesenjangan
antara komisi anti korupsi yang didirikan dengan sumber daya manusia yang
menguasi bidang ilmu akuntansi forensik sangat terbatas dan memiliki hambatan
mengapa keterbatasan SDM yang ahli di bidang forensik di Nigeria belum
menemukan solusi, padahal bisa saja kebijakan untuk mendatangkan tenaga ahli
dari negara- negara luar dapat dilakukan oleh pemerintah di negara tersebut.
Kenyataan ini belum terangkum secara mendalam dalam penelitian ini.
c. Pasca Survei: Menurut penulis, pada tahap pasca survei ini ialah tahapan dimana
penelitian kita dipublikasikan dan kemudian setelah itu posisi penelitian kita
merupakan penelitian yang sifatnya bisa dijadikan sebagai rujukan untuk
penelitian selanjutnya atau perbandingan dalam hal penelitian yang memiliki
konteks dan isu negara yang serupa sehingga kebermanfaatan sebuah penelitian
yang dilakukan akan dapat terkases di seluruh bagian belahan dunia. Penelitian
ini telah melakukan tahapan pasca survei ini dengan mempublikasikannya
menjadi salah satu di antara sekian banyak jurnal- jurnal internasional yang
membahas tentang fraud.

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 8
2. Aspek Topik Penelitian
Pada aspek ini penulis memberikan ucapan terima kasih kepada peneliti jurnal
ini karena telah mengangkat sebuah topik “praktek fraud” yang menjadi
permasalahan yang memang terjadi di seluruh negara yang ada di dunia. Serta
penulis jurnal ini juga mengangkat pada peran akuntansi forensik dalam menangani
praktek fraud tersebut. Sehingga menurut penulis, jurnal ini begitu menggambarkan
kenyataan yang tidak hanya untuk berbicara tentang Nigeria namun, menurut penulis
beberapa bagian yang ditulis oleh peneliti dalam jurnal ini adalah gambaran yang
memang riil terjadi di negara- negara lain terutama di Indonesia. Sehingga hasil dari
penelitian ini bisa dijadikan salah satu jurnal yang dapat dipelajari bagi kalangan
mahasiswa terutama dengan latar belakang akuntansi. Yang mana perkembangan
sebuah ilmu pengetahuan khsusunya akuntansi begitu menganspirasi (bermanfaat)
melalui akuntansi forensik. Di antaranya bahwa keberadaan akuntansi forensik
merupakan sebuah solusi atau panacea (obat/solusi) yang sebaiknya sudah mulai
digencarkan penyebaran ilmunya di setiap kampus- kampus di negara kita sebagai
bagian dari mata kuliah akuntansi.

3. Aspek Kebermanfaatan
Telah penulis sebutkan pada bagian aspek topik penelitian bahwa jurnal ini
begitu menginspirasi terutama bagi individual penulis, di antaranya apabila di tinjau
dari aspek kebermanfaatan jurnal ini ialah apa yang terkandung berikutnya ialah
bahwa dalam jurnal ini sebenarnya mengarah kepada rekomendasi yang dapat
digunakan dalam sebuah struktur organisasi pemerintahan dalam hal ini ialah komisi
pemberantasan korupsi yang apabila dalam struktur komisi ini sudah semestinya
keberadaan unit akuntansi forensik perlu diadakan dikarenakan kesaksian dari
seorang ahli akuntansi forensik merupakan profesi yang memiliki hak apabila bicara
dalam konteks siding Negara. Sehingga aspek kebermanfaatan jurnal ini ialah
menyiratkan poin penting ini. sebagaimana Tuanakotta (2014: 18) menyatakan
bahwa peran akuntansi forensik amat urgen dikarenakan akuntansi forensik ada
awalnya adalah perpaduan yang paling sederhana antara akuntansi dan hukum.

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 9
Namun, ketika ranah akuntansi forensik berlanjut untuk menemukan fraud maka
muatan akuntansi forensik tidak meliputi kedua hal tersebut (akuntansi dan hokum)
melainkan menjadi akuntansi, hukum dan audit. Berdasarkan pendapat tersebut,
peneliti sependapat bahwa muatan yang terkandung secara normatif dari akuntansi
forensik itu sendiri menjadikan seorang profesi akuntan forensik memiliki hak
sebagai salah satu faktor yang diperhitungkan dalam penyelesaian kasus ketika
dipersidangan.
C. Conclusion Review and Critical Journal
Setelah melakukan review dan sekaligus memberikan tanggapan berupa kritikal
untuk jurnal berjudul “Akuntansi Sebagai Panacea Dalam Pengentasan Praktek Penipuan
di Nigeria” penulis memperoleh beberapa kesimpulan dari hal ini. diantaranya:
1. Praktek fraud ialah suatu praktek yang selalu menjadi permasalah di setiap Negara di
dunia dan tidak bisa dihapuskan. Namun, praktek fraud adalah praktek yang dapat
ditangani dengan tujuan untuk diminimalisir frekuensi terjadinya fraud.
2. Sehingga untuk meminimalisisr praktek tersebut, diperlukan seperangkat sumber
daya yang ada di sebuah Negara. Meliputi: Kepala Negara (sebagai pembuat
kebijakan), lembaga pendukung (serupa Komisi Pemberantasan Korupsi), Teknologi
(sebagai alat pendukung dalam praktek menangani fraud), rakyat (sebagai pelaku
utama yang menentukan frekuensi praktek fraud) dan perkembangan ilmu
pengetahuan berakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnnya.
Sehingga apabila semua sumber daya ini menjadi bagian- bagian yang saling
mengarah ke arah positif dalam pelaksanaan yang memiliki tujuan meminimalsisir
praktek fraud, maka negara tersebut akan memiliki kondisi di mana tingkat korupsi
menjadi permasalahan negara yang bukan merupakan masalah utama dalam
berbangsa dan bernegara. Negara yang bersih itu bukan negara yang tanpa “noda”
tapi negara yang bersih itu ketika permasalahan korupsi dapat diminimalisir dengan
cepat, tepat dan kontinuitas.
3. Akuntansi forensik adalah sebuah ilmu yang tetap harus berkembang sehingga
perlunya campur tangan pelaku dunia akademika untuk meramaikan proses
perekmbangan tersebut mulai dari; penerapan dalam bahan ajar di setiap bangku
pendidikan (SMP, SMA dan perguruan tinggi), melalui seminar- seminar yang

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 10
diadakan untuk menambah wawasan SDM di lembaga- lembaga terkait serta
penelitian yang terus menerus dilakukan yang memiliki kontribusi bagi
perkembangan ilmu auntansi forensik.

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 11
BAB II
Analisis Kasus
Pendekatan Teori Bukti Audit
A. Kasus

“KPK Perkuat Kerjasama Dengan ANRI”

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkuat kerja sama dalam bidang penyelenggaraan
kearsipan dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Hal itu diwujudkan dengan penandatanganan
perjanjian kerja sama pada Kamis (9/1) di Jakarta, oleh Ketua KPK Agus Rahardjo dan Kepala ANRI
Mustari Irawan.
Kerjasama ini meliputi permintaan data dan informasi, sistem pencegahan korupsi, pengelolaan
kearsipan, sistem informasi kearsipan dinamis, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan.
Dalam sambutannya, Agus mengatakan kerja sama ini berangkat dari semangat bersama untuk
mencegah dan memberantas korupsi yang saat ini sudah menyebar di segala sektor kehidupan.
“Jika dalam hal penyimpanan arsip terjadi praktik korupsi, dalam hal ini, misalnya data tidak
autentik, maka sejarah bangsa bisa berbelok,” ujar Agus.
Agus juga mengatakan, kerja sama dengan ANRI mempunyai arti penting bagi KPK, di antaranya
dalam hal penyimpanan data penanganan perkara korupsi yang telah ditangani maupun kajian-kajian
penelitian dan pengembangan yang dilakukan KPK. Data-data yang disimpan dan diarsipkan oleh ANRI
bisa bermanfaat di masa yang akan datang.
“Saya sangat ingin berpesan kalau namanya pertukaran data sangat penting bagi KPK, data
otentik disimpan, di-filling, diarsipkan, bisa menjadi bukti saat berperkara di pengadilan,” ujar Agus.
Senada dengan Agus, Kepala ANRI Mustari Irawan mengatakan data-data penanganan korupsi di
KPK bisa menjadi catatan sejarah bagi pelajaran anak bangsa Indonesia kelak. Jika melihat sejarah korupsi
yang terjadi pada bangsa ini, Mustari sepakat bahwa praktik korupsi harus diberangus agar masa depan
Indonesia lebih baik.
“Untuk itu, kami juga ingin dibina terhadap sistem pengendalian internal kami, kemungkinan
potensi korupsi yang terjadi di lingkungan kami. Kami sadar dan sepakat korupsi menjadi sebuah penyakit
yang harus diberantas,” ujar Mustari.
B. Analisis Kasus
KPK menyerahkan 135 berkas perkara periode 2004-2009 kepada ANRI pada tahun lalu.
Penyerahan dokumen-dokumen tersebut guna dijadikan sebagai arsip nasional yang dapat diakses publik
untuk bahan pembelajaran. Selain itu, ratusan dokumen kasus-kasus korupsi juga digunakan untuk
penyimpanan data agar efesien dan efektif.
(Humas).
(Sumber Berita: https://www.kpk.go.id diakses tanggal 23 Februari 2017)

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 12
Berdasarkan informasi yang penulis akses melalui kumpulan berita seputar salah
satu lembaga independen Negara Republik Indonesia yang manangani kasus- kasus
menyangkut korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan upaya
melalui bentuk kerjasama dengan lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
dalam mengupayakan kinerja yang terkait dengan pengarsipan permintaan data dan
informasi.
Oleh karena pada bagian “Kasus 2” ini penulis dibatasi hanya dengan untuk
melakukan analisis terkait kasus/ berita yang menyangkut “Teori Bukti Audit”, maka
dalam kasus ini penulis terfokus kepada pernyataan- pernyataan yang ada dalam kotak
berita di atas berkenaan dengan kebutuhan analisis penulis.
Menurut penulis, kerjasama yang dilakukan oleh KPK dengan ANRI adalah sebuah
kerjasama yang manfaat kerjasama ini merupakan manfaat jangka panjang bagi Republik
Indonesia. Dikarenakan tugas yang diemban KPK diantranya ialah untuk menemukan
berbagai kasus korupsi di tanah air dan berakhir di ranah hukum, maka keberadaan bukti
korupsi merupakan elemen penting yang perlu dilakukan pengarsipan dalam skala
nasional.
Oleh karena itu, langkah yang dilakukan KPK untuk bekerjasama ini merupakan
langkah yang tepat sebagai lembaga independent yang bersifat akuntabilitas dalam
melaksanakan fungsinya untuk Negara Republik Indonesia.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa tujuan dari kerjasama ini ialah “untuk
mencegah dan memberantas korupsi yang saat ini sudah menyebar di segala sektor
kehidupan…” maka langkah dalam melakukan penyimpanan dan pengarsipan data
maupun informasi akan sangat memberikan dampak baik jangka panjang maupun jangka
pendek di negeri ini. sebagaimana yang dikatakan oleh ketua KPK Agus Raharjo: “Saya
sangat ingin berpesan kalau namanya pertukaran data sangat penting bagi KPK, data otentik
disimpan, di-filling, diarsipkan, bisa menjadi bukti saat berperkara di pengadilan”.
Selain kerjasama ini merupakan langkah yang tepat untuk menjadikan sebuah pengarsipan
berkenaan dengan bukti- bukti, apa yang telah terarsip di bawah kinerja ANRI ialah bahwa arsip-
arsip ini akan menjadi sebuah referensi bagi publik. Sehingga informasi- infromasi dan data yang
diarsipkan akan menjadi bersifat untuk umum. Dari sisi akademika kondisi ini dapat
dimanfaatkan diantaranya untuk keperluan penelitian. Sedangkan dari sisi praktisi khususnya
auditor, baik informasi maupun data yang terarsip dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bukti

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 13
audit yang masuk dalam lingkup informasi dari luar klien (apabila informasi dan data yang dicari
memiliki hubungan dengan kasus yang sedang auditor tangani). Sebagaimana menurut Haryono
(2014: 228) bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup dalam hal menangani
suatu perkara.
Oleh karena itu proses pengumpulan bukti- bukti yang berkaitan diantranya informasi
yang diperlukan dapat diperoleh dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri atau
melalui analisis independen dan sebagainya.

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 14
BAB III
Analisis Kasus
Pendekatan Teori Audit Investigatif
A. Kasus

Audit Investigatif BPK Belum Selesai


Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) menyatakan, audit investigatif dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) mengenai proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang,
Bogor, Jawa Barat, masih belum selesai.
"Minggu lalu sudah dilakukan pertemuan antara tim KPK dan BPK. Hasil pertemuan itu adalah hasil
perhitungan kerugian negara belum selesai," kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu.
Sebelumnya pada Jumat (10/5), Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan bahwa penyelesaian berkas
tersangka mantan Kabiro Perencanaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Deddy Kusdinar tinggal menunggu hasil
audit BPK.
"Untuk penyelesaian berkas Deddy tinggal menunggu audit BPK, kami belum bisa sampaikan mengenai
tersangka lain karena pertemuan dengan BPK juga belum dilakukan dan kalau sudah ada bukti dari BPK maka akan
jelas posisi KPK, mudah-mudahan minggu depan sudah ada perhitungan berapa ganti kerugiannya," kata Bambang.
Johan berharap BPK dapat segera menyelesaikan audit investigatif tersebut. "Audit harus cepat supaya dapat ada
kejelasan kerugian negara, tapi saya tidak tahu Batas waktu auditnya hingga kapan," tambah Johan.
Dalam kasus ini, KPK sudah menetapkan tiga orang tersangka yaitu mantan Menpora Andi Alfian
Mallarangeng, mantan Kabiro Perencanaan Kemenpora Deddy Kusdinar selaku Pejabat Pembuat Komitmen saat
proyek Hambalang dilaksanakan dan mantan Direktur Operasional PT Adhi Karya (persero) Teuku Bagus
Mukhamad Noor yang disangkakan pasal Pasal 2 ayat 1, pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat ke
(1) ke-1 KUHP. Proyek Hambalang pada 2009 diusulkan sebesar Rp 1,25 triliun, sedangkan pada 2010 kembali
diminta penambahan kebutuhan anggaran menjadi Rp 1,175 triliun melalui surat kontrak tahun jamak dari
Kemenkeu.
Dari kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,175 triliun, hanya Rp 275 miliar yang mendapat pengesahan.
Jumlah itu berasal dari APBN 2010 sebesar Rp 125 miliar dan tambahan Rp 150 miliar melalui APBN-Perubahan
2010. Anggaran tersebut bahkan bertambah menjadi Rp 2,5 triliun karena ada pengadaan barang dan jasa.
Dalam hasil audit investigatif tahap satu Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan bahwa nilai kerugian
negara karena proyek Hambalang adalah Rp 243,6 miliar.

(Sumber: Suara Karya, 23 Mei 2013 dalam www.kpk.go.id)

B. Analisis Kasus
Berdasarkan kasus 3 di atas, penulis menemukan beberapa hal penting yang akan
dilakukan analisis selanjutnya dalam menanggapi kasus ini yaitu:

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 15
1. Temuan Kasus
Temuan dalam kasus ini ialah bahwa BPK telah melakukan sebagian audit
investigasi (belum terselesaikannya proses audit investigasi) dan ditemukan bahwa
terdapat indikasi kerugian negara dalam pelaksanaan proyek Pusat Pendidikan,
Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang Bogor, jawa
Barat.
Dari keterangan BPK tersebut berkaitan dengan hasil perhitungan dan
dinyatakan bahwa hasil tersebut telah masuk sebagai kategori kerugian negara, maka
proyek P3SON ini menjadi dalam lingkup audit investigative. Dikatakan masuk ke
dalam ranah investigative sebagaimana menurut Mark, dkk (2014) investigasi ialah
usaha yang dibuat untuk mengidentifikasi siapa, apa, bagaimana, kapan dan seberapa
banyak kecurangan yang terjadi; investigasi dilakukan setelah ditemukan adanya
indikasi kecurangan yang terjadi; proses untuk meminta keterangan atau melakukan
pengujian terhadap aktivitas yang patut dipertanyakan.
2. Hambatan Penyelesaian Audit Investigasi Oleh BPK
Berikut hal- hal yang menghambat penyelesaian audit investigasi oleh BPK:
a. Perhitungan atas kerugian negara belum selesai dihitung seberapa besar nominal
yang menjadi kerugian bagi negara atas proyek P3SON
Pada bagian ini sebagaimana telah penulis nyatakan bahwa telah terjadi
kerugian negara atas proyek yang dijalankan tersebut, merupakan indikasi atas
kecurangan terhadap anggaran dana proyek yang seharusnya diperuntukan
kepada pelaksanaan proyek. Oleh karena itu sudah seharusnya audit investigasi
yang dilakukan memerlukan timing yang “ekstra” untuk menuntasakan
perhitungan secara tepat besar nominal yang menjadi kerugian.
Proses audit investigasi yang dilakukan BPK dengan tujuan memperoleh
angka kerugian sesungguhnya. Setelah ditemukan besar kerugian tersebut, hasil
perhitungan dapat dikategorikan sebagai bukti dokumentasi. Sebagaimana ini
sejalan dengan pendapat Mark, dkk (2014) bukti dokumentasi yang dikumpulkan
dari dokumentasi tertulis, program komputer dan sumber tertulis atau tercetak
lainnya. Beberapa teknik investigasi yang umumnya digunakan untuk
mengumpulkan bukti ini antara lain pengujian dokumen, pengumpulan data,

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 16
pencarian catatan publik, audit, pencarian menggunakan computer, perhitungan
kekayaan bersih dan analsis laporan keuangan.
b. Penyelesaian berkas tersangka belum selesai diaudit BPK
Berkas- berkas terkait pelaku fraud yang sedang dilakukan audit
investigasi oleh BPK, merupakan berkas yang dapat ditelusuri lebih jauh guna
memperoleh hal- hal lain yang semakin mendukung kasus yang sedang
diselesaikan. Sehingga keberadaan berkas- berkas tersangka masuk ke dalam
bukti testimonial. Bukti testimonial yakni yang dikumpulkan dari individu.
Teknik investigasi secara khusus digunakan untuk mengumpulkan bukti
testimonial adalah wawancara, interogasi dan uji kebenaran (Mark, dkk, 2014:
409).
c. Terhambatnya mengusut tersangka yang lain berkaitan dengan poin b
Dikarenakan terkait proses menelusuri lebih dalam berkas- berkas
tersangka, BPK belum dapat memastikan pelaku- pelaku kecurangan lainnya
pada proyek P3SON. Pastinya kecurangan yang dilakukan dalam kasus ini
melibatkan banyak pihak baik individu bahkan kelompok- kelompok tertentu.
Sebagaimana yang diketahui bahwa kecurangan dilakukan terdapat unsur
kesengajaan.
Dalam sebagian kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan
sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan apakah dengan cara
melebihsajikan asset dan pendapatan atau pun dengan menghapus liabilitas dan
beban- beban, perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan laba. Pada
perusahaan- perusahaan non publik. Hal tersebut mungkin dilakukan dengan
tujuan untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan- perusahaan juga dapat
dngan sengaja mengurangsajikan pendapatan ketika labanya tinggi untuk
menciptakan cadangan laba atau sebagai “celengan” yang dapat digunakan untuk
menaikkan laba di kemudian hari. Yang mana kejadian seperti ini melibatkan
tindakan- tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk memenuhi target
laba (Randal, dkk, 2011: 372).

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 17
BAB IV
Analisis Kasus
Pendekatan Teori Mitigasi Audit
A. Kasus
“KPK Tingkatkan Kerjasama Berantas Rasuah”

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus meningkatkan kerja sama internasional dengan berbagai pihak.
Sebab, KPK yakin bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus canggih dan tak jarang
dilakukan di wilayah yurisdiksi berbeda. Karenanya, kerja sama dengan berbagai pihak di dunia akan membantu
dalam upaya pemberantasan korupsi.
Salah satu yang dilakukan dengan menggandeng The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia,
dimana penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilakukan pada Kamis (2/2) di Jakarta. Sebetulnya, kerja sama
ini merupakan pembaruan dari masa kerja sama sebelumnya yang telah berakhir pada 2015.
Menurut Ketua KPK Agus Rahardjo, pemberantasan tindak pidana korupsi menuntut penanganan dan
pencegahan yang luar biasa. Kerja sama internasional mutlak diperlukan agar pemberantasan korupsi berjalan lebih
efektif dan efisien.
“Di era ini para koruptor tidak lagi mengenal batas negara. Tidak hanya saat melakukan kejahatannya
namun juga dalam menyembunyikan hasil kejahatannya,” katanya. Australia, lanjutnya, sebagai tetangga dekat
Indonesia, telah menjadi teman dekat dalam kerjasama penegakan hukum. Kerjasama yang terjalin erat selama ini
telah memupuk asa saling percaya agar kedua pihak semakin lebih baik dalam menjalankan tugas.
MoU yang disepakati kedua pihak mencakup, antara lain, kerjasama dalam penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain itu juga bertukar kepakaran dalam keorganisasian. Serta penegakan
hukum dalam upaya pencegahan korupsi, termasuk penyelesaian tindak pidana korupsi.
Selain menjalin kerja sama dengan The Attorney-General’s Department (AGD) of Australia, KPK
setidaknya telah menjalin kerja sama dengan 26 lembaga antikorupsi di negara lain, di antaranya MACC Malaysia,
SFO Inggris, AGD Australia, ACB Brunei Darussalam, CPIB Singapura, NACC Thailand dan MOS Tiongkok,
Timor Leste Comissão Anti-Corrupção (CAC) dan ACC Bangladesh.
Sementara itu, Minister for Justice, Minister Assisting the Prime Minister for Counter Terrorism Michael Keenan
menganalogikan korupsi sebagai sebuah penyakit kanker yang dapat membunuh. Karena itu, Australia tidak berhenti
membasmi korupsi. Pihaknya juga melaksanakan upaya itu di kawasan ASEAN untuk membantu negara lain dalam
upaya pemberantasan korupsi.
Selain Keenan, turut hadir pula Secretary of Australia’s Attorney-General’s Department, Chris Moraitis dan
para pejabat terkait.
(Humas).

(Sumber: https://www.kpk.go.id diakses tanggal 23 Februari 2017)

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 18
B. Analisis Kasus
Untuk kasus 4 ini, penulis mencoba melakukan analisis kasus dengan melakukan
pendekatan kasus dengan teori mitigasi risiko audit.
Dalamhttps://www.kamusbesar.comrisk mitigation adalahupaya untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya dan dampak risiko. Dari definisi ini, penulis memahami untuk
menganalisa kasus 4, yaitu bentuk pengupayaan yang dilakukan oleh KPK dalam
menangani kasus korupsi yang terjadi. Berikut adalah beberapa hal yang penulis jadikan
sebagai “The Key” untuk menganalisa kasus:
1. Asumsi Normatif
Asumsi normatif ialah apa yang penulis pahami dari sisi KPK yakni untuk
menangani kasus korupsi terutama di Indonesia, KPK melakukan penindakan berupa
adanya kerjasama skala internasional. MoU yang dilakukan dengan memiliki latar
belakang bahwa korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan modus
canggih dan tidak jarang dilakuka di wilayah yurisdiksi berbeda.
Sebagaimana dalam UU No 30 tahun 2002 pasal 28 yang berbunyi: “Komisi
Pemberantasan Korupsi dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
pengembangan dan pembinaan organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi”.
Sehingga berdasarkan kutipan pasal tersebut, keputusan untuk melakukan Mou
dengan 26 negara lainnya telah dibenarkan menurut UU Republik Indonesia.
2. Implementasi Kerjasama
Mou yang dilakukan dengan 26 negara luar, mencakup beberapa hal
diantaranya: penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian. Selain
itu juga bertukar kepakaran dalam organisasi serta penanganan hukum dalam upaya
pencegahan korupsi termasuk penyesaian tindak pidana korupsi.

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 19
Daftar Pustaka
Al Haryono Jusup. 2014. Auditing Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN
Dada Samuel O, dkk. 2013. Journal Forensic Accounting a Panacea To Alleviation Of
Fraudulent Practices In Nigeria. Nigeria: International Journal Bussines Management Economic
Res
https://www.kpk.go.id
Mark F. Zimbelman,dkk. 2014. Akuntansi Forensik Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat
Presiden Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta
Randal J. Elder, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu Adaptasi Indonesia
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Theodorus M. Tuanakotta. 2014. Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif. Jakarta: Salemba
Empat
www. kamusbesar.com

Tugas Ujian Akhir Semester “Auditing Lanjutan” By Rita Sri Erviani Page 20

Anda mungkin juga menyukai