Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN SMK3 (SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA) DALAM DUNIA INDUSTRI

Oleh :

Nama Mahasiswa : Ryan Saragoza Histy


NIM : 161440036
Program Studi : Teknik Instrumentasi Kilang
Bidang Minat : Instrumentasi dan Elektronika
Tingkat : III B (Tiga)

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
PEM Akamigas

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan skala kecepatan dan kedalaman industri yang terjadi pada setiap sektor
industri telah menghadapkan tingginya tingkat resiko yang terkandung dimana akibat
kecelakaan yang ditimbulkan juga akan semakin besar. Kecelakaan yang merupakan suatu
proses gagal berfungsinya sistem pengendalian unsur-unsur kecelakaan dapat menimbulkan
berbagai bentuk kerugian, yang tidak hanya menimpa tenaga kerja akan tetapi juga dapat
mempengaruhi kelangsungan kegiatan industri dan kerusakan lingkungan serta bentuk
kerugian lainnya. Kondisi ini telah memberikan tekanan kepada para pelaku usaha yang
memaksa agar para Petugas K3 (Safety Officer / Safety Engineer) mampu bersungguh-
sungguh untuk melakukan upaya Pencegahan Kecelakaan (Accident Prevention).
Keberhasilan upaya Pencegahan Kecelakaan menuntut adanya jaminan keterlibatan
dari segenap unsur pimpinan dan seluruh tenaga kerja yang terintegrasi dalam suatu kesatuan
sistem yang terstruktur dan terukur berdasarkan tanggung jawab yang dimiliki. Dalam rangka
memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan adanya Petugas K3 (Safety Officer / Safety
Engineer) yang kompeten didalam melaksanakan tugasnya di bidang K3 guna membantu
perusahaan dalam menjamin pengelolaam penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat K3
sebagaimana tertuang dalam Prinsip Dasar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) mendapat perhatian
yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan kerja. SMK3
bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sistem Manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produkatif

2
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Berapa nilai risiko potensi bahaya dan kategori potensi bahaya kerja di perusahaan ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja di
perusahaan ?
3. Bagaimana pencapaian SMK3 yang telah diterapkan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui nilai risiko potensi bahaya kerja dan kategori potensi bahaya kerja di
perusahaan.
2. Mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan.
3. Mengetahui pencapaian SMK3 yang telah diterapkan.

3
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif
sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. Karena SMK3 bukan hanya tanggung jawab
pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan
SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri kita antara lain :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. Perawatan
terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin
lama.

2.2 Dasar Hukum Penerapan SMK3


Dasar Hukum dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) :
1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. -
Manajemen – Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan pelaksana.
3. UU No.1 tahun 1970 pasal 4 :
1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

4
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian, dan pengesahan pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang produksi teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri keselamatan tenaga kerja yang melakukannya
dan keselamatan umum.
3) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut dalam ayat
(1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
4. UU No.18 tahun 1999
PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat,
keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan
keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
PASAL 22 (l): Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para
pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan social.
PASAL 23 (2): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan
setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi PP.
NO. 28 / 2000 (Usaha & Peran Masyarakat Jakon) PP. 29 /2000 (Penyelenggaraan Jakon)
PP. 30 / 2000 (Pembinaan Jakon).
5. UU No. 28 tahun 2002 :
PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungan.
PASAL 3 (2): Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
PASAL 16 (1): Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,dan
kemudahan.
PASAL 17 (1), (3) & (4) : Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung
untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah

5
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhdaap bahaya kebakaran melalui system proteksi pasif/atau proteksi
aktif. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan bangunan gedung untuk
melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. RPP.
Persyaratan Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Peran
Masyarakat Dalam Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Pembinaan Pengelolaan
Bangunan Gedung.

2.3 Tujuan Penerapan SMK3


Tujuan Penerapan SMK3
Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:
1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2) Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi
4) Proteksi terhadap industri dalam negeri
5) Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6) Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
7) Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system
8) Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L.

2.4 Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3


Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal
100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja, wajib menerapkan SMK3 . Alasan dari penerapan SMK3 di tempat kerja karena
SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja
tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi
pekerjanya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:

6
1. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala bentuk
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan
yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat dikurangi atau
ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan bagi perusahaan,karena
pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang.
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun peraturan
atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan untuk kebaikan semua pihak. Dengan
mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan akan
lebih tertib dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa
banyak perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku
mengalami kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak permasalahan baik
dengan karyawan,pemerintah dan lingkungan setempat.
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan.
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Betapa
banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka untuk
menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat
menjamin proses yang aman,tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas dan
mengurangi produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik,karena mereka
terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat dihindari
sehingga bisa menjamin perusahaan beroperasi secara penuh dan normal untuk
menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan melakukan
audit K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja terlindungi
dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman. Tujuan mereka tidak lain
adalah untuk memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan perusahaan yang bisa
menjamin kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping itu dengan memiliki
sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat meningkatkan citra perusahaan
sehingga pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
4. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif.
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen keselamatan
akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3 ataupun OHSAS 18001
dipersyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi,sehingga segala aktivitas dan
kegiatan yang dilakukan akan terorganisir,terarah,berada dalam koridor yang teratur

7
dan dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem
disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah ketidaksesuaian.
Sehingga analisis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan melebar
menjadi tidak terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi yang tidak tepat
atau tidak menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan untuk
dilakukan perencanaan,pengendalian,tinjau ulang,umpan balik,perbaikan dan
pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif. Sistem ini
juga meminta komitmen manajemen dan partisipasi dari semua karyawan,sehingga
totalitas keterlibatan line manajemen dengan pekerja sangat dituntut dalam
menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3. Keterlibatan secara totalitas
ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk melakukan peningkatan atau
perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.

Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan SMK3
bagi industri kita antara lain:
 Manfaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
 Manfaat tidak langsung :
1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
alat semakin lama.

8
BAB 3
PEMBAHAAN

3.1 Langkah-langkah Penerapan SMK3


Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif,karena SMK3 mempunyai elemen-elemen atau
persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan.
Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam
pelaksanaanya untuk menjamin bahwa system itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat
berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.

3.1.1 Tahap Persiapan


Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi/perusahaan.
Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel,mulai dari menyatakan
komitmen sampai dengan kebutuahn sumber daya yang diperlukan,adapun tahap persiapan
ini,antara lain:
1. Komitmen manajemen puncak.
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan

3.1.2 Tahap pengembangan dan penerapan


Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi/perusahaan
dengan melibatkan banyak personel,mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan
sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.

 Langkah 1. Menyatakan Komitmen


Pernyataan komintmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah Sistem
Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh manajemen puncak.
Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komintmen terhadap
system manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari bahwa merekalah
yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem K3.
Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga
harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui,dipelajari,dihayati dan dilaksanakan oleh
seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui bahwa
tanggung jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja.
Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya
manajemen membuat cara untuk mengkomunikasikan komitmennya ke seluruh jajaran
dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna menyampaikan
komitmen manajemen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.

 Langkah 2. Menetapkan Cara Penerapan


Dalam menerapkan SMK3,perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi sehingga
dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara efektif,sehingga dapat
memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas dapat
memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa terpengaruh oleh
persaingan antar kelompok didalam organisasi/perusahaan.
3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga perusahaan yang
meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen K3 namun karena desakan
tugas-tugas yang lain di perusahaan,akibatnya tidak punya cukup waktu.

 Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan.


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja
tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Biasanya manajer unit kerja,hal ini
penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang
bersangkutan.
 Langkah 4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber daya disini mencakup orang/personel,perlengkapan,waktu dan dana. Orang yang
dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi diluar tugas-tugas pokoknya
dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan
kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk
mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah waktu. Waktu yang
diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam penerapan,mulai
mengikuti rapat,pelatihan,mempelajari bahan-bahan pustaka,menulis dokumen mutu sampai
menghadapi kegiatan audit assessment. Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan sekedar
kegiatan yang dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang
lebih satu tahun perusahaan harus siap menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang
seharusnya dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau beroperasi banyak terserap ke
proses penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan
dan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di perlukan adalah dengan membayar
konsultan (bila menggunakan konsultan),lembaga sertifikasi,dan biaya untuk pelatihan
karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3 ini
perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki. Sebagai
contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan diatas rata-
rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan,perusahaan tentu harus menyediakan
peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat pengukur
tingkat kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu
besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-masing
perusahaan.

 Langkah 5. Kegiatan penyuluhan


Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personel
perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan
dalam perusahan memlalui program penyuluhan.
Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan,antara lain:
1. Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan Sistem
Manajemen K3 bagi kinerja perusahaan.
2. Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi,manajer,staf dan seluruh jajaran
dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan standar system ini.
Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,misalnya dengan
pernyataan komitmen manajemen,melalui ceramah,surat edaran atau pembagian buku-buku
yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

 Langkah 6. Peninjauan sistem


Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk meninjau
system yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada
dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan
meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan
1. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten prosedur atau
instruksi kerja dari OHAS 18001 atau Permenaker 05/men/1996.
2. Perusahaan belum memiliki dokumen,tetapi sudah menerapkan sebagian atau seluruh
persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.
3. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan standar
Sistem Manajemen K3 yang dipilih.

 Langkah 7. Penyusunan jadwal kegiatan


Setelah melakukan peninjauan system maka kelompok kerja dapat menyusun suatu
jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Ruang lingkup pekerjaan
Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan beberapa banyak yang harus disiapkan dan
berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa,disempurnakan,disetujui dan diaudit.
Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan,semakin lama waktu penerapan yang
diperlukan.
Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Kemampuan disini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti diketahui bahwa
tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para anggota kelompok kerja dan
manajemen representative. Mereka masih mempunyai tugas dan tanggung jawab lain diluar
penerapan standar Sistem Manajemen K3 yang kadang-kadang juga sama pentingya dengan
penerapan standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha perusahaan seperti
pencapaian sasaran penjualan,memenuhi jadwal dan taget produksi.
Keberadaan proyek
Khusus bagi perusahaan yang kegiatanya berdasarkan proyek (misalnya kontraktor dan
pengembangan),maka ketika menyusun jadwal kedatangan asesor badan sertifikasi,pastikan
bahwa pada saat asesor datang proyek yang sedang dikerjakan.

 Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem Manajemen
K3 antara lain mencakup dokumentasi,pembagian kelompok,penyusunan bagan
air,penulisan manual Sistem Manajemen K3,Prosedur,dan instruksi kerja.

 Langkah 9. Penerapan Sistem


Setelah semua dokumen selesai dibuat,maka setiap anggota kelompok kerja kembali ke
masing-masing bagian untuk menerapkan system yang ditulis. Adapun cara penerapannya
adalah:
1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan mengenai
isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan
masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis operasional.
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba menerapkan
hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang dijumpai harus
dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti
pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan system ini
sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai efektif
tidaknya system yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu
yang digunakan untuk menyempurnakan system dan memodifikasi dokumen.
Dalam praktek pelaksanaannya,maka kelompok kerja tidak harus menunggu seluruh
dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup salah satu elemen standar
maka penerapan sudah dapat dimulai dikerjakan. Sementara proses penerapan system
berlangsung,kelompok kerja dapat tetap melakukan pertemuan berkala untuk memantau
kelancaran proses penerapan system ini. Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat
dijalankan dengan baik maka proses system ini relative lebih mudah dilaksanakan.
Penerapan system ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit
internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti ( dalam bentuk
rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta
modifikasi dokumen.

 Langkah 10. Proses sertifikasi


Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya Sucofindo melakukan
sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996. Namun Untuk OHSAS 18001:1999
organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk itu
organisasis disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS 108001 yang paling tepat.

3.2 Langkah-langkah Pengembangan SMK3


Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar.
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundang-undangan dan standar
K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk
mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil
identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3.
Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam
bentuk buku saku yang selalu dibawa oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami
peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada
setiap tenaga kerja.
2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan
Pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan
keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua ketentuan K3
yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua
pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok.
3. Mengorganisasikan, untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan peran serta
semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top Manajemen menempatkan organisasi
K3 diperusahaan serta dukungan yang diberikan merupakan pencerminan dari komitmen
terhadap K3.
4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
5. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang memadai
sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan.
6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif yang
didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena didasarkan
kepada upaya dari keseluruhan system.
7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh.
Dengan melaksana-kan audit K3, manajemen dapat me-meriksa sejauh mana organisasi telah
melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang
masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada
pengorganisasian, atau pada perencanaan dan pelaksanaannya.
BAB 4
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan efisiensi dan peningkatan
produktivitas kerja baik oleh perusahaan maupun pekerja secara professional. Upaya
penerapan perlindungan tenaga kerja dari bahaya akibat kerja , pencapaian derajat
kesehatan dan keselamatan yang tinggi serta tingkat kenyamanan kerja melalui penerapan
SMK3 pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas.
2. Penerapan SMK3 di industri meliputi dua tahap yakni tahap persiapan dan tahap
pengembangan dan penerapan yang terdiri dari sepuluh langkah: menyatakan komitmen,
menetapkan cara penerapan, membentuk kelompok kerja penerapan, kegiatan penyuluhan,
peninjauan sistem, penyusunan jadwal kegiatan, pengembangan sistem manajemen K3,
penerapan sistem, dan proses sertifikasi.
3. OHSAS 18001 dan SMK3 memberikan kita sebuah instrumen dalam mengatur dan
mengendalikan resiko kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan kinerjanya.
Pemenuhan persyaratan tersebut diharapkan dapat mengurangi kecelakaan dan
meningkatkan effisiensi kinerja yang ada. Selain itu, dengan diraihnya sertifikasi OHSAS
18001 & SMK3, perusahaan diharapkan mampu mendemonstrasikan komitmennya dalam
lingkungan kerja yang aman dan menjaga karyawan terhadap kecelakaan pada saat kerja.

5.2 Saran
a. Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, terdapat beberapa program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan (K3L) yang belum sesuai
dengan kriteria nilai tertinggi dari standar penilaian BP Migas KPTS-
13/BP00000/2006-S8 mengenai Contractor Safety Management System. Untuk
meningkatkan nilai prakualifikasi, maka disarankan bagi perusahaan untuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramli, Suhatman, Contractor Safety Management System, Jakarta, 2008


2. Falenshina, Nizhenifa, Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS)
Terhadap Kontraktor Project TA Unit CD III PT. Pertamina RU III Palembang, Depok, FKM
UI, 2012.
3. http://keuanganlsm.com/apa-itu-key-performance-indicator-kpi/
4. https://id.scribd.com/document/129250873/Key-Performance-Indicator
5. https://id.scribd.com/document/334498583/IKU-IKK-KPI-Indikator-Kinerja-Utama-IKU-
Indikator-Kinerja-Kunci-IKK-Key-Performance-Indicator

Anda mungkin juga menyukai