Pembimbing
dr. Nuri Dyah Indrasari, SpPK(K)
2
respon imun dari pasien untuk meningkatkan keberhasilan jangka panjang tindakan
transplantasi tersebut.2-3,7
Elecsys everolimus assay dapat digunakan untuk menentukan kadar everolimus dalam
darah pasien secara immunoassay kuantitatif in vitro dengan prinsip
electrochemiluminescence immunoassay menggunakan reagen Elecsys dan Alat Cobas e
immunoassay analyzer (Cobas e 411). 11,18-19
Alat ARCHITECT ci 8200 merupakan alat pemeriksaan kadar obat siklosporin dalam
darah yang digunakan pada laboratorium pusat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM). Saat ini belum didapat informasi mengenai kesesuaian hasil pemeriksaan kadar
obat siklosporin dengan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411
dengan alat ARCHITECT yang dipakai di RSCM. Terkait hal tersebut, penelitian ini
bertujuan menguji kesesuaian hasil pengukuran kadar obat everolimus dalam darah
menggunakan Elecsys everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap metode
LC-MS/MS sebagai baku emas serta kesesuaian hasil pengukuran kadar obat siklosporin
dalam darah dengan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap
alat ARCHITECT ci 8200 .11,18-19
3
Mendapatkan gambaran kinerja dari kit Elecsys cyclosporine assay menggunakan
alat Cobas e 411 untuk pemeriksaan kadar obat siklosporin dalam darah pasien di
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Mendapatkan data hasil pemeriksaan kadar obat everolimus dalam darah pasien di
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Mendapatkan data hasil pemeriksaan kadar obat siklosporin dalam darah pasien di
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Mengetahui kesesuaian hasil pengukuran kadar obat everolimus dalam darah
menggunakan Elecsys everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap
metode LC-MS/MS sebagai baku emas di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Mengetahui kesesuaian hasil pengukuran kadar obat siklosporin dalam darah
dengan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap alat
ARCHITECT ci 8200
Mengetahui perbedaan hasil pengukuran kadar obat everolimus dalam darah
menggunakan Elecsys everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap
metode LC-MS/MS sebagai baku emas di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan hasil pengukuran kadar obat siklosporin
dalam darah dengan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411
terhadap alat ARCHITECT ci 8200
Apabila diketahui kesesuaian hasil pengukuran kadar obat everolimus dalam darah
menggunakan Elecsys everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap metode
LC-MS/MS sebagai baku emasnya, maka Elecsys everolimus assay dengan alat Cobas e
411 dapat direkomendasikan untuk pemeriksaan kadar obat everolimus dalam darah
pasien di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
4
Apabila diketahui kesesuaian hasil pengukuran kadar obat siklosporin dalam darah
dengan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap alat
ARCHITECT ci 8200, alat Cobas e 411 dapat direkomendasikan sebagai dasar
pertimbangan pilihan alternatif alat untuk pemeriksaan kadar obat siklosporin dalam
darah pasien di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Everolimus
6
terikat pada eritrosit dan sisa fraksi everolimus sebagian besar berikatan dengan protein
plasma. Waktu paruh eliminasi everolimus pada pasien transplantasi ginjal berkisar
antara 18-35 jam dan 35-40 jam pada pasien dengan transplantasi hepar.5
Efek samping yang paling umum everolimus untuk terapi imunosupresif adalah :
edema perifer, sembelit, hipertensi, mual, anemia, infeksi saluran kemih, dan
hyperlipidemia. Efek samping yang lebih serius meliputi : peningkatan risiko infeksi
oportunistik, perkembangan limfoma, thrombosis graft, pemanjangan waktu
penyembuhan luka operasi, nefrotoksisitas, dan kejadian diabetes mellitus baru pasca
transplantasi.2,7
Karena terdapat efek samping, rentang terapeutik yang sempit, dan variabilitas antar
pasien serta interaksi obat yang signifikan pada pemberian everolimus pasca transplantasi
menyebabkan pemeriksaan kadar obat everolimus dalam darah pasien yang menjalani
tindakan transplantasi organ sangat penting.4
7
Jenis Deskripsi Mekanisme kerja Toksisitas
Imunosupresan
Antibiotik makrolid
Sirolimus dari S. Berikatan dengan Sama dengan
(Rapamycin) hygroscopicus dari FKBP12, kompleks siklosporin namun
akan mengikat
eastern island kejadian lebih jarang
calcineurin fosfatase
(Rapa Nilu)
dan menghambat
(aktivasi) sel T
Mycophenolate
Menghambat Sindroma
mofetil
8
sintesis guanosin gastrointestinal,
monofosfat dan anemia dan
menghambat neutropenia
sintesis purin,
mencegah
proliferasi sel T dan
sel B
9
2.2 Siklosporin
Siklosporin merupakan obat imunosupresan dari generasi yang lebih awal dikenal, yang
juga sering digunakan pada pasien psoriasis, dermatitis atopik lanjut, rheumatoid arthritis dan
pasien sindroma nefrotik. Siklosporin merupakan inhibitor dari calcineurin dengan cara
berikatan dengan calcineurin, mencegah defosforilasi protein regulator dan menurunkan
transkripsi IL-2, IL-4, INF-γ dan TNF-α Mekanisme kerja dari siklosporin adalah
menghambat produksi IL-2 oleh penghambat calcineurin. Inhibisi calcineurin, menyebabkan
berkurangnya aktivitas faktor transkripsi NFAT, serta menghambat produksi IFN-γ oleh
limfosit T. Efek klinis yang dihasilkan antara lain adalah penurunan proliferasi sel T,
penururnan HLA-DR, serta menghambat transkripsi sel proinflamasi seperti GM-CSF, IL-1,
IL-3, IL-4, IL-5. IL 6, IL-8, dan juga TNF α.7
Siklosporin sebagaimana obat imunosupresan lain memiliki rentang terapeutik yang
sempit, serta beberapa efek samping yang bervariasi antar pasien. Nefrotoksisitas dan
hipertensi merupakan efek samping yang paling penting pada penggunaan siklosporin yang.
risiko kejadiannya meningkat sesuai dengan peningkatan dosis serta durasi terapi.
Peningkatan kejadian hipertensi selama penggunaan siklosporin terjadi akibat efek
vasokonstriksi pada otot vaskuler halus di ginjal serta disfungsi ginjal. Risiko peningkatan
kejadian karsinoma ditemukan pada beberapa pasien dengan terapi siklosporin jangka
panjang. Hiperlipidemia merupakan efek samping yang umum akibat penggunaan
siklosporin, sehingga intervensi awal harus dimulai dengan perubahan diet dan peningkatan
aktivitas fisik. Penyesuaian dosis siklosporin dan pengurangan sumber lipid dipertimbangkan
sebagai penatalaksanaan efek samping tersebut. Penting untuk mewaspadai interaksi obat
antara statin (termasuk simvastatin dan atorvastatin) dengan siklosporin. Penggunaan regimen
statin bersamaan dengan siklosporin dikatakan meningkatkan risiko kejadian rhabdomiolisis.
Parestesis, tremor, sakit kepala, mual, dan malaise biasanya hilang dengan sendirinya setelah
beberapa minggu pengobatan. Ditemukan beberapa kejadian hipertrikosis, hiperplasia
gingiva, hiperurisemia, dan artritis gout serta hipomagnesemia pada penggunaan terapi
siklosporin.7-8,27
Penggunaan siklosporin bersama dengan obat lain berpotensi meningkatkan kejadian
interaksi obat, antara lain :
10
Kelompok interaksi obat Jenis Obat
Obat yang meningkatkan kadar siklosporin (potensi toksik); inhibisiCYP 34A*
Kortikosteroid Deksametason,metilprednisolon
Diuresis Tiazid, furosemide
Lainnya Alopurinol
Obat yang menurunkan kadar siklosporin (penurunan efektivitas); induksi CYP34A*
Antibakteri-Beta lactam Nafcilin
Antibakteri-rifampicin Rifabutin,rifampin,rifapentin
Antikejang Karmbamazepin, fenobarbita, fenitoin, asam
valproate
Anti jamur lain Griseofulvin
Obat HIV Efavirenz
Retinoid Beksaroten
Penggunaan bersamaan dengan siklosporin mungkin meningkatkan kadar obat
11
Statin Atorvastin, lovastatin, simvastatin; risiko
menyebabkan rabdomiolisis
12
6. Tes laboratorium lain : magnesium, potassium, dan asam urat (berhubungan
dengan pasien dengan risiko gout)
7. Pemeriksaan data baseline kadar obat siklosporin dalam darah.
Panduan monitor siklosporin pada terapi lanjutan meliputi evaluasi ulang pasien setiap 2
minggu selama 1-2 bulan, dilanjutkan setiap sebulan selama penggunaan siklosporin,
antara lain :
Cek tekanan darah pada tiap kunjungan
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan setiap 2 minggu untuk 1-2 bulan kemudian
dilanjutkan setiap sebulan selama penggunaan siklosporin :
1. Fungsi ginjal-serum kreatinin,BUN
2. Hitung jenis
3. Pemeriksaan integritas sel hati (AST dan ALT)
4. Pemeriksaan profil lipid
5. Tes laboratorium lain : magnesium, potassium, dan asam urat (berhubungan
dengan pasien dengan risiko gout
6. Pemeriksaan kadar obat siklosporin dalam darah.
7. Creatinine clearance (pertimbangkan jika >6 bulan terapi)
8. Biopsi ginjal (sangat jarang)
13
Gambar 2.1 Prinsip dasar ECLIA
Spesimen beku reagen, kalibrator dan kontrol juga dibuat menjadi suhu ruangan (20o
25oC), kemudian disiapkan sebagai larutan kerja sesuai petunjuk pada leaflet.
Tahapan pemeriksaan ECLIA adalah sebagai berikut:
Reagen diletakkan pada disk reagen, kalibrator diletakkan pada disk spesimen.
Lakukan kalibrasi reagen. Letakkan kontrol dan spesimen pada disk spesimen.
Lakukan pemeriksaan spesimen.
Inkubasi pertama: antigen dari spesimen, antibodi biotinilasi poliklonal spesifik β-
CrossLaps dan antibodi monoklonal spesifik β-CrossLap yang telah dilabel dengan
kompleks ruthenium membentuk kompleks sandwich.
Inkubasi kedua: setelah penambahan mikropartikel yang dilapisi oleh streptavadin
terjadi kompleks antigen antibodi melalui interaksi biotin dan streptavadin.
Gabungan reaksi ini diaspirasikan kedalam sel pengukur elektrokimia dimana
substansi yang tidak terikat dicuci kemudian dipindahkan oleh buffrer procell.
Sedangkan kompleks imun yang terbentuk akan ditangkap secara magnetis. Aplikasi
dari voltase ke elektroda kemudian menginduksi emisi cahaya chemiluminesence
yang diukur dengan photomultiper.
Hasilnya ditentukan melalui kurva kalibrasi yang dibuat secara spesifik oleh
instrumen dengan cara kalibrasi 2 titik terhadap kurva master yang tersedia melalui
barcode reagen.11,18-19
14
2.3.2 Metode LC-MS/MS
Analit bersam dengan eluen akan memasuki kapilari alat, kemudian di dalam kapilari
terdapat anoda (kutub negatif) dan katoda (kutub negatif) yang berfungsi menjaga
spesifitas muatan pada saat penyemprotan agar terbentuk microdroplet. Analit dan
pelarut (eluen) kemudian disemprotkan melalui cone dan akan terbentuk microdroplet
yang akan mengalami tahap evaporasi pelarut untuk mengurangi jumlah pelarut pada
analit. Microdroplet akan masuk ke dalam cone dimana di sisi kiri dan kanannya
mengalir gas Nitrogen (N2) yang berfungsi menstabilkan analit dan mencegah
interferensi oksigen. Microdroplet tersebut kemudian ditransfer melalui lubang kapiler
untuk dianalisis menggunakan spectrometer massa.21-23
15
Gambar 2.3 Proses pemisahan analit pada Liquid Chromatography
Mass spectrometry ialah suatu instrumen analitik yang mengionisasi molekul dan
memisahkan dan mengukur berdasarkan mass to charge ratio (m/z) dari molekul dan
fragment dari molekul tersebut yang berguna untuk mengidentifikasi campuran dan
menilai komposisi dan struktur dari campuran organik dan inorganik secara kualitatif
dan kuantitatif.26
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan penyajian data secara
deskriptif dan analitik
17
spesimen darah lengkap K2/K3EDTA dengan permintaan pemeriksaan kadar obat
siklosporin.
3.6.1.1. Prinsip pemeriksaan Elecsys everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411
Metode: Electrochemiluminescence immunoassay/ECLIA
1. Panduan presipitasi : Persiapan pemeriksaan dengan Elecsys everolimus assay,
dilakukan perlakuan pendahuluan pada spesimen, kalibrator dan kontrol
menggunakan Elecsys ISD Sample Pretreatment. Pelisisan sel, ekstrak everolimus,
dan endapan dari sebagian besar protein darah. Elecsys ISD Sample Pretreatment
merupakan reagen diagnostik in vitro yang untuk ekstraksi analit spesifik dari
spesimen yaitu siklosporin, tacrolimus, everolimus, dan sirolimus dari darah
manusia untuk menentukan konsentrasi dari analit. Reagen ini digunakan
bersamaan dengan immunoassay yang dispesifikasi pada alat Elecsys dan Cobas e,
dapat digunakan bersamaan dengan pengujian Elecsys Cyclosporine, Elecsys
18
Tacrolimus, dan Elecsys Sirolimus. ISD Sample Pretreatment dilabel sebagai ISD
Sample PT, berisi larutan seng sulfat dalam methanol dan etilen glikol (30 mL).
Stabilitas reagen selama 84 hari setelah pertama kali dibuka, dan selama 2 jam
dalam keadaan terbuka secara terus menerus.
2. Spesimen yang telah mendapatkan pre-treatment kemudian disentrifugasi, diambil
supernatannya lalu supernatant yang mengandung everolimus diperiksa kadarnya
menggunakan Elecsys everolimus assay. Prinsip kompetisi dengan lama
pemeriksaan ± 18 menit.
20
Campur spesimen yang telah dicairkan dengan sempurna secara manual, atau
menggunakan roller mixer / rocker. Periksa spesimen secara visual, jika terdapat lapisan
atau stratifikasi, terus lakukan homogenisasi.
Tidak boleh menggunakan spesimen yang diinaktifkan dengan pemanasan dan tidak
boleh menggunakan spesimen dan kontrol yang distabilkan dengan azida.
Pastikan spesimen, kalibrator, dan kontrol berada dalam rentang suhu 20-25 ̊ C sebelum
pengukuran.
Spesimen yang telah mendapatkan pre-treatment harus segera dianalisis dalam waktu 30
menit setelah botol dibuka dan ditempatkan dalam analyzer. Hindari penundaan antara
penempatan botol kedalam analyzer dan pengukuran untuk memastikan stabilitas
spesimen
Kit Reagen :
- REF 05889073190 ISD Sample Pretreatment, 1x 30 mL
- REF 06633196190 Everolimus CalSet, 6 x 1.0 mL
- REF 07294131190 PreciControl Everolimus, 3 x 3.0 mL
- REF 11732277122 Diluent Universal 2 x 16 mL sample diluent, atau
- REF 03183971122 Diluent Universal 2 x 36 mL sample diluent, atau
- REF 05192943190 Diluent Universal 2 x 36 mL sample diluent
- REF 11776576322 CalSet vial, 2 x 56 botol kosong bertutup snap-cap
- Peralatan laboratorium standar
- Pipet presisi (hanya gunakan positive displacement pipettes untuk penanganan
reagen ISD Sample Pretreatment)
- Tabung microsentrifuge (setidaknya 10.000 G)
- Vortex mixer
- Roller mixer/rocker
- Cobas e 411 analyzer
- REF 11662988122 ProCell, 6 x 380 mL system buffer
- REF 11662970122, CleanCell 6 x 380 mL larutan pencucian pengukuran sel
- REF 11930346122, Elecsys SysWash, 1 x 500 mL bahan aditif wash water
- REF 11933159001, Adapter untuk SysClean
- REF 11706802001, Elecsys 2010 AssayCup, 60 x 60 reaction vessels
- REF 11706799001, Elecsys 2010 AssayTip, 30 x 120 pippette tips
21
- REF 11298500316, ISE Cleaning Solution/Elecsys SysClean, 5 x 100 mL system
cleaning solution
23
Pengujian
Menggunkan alat Cobas e 411 secara otomatis akan mengatur suhu reagen dan
membuka/menutup botol
Kalibrasi
Metoda kalibrasi telah dibakukan terhadap kalibrator induk yang diproduksi secara
gravimetri, terdiri dari zat murni dengan konsentrasi everolimus yang tepat dalam
matriks darah manusia. Setiap set reagen elecsys memiliki label barcode yang berisi
informasi spesifik untuk kalibrasi lot reagen tertentu. Kurva master yang telah
ditetapkan disesuaikan dengan mesin analyzer menggunakan CalSet yang
bersangkutan.
Everolimus CalSet merupakan kalibrator yang telah diliofilisasi, berasal dari darah
manusia dengan penambahan everolimus dalam dua rentang konsentrasi. CalSet
dapat digunakan dengan semua lot reagen.
Reagen-larutan kerja
1. EVL Cal1 : 3 botol, masing-masing mengandung 1.0 mL kalibrator 1
2. EVL Cal2 : 3 botol, masing-masing mengandung 1.0 mL kalibrator 2
Everolimus dalam dua rentang konsentrasi (± 1ng/mL dan ±25 ng/mL) dalam
matriks darah manusia; pengawet.
Nilai baku kalibrator lot spesifik dikodekan dalam barcode serta dicetak pada
lampiran lembar barcode atau tersedia secara elektronik.
Pencegahan dan peringatan
Kalibrator digunakan untuk diagnosis in vitro
Lakukan pencegahan dan penanganan umum reagen laboratorium
Material safety data sheet tersedia berdasarkan permintaan
Penanganan dan pembuangan limbah sesuaidengan SPO RSCM
Semua produk yang berasal dari manusia berpotensi infeksius
Semua produk yang berasal dari manusia disiapkan secara khusus dari darah donor
yang masing-masing telah diuji dan dinyatakan bebas dari HBsAg dan antibodi
terhadap HCV dan HIV. Metode pemeriksaan yang digunakan telah disetujui oleh
FDA atau dipastikan sesuai dengan European Directive 98/79/EC, lampiran II, daftar
A, namun demikian, karena tidak ada metode pengujian yang dapat menyingkirkan
potensi risiko infeksi dengan kepastian yang mutlak, setiap materi harus ditangani
24
dengan tingkat perlakuan yang sama sebagai spesimen dari pasien, jika terjadi
paparan, tangani sesuai dengan SPO RSCM.
Hindari terbentuknya busa pada semua reagen, spesimen, kontrol, dan kalibrator.
Penanganan
Larutkan isi dari satu botol kalibrator dengan menambahkan tepat 1.0 mL air suling
atau air deionisasi. Biarkan sampai terlarut sempurna dengan kondisi tertutup selama
30 menit pada putaran yang menetap secara perlahan menggunakan rotator sampai
didapatkan solusi yang terlarut sempurna, hindari terbentuknya busa. Pindahkan
alikuot (300 µL) kalibrator yang telah dilarutkan ke dalam 2.0 mL tabung
mikrosentrifus. Alikuot yang akan disimpan harus segera dibekukan pada suhu -20
C. Setiap prosedur kalibrasi haruslah melalui tahapan proses pre-treatment terlebih
dahulu sesuai prosedur pre-treatment Elecsys Everolimus, kemudian pindahkan
supernatan kedalam botol snap-cap kosong yang telah dilabel (Vial CalSet). Lakukan
hanya satu prosedur kalibrasi per alikuot penanganan
Penyimpanan dan stabilitas
- Pada suhu -20 ̊C stabil selama 28 hari (dibekukan hanya satu kali)
25
Menggunakan PreciControl Everolimus yang sudah melalui proses penanganan awal
sebelum dilakukan pengukuran. Kontrol untuk berbagai rentang konsentrasi harus
dijalankan secara individual setidaknya setiap 24 jam bila tes digunakan secara rutin,
sekali setiap penggunaan per kit reagen, dan mengikuti setiap kalibrasi yang dilakukan.
Interval kontrol dan batasannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
laboratorium, setiap laboratorium harus menetapkan langkah-langkah perbaikan yang
harus diambil jika nilainya berada diluar rentang batas yang ditentukan.
Program pemantapan mutu mengikuti SPO pemantapan mutu RSCM.
PreciControl Everolimus adalah kontrol yang telah diliofilisasi berasal dari darah
manusia dalam tiga rentang konsentrasi. Kontrol digunakan untuk memantau
keakuratan dan presisi dari Elecsys Everolimus Immunoassay.
Reagen-larutan kerja
26
Larutkan isi dari satu botol kontrol dengan menambahkan tepat 3.0 mL air suling atau
air deionisasi. Biarkan sampai terlarut sempurna dengan kondisi tertutup selama 30
menit pada putaran yang menetap secara perlahan menggunakan rotator sampai
didapatkan solusi yang terlarut sempurna, hindari terbentuknya busa. Pindahkan alikuot
(300 µL) kontrol yang telah dilarutkan ke dalam 2.0 mL tabung mikrosentrifus. Alikuot
yang akan disimpan harus segera dibekukan pada suhu -20 ̊C. Setiap prosedur quality
control haruslah melalui tahapan proses pre-treatment terlebih dahulu sesuai prosedur
pre-treatment Elecsys Everolimus, kemudian pindahkan supernatan kedalam botol snap-
cap kosong yang telah dilabel (Vial ControlSet). Lakukan hanya satu prosedur kontrol
per alikuot penanganan
Penyimpanan dan stabilitas
- Pada suhu -20 ̊C stabil selama 28 hari (dibekukan hanya satu kali)
Pastikan kontrol berada pada suhu 20-25 ̊C sebelum dilakukan proses pre-treatment.
Perlakukan kontrol yang telah dilakukan proses pre-treatment seperti spesimen pasien.
Jalankan kontrol setiap hari secara parallel dengan spesimen pasien, sekali per kit
reagen, dan mengikuti kalibrasi, interval kontrol dan batasannya disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing laboratorium.
Kalkulasi
Mesin analyzer akan menghitung secara otomatis konsentrasi analit dari masing-
27
Faktor konversi : ng/mL x1.0 = µg/L
ng/mL x 1.044 = nmol/L
Keterbatasan-interferensi
Interferensi dengan substansi endogen, obat-obatan dan kondisi klinis
Kriteria : cakupan dalam ± 0.60 ng/mL (rentang konsentrasi ≤ 3.0 ng/mL) atau dalam
±20 % (rentang konsentrasi > 3.0 ng/mL) dari nilai awal. Spesimen sebaiknya tidak
diambil dari pasien yang menerima terapi biotin dosis tinggi (> 5 mg/hari) sampai
setidaknya 8 jam setelah pemberian biotin terakhir.
Tes in vitro yang dilakukan pada 13 substansi endogen tersebut tidak ditemukan
interferensi.
Senyawa obat-obatan
Kriteria : cakupan dalam ± 0.60 ng/mL (rentang konsentrasi ≤ 3.0 ng/mL) atau dalam
Flucytosine 40 µg/mL
Itrakonazole 10 µg/mL
Ketokonazole 50 µg/mL
Lidokain 6 mg/dL
Monophenolic acid glucoronide 1800 µg/mL
Nitrofurantoin 6 µg/mL
Fenobarbital 15 mg/dL
Spektinomisin 100 µg/mL
Tacrolimus 60 ng/mL
Tobramisin 2 mg/dL
Trimethoprim 40 µg/mL
Vankomisin 6 mg/dL
29
Tes in vitro dilakukan pada 16 senyawa obat-obatan yang umum digunakan, tidak ditemukan
adanya gangguan dengan pengujian ini. Dapat terjadi gangguan karena titer yang sangat
tinggi dari antibodi terhadap antibody analit spesifik streptavidin atau ruthenium pada kasus
yang sangat jarang.
Batasan dan Rentang
Rentang Pengukuran
0.5-30 ng/mL didefinisikan sebagai batas deteksi dan batas maksimum kurva master. Nilai
dibawah batas deteksi dilaporkan sebagai < 5 ng/mL, dan nilai diatas rentang pengukuran
dilaporkan sebagai > 30 ng/mL.
Pengukuran batas bawah :
Limit of blank : 0.4 ng/mL adalah nilai persentil ke- 95 pengukuran dari n ≥ 60 spesimen
yang bebas analit selama beberapa seri terpisah. Limit of blank dikaitkan dengan konsentrasi
spesimen rendah bebas analit yang ditemukan dengan probabilitas 95 %.
Limit of detection : 0.5 ng/mL ditentukan berdasarkan limit of blank dan standar deviasi dari
spesimen konsentrasi rendah. Limit of detection sesuai dengan konsentrasi terendah analit
yang dapat dideteksi.
Limit of quantitation : 1.0 ng/mL didefinisikan sebagai jumlah terendah dari analit spesimen
31
rasio m/z yang tidak diinginkan akan dibuang, sedangkan molekul atau analit dengan m/z
rasio yang diinginkan akan diteruskan ke detektor. Detektor akan menghasilkan puncak-
puncak apabila molekul yang diinginkan terdapat pada spesimen.15-16,26
3.6.2.1. Prinsip pemeriksaan Elecsys cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411
1. Panduan presipitasi : Persiapan pemeriksaan dengan Elecsys cyclosporine assay,
dilakukan perlakuan pendahuluan pada spesimen, kalibrator dan kontrol
menggunakan Elecsys ISD Sample Pretreatment. Pelisisan sel, ekstrak everolimus,
dan endapan dari sebagian besar protein darah. Elecsys ISD Sample Pretreatment
merupakan reagen diagnostik in vitro yang untuk ekstraksi analit spesifik dari
spesimen yaitu siklosporin, tacrolimus, everolimus, dan sirolimus dari darah manusia
untuk menentukan konsentrasi dari analit. Reagen ini digunakan bersamaan dengan
immunoassay yang dispesifikasi pada alat Elecsys dan Cobas e 411, dapat digunakan
bersamaan dengan pengujian Elecsys Everolimus, Elecsys Tacrolimus, dan Elecsys
Sirolimus. ISD Sample Pretreatment dilabel sebagai ISD Sample PT, berisi larutan
seng sulfat dalam methanol dan etilen glikol (30 mL).18
2. Prosedur pemeriksaan : spesimen yang telah mendapatkan pre-treatment diinkubasi
dengan cyclosporine specific biotinylated antibody dan Ru-labelled cyclosporine
selama 9 menit. Kemudian ditambahkan mikropartikel magnetik berlapis streptavidin
lalu diinkubasi kembali selama 9 menit. Selama inkubasi kedua, seluruh kompleks
akan terikat pada fase padat melalui interaksi biotin dan streptavidin. Campuran
pereaksi disedot kedalam pengukur sel, dimana mikropartikel secara magnetis
ditangkap ke permukaan elektroda. Substansi yang tidak terikat kemudian dibuang
32
dengan ProCell/ProCell M. Pemberian suatu voltase ke elektroda selanjutnya
menginduksi emisi chemiluminescent yang selanjutnya diukur menggunakan
photomultiplier1.16-18
3. Hasil akan ditentukan melalui kurva kalibrasi dimana mesin secara spesifik
menghasilkan dua titik kalibrasi dan kurva master yang tersedia melalui barcode
reagen.16-18
darah dengan anti koagulan EDTA dengan 100 µL reagen pelarut dan 400 µL reagen
presipitasi yang mengandung methanol, saponin, dan seng sulfat. Selanjutnya
dilakukan sentrifugasi untuk menyingkirkan presipitat protein dan debris sel.
Kemudian dilakukan pemeriksaan pada supernatan yang jernih menggunakan alat
Architect ci 8200
2. Alat akan mencampurkan ekstrak dari darah dengan mikropartikel magnetik yang
dilapisi antibodi anti-siklosporin (mouse), lalu dilakukan pencucian dan inkubasi
dengan cyclosporine-acridinium tracer
3. Setelah proses pencucian kedua, sinyal chemiluminescent diukur dan konsentrasi
siklosporin dikalkulasi dari kurva kalibrasi yang telah tersimpan secara otomatis pada
alat. Kalibrator siklosporin diuji secara duplo pada konsentrasi 0,40,150,400,800, dan
1500 ng/mL untuk mendapatkan informasi dari kurva kalibrasi.21-22
33
3.7. ALUR PENELITIAN
Kriteria masukan :
Spesimen yang diperiksa kadar obat everolimus
Everolimus Everolimus
diperiksa dengan diperiksa
dengan metode Tidak diikutkan
Cobas e 411
LC-MS/MS penelitian
Pencatatan hasil
Uji statistik
34
3.7.2. Pemeriksaan Siklosporin
Kriteria masukan :
Spesimen yang diperiksa kadar obat siklosporin
Siklosporin Siklosporin
diperiksa dengan diperiksa
dengan Tidak diikutkan
Cobas e 411
Architect ci penelitian
8200
Pencatatan hasil
Uji statistik
35
3.8 PENGOLAHAN DATA
Perbandingan kedua alat diukur menggunakan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS) ver.20. Pada analisis data, uji ketelitian dan ketepatan diukur dengan
menghitung rerata (mean), standar deviasi (SD), CV dan penyimpangan (d). Uji normalitas
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. 30-31
Data disajikan dalam rerata dan simpang baku bila distribusi normal atau dalam nilai median
dan rentang minimal-maksimal bila data tidak terdistribusi normal. 25
Pilihan uji korelasi hasil pemeriksaan kadar obat everolimus antara Elecsys everolimus
assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap metode LC-MS-MS sebagai baku emas adalah
uji Pearson jika distribusi data normal atau uji Spearman jika tidak terdistribusi normal.
Metode Bland-Altman digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian hasil pemeriksaan
kadar obat everolimus antara kedua alat tersebut berdasarkan nilai bias dan limits of
agreement. 33
Pilihan uji korelasi hasil pemeriksaan kadar obat siklosporin antara Elecsys cyclosporine
assay menggunakan alat Cobas e 411 terhadap alat Architect ci 8200 adalah uji Pearson jika
distribusi data normal atau uji Spearman jika tidak terdistribusi normal. Metode Bland-
Altman digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian hasil pemeriksaan kadar obat
siklosporin antara kedua alat tersebut berdasarkan nilai bias dan limits of agreement. 40-41
Hasil uji ketelitian within run dan between day dihitung nilai rerata, simpang baku,
coefficient of variation (CV) dan ketepatan dengan melaporkan besar penyimpangan dari
nilai target. 30-31,33
Uji ketelitian within run dilakukan sebanyak 20 kali pada awal penelitian pada Elecsys
everolimus assay menggunakan alat Cobas e 411 dan pada pemeriksaan kadar everolimus
menggunakan metode LC-MS-MS sebagai baku emas.30-33
Uji ketelitian within run dilakukan sebanyak 20 kali pada awal penelitian pada Elecsys
cyclosporine assay menggunakan alat Cobas e 411 dan pada pemeriksaan kadar obat
siklosporin menggunakan alat Architect ci 8200.30-33
Uji ketepatan pemeriksaan dilakukan dengan menghitung nilai rerata (mean), standard
deviation (SD), coefficient of variance (CV) dan penyimpangan (d). Selain itu alat akan akan
dilakukan juga uji ketelitian between day selama 20 hari berturut-turut. Kinerja diukur
dengan menghitung nilai CV. 14, 30-31,33
36
Nilai CV merupakan persentase nilai SD dibagi dengan rerata. Sedangkan penyimpangan
merupakan persentase dari selisih terbesar antara nilai yang diperiksa dan nilai tengah kontrol
dibagi nilai tengah kontrol. Nilai CV yang didapat kemudian dibandingkan dengan nilai CV
yang diperbolehkan berdasarkan buku manual alat untuk menilai kinerja alat. 40-41
Pengumpulan
3. X X X X
data penelitian
4. Pengolahan data X
5. Presentasi hasil X
37
3.10. PERSONALIA PENELITI
1. Peneliti Utama
Nama lengkap : dr. Nuri Dyah Indrasari, SpPK(K)
Nomor Induk Pegawai : 197006122000072002
Pangkat/Golongan/Jabatan : Pembina, IV/a
Jabatan Fungsional : Kepala Departemen Patologi Klinik
RSUPNCM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Indonesia
Fungsi : - Membuat proposal penelitian
- Mengumpulkan bahan penelitian
- Mengolah data dan membuat laporan
2. Peneliti Kedua
Nama lengkap dan gelar : dr. Dayu Satriani
Nomor mahasiswa : 1806263243
Jabatan Fungsional : Peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Patologi Klinik
FKUI/RSUPNCM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Indonesia
Bidang Keahlian : Patologi Klinik
Fungsi : - Mengumpulkan bahan penelitian
- Mengolah data dan membuat laporan
38
3.11. BIAYA
39
Daftar Pustaka
41
27. Shipkova M,Vogeser M,Ramos PA,Verstraete A,Orth M,Schneider C,Wallemacq P.
Multi-center analytical evaluation of a novel automated tacrolimus immunoassay, Clin.
Biochem.2014.p1069–1077.
28. Hoffbrand AV, Moss PAH. Kapita selekta hematologi. Edisi 6. Jakarta: EGC;2016.
29. RCPA. Allowable Limits of Performance [Internet]. [cited 2018 Oct 22]. Available from:
http://www.iacld.com/DL/talar/rcpa2014.pdf
30. Westgard J. CLIA requirements for analytical quality [Internet]. [cited 2018 Oct 22].
Available from: https://www.westgard.com/clia.htm.
31. Altman D, Bland M. The normal distribution.BMJ. 1995: 289
32. RS Cipto Mangunkusumo. Reference Range Listing. 2018. Hclab : Report No LRS412P.
Diakses tanggal 25-04-2019.
33. Horowitz GL. Establishment and use of reference values. 2012. In: Tietz Textbook of
Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. 5th ed. St. Louis; Elsevier: 95-116
34. Henny J, Vassault A, Boursier G, Vukasovic, Brguljan PM, Lohmander M, et al.
Recommendation for the review of biological reference intervals in medical
laboratories.Clin Chem Lab Med 2016; 54(12): 1893-1900.
35. Bartos V, Dastych M , Dastych M Jr, Franek T, Jirsa M, Kalousova M,et al. Clinical
biochemistry. In: Racek J, Radji D, editors. Prague: Charles University; 2016. p . 9-15.
36. Dahlan S M, Penelitian Diagnostik, Validitas dan reliabilitas. 2nd ed. Jakarta : Salemba
Medika; 2017.
37. Fletcher R, Fletcher S, Fletcher G. Clinical epidemiology, the essentials. 5th
ed.Baltimore : Wolters Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p108-131.
38. Sastroasmoro S . Menelusur asas dan kaidah evidence-based medicine. 1th ed. Jakarta:
Sagung Seto;2014. p.81-83.
39. Sastroasmoro S , Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 5th ed. Jakarta:
Sagung Seto;2014. p.74-77. p.218-244
40. Dahlan S M, Penelitian Diagnostik, seri evidence based medicine 5. Jakarta : Salemba
Medika; 2009.
42
43