Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN JUDUL

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT TIDAK MENULAR

LANSIA

DISUSUN OLEH :

ABEDNEGO SAMA 20170711014

DORCE MARIA BUNAY 20170711014266

ISEI GINIA 20170711014

PIPIT WIRANTI 20170711014078

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDRAWASIH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Lansia”
dengan baik.

Makalah ini penulis disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis dalam mata
kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang dating dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Natalia Paskawati Adimuntja, SKM,M.Kes
yang telah memberikan tugas ini untuk menambah ilmu yang penulis miliki.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan tang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Cendrawasih. Penulis sadar
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untuk itu, kepada dosen penulis meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pada pembaca. Terima
kasih.

Jayapura, 20 Mei 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………4

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………6
C. Tujuan………………………………………………………………………………...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………8

A. Defenisi …………………………………………………………………………..8
B. Patofiosiologi…………………………………………………………………….11
C. Faktor risiko……………………………………………………………………..12
D. Tanda dan Gejala Lansia………………………………………………………..14
E. Penanggulangan/penatalaksanaan………………………………………………15

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….18

A. Epidemiologi Lansia……………………………………………………………18

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………21

A. Kesimpulan……………………………………………………………………21
B. Saran…………………………………………………………………………..21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) menurut UU RI NO.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kementrian Kesehatan,
2014). Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penunaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh,yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
system kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya.
Menurut WHO, batasan-batasan usia lanjut dibagi menjadi 4 dari waktu ke waktu
berbeda : Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, Lanjut Usia
(elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun, Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90
tahun, Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun. Berbeda dengan WHO, menurut
Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi 3 yaitu : Virilitas
(prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia
55-59 tahun), Usia Lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun), Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai
penyakit degenerative (usia >65tahun). Berdasarkan data proyeksi penduduk,
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%).
Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta),
tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi
Indonesia yang memiliki struktur penduduk tua. Ada tiga provinsi dengan persentase
lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur
(12,25%). Sementara itu, tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua
(3,20%), Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%).
B. Rumusan masalah
1. Apa defenisi dari Lansia ?
2. Bagaimana patofisiologi dari Lansia ?
3. Apa saja factor risiko dari Lansia ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari Lansia ?
5. Bagaimana penanggulangan/penatalaksanaan lansia ?
6. Bagaimana epidemiologi lansia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi lansia
2. Mengetahui patofisologi lansia
3. Mengetahui factor risiko lansia
4. Mengetahui tanda dan gejala lansia
5. Mengetahui penanggulangan/penatalaksanaan lansia
6. Mengetahui epidemiologi lansia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI LANSIA

Lanjut usia (Lansia) menurut UU RI NO.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, maupun yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Lanjut usia (lansia) merupakan
kelompok umur pada manusia ang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
system kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mempengaruhi pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansi. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatmah,2010).

Batasan-batasan lansia.

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu kewaktu berbeda. Menurut World Health Organitation
(WHO ) lansia meliputi :

a. Usia pertengahaan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.


b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun.

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokan lansia


menjadi :

a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (
usia 60-64 tahun).
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun).
B. PATOFISIOLOGI LANSIA

Penyakit-penyakit pada Lansia

 Diabetes Melitus
 Osteoarthritis
 Osteoporosis
 Hipertensi
 Gagal jantung
 PPOK

DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus (DM)/ kencing manis adalah hipergelikemiakronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata,ginjal, dan pembuluh darah.

Patofisiologi Diabetes Mellitus : Kurangnya produksi insulin (gangguan pancreas), Kurangnya


sensitivitas jaringan terhadap insulin.

OSTEOARTRITIS

Osteoarthritis (OA, dikenal juga sebagai atritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi ), adalah
kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-
ujung tulang penyusun sendi. Osteoarthritis tidak sama dengan rematik, asam urat, osteoporosis.

Faktor risiko : wanita berusia lebih dari 45 tahun, kelebihan berat badan, aktivitas fisik yang
berlebihan seperti olahragawan dan pekerja keras, menderita kelemahan otot paha, pernah
mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat.

OSTEOPOROSIS

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang. Osteoporosis di bagi menjadi dua yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder.

Patofiologi osteoporosis : Osteoporosis primer : sering menyerang wanita paska menopause dan
juga pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
Osteoporosis sekunder : disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

- Cushing’s disease

- Hyperthyroidism

- Hyperparathyroidism

- Hypogonadism

- Kelainan hepar

- Kegagalan ginjal kronik

- Kurang gerak

- Kebiasaan minum alkohol

- Pemakai obat-obatan/ corticosteroid

- Kelebihan Kafein

- Merokok

HIPERTENSI/ TEKANAN DARAH TINGGI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. Hipertensi adalah salah satu
factor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal ginjal dan anurisma arterial dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis. Gejala hipertensi : sakit kepala, pendarahan pada hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi
kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak , mata, jantung dan ginjal sampai dengan
koma.

Patofisiologi : Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

- Hipertensi primer atau esensial adalah hiperetensi yang tidak diketahui penyebabnya (terdapat
paada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi).

- Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit
lain.
GAGAL JANTUNG

Kegagalan jantung untuk memompa darah.

Patofisiologi : dapat dilihat sebagai suatu kelainan yang progresif, dapat terjadi kumpulan suatu
kejadian dengan hasil akhir kerusakan fungsi miosit jantung atau gangguan kemampuan
kontraksi miokrad.

PPOK

PPOK atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible, bersifat
progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas
berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistematik.

Patofisiologi : hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang
diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer,
parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru.

Gejala : sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, riwayat pajanan gas/ partikel berbahaya
pemeriksaan faal paru.

C. FAKTOR RISIKO LANSIA

FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit degenerative yang terus menerus meningkat
prevalensinya di seluruh dunia dan sebagian besar tergolong DM tipe 2. Peningkatan
kasus DM tersebut sebagai akibat perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat.
Faktor risiko DM berhubungan dengan obesitas, aktivitas fisik, merokok dan umur.

FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS (OA)

Osteoartritis (OA) adalah penyakit rematik yang paling mengenai lansia akibat gangguan
metabolisme yang diikuti oleh beberapa perubahan pada sistem musculoskeletal pada
lansia. Osteoarthritis merupakan suatu patologi yang dimulai dari kartilago hialin sendi
lutut, dimana terjadi pembentukan osteofit pada tulang rawan sendi dan jaringan
subchondral yang menyebabkan penurunan elastisitas dari sendi. Selain permukaan sendi
(tulang rawan sendi) osteoarthritis juga mengenai daerah-daerah sekitar sendi dan tulang
subchondral, capsul sendi yang membungkus sendi dan otot-otot yang melekat
berdekatan dengan sendi.akibat dari semua itu akan menimbulkan keluhan berupa adanya
nyeri pada lutut terutama pada bagian medial lutut, kekauan atau keterbatasan gerak
dalam pola capsular pattern sendi lutut, gangguan stabilitas sendi dan menurunnya fungsi
lutut yaitu sebagai penerima beban tubuh dan juga fungsionalnya dalam berjalan.

FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSIS

Osteoporosis merupakan salah satu penyebab pada sistem musculoskeletal yang sering
Terjadi dan disebut sebagai silent disease karena terjadi penurunan kepadatan tulang
yang sangat progresif, namun tidak menampakkan gejala yang signifikan hingga
terjadinya patah tulang. Selain factor usia, status obesitas seseorang juga berpengaruh
terhadap kepadatan tulang. Indeks massa tubuh (IMT) rendah berhubungan dengan
rendahnya puncak massa tulang dan berpengaruh pula pada kehilangan massa tulang.

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI/ DARAH TINGGI

Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko atau kecenderungan seseorang menderita
hipertensi, diantaranya ciri-ciri individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor
genetik serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stress, konsumsi garam, merokok,
konsumsi alkohol, dan sebagainya (Kaplan, 1985).

FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG

Ada banyak faktor risiko untuk gagal jantung : penyakit jantung koroner, tekanan darah
tinggi, diabetes, merokok, mengonsumsi makanan kaya lemak, kolesterol dan sodium,
obesitas.
Serang jantung. Mereka yang telah mengalami serangan jantung pasti memiliki luka pada
area otot jantung. Akibatnya, kekuatan jantung untuk berkontraksi menjadi kurang.
Diabetes. Penyakit ini meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Penggunaan obat diabetes. Obat yang mampu mengendalikan kadar gula dapat
meningkatkann risiko gagal jantung pada sebagian orang. Namun, bukan berarti kamu
harus menghentikan pengobatan yang sedang dilakukan, cobalah didiskusikan pada
dokter kali ini.
Sleep apnea. Akibat sleep apnea, oksigen dalam darah menjadi berkurang sehingga ritme
jantung bisa tidak normal. Kondisi ini dapat menjadi penyebab gagal jantung, kongestif.
FAKTOR RISIKO PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

Menurut WHO, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit paru yang
mengancam nyawa, yang mengganggu pernapasan normal. Kondisi ini lebih dari sekedar
“batuk perokok”. Faktor risiko PPOK : Merokok, Polusi Udara, Debu dan bahan Kimia,
Genetika, dan Usia.

D. TANDA DAN GEJALA LANSIA

1. Mengalami osteoporosis
2. Degenerasi penglihatan
3. Hilangnya pendengaran
4. Glaukoma
5. Alzheimer
6. Gangguan kognitif
7. Mengompol
8. Arthritis
9. Sindrom terkait metabolisme
10. Gangguan emosional

E. PENANGGULANGAN/ PENATALAKSAAN LANSIA

Masalah kesehatan pada lanjut usia berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga
fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap penyakit pun
meningkat. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia yang berkualitas melalui penyediaan sarana
pelayanan kesehatan yang ramah bagi lanjut usia untuk mencapai lanjut usia yang
berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang dikembangkan untuk
mendukung kebijakan tersebut antara lain meningkatkan upaya kesehatan bagi lanjut usia
dengan pendekatan pelayanan santun lanjut usia.
BAB III

A. EPIDEMIOLOGI LANSIA

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Komposisi penduduk tua
bertambah dengan sangat pesat baik di negara maju maupun negara berkembang, hal ini
disebabkan oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta
peningkatan angka harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara
keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya :
peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang semakin baik.

Presentasi lansia di Indonesia


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kementrian
Kesehatan, 2014).
2. Menurut WHO, Lansia di bagi menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan(middle age) antara
usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, Lanjut Usia
tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun, Usia sangat tua (very old) diatas usia 90
tahun.
3. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan menjadi : Virilitas
(prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa
(usia 55-59 tahun), Usia Lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang memasuki
massa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun), Lansia berisiko tinggi yntuk menderita
berbagai penyakit degenerative (usia .65 tahun).
4. Penyakit- penyakit yang sering di derita atau di alami para lansia adalah Diabetes
Melitus, Osteoarthritis, Osteoporosis, Hipertensi, Gagal jantung, dan PPOK.
5. Ada tiga provinsi dengan presentase lansia di Indonesia adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59%), dan Jawa Timur (12,25%).
6. Tiga provinsi dengan presentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat
(4,33%), dan Kepulauan Riau (4,35%).

B. Saran
1. Tenaga kesehatan
Bagi para tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan kesehatan para lansia dan
memberikan pelayanan yang merata pada lansia.
2. Keluarga
Bagi para keluarga , agar lebih memberikan perhatian khusus kepada keluarga lansia
agar mereka lebih merasa di perhatikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Lansia di Indonesia 2017- Kementerian Kesehatan (19/05/2019). (www.depkes.go.id >


pusdatin > lain-lain.

Infodatin lansia – Kementerian Kesehatan (19/05/2019). (www.depkes.go.id


/resources/download/pusdatin/…/infodatin%.

BLOG : Public Health : makalah lansia (www.silviasaga.blogspot.com).

Anda mungkin juga menyukai