Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radikal bebas merupakan suatu molekul dengan elektron tidak
berpasangan di bagian orbital yang terluar sehingga mampu berdiri sendiri. Suatu
radikal bebas ada yang berupa oksigen dan memiliki turunan yang reaktif yakni
Reactive Oxygen Species (ROS). Radikal bebas dapat menyebabkan beberapa
kerusakan yakni kerusakan terhadap molekul protein, DNA, lemak membrane sel
serta komponen sel atau jaringan yang lain. Reactive Oxygen Species (ROS)
merupakan suatu radikal bebas yang dihasilkan ketika terjadinya metabolisme
oksidatif dalam tubuh seperti proses oksidasi makanan menjadi
energi. Mekanisme pembentukan radikal bebas dalam tubuh dapat terjadi pada
saat latihan otot atau mengalami iskemik-reperfusi.
Sewaktu terjadi forforilasi oksidatif dalam mitokondria, sehingga oksigen
akan direduksi pada tahapan transport electron di organel mitokondria untuk
mengkonversi adenosin trifosfat (ATP) dan air. Ketika proses ini terjadi terdapat
kurang lebih molekul oksigen sebanyak 2% mampu berikatan dengan elektron
tunggal yang terlepas dari karier elektron pada rantai respirasi pernafasan
sehingga akan membentuk radikal superoksida. Reactive Oxygen Species (ROS)
merupakan suatu senyawa oksigen reaktif yang umumnya dihasilkan dalam
jumlah seimbang.
ROS berperan dalam fungsi biologis sebagai berikut sel darah putih
memproduksi suatu H2O2 untuk menghancurkan mikroba seperti bakteri dan
jamur dan regulasi pertumbuhan sel yang tidak menyerang sasaran
spesifik. Secara alami di seluruh tubuh telah dibentuk scavenger enzyme yang
memiliki fungsi untuk membersihkan reactive oxygen spesies (ROS) atau radikal
bebas. Mekanisme kerja enzim ini adalah mengoksidasi ROS. Tubuh juga
diperlengkapi dengan sistem pertahanan untuk menetralisir radikal bebas seperti
enzim Superoxide Dismutase (SOD) yang berada di dalam mitokondria serta
sitosol; Glutathione Peroxidase (GPX); katalase; dan Glutathione reductase.
Namun dalam kondisi ketika antioksidan dalam tubuh sudah tidak mampu lagi

1
melawan radikal bebas yang jumlahnya abnormal, maka radikal bebas akan
mempengaruhi tubuh dalam hal ini yang dimaksud adalah sel khususnya membran
sel itu sendiri.
Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk membahas suatu topik
sebagai student project dengan judul: “The Effect of Free Radical on
Membrane Cell”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat kami simpulkan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan radikal bebas?
2. Apakah yang dimaksud dengan membran plasma?
3. Bagaimanakah mekanisme dari transport electron?
4. Bagaimanakah efek radikal bebas terhadap membran sel?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami capai dalam pembuatan paper
ini, sebagai berikut:
1. Untuk dapat mendeskripsikan yang dimaksud dengan radikal bebas.
2. Untuk dapat mendeskripsikan yang dimaksud dengan membran
plasma.
3. Untuk dapat mendeskripsikan mekanisme dari transport electron.
4. Untuk dapat mendeskripsikan efek radikal bebas terhadap membrane
plasma.
1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dapat dirasakan oleh seluruh
pembaca paper ini, yakni :
1. Penulis
Diharapkan lewat penulisan paper ini, kami dapat meningkatkan kekritisan
terhadap suatu topik sehingga kemudian hasil pola pikir yang didukung oleh data
empiris yang nantinya kami peroleh dapat kami tuangkan dalam suatu student
project atau paper seperti ini. Selain itu, lewat penulisan paper ini kami juga dapat
meningkatkan kemampuan tulis menulis kami terutama kemampuan menulis
ilmiah.

2
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Kami berharap melalui penulisan paper ini, mahasiswa fakultas kedokteran
universitas udayana dapat menerima manfaat dari informasi yang diperoleh
melalui paper ini baik informasi tersebut akan digunakan saat pendidikan atau saat
profesi nantinya.

3
BAB 2
ISI
2.1 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah susunan elektron yang tidak berpasangan pada
orbital luarnya yang terdiri satu atau lebih atom atau molekul elektron. Dengan
adanya elektron yang tidak memiliki pasangan menyebabkan adanya penyerangan
dan pengikatan elektron sekitarnya yang dikarenakan atom atau molekul tersebut
sangat reaktif mencari pasangan yang nantinya akan berdampak pada terpicu
timbulnya suatu penyakit.
Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan berinteraksi secara destruktif
dengan bagian tubuh ataupun sel-sel tertentu melalui reaksi oksidatif. Sel-sel
tertentu yang dimaksud adalah sel-sel yang tersusun atas lemak, karbohidrat,
protein, DNA dan RNA. Dengan adanya reaksi oksidatif pada bagian tubuh atau
sel-sel tertentu akan memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, penuaan
dini dan kanker.
Radikal bebas mengalami reaksi berantai yang nantinya akan terus
menyebabkan kerusakan dalam tubuh. Namun, tubuh memiliki sistem pertahanan
terhadap serangan radikal bebas yaitu sistem pertahanan antioksidan endogen.
Sistem pertahanan antoksidan endogen tersebut terdiri dari enzim Superoksida
Dismutase (SOD), katalase dan gutation peroksidase.
Dalam tubuh manusia terdapat dua sumber radikal bebas yaitu endogen
dan eksogen. Pada sumber endogen radikal bebas bersumber dari autoksidasi
yang merupakan hasil dari metabolisme aerob, oksidasi enzimatik yang
menghasilkan enzim xanthine oksidase, lipoxygenase, aldehid oxidase, amino acid
oxidase,dan prostaglandin synthase dan respiratory burst merupakan penggunaan
oksigen berjumlah besar pada proses fogositosis oleh sel fagosit. Sedangkan
sumber eksogennya yaitu obat-obatan yang meningkatkan radikal bebas dengan
cara peningkatan oksigen, radiasi dan asap rokok.

Pembentukan radikal bebas dibagi menjadi menjadi tiga proses tahapan


sebagai berikut:
a) Tahapan Inisiasi, merupakan tahapan dalam pembentukan radikal bebas

4
b) Tahapan Propogasi, merupakan Tahapan pemanjangan rantai radikal
c) Tahapan Terminasi, merupakan tahapan bereaksinya senyawa radikal
dengan radikal lain atau dengan penangkapan radikal, sehingga potensi
propagasinya rendah.
2.2 Membran Sel
Membran sel atau dinding sel adalah sebuah fitur yang dimiliki semua
jenis sel manusia yang berfungsi sebagai pemisah antara lingkungan dalam sel
dengan lingkungan luar sel. Susunan dari membrane sel tersusun atas senyawa
lipoprotein yaitu gabungan dari lemk (lipid) dengan senyawa protein. Lemak
memiliki sifat hidrofobik edangkan protein memiliki sifat hidrofilik

Gambar 2.1 Membran Sel


Adapun fungsi dari membrane sel, yaitu:
1. Memberikan bentuk dan melindungi bagian dari sel
2. Sebagai penghubung untuk media komunikasi anatar sel lingkungan
dalam sel dengan lingkungan luar sel
3. Tempat berlangsungya reaksi kimia
4. Sebagai reseptor terhadap rangsangan1
Struktur membran sel seperti lembaran tipis yang tersusun dari molekul
lipid, protein, karbohidrat, kolesterol dan kerangka membran (sitoskeleton).
Membran sel memiliki sifat yang dinamis dan asimetris.
1. Membran sel bersifat dinamis karena memiliki struktur seperti air
sehingga memungkinkan molekul lipid dan protein untuk bergerak.

5
2. Membran sel bersifat asimetris karena komposisi protein dan lipid di
bagian luar tidak sama dengan komposisi protein dan lipid di bagian dalam
sel.
2.2.1 Fosfolipid
Molekul – molekul penyusun membran sel akan berkombinasi sedemikian
rupa sehingga membentuk lapisan fosfolipid rangkap (ganda). Disebut lapisan
fosolipid ganda karena memiliki dua bagian yang sifatnya saling bertolak
belakang, yaitu daerah kepala yang bersifat hidrofilik (dapat berinteraksi dengan
air) dan daerah ekor yang bersifat hidrofobik (tidak dapat berinteraksi dengan air).
2.2.2 Protein membran
Selain fosfolipid, pada membran sel juga terdapat protein membran.
Terdapat dua jenis protein pada lapisan fosfolipid, yaitu protein integral (protein
yang terbenam dan menembus lapisan fosfolipid) dan protein perifer (protein yang
menempel pada lapisan luar fosfolipid). Protein integral berperan dalam proses
transpor molekuk yang keluar dan masuk sel, sedangkan protein perifer berfungsi
sebagai tempat menempelnya hormon atau enzim.
2.2.3 Glikolipid dan Glikoprotein
Glikolipid adalah molekul karbohidrat yang menempel pada lemak
sedangkan glikoprotein adalah molekul karbohidrat yang menempel pada protein.
Glikolipid dan glikoprotein ini berfungsi sebagai tanda pengenal bagi sel. Setiap
orang dan setiap sel memiliki susunan glikolipid dan glikoprotein yang berbeda.
Oleh karena itu jika ada sel asing yang masuk ke dalam tubuh, maka sistem imun
tubuh akan langsung bereaksi terhadap sel tersebut karena mereka tidak
mengenali struktur glikolipid dan glikoprotein sel asing tersebut.
2.2.4 Kolestrol
Kolesterol terletak pada bagian di dekat kepala fosfolipid. Fungsi
kolesterol adalah untuk menjaga kestabilan fosfolipid dalam segala keadaan. Pada
saat keadaan panas, maka kolesterol dapat menghambat pergerakannya agar
fosfolipid tidak menjadi terlalu cair. Sedangkan ketika suhu dingin, fosfolipi akan
menghambat interaksi antar lemak sehingga membran lemak tidak membeku.
2.2.5 Kerangka Membran

6
Sebenarnya kerangkan membran ini bukan bagian langsung dari membran
sel, tetapi mereka berikatan pada bagian dasar protein integral. Terdapat tiga jenis
sitoskeleton utama, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen dan filamen intermediet.
Fungsi utama dari sitoskeleton ini untuk mempertahankan bentuk dan
posisi organel – organel sel.
2.2.6 Sifat membran Sel
Berdasarkan kemampuannya dalam mengatur transportasi suatu zat ke
dalam atau ke luar sel, sifat membran sel terbagi menjadi 3 jenis :
1. Impermeable
Merupakan sifat membran yang tidak mengizinkan zat apapun di luar sel
untuk masuk ke dalam sel.
2. Semipermeable
Suatu keadaan dimana hanya zat – zat tertentu yang dibutuhkan oleh sel
yang dapat masuk ke dalam sel. Biasanya membran sel normal memiliki
sifat semipermeabel.
3. Permeabel
Merupakan sifat dimana semua zat dapat melewati membran sel untuk
masuk ke dalam sel. Biasanya sifat ini dimiliki oleh membran sel yang
rusak atau hampir mati sehingga sel tidak dapat bertahan hidup.
2.2.7 Sistem Transport membran
Fungsi dari membran sel adalah untuk mengatur zat –zat yang masuk atau
keluar dari sel. Adapun dua jenis transportasi yang dapat terjadi pada membrane
adalah:
1. Transport Pasif Membran
Transpor pasif membran merupakan proses pertukaran molekul yang
terjadi secara spontan dan otomatis tanpa membutuhkan mekanisme khusus (tidak
memerlukan energi). Umumnya transportasi aktif terjadi pada molekul yang dapat
melewati membran sel kapan saja (contohnya air dan glukosa).
a. Difusi
Difusi merupakan perpindahan molekul dari suatu daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah lain yang berkonsentrasi rendah karena
disebabkan oleh energi kinetik molekul – molekul tersebut.

7
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui suatu membran
selektif permeabel dari pelarut berkonsentrasi tinggi (banyak air) ke
pelarut yang berkonsetrasi rendah (sedikit air). Proses osmosi akan
berhenti jika konsentrasi antar dua daerah tempat terjadinya osmosis
tersebut berada dalam keadaan seimbang.
2. Transport aktif
Transport aktif adalah pergerakan atau pemindahan molekul yang terjadi
melalui mekanisme tertentu yang membutuhkan energi. Transport aktif akan
melawan sifat dari gradien konsentrasi. Transport aktif memerlukan bantuan
protein yang akan berperan sebagai molekul pengangkut pada membran. Contoh
transport aktif molekul gula dan asam amino diangkut secara aktif ke dalam sel
menggunkana energy.
2.3 Transpor Elektron
Transfer elektron atau transpor elektron merupakan suatu proses produksi
ATP (energi) yang terjadi antara NADH dan FADH2 yang akan dihasilkan dalam
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs. Transfer elektron ini terjadi
pada membran dalam mitokondria, yang akan dibantu oleh kelompok-kelompok
protein yang terdapat dalam membran tersebut. Pada Proses ini juga disebut
dengan fosforilasi oksidatif dan pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh
Eugene Kennedy dan Albert Lehninger. Adapun Energi yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas setiap sel tubuh dimana itu tersimpan dalam bentuk ATP yang
akan dihasilkan melalui respirasi aerob maupun respirasi anaerob. Respirasi aerob
merupakan suatu proses pemecahan glukosa yang menghasilkan energi dengan
adanya oksigen yang akan menghasilkan sisa air dan karbondioksida. Sedangkan
repirasi anaerob merupakan suatu proses pemecahan glukosa yang menghasilkan
energi tanpa adanya oksigen dan hasil akhir berupa asam laktat (pada hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme) dan juga alkohol (pada jamur bersel satu/yeast).
Energi yang akan dihasilkan dari respirasi aerob ini lebih banyak (36/38
ATP) dibandingkan dengan energi yang dihasilkan melalui respirasi anaerob (2
ATP). Oleh karena itu, tubuh akan selalu mengutamakan terjadinya respirasi aerob
dibandingkan dengan anaerob. Respirasi aerob terjadi melalui empat fase yaitu

8
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transfer elektron.Transfer
elektron merupakan proses terakhir yang terjadi dari respirasi aerob yang nantinya
akan menghasilkan ATP dan H2O sebagai hasil akhirnya. Dalam proses ini transfer
elektron, oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir yang nantinya akan
membentuk H2O yang akan dikeluarkan dari sel. Disebut sebagai transfer elektron
karena dalam prosesnya ini terjadi transfer elektron dari satu protein ke protein
yang lain.
Elektron yang ditransfer berasal dari NADH dan FADH 2 yang telah
terbentuk sebelumnya. Elektron akan ditransfer dari tingkat energi tinggi menuju
tingkat energi yang lebih rendah sehingga akan melepaskan energi yang akan
digunakan untuk membentuk ATP. Membran dalam mitokondria memiliki
komplek protein I, komplek protein II, ubiquinon (Q), komplek protein III,
sitokrom c (cyt c), dan komplek protein IV. Elektron ini akan ditransferkan pada
masing-masing protein tersebut untuk membentuk ATP. Sedangkan molekul
O2 memiliki fungsi untuk menerima elekron yang terakhir yang nantinya akan
berubah menjadi H2O. ATP tersebut akan dihasilkan oleh enzim ATP sintase
melalui proses yang disebut kemiosmosis.

Gambar 2.2 Rantai transport elektron


Langkah-langkah transfer elektron sebagai berikut :

9
1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I.
Peristiwa ini membebaskan energi yang nantinya akan memicu
dipompanya H+ dari matriks mitokondria menuju ruang antar membran.
NADH yang telah kehilangan elektron akan berubah menjadi NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan
memicu dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian
berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi
memicu dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau
proton tersebut akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim
yang disebut ATP sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk
ATP secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke
dalam matriks, maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan
dengan kemiosmosis.
FADH2 akan mentransferkan elektronnya bukan pada komplek protein I,
tetapi pada komplek protein II. Transfer pada komplak protein II tidak memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran. Setelah dari komplek
protein II, nantinya elektron akan ditangkap oleh ubiquinon dan diproses
selanjutnya sama dengan transfer elektron dari NADH. Jadi pada transfer
elektron yang berasal dari FADH2 , hanya akan terjadi 2 kali pemompaan
H+ keluar menuju ruang antar membran. Oleh sebab itu dalam proses
kemiosmosis hanya terbentuk 2 molekul ATP saja.
Oleh karena itu dapat disimpulkan:
1. Dari satu NADH yang mengalami proses transfer elektron akan
menghasilkan 3 molekul ATP.

10
2. Sedangkan pada satu molekul FADH2 yang menjalani transfer elektron
akan menghasilkan 2 molekul ATP.
Disinilah proses akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Dimana Respirasi
ini akan menghasilkan energi sebanyak 36 / 38 ATP dengan hasil akhir yang
berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan dari tubuh sebagai zat sisa respirasi.
Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika mengalami respirasi aerob akan
melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut dibebaskan pada tahap
dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.
2.4 Pengaruh Radikal bebas terhadap membran Sel
Struktur dari membran sel secara umum merupakan struktur fospolipid bilayer.
Fospolipid bilayer terdiri dari bagian kepala (fospat) dan ekor (lipid). Sifat dari
komponen fospat atau kepala dari fospolipid bilayer adalah hidrofilik atau larut
dalam air sedangkan komponen lipid atau ekor dari fospolipid bilayer adalah
hidrofobik atau larut dalam lemak. 2 Selain fospolipid bilayer, komponen lain yang
ada pada membran sel adalah glikolipid, glikoprotein, protein perifer, protein
integral, protein kanal, protein transmembran dan kolesterol.
Radikal bebas (free radical) atau sering juga disebut reactive oxygen species
(ROS) merupakan atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal bebas timbul
akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil samping dari
proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas,
metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar
polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar
dan radiasi matahari atau radiasi kosmis. Radikal bebas dalam tubuh bersifat
sangat reaktif dan akan berinteraksi secara destruktif melalui reaksi oksidasi
dengan bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,
karbohidrat, DNA, dan RNA sehingga memicu berbagai penyakit seperti jantung
koroner, penuaan dini dan kanker. 3
Dengan sifat dari radikal bebas yang destruktif terhadap lemak, protein,
karbohidrat hal ini menandakan bahwa radikal bebas bersifat destruktif terhadap
-membran sel karena didalam membran sel terdapat komponen-komponen yang
terdiri dari fospolipid bilayer (pada fosfolipid bilayer terdapat glikoprotein, dan

11
glikolipid). Mekanisme destruktif yang dilakukan radikal bebas terhadap
komponen karbohidrat, lemak (lipid) dan protein yang ada pada membran sel
adalah oksidasi.
Lipid yang terdapat pada membran sel akan mengalami oksidasi yang disebut
4
dengan peroksidasi lipid. Istilah peroksidasi lipid umumnya merupakan suatu
proses terjadinya degradasi lipid secara oksidatif. Peroksidasi lipid adalah proses
dimana radikal bebas mengikat elektron-elektron lipid pada membran sel yang
berakibat langsung pada kerusakan sel. Ada pun zat yang terlibat dalam proses
peroksidasi lipid antara lain Poly Unsaturatted Fatty Acid (PUFA), fosfolipid,
glikolipid, kolesterol ester dan kolesterol. Asam lemak tak jenuh (PUFA)
merupakan bahan yang paling sering terlibat dalam mekanisme oksidasi karena
mengandung banyak ikatan ganda diantara molekulnya. Peroksidasi lipid dapat
terjadi secara enzimatis dan non‐enzimatis. Peroksidasi enzimatis dilakukan oleh
2 macam enzim yaitu lipoxygenase dan
cyclooxygenase. Peroksidasi non enzimatis dapat dibagi menjadi 2 proses yaitu
autooksidasi dan foto-oksigenasi. Proses autooksidasi terdiri dari 3 tahap adalah
inisiasi, propagasi, terminasi. 4
2.4.1 Peroksidasi lipid secara autoksidasi
Penjelasan mekanisme ketiga tahapannya sebagai berikut:
1. Tahap inisiasi.
Pada tahap ini dimulainya produksi asam lemak radikal. Dimana terjadi
serangan radikal bebas umumnya spesies oksigen reaktif (OH) terhadap
partikel lipid dan menghasilkan air (H2O) dan asam lemak radikal.
2. Tahap propagasi.
Asam lemak radikal yang dihasilkan dari proses inisiasi bersifat sangat
tidak stabil dan mudah bereaksi dengan molekul oksigen dan akan
menghasilkan suatu peroksi radikal asam lemak. Bahan ini juga ternyata
bersifat tidak stabil dan kemudian bereaksi dengan asam lemak bebas lainnya
untuk menghasilkan asam lemak radikal yang baru dan dapat menghasilkan
peroksida lipid atau peroksida siklik bila bereaksi dengan dirinya sendiri.
Siklus ini berlanjut sedemikian rupa hingga memasuki tahap terminasi.
3. Tahap terminasi.

12
Ketika suatu radikal bereaksi dengan non radikal maka akan menghasilkan
suatu radikal baru. Proses ini dinamakan dengan mekanisme reaksi rantai.
Reaksi radikal akan berhenti bila terdapat dua radikal yang saling bereaksi dan
menghasilkan suatu spesies non radikal. Hal ini hanya dapat terjadi ketika
konsentrasi spesies radikal sudah sedemikian tingginya sehingga
memungkinkan dua spesies radikal untuk saling bereaksi. Terjadinya
kerusakan protein akibat serangan radikal bebas termasuk proses oksidasi
protein yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan protein
tersebut. Contohnya meningkatnya kadar LDL (low density lipoprotein) oleh
oksigen reaktif.

13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari
pasangan electron bebasnya. Radikal bebas diidentikkan dengan suatu senyawa
yang bersifat sangat reaktif dan juga tidak stabil. Selain itu, radikal bebas
memiliki waktu paruh yang relative singkat. Terbentuknya radikal bebas
disebabkan karena terjadinya pemisahan secara homolitik pada ikatan kovalen
suatu senyawa. Radikal bebas dalam jumlah yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang merujuk pada perubahan fisiologis tubuh
termasuk sel. Radikal bebas ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal dan
metabolisme tubuh. Salah satu bentuk radikal bebas yang umum adalah ROS
(Reactive Oxygen Species). ROS memiliki kecenderungan memiliki elektron dari
substansi lain yang menjadikan radikal bebas bersifat reaktif. Pembentukkan ROS
ini terjadi di sitokrom oksidase di mana oksigen direduksi. Hasil yang diperoleh
ini berupa superoksida, hydrogen peroksida dan radikal hidroksil.
Radikal bebas ini juga berdampak pada membrane sel atau plasma dalam
tubuh kita. Membran plasma terdiri atas molekul yang hidrofobik dan juga
hidrofilik. Sifat ini terbentuk karena struktur membrane plasma yang terdiri atas
gugus fosfat, lipid, protein membrane yang terdiri atas protein perifer dan integral
dan juga karbohidrat berupa glikolipid dan glikoprotein. Salah satu dampak yang
diakibatkan oleh radikal bebas adalah peroksidase lipid dimana radikal bebas
mengikat elektron-elektron pada lipid yang menyebabkan kerusakkan sel. Adapun
zat yang terlibat dalam peroksidase lipid ini adalah PUFA (Poly unsaturated fatty
acid), fosfolipid, glikolipid, kolestrol ester dan kolestrol. Proses peroksidase ini
melibatkan enzimatik dan non-enzimatik. Enzim yang terlibat contohnya
lipoxygenase dan cyclooxygenase.

14

Anda mungkin juga menyukai