Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN LAHAN PADANG PENGGEMBALAAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hijauan makanan ternak merupakan bahan pakan utama dan sumber gizi bagi ternak
ruminansia. Ketersediaan hijauan makanan ternak yang cukup dalam arti kuantitas, kualitas dan
kontinyuitas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan ruminansia.
Kebutuhan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia perhari 10 % dari berat badan ternak,
sedangkan kebutuhan konsentrat perhari 1 % - 2 % dari berat badan ternak, hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan hijauan sangat besar pada usaha peternakan ruminansia. Kondisi saat ini
dilapangan, lahan-lahan yang menghasilkan hijauan alami sudah semakin menyusut, akibat dari
semakin maksimalnya pemanfaatan lahan untuk usaha tanaman pangan dan perkebunan, serta
untuk pembangunan perumahan maupun industri. Kesulitan hijauan lebih dirasakan pada waktu
musim kemarau.
Dalam usaha pengembangan usaha ternak ruminansia, penyediaan hijauan menjadi sangat
penting, sehingga dengan kondisi wilayah yang lahannya semakin menyempit, salah satu jalan
untuk menanggulangi penyediaan hijauan adalah melalui budidaya hijauan makanan ternak.
Untuk membudidayakan pakan ternak, maka perlu dilakukan pengolahan lahan terlebih
dahulu. Tanah yang diolah akan meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hijauan pakan yang
hendak ditanam.
PEMBAHASAN

A. Maksud pengolahan tanah


Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi
suatu tanaman, sebab tanah yang diolah sempurna berarti :
- Membersihkan tanah dari tumbuhan liar atau tumbuhan pengganggu.
- Menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna
- Memperbaiki aerasi tanah dan kelembaban.

B. Saat pengolahan tanah


Pada umumnya untuk tanah tanpa irigasi, pengolahan tanah dilakukan pada akhir musim
kemarau. Hal ini dengan pertimbangan bahwa :
Penanaman bisa dilakukan pada awal musim penghujan dengan frekuensi 3-4 hari sekali. Frekuensi
itu sangat sesuai dengan pertumbuhan tanaman, lebih-lebih biji, sebab pertumbuha awal sangat
peka terhadap pengaruh-pengaruh liar, terutama keadaan suhu dan air.
Lebih lanjut agar mudah menerapkan atau mengatur jarak antara pengolahan tanah dan
saat penanaman yang tepat, perlu diperhatikan data-data curah hujan bulanan di daerah setempat,
sekurang-kurangnya selama lima tahun.

C. Tahap-tahap pengolahan tanah


Tahap-tahap pengolahan tanah yag baik meliputi land clearing, pembajakan dan
penggaruan. Namun hal ini semua tergantung pada kondisi tanah setempat, jenis tanaman yang
hendak ditanam, serta bahan tanaman yang dipergunakan.
1. Land clearing
Dimaksudkan untuk membersihkan areal terhadap pepohonan, semak-semak, serta alang-
alang atau tumbuh-tumbuhan lainnya. Namun didalam proses pembersihan ini tidaklah seluruh
pepohonan dihancurkan, melainkan perlu adanya kebijaksanaan, dengan pertimbangan
adanya: jalur-jalur pohon pelindung, dimana jalur ini dperlukan sebagai pelindung terhadap adanya
tiupan angin langsung yang masuk ke arah kandang. Sebagai pohon-pohon yang terpencar, pohon
yang terperncar ini dimaksudkan sebagai peneduh ternak yang sekiranya digembalakan, serta untuk
menjaga kelembaban tanah di musim kemarau, sebab akar tanaman dapat memompa air dari
dalam tanah ke atas.

2. Pembajakan (ploughing)
Pembajakan dimaksudkan untuk mecegah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkah,
sehingga penggemburan selanjutnya lebih mudah dilakukan.
3. Memasakkan tanah
Alasan dari memasakkan tanah ini yaitu sebab dengan membalik tanah dan membiarkannya
beberapa hari sebelum digemburkan, maka proses mineralisasi baha-bahan organik akan
berlangsung lebih cepat. Sebab aktivitas biologis mikroorganisme dipergiat, bagi tanah yang
berstruktur ringan cukup dibajak sekali saja. Sebaiknya jarak antara dua bajakan ini diberi waktu
istiahat lebih dari satu minggu.
4. Peggaruan (Harrowing)
Penggaruan atau penggemburan dimaksudkan untuk :
- Menghancurkan bongkahan-bogkahan besar menjadi tanah dengan struktur remah
- Membersihkan sisa-sisa perakaran tumbuhan liar
- Bila direncanakan hendak dilakukan pemupukan awal, baik dilakuka dengan menggunakan pupuk
organik atau anorganik, sebaiknya pemupukan diberikan sebelum penggembura, sehingga pada
saat-saat penggemburan berlangsung, pupuk dapat teraduk secara merata pada lapisan olahan.
Pemupukan awal ini sangat penting untuk merangsang perkembangan akar yang lebih dalam dan
luas.

D. Penanaman
Sehubungan dengan penanaman, hal-hal yang perlu dipertimbangkan terutama saat
penanama, pemiliha jenis, cara penanaman serta jarak tanamannya.
1. Saat penanaman
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai diolah
dengan baik. Sebab penundaan penanaman yang terlampau lama pada tanah yang sudah diolah
kurang menguntungkan yang berakibat tanah menjadi padat kembali atau tumbuh gulma.
2. Pemilihan jenis tanaman
Hijauan yang hendak ditanam tentu saja jenis-jenis yang sekiranya menguntungkan, jenis
hijauan yang dimaksud ialah memeuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Produktivitas persatuan luasnya cukup tinggi
- Nilai palatabilitasnya cukup baik dan Toleran terhadap lingkungan
- Mudah dikembangbiakan dan Nilai gizinya cukup tinggi
3. Cara menanam
Penanaman hijauan bisa ditanam dengan bahan biji, pols ataupun stek. Untuk jenis yang
membentuk stolon atau rhizoma penanaman bisa dilakukan dengan potongan-potongan stolon.
Untuk tiap jenis bahan penanaman, bisa dibuat lubang atau jalur-jalur untuk stek dan pols. Jarak
tanam jenis hijauan yang tumbuh tegak berupa rumpun 60-90 cm x 45 x 60 cm.

E. Pemeliharaan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan yaitu :
1. Penyiangan
Penyiangan adalah melakukan pemberantasan jenis rumput liar (weed) ataupun tumbuhan
lainnya yang mengganggu tanaman pokok. Gangguan yang timbul berakibat pada persaingan untuk
penyerapan unsur hara, cahaya matahari termasuk gangguan dalam pengelolaan.
Adapun cara melakukan penyiangan yaitu secara teknis (mencangkul), biologis (penanaman
leguminosa), dan kimia (herbisida).
2. Pendangiran
Permukaan tanah bisa menjadi padat akibat air hujan yag lebat, tanah yag pada harus
digemburkan kembali dengan pendangiran adapun maksud penggemburan ini adalah:
menggemburka tanah kembali agar proses peradaan udara da air (aerasi) di dalam tanah lebih
sempurna. Tujuannya mengurangi penguapan air di dalam tanah.
3. Pemupukan
Memupuk berarti memberi zat hara kepada tanaman agar zat hara dalam tanah yang hilang
atau yang terhisap tanaman dapat tersedia kembali. Jika tanah tidak pernah dipupuk tetapi
ditanamai terus menerus maka tanah akan kurus.
Untuk bisa memperoleh pemupukan yag optiml perlu diketahui :
- Unsur hara dalam tanah
- Ph tanah
- Tekstur tanah
- Sifat tanah
Cara pemupukan sebagai berikut :
- Disebar rata dipermukaan tanah
- Ditanam dalam baris-baris, kemudian ditimbun tanah
- Dibenam dalam lubang disekitar tanaman
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto Ir, 2005. Hijauan Makanan Untuk Ternak Kambing. Pengolahan Tanah dan Jenis
Tanaman. Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Rappang. Sidrap.
PEMBANGUNAN PADANG PENGGEMBALAAN
(GRAZZING)

Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman makanan
ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam waktu
singkat. Beberapa macam padang penggembalaan diantaranya padang penggembalaan alam,
padang penggembalaan permanen yang sudah ditingkatkan, padang penggembalaan temporer dan
padang panggembalaan irigasi. Beberapa cara menggembalakan ternak di padang penggembalaan
antara lain yaitu cara ekstensif denga menggembalakan ternak di padangan yang luas tanpa erosi,
semi-ekstensif dengan melakukan rotasi namun pemilihan hijauan masih bebas, cara intensif
dengan melakukan rotasi tiap petak dengan hijauan dibatasi, strip grazing dengan menempatkan
kawat sekelilig ternak yang bisa dipindah dan solling dengan hijauan padangan yang dipotong dan
diberikan ada ternak di kandang.
Lahan penggembalaan ternak di Indonesia banyak mengalami kerusakan, yang semula
merupakan padang rumput telah terintervensi oleh gulma kemudian menjadi tanah kritis.
Kerusakan padang penggembalaan tersebut antara lain disebabkan karena hijauan asli setempat
produksi dan kualitasnya rendah, kurang responsive terhadap perbaikan unsur hara tanah.
Bagi daerah yang memiliki sosial budaya memelihara ternak secara ekstensif, keberadaan
padang penggembalaan sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu adanya upaya perbaikan terhadap
padang penggembalaan yang ada serta melakukan perluasan areal padang penggembalaan baru
terhadap lahan yang belum dimanfaatkan.

PEMBAHASAN

Kegiatan Yang Harus Dilakukan Dalam Pembangunan Padang Penggembalaan


Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang penggembalaan
guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang berkualitas.
Beberapa cara yang harus dilakukan dalam pengembangan dan pembangunan padang
pengembalaan adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah.
Pengolahan tanah bertujuan mempersiapkan media tumbuh yang optimum bagi suatu tanaman.
Tanah yang diolah secara baik menyangkut pengertian :
a. membersihkan tanah dari tumbuhan-tumbuhan pengganggu (weed).
b. menjamin perkembangan sistem perakaran.
c. memperhatikan kelestarian kesuburan tanah dan persediaan air
2) Pemupukan
Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah
tersebut, karena akan memperbaiki struktur tanah. Disamping itu dapat pula diberikan pupuk
anorganik seperti KCl, Sp-36 dan urea, disesuaikan dengan jenis tanah setempat.
3) Penanaman
Penanaman dapat dimulai setelah jatuh hujan pertama, hal yang perlu diperhatikan terlebih
dahulu adalah jenis hijauan yang akan ditanam. Penanaman dapat dilakukan dengan stek ataupun
sobekan rumput (pools), untuk jenis yang membentuk stolon ataupun rhizome penanaman dapat
dilakukan dengan potongan–potongan stolon dan rhizoma. Keputusan menanam suatu jenis
hijauan makanan ternak yang unggul, perlu pertimbangan jenis yang sesuai dengan alam setempat
dan sistimpenyajian yang akan dilakukan. Faktor penentu dalam usaha penggembangan hijauan
makanan ternak dan faktor yang perludiperhatikan adalah: curah hujan, jenis tanah dan ketinggian
diatas permukaan laut. Dari ketiga faktor diatas, curah hujan merupakan faktor paling
penting dalam menentukan produktivitas hijauan makanan ternak dan selanjutnya jenis tanah.
Untuk memperoleh produksi hijauan maksimal maka penanaman rumput perlu dikombinasi
dengan menanam legum (kacang-kacangan). Sedangkan legum yang dapat digunakan adalah
legum herba dan legum pohon. Legum herba yang dapat digunakan antara lain sentro, stylo dan
siratro; sedangkan untuk legum pohon dapat memanfaatkan lamtoro, turi, waru atau jenis lain yang
cocok dan ada di lokasi setempat.
4) Pemagaran
Bagi padang penggembalaan pagar berfungsi sebagai alat pengaman yang membatasi ruang gerak
ternak agar ternak tidak keluar dari batas areal padang penggembalaan. Tiang penguat dapat
berupa besi atau kayu yang kuat disesuaikan dengan bahan yang ada di daerah setempat. Jarak
antara tiang penguat adalah 20 meter dengan tinggi 1,35 – 1,5 meter. Tiang semu berupa pagar
hidup (legume) dapat berupa tanaman gamal, turi, lamtoro dan lain-lain dengan jarak tanam
1 meter. Tiang penguat dan tiang semu dihubungkan dengan kawat berduri yang bersusun 2 (dua).

Tata Laksana Padang Penggembalaan dan Tatalaksana Kebun HMT


Padang penggembalaan merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi
kebutuhan pakan dimana pada lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis
rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan utama dalam pembuatan padang
penggembalaan adalah menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas, efisien dan
tersedia secara kontinyu sepanjang tahun, disamping itu sebagai media intensifikasi kawin
alam. Untuk memenuhi tujuan di atas maka perlu memperhatikan Tata Laksana Penggembalaan,
karena cara menggembalakan ternak di daerah padang penggembalaan tidak cukup hanya dengan
memasukkan ternak kedalamnya,
A. Sistem Penanaman
Sistem penanaman hijauan makanan ternak disesuaikan dengan kondisi kemiringan tanah dan kebiasaan
masyarakat setempat. Namun sebagai alternatif dapat pula dilakukan dengan cara lain yaitu sistem 3 (tiga) strata
dan sabuk lereng.
1. Sistem Tiga Strata (STS)
Sistem tiga strata merupakan suatu pola tanam hijauan makanan ternak yang ditujukan untuk
menyediakan pakan sepanjang tahun yang terdiri dari 3 (tiga) strata.

Strata – 1 : Terdiri dari tanaman rumput potongan dan legume herba/


menjalar (sentro, kalopo, kudzu, arachis, dsb.) yang
disediakan bagi ternak pada musim penghujan.

Strata – 2 : Terdiri dari tanaman legume perdu/ semak (alfalfa,


stylosanthes,desmodium rensonii, dsb.) yang disediakan
bagi ternak apabila rumput sudah mulai berkurang
produksinya pada awal musim kemarau.
Strata – 3 : Terdiri dari legume pohon (gamal, lamtoro, kaliandra, turi,
acasia, sengon, waru, dsb.) yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai fungsi. Selain untuk pakan pada musim kemarau
panjang, tanaman tersebut juga dapat digunakan sebagai
tanaman pelindung dan pagar kebun HMT maupun kayu
bakar.
2. Sistem Sabuk Lereng
Sistem sabuk lereng dilaksanakan pada lahan yang memiliki kemiringan relatif tinggi. Pada sistem ini perlu
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi karena merupakan upaya untuk melestarikan tanah, air dan
lingkungan. Sistem sabuk lereng merupakan kombinasi antara penanaman legume pohon dan rumput,
dimana legume pohon ditanam sebanyak 3 (tiga) baris secara zig-zag, lahan berikutnya ditanami rumput. Hal ini
dilakukan terus-menerus secara berselang-seling. Semakin tinggi kemiringan lahan maka jarak tanam legume
pohon semakin rapat.
B. Renovasi Padang Penggembalaan
Pada umumnya untuk padang penggembalaan dengan system penggembalaan secara kontinyu
setelah 3 (tiga) tahun perlu diperbaharui. Untuk pembaharauan ini tanaman lama dibongkar,
tanah diolah kembali dan dilakukan penanaman yang baru. Sedangkan pada padang
penggembalaan bergilir jangka panjang (6 - 9 tahun) dapat dilakukan 2 - 3 kali renovasi.

Anda mungkin juga menyukai