Anda di halaman 1dari 279

UPAYA PERBAIKAN K3 PETUGAS FILING

DI RUMKITAL DR.RAMELAN
SURABAYA TAHUN 2019

HALAMAN SAMPUL
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
(PKL)

Oleh
Mohamad Ilham Lubis
NIM G41151602

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
UPAYA PERBAIKAN K3 PETUGAS FILING
DI RUMKITAL DR.RAMELAN
SURABAYA TAHUN 2019

HALAMAN JUDUL
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
(PKL)

Diajukan sebagai salah satu syarat untukmenyelesaikan Pendidikan


di Program Studi D-IV Rekam Medik Jurusan Kesehatan

Oleh
Mohamad Ilham Lubis
NIM G41151602

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019

i
ii
PRAKATA
HAAN PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah serta pertolonganNya, sehingga laporan praktek kerja lapang yang
berjudul Upaya Perbaikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Petugas Filing di
Rumkital Dr. Ramelan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Proses
penyelesaian laporan ini dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bpk Saiful Anwar, S.TP., MP selaku Direktur Politeknik Negeri Jember
2. Sustin Farlinda, S.Kom., MT, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
3. Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes. selaku ketua program studi rekam medik
Politeknik Negeri Jember dan dosen pembimbing saya
4. Rossalina Adi Wijayanti, S.KM. M.Kes. sebagai dosen koordinator praktek
kerja lapang
5. Seluruh Dosen Rekam Medik Jurusan Kesehatan dan civitas Akademika
Politeknik Negeri Jember
6. Direksi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya yang telah
memberikan ijin praktek kerja lapang di Rumah SakitAngkatan Laut
Dr.Ramelan Surabaya
7. Pimpinan, Staf, dan Karyawan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya
Laporan praktek kerja lapang ini masih belum sempurna dan perlu
perbaikan dari berbagai aspek atau bagian, maka itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang. Semoga hasil
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat.
Surabaya, April 2019

Penyusun

iii
RINGKASAN
HALAMAN RINGKASAN
Upaya Perbaikan K3Petugas Filling di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Tahun 2019, Mohamad Ilham Lubis, NIM G41151602, Tahun 2019, Kesehatan,
Politeknik Negeri Jember, Niyalatul Muna S.Kom.,MT.
Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan
medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada
masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, rumah sakit juga merupakan pusat
latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial (menurut WHO dalam
Budi, 2011). Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, salah satu fungsi rumah sakit adalah penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus berupaya
meningkatkan produktivitas kerja tenaga kesehatannya. Untuk menunjang
produktivitas kerja petugas rekam medis, perlu adanya sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja berhubungan erat dengan sistem ketenagakerjaan atau sumber daya manusia.
Kesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya penting bagi petugas rekam medis
tetapi juga dapat menunjang produktivitas kerja.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka untuk mendukung agar pelayanan
rekam medis tersebut baik dan bermutu diperlukan kegiatan upaya perbaikan
kesehatan dan keselamatan kerja petugas. Kesehatan dan keselamatan kerja
petugas rekam medis yang baik akanberdampak positif terhadap produktivitas
kerja petugas rekam medis sehingga akan meningkatkan pelayanan kesehatan dan
menguntungkan bagi rumah sakit. Oleh karena itu, kesehatan dan keselamatan
kerja petugas rekam medis harus dipenuhi oleh manajemen rumah sakit bukan
semata karena kewajiban tetapi sebagai suatu kebutuhan setiap tenaga kesehatan.
Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah untuk upaya perbaikan kesehatan
dan keselamatan kerja petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun
2019, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terkait kesehatan dan
keselamatan kerja petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2019

iv
dengan analisa 5M, yang terdiri dari man, machine, material, method, money.
Serta mengidentifikasi prioritas masalah terkait upaya perbaikan K3 petugas filing
di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2019 menggunakan metode USG.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi pada kegiatan petugas
filing, serta wawancara kepada petugas rekam medis di bagian filing

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
HAAN PRAKATA ............................................................................................... iii
HALAMAN RINGKASAN ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan umum ............................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan khusus............................................................................................ 2
1.2.3 Manfaat ...................................................................................................... 3
1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja...................................................................... 3
1.4 Metode Pelaksanaan ................................................................................... 4
BAB 2. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT
DR.RAMELAN SURABAYA TAHUN 2019 ...................................................... 5
2.1 Sejarah Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya ............... 5
2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan
Surabaya ............................................................................................................ 8
2.3 Kondisi Lingkungan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan
Surabaya ............................................................................................................ 8
2.4 Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit ..................................................... 9

vi
BAB 3. KEGIATAN UMUM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT
DR.RAMELAN SURABAYA ............................................................................ 10
3.1 Aspek Manajemen Informasi Kesehatan ................................................ 10
3.1.1 Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis .............................................. 10
3.1.2 Standar Prosedur Operasional (SPO) ................................................. 14
3.1.3 Alur Prosedur Pelayanan Pelepasan Data Rekam Medis. ................ 17
3.1.4 Identifikasi Jenis-Jenis Formulir ......................................................... 19
3.1.5 Identifikasi Isi dan Struktur Berkas Rekam Medis ........................... 20
3.1.6 Analisis Desain Formulir Rekam Medis Sesuai dengan Standar ..... 21
3.1.7 Identifikasi Prosedur Pelaksanaan Retensi Dan Pemusnahan Berkas
Rekam Medis. ................................................................................................. 27
3.2 Aspek Klasifikasi Dan Kodefikasi Penyakit Serta Tindakan Masalah
Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Dan Tindakan Medis ......................... 28
3.2.1 Identifikasi Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Penyakit dan Tindakan Medis di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ........................................................... 28
3.3.2 Indeksing................................................................................................ 33
3.3 Aspek Hukum Dan Etika Profesi ............................................................ 34
3.3.1 Syarat-Syarat Terkait Pelepasan Informasi Kepada Pasien Atau
Pihak Ketiga .................................................................................................... 34
3.3.2 Mekanisme Untuk Memantau Dan Menangkap Pelanggaran
Terhadap RM Serta Bentuk Hukumnya...................................................... 36
3.3.3 Pelaksanaan Perundag-Undangan Tentang Kerahasiaan Isi RM
(Pelanggaran/Penyimpangan) ....................................................................... 36
3.3.4 Proses Penyampaian Informasi Tentang Data Medik Dan Resume
Pasien. .............................................................................................................. 38
3.3.5 Keamanan dan Kerahasian Data ......................................................... 38
3.3.6 Kebijakan Rumah Sakit Terhadap Rekam Medis Dan Bentuk
Sosialisasi......................................................................................................... 39
3.3.7 Alur Pelayanan Visum Et Repertum ................................................... 40

vii
3.3.8 Identifikasi formulir – formulir medis terkait pengadilan dan non
pengadilan beserta prosedur pelaksanaan ................................................... 41
3.3.9 Jenis-jenis formulir inform consent dan pelaksanaannya ................. 42
3.4 Aspek Statistik Kesehatan ........................................................................ 45
3.4.1 Alur dan Prosedur Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data
Statistik di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya........................................ 45
3.4.2 Jenis Pasien Dan Jenis Pembayaran Di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya.......................................................................................................... 56
3.4.3 Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Inap Dan Rawat Jalan di
RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA ................................................ 62
3.4.4 Analisis Grafik Barber Johnson .......................................................... 74
3.4.5 Perhitungan Grafik Barber Johnson .................................................. 77
3.4.6 Grafik Barber Johnson ......................................................................... 78
Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan
IV Tahun 2018.................................................................................................. 79
3.6 Aspek Manajemen Unit Rekam Medis ................................................... 80
3.6.1 Struktur Organisasi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya ..................... 80
3.6.2 Identifikasi Struktur Organisasi Unit Rekam Medis berikut nama,
jabatan, tugas, wewenang dan tanggungjawab pimpinan, staf, dan
masing-masing karyawan termasuk job description.................................... 81
3.6.3 Prosedur Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan
menggunakan metode WISN (Work Load indicator Staff need/kebutuhan
SDM Kesehatan berdasarkan indicator beban kerja) .............................. 140
3.6.4 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Assembling
Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya .................................................... 144
3.6.5 Mengidentifikasi perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Koding Di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ......................................................... 147
3.6.6 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRJ (
Tempat Pendaftran Pasien Rawat Jalan ) Di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya........................................................................................................ 149

viii
3.6.7 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRI (
Tempat Pendaftran Pasien Rawat Inap ) Di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya........................................................................................................ 155
3.6.8 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja IGD
(Instalasi Gawat Darurat) Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ....... 157
3.6.9 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Analisis
KLPCM Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya .................................. 160
3.6.10 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Filling Di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ...................................................... 163
3.6.11 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Pelaporan
Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ................................................. 165
3.6.12 Perhitungan Kebutuhan Rak ........................................................... 168
3.7.1 Hasil identifikasi jenis aplikasi yang digunakan dalam
penyelenggaraan unit rekam medis di Rumah Sakit. ............................... 172
3.7.2 Pengoprasian Aplikasi INACBG’s, SIMRS Serta Trouble Shooting
Yang Ada ....................................................................................................... 173
3.7.3 Hasil Analisis Sistem Informasi Pendaftaran Rawat Jalan dan Rawat
Inap Menggunakan Flowchart Sistem ....................................................... 174
3.7.4 Hasil Pelaporan Dibagian Unit Rekam Medis Berdasarkan Inputan
Dari Sistem Pendaftaran.............................................................................. 174
3.7.5 Hasil Desain Database ......................................................................... 175
3.7.6 Model Topologi Jaringan Sistem Informasi ..................................... 178
3.7.7 Analisa Teknologi Yang Digunakan Serta Rancangan Sistem Yang
183
BAB 4. KEGIATAN KHSUS RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT
DR.RAMELAN SURABAYA .......................................................................... 188
4.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada
bagian filing menggunakan aspek money yaitu anggaran dalam
pelaksanaan K3 petugas filing..................................................................... 189
BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................... 193

ix
5.1 Mengidentifikasi faktor penyebab missfile berkas rekam medis dengan
unsur manajemen 5M (Man, Money, Methode, Mechine,Material). ........ 193
5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada
bagian filing menggunakan aspek money yaitu anggaran dalam
pelaksanaan K3 petugas filing..................................................................... 194
5.1.6 Menentukan prioritas penyebab masalah kejadian K3 petugas filing
di Rumkital Dr.Ramelan dengan metode USG ......................................... 197
5.1.7 Menentukkan alternatif solusi terkait K3 petugas filling
menggunakan brainstorming. ..................................................................... 199
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 200
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 200
6.2 Saran ........................................................................................................ 201
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 202
LAMPIRAN ....................................................................................................... 204
Lampiran 1. Surat keterangan selesai melaksanakan PKL di RSAL ...... 204
Lampiran 2. Rangkuman Kegiatan Harian PKL (logbook kegiatan) ...... 206
Lampiran 3. Daftar Hadir PKL ................................................................... 210
Lampiran 4. Data Pendukung...................................................................... 213
Lampiran 4.1 Pedoman Wawancara .......................................................... 213
Lampiran 4.2 Pedoman Metode USG......................................................... 221
Lampiran 4.3 SOP terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja petugas filing 224
Lampiran 4.4 Tanda Bahaya K3 petugas .................................................. 226
229
229
Lampiran 4.5 Materi Sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
petugas ........................................................................................................... 232
Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan PKL di RSAL Surabaya................. 263

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur Prosedur Pasien Rawat Jalan .................................................... 10


Gambar 3.2 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap.................. 12
Gambar 3.3 Alur Berkas Rekam Medis Unit Gawat Darurat .............................. 13
Gambar 3.4 Alur Prosedur Pelayanan Pelepasan Data Rekam Medis Untuk
Asuransi ................................................................................................................ 18
Gambar 3.5 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan I
Tahun 2018 ........................................................................................................... 78
Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan II
Tahun 2018 ........................................................................................................... 78
Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan III
Tahun 2018 ........................................................................................................... 79
Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan IV
Tahun 2018 ........................................................................................................... 79
Gambar 3.6 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis di RUMKITAL Dr.
Ramelan................................................................................................................. 80
Gambar 3.7 Tampilan Login SIMRS .................................................................. 184
Gambar 3.8 Tampilan Home ............................................................................... 184

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

xii
DAFTAR SINGKATAN

ALOS : Average Length of Stay

BOR : Bed Occupancy Rate

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

BTO : Bed Turn Over

DRM : Dokumen Rekam Medis

GDR : Growth Death Rate

IGD : Instalasi Gawat Darurat

KARS : Komisi Akreditas Rumah Sakit

NDR : Net Death Rate

RSAL : Rumah Sakit Angkatan Laut

TPPRJ : Tempat Pendaftran Pasien Rawat Jalan

TPPRI : Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap

K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja

SIMRS : Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit

SPO : Standart Prosedur Operasional

WISN : Worklood Indicator Staf Need

USG : Urgency Seriousness Growth

COPORD : Community Oriented Program for Control of Rheumatic


Disease

xiii
TCAs : Tricyclic Antidepressants

CBT : Cognitive Behavioural Therapy

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat keterangan selesai melaksanakan PKL di RSAL................................... 203


2. Rangkuman Kegiatan Harian PKL (logbook kegiatan) .................................. 205
3. Daftar Hadir PKL ............................................................................................ 209
4. Data Pendukung .............................................................................................. 212
5. Dokumentasi kegiatan PKL di RSAL Surabaya ............................................. 231

xv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan
medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada
masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, rumah sakit juga merupakan
pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial (menurut WHO
dalam Budi, 2011). Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, salah satu fungsi rumah sakit adalah penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus
berupaya meningkatkan produktivitas kerja tenaga kesehatannya. Selain itu,
rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, tidak hanya
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetapi juga harus
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja tenaga kesehatannya.
Petugas rekam medis merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ada
di rumah sakit. Petugas rekam medis berupaya menunjang tercapainya tertib
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Untuk menunjang produktivitas kerja petugas rekam medis, perlu adanya
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja berhubungan erat dengan sistem
ketenagakerjaan atau sumber daya manusia. Kesehatan dan keselamatan kerja
tidak hanya penting bagi petugas rekam medis tetapi juga dapat menunjang
produktivitas kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis yang baik akan
berdampak positif terhadap produktivitas kerja petugas rekam medis sehingga
akan meningkatkan pelayanan kesehatan dan menguntungkan bagi rumah sakit.
Oleh karena itu, kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis harus
dipenuhi oleh manajemen rumah sakit bukan semata karena kewajiban tetapi
sebagai suatu kebutuhan setiap tenaga kesehatan.

1
2

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Kesehatan pasal 23,


kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja, serta setiap tempat kerja
wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Jika memperhatikan isi pasal di atas,
jelaslah bahwa kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis
berpengaruh terhadap produktivitas kerja.Perilaku petugas rekam medis bagian
filing dalam bekerja merupakan salah satu penyebab risiko terjadinya
kecelakaan kerja, yaitu unsafe action dan unsafe condition.
Unsafe action biasanya terjadi karena tindakan yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan standar sedangkan unsafe condition biasanya dipengaruhi
penggunaan peralatan kerja yang tidak layak atau tidak memenuhi standar. Dari
hasil wawancara awal di Rumkital Dr Ramelan Surabaya petugas filing
mengalami keluhan - keluhan yang dirasakan seperti batuk/pilek yang di
sebabkan karena debu pada rak filling terlalu banyak, nyeri punggung yang di
sebabkan oleh rak filling yang terlalu tinggi yaitu 210 cm dengan rata-rata
tinggi petugas 175 cm, petugas sering terjepit ( badan, tangan, dan jari). Filing
sendiri merupakan salah satu bagian dalam Unit Rekam Medis yang berfungsi
sebagai pengarsipan dokumen rekam medis.
Melihat permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian di Rumkital Dr Ramelan Surabaya dengan mengambil judul “Upaya
perbaikan K3 petugas filing di RUMKITAL DR RAMELAN 2019”.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan umum
Upaya Perbaikan K3 Petugas Filing di Rumkital Dr. Ramelan Tahun 2019.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi factor 5M ( Man, Money, Methode, Material, Mechine)
terkait K3 petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan Tahun 2019
3

2) Menentukan prioritas masalah terkait K3 petugas filing menggunakan


metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
3) Menentukkan alternatif solusi terkait K3 petugas filing menggunakan
brainstorming.

1.2.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Laporan ini diharapakan bermanfaat untuk mengetahui faktor penyebab
K3 petugas filing dan untuk mengetahui upaya perbaikan K3 petugas filing di
Rumkital Dr.Ramelan.

b. Bagi Politeknik Negeri Jember


Laporan ini diharapakan bisa menjadi bahan referensi dan bahan
pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran rekam medis program studi rekam
medik Politeknik Negeri Jember

c. Bagi Rumah Sakit


Laporanini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan upaya
perbaikan k3 petugas filing di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya

1.3 Lokasi dan Jadwal Kerja


a. Lokasi prakterk kerja lapang Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya yang beralamat di jalan gadung no 1 Surabaya
b. Jadwal praktek kerja lapang dengan analasis pelaksanaan kegiatan manajemen
rekam medis dan informasi kesehatan di Rumah Sakit Angakatan Laut Dr.
Ramelan Surabaya Tahun 2019 dari bulan04 Februari sampai 26 April 2019
4

1.4 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan dalam penelitian ini menggunakan 5M (Man, Money,
Methode, Material, Mechine) untuk menentukan faktor penyebab upaya perbaikan
kesehatan dan keselamatan kerja petugas filing kemudian mencari prioritas
penyebab masalah menggunakan USG (Urgency, Seriousness, Growth) dan
mencari alternatif solusi menggunakan Brainstorming.
BAB 2. KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT
ANGKATAN LAUT DR.RAMELAN
SURABAYA TAHUN 2019

2.1 Sejarah Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya


Sejarah Rumkital Dr. Ramelan Surabaya berawal pada 7 Agustus 1950,
pada saat angkatan laut kerajaan Belanda menyerang Marine Hospital Surabaya
kepada ALRIS (Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat). Kapasitas tempat
tidur terisi di RUMKITAL Dr. Ramelan adalah 692 tempat tidur. Tugas pertama
RS adalah melaksanaakan dukungan kesehatan terhadap ALRI dengan kegiatan
seleksi calon dan anggota dan pengobatan anggota yang sakit. Selanjutnya pada
bulan juni 1958 dibentuk pleton kesehatan dan tim bedah di kapal rumah sakit
untuk mendukung operasi merdeka.pada pertengahan tahun 1962 disiapkan
personil medis yang mengawali kapal rumah sakit untuk mendukung Operasi
Jayawijaya. Pembentukkan tim bedah ini dibantu oleh fakultas kedokteran
UNAIR dan seluruh sukarelawan.
RSAL Wononcolo diresmikan penggunaannya pertama kali pada tanggal
20 Desember 1962 oleh Panglima Kodamar/Armada atas nama Menteri/Kepala
Staf TNI AL. Selesai trikora dimulai kegiatan penelitian kesehatan dibawah air
bersama-sama dengan fakultas kedokteran UNAIR, terutama bagian fisiologi dan
bedah. Di awal tahun 1970, rumah sakit ini selain mendukung satuan-satuan
operasi TNI AL, dipergunakan untuk merawat kesehatan keluarga TNI AL.
Pada 20 Februari 1974 RSAL Surabaya diresmikan menjadi RUMKITAL
Dr. Ramelan berdasarkan surat keputusan kasal: SKEP/5401:/II/1974. Kemudian
pada tanggal 14 Mei 1974 peranan RUMKITAL Dr. Ramelan ditingkatkan
menjadi rumah sakit tingkat I atau pusat rujukan ABRI untuk wilayah Indonesia
Timur. Sejak saat itu, RUMKITAL Dr. Ramelan bertugas mendukung satuan-
satuan operasional ABRI yang sedang melaksanakan operasi-operasi atau latihan
di wilayah Indonesia Timur dengan pembentukkan tim bedah mobil dan
menampung penderita akibat operasi dan latihan.

5
6

Pada tahun-tahun berikutnya RUMKITAL Dr. Ramelan mengalami


perkembangan dengan dibangun dan dikembangkannya unit bedah sentral,
lembaga keangkatan lautan, fisioterapi, bengkel orthopedi, unit rawat jalan,ruang
perawatan lengkap beserta fasilitas pendukungnya, penggunaan unit hemodalisa,
unit gawat daruratterpadu, angiografi, juga gedung-gedung penunjang yaitu
gedung serba guna (GSG, Masjid Ashshihah, gapura, gedung radiologi, MRI,
taman observasi anak yang diresmikan oleh Presiden RI (18 September 2004),
radioterapi, apotek Askes, ESWL).
Pada tanggal 18 September 2009, RUMKITAL Dr. Ramelan mendapat
sertifikat akreditasi rumah sakit Nomor: YN.001.10/III/3506/09 akreditasi penuh
tingkat lengkap. sertifikat ini diberikat sebagai pengakuan bahwa rumah sakit
telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit yangmeliputi 16 pelayan.
Selain itu RUMKITAL Dr. Ramelan telah mendapat keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:HK.03.05/III/2461/2011, Rumah Sakit
Umum RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ditetapkan sebagai rumah sakit
pendidikan utama fakultas kedokteran Hang Tuah Surabaya. Sehingga dapat
menyelenggarakan pelayanan, pendidikan, dan pelatihan secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya sesuai standar rumah sakit pendidikan.
Selanjutnya, pada tanggal 29 November 2011, RUMKITAL Dr. Ramelan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 2394/MENKES/SK/XI/2011
mendapatkan ijin operasional tetap. Sehingga sampai tahun 2014, RUMKITAL
Dr. Ramelan telah akreditasi paripurna berdasarkan akreditasi versi 2012.
Terdapat 42 pelyanan unggulan diantaranya :
a. pusat penanganan gangguan pendengaran bayi dan anak (jalapuspa).
Diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 September 2004
b. radioterapi
c. Rehabmedis dilenkapi dengan fisioterapi, bengkel orhopedi, navyst, spa.
d. oksigen hiperbaric
e. bedah jantung, dibuka sejak 1999
f. MSCT, MRI, ESWLs
7

g. bedah mikro THT


h. poli estetika
i. angiografi
j. CPU
Pada tanggal 2 Mei 2014, RUMKITAL Dr. Ramelan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: KARS-SERT/35/V/2014 mendapatkan ijin
operasional tetap. Sehingga sampai tanggal 2 Mei 2017, RUMKITAL Dr.
Ramelan telah akreditasi paripurna berdasarkan akreditasi versi 2012. Terdapat 42
pelyanan unggulan diantaranya :
a. pusat penanganan gangguan pendengaran bayi dan anak (jalapuspa).
Diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 September 2004
b. radioterapi
c. Rehabmedis dilengkapi dengan fisioterapi, bengkel orhopedi, navyst, spa.
d. oksigen hiperbaric
e. bedah jantung, dibuka sejak 1999
f. MSCT, MRI, ESWL
g. bedah mikro THT
h. poli estetika
i. angiografi
j. CPU
Pada tanggal 17 Juli 2017, RUMKITAL Dr. Ramelan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: KARS-SERT/792?VIII/2017 mendapatkan ijin
operasional tetap. Sehingga sampai tanggal 17 Juli 2018, RUMKITAL Dr.
Ramelan telah akreditasi paripurna berdasarkan akreditasi versi 2012. Terdapat 42
pelayanan unggulan diantaranya :
a) pusat penanganan gangguan pendengaran bayi dan anak (jalapuspa).
Diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 18 September 2004
b) radioterapi
c) Rehabmedis dilenkapi dengan fisioterapi, bengkel orhopedi, navyst, spa.
d) oksigen hiperbaric
e) bedah jantung, dibuka sejak 1999
8

f) MSCT, MRI, ESWL


g) bedah mikro THT
h) poli estetika
i) angiografi
j) CPU

2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya

2.3 Kondisi Lingkungan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Ramelan Surabaya


Nama : Rumah Sakit TNI Aangkatan Laut (RUMKITAL Dr.
Ramelan)
Kelas RS : Tipe A/ Tingkat 1 TNI
Status Kepemilikan : Kementerian Pertahanan
Tahun berdiri : 7 Agustus 1950
Alamat : Jalan Gadung No. 1 Surabaya – Jawa Timur – Indonesi
Telepon : 62-31-8438153, 8438154
Fax : 62-31-8437511
Email : Infomedrsal@rsalramelan.com
Karumkit : Dr IDG Nalendra DI SpB SpBTKV (K)
9

Rumah Sakit TK I TNI Wilayah Timur (Intergrasi):


a) TNI AL
b) TNI AD
c) TNI AU
d) Jaminan Kesehatan Nasional
e) Masyarakat Umum
2.4 Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit
a. VISI
Rumah Sakit Pilihan Utama Bagi TNI, TNI AL dan Masyarakat
b. MISI
1. Terselenggaranya dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan
prima bagi TNI dan masyarakat.
2. Terwujudnya pusat-pusat unggulan pelayanan kesehatan yang
handal.Menjadi rumah sakit pendidikan yang berkualitas.
3. Terselenggaranya penelitian bidang kesehatan yang berorientasi pada
kesehatan matra laut.
4. Terpenuhinya sumber daya manusia yang sesuai kompetensi bidang
tugasnya
c. MOTTO
Satukan Tekad Berikan Layanan T E R B A I K (Terpercaya, Efisien, Ramah,
Berkualitas, Akurat, Inovatif, Komunikatif.
10

BAB 3. KEGIATAN UMUM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT


DR.RAMELAN SURABAYA

Kegiatan umum merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh


satu kelompok PKL di bagian unit rekam medis dan informasi kesehatan RSAL
Surabaya. Berikut rangkaian rangkaian topik kegiatan di bagian unit rekam medis
dan informasi kesehatan RSAL Surabaya:
3.1 Aspek Manajemen Informasi Kesehatan
3.1.1 Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis
a. Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Jalan

1. Pasien BPJS – 1. Pasien BPJS – 1. Pasien Umum


JKN TNI JKN NON TNI 2. Pasien
2. PBI 2. BPJS MANDIRI Kerjasama
3. Datang Sendiri
4. Rujukan Dari
RS Lain
5. Dokter/Bidan
Praktek Mndiri
6. BPJS - TK

BPJS Kesehatan

Loket Registrasi
Pembuatan Kartu Berobat Untuk Pasien Baru File Pasien

Kasir

Poliklinik Penunjang Medik

Selesai Pelayanan Di Poliklinik

Dirujuk Ke RS
Dirawat Apotek
Lain

Pendaftaran Pasien Rawat


Inap (Tempat Informasi Dan
Registrasi Pasien Rawat Inap )

Sembuh / Perlu
Berobat Lagi

Pulang

Gambar 3.1 Alur Prosedur Pasien Rawat Jalan


Penjelasan alur diatas bahwa di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr,Ramelan
Surabaya pada bagian pendaftaran rawat jalan terdapat 6 loket pendaftaran yaitu :
Loket 1 digunakan untuk pendaftaran pasien baru BPJS – JKN TNI, POLRI,
PNS,Keluarga, HANKAM, NON HANKAM,Mandiri maupun PBI, Loket 2
11

digunakan untuk pendaftaran pasien baru umum mandiri dan kerjasama maupun
pasien lama umum, Loket 3 digunakan untuk pasien yang mendaftar ke Poli
Fisioterapi, Poli THT, Poli Anak, Poli Kulit dan Kelamin, Poli Jiwa / Psikiatri,
Rehab medik, Poli Gigi, dan Andrologi, Loket 4 digunakan untuk pasien yang
akan mendaftar ke Poli Penyakit Dalam, Onkologi, Ginjal, Hati, Hemodialisis,
Endokrin, VCT, Loket 5 digunakan untuk pasien yang akan mendaftar ke Poli
Saraf, Kandungan, Jantung, Mata, Akupuntur, Estetika, Jala puspa, dan Loket 6
digunakan untuk pasien yang akan mendaftar ke Poli Bedah Anak, Bedah
Onkologi, Bedah TKV / Thorax, Bedah Digestif, Bedah Umum, Bedah Orthopedi,
Bedah Urologi, Bedah Saraf, Bedah Plastik, dan Radioterapi
Untuk pasien baru / lama BPJS, terlebih dahulu diwajibkan mencetak SEP
(Surat Eligibilitas Peserta) sebelum mendaftar di loket pendaftaran, apabila sudah
mencetak SEP di counter BPJS pasien harus mendaftar di loket pendaftaran sesuai
poli yang akan dituju. Jika pasien baru, mendaftar pada loket 2 dengan membawa
rujukan dari PPK II serta SEP yang telah dicetak dan petugas akan mengecek
semua persyaratan. Apabila semua persyaratan sudah lengkap petugas pendaftaran
akan menginputkan data pasien kedalam komputer dan akan dibuatkan berkas
rekam medis maupun kartu berobat. Jika pasien lama, pasien mengisi blanko
kontrol di loket pendaftran sesuai dengan tujuannya. Sedangkan untuk pasien baru
umum, terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan identitas
pasien. Petugas pendaftaran akan menginputkan data pasien kedalam komputer
dan membuatkan berkas rekam medis serta kartu berobat. Setelah mendaftar di
loket pendaftaran, pasien baru / lama harus menuju kasir terlebih dahulu untuk
membayar biaya pendaftaran dan konsul. Dan selanjutnya pasien diarahkan
menuju poliklinik yang dituju dan petugas mendistribusikan berkas rekam medis
pasien menuju poli yang dituju pasien. Setelah data diinputkan kedalam komputer
pasien diarahkan menuju poli yang dituju dan petugas akan mendistribusikan
berkas rekam medis pasien ke poliklinik yang dituju pasien. Selesai pelayanan
pasien bisa dinyatakan di rujuk ke RS lain, di rawat, maupun sembuh. Jika
dinyatakan sembuh, pasien langsung menuju apotik untuk menebus obat yang
diresepkan oleh dokter. Apabila di rawat pasien harus mendaftar di tempat
pendaftaran rawat inap / tempat informasi dan registrasi rawat inap.
12

1. Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Inap

Pasien rawat inap ada macam yaitu mendapat rujukan dari poliklinik, PPK
(Puskesmas) atau datang sendiri ke IGD . Jika pasien mendapatkan rujukan rawat
inap dari poliklinik maka pasien diarahkan menuju loket registrasi untuk
menyelesaikan administrasi kemudian pasien bisa mendapatkan kamar rawat inap.
Apabila pasien mendapat rujukan dari puskemas maka pasien diarahkan ke
poliklinik untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Prosedur berikutnya
sama seperti pasien yang mendapatkan rujukan rawat inap dari poliklinik. Jika
pasien rawat inap yang datang dari UGD maka semua pendaftaran dan
administrasi pasien dilakukan di UGD
b. Alur Rekam Medis (Rawat Inap, Rawat Jalan, dan UGD)
1. Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Dan Rawat Inap

Gambar 3.2 Alur Berkas Rekam Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap
Keterangan Flowchart:
Saat pasien baru datang akan diminta untuk mengisikan blanko untuk
diinputkan datanya ke komputer oleh petugas agar pasien mendapatkan nomor
rekam medis, tetapi jika pasien lama yang datang ke pelayanan cukup menunjuka
Kartu Index Berobat (KIB) dan file dapat langsung di cari dan apabila pasien tidak
membawa KIB maka nomor rekam medis akan dicari berdasarkan data sosial
13

pasien seperti nama dan alamat. Apabila file tidak ditemukan maka petugas akan
membuatkan file bantu agar pelayanan medis bisa tetap dilakukan. Setelah file
rekam medis telah tersedia akan dicatat di buku ekspedisi kemudian diantarkan ke
poli oleh petugas, dan pasien menunggu perawatan di poli yang dituju.
Bila pasien tidak dinyatakan untuk rawat inap maka berkas rekam medis
akan di assembeling dan dikoding selanjutnya diserahkan ke filling. Apabila
dinyatakan rawat inap, maka akan dilakukan registrasikan rawat inap untuk
mendapatkan kamar perawatan. Selanjutnya bila perawatan, pengobatan dan
penatalaksanaan telah selesai maka file segera dikembalikan ke ruang file
(Minmed). Pada ruang file akan dilakukan analisa ( assembeling) terhadap berkas
kembali tersebut untuk meng-check kelengkapan meliputi diagnosa dan tanda
tangan DPJP.
2. Alur Berkas Unit Gawat Darurat

Gambar 3.3 Alur Berkas Rekam Medis Unit Gawat Darurat


Keterangan Flowchart :
14

Pasien datang terlebih dahulu di tangani di perawatan P1/P2/P3,


administrasi dapat dilakuakn oleh keluarga pasien atau pengantarnya. Petugas igd
akan memngisikan lembar triage, keudian petugas bertanya apakah pasien adalah
pasien lama atau baru, jika pasien adalah baru maka keluarga/pengantar untuk
mengisi blanko pendafatan baru, bila pasien adalah pasien lama dan membawa
KIB maka petugas akan menatat nama di dalam buku register IGD namun bila
tidak membawa maka petugas akan mencari nomor rekam medisnya berdasarkan
identitias sosial pasien. Apabila data ditemukan maka dicatat di buku register IGD
namun bila tidak ketemu maka pasien akan didaftarkan sebagai pasien baru.
Setelah perawatan darurat selesai maka dokter akan memutuskan untuk
rawat inap atau tidak, apabila tidak rawat inap maka berkas rekam medis gawat
darurat akan di kembalikan ke Minmed untuk dilakuan kodefikasi dan filling,
namun bila pasien di rawat inap maka petugas IGD akan meminta file ke bagian
filling. Bagian filling akan mencari sesuai nomor rekam medisnya, apabila
ditemukan maka akan dilakukan register rawat inap jika tidak ketemu maka
sementara menggunakan file bantu.
Pasien dengan jenis kepesertaan umum maka berkas rekam medis akan
langsung dibawa ke ruang perawatannya, jika pasien BPJS maka kepengurusan
SEP dilakukan terlebih dahulu setelahnya berkas diantarkan ke ruang perawatan.
Perawatan seslai maka berkas rekam medis dikembalikan ke ruang rekam medis,
petugas akan melakukan assembeling untuk meng-check kelengkapannya, jika
belum lengkap akan dikembalikan ke ruangan perawatan barulah setelah lengkap
dapat dilakukan kodefikasi dan di inputkan ke komputer dan berkas dapat di
simpan

3.1.2 Standar Prosedur Operasional (SPO)


a. Sistem Penamaan
1) Setiap pasien baru wajib mengisi formulir pendaftaran pasien yang tersedia
di registrasi rawat jalan/ IGD dengan lengkap, benar dan jelas sesuai dengan
kartu identitas yang masih berlaku seperti KTP/ KTA dll.
2) Petugas Minmed di registrasi Rawat Jalan/ Rawat Inap/ IGD membuatkan
file pasien sesuai dengan kriteria pasien:
15

a) BPJS
TNI, PNS, Keluarga, HANKAM, NON HANKAM, Mandiri, PBI.
b) UMUM
1. UMUM Mandiri
2. Kerjasama
3) Lembar identitas pasien berisi :
a) Tanggal Pembuatan RM
b) No. RM: Keluar otomatis sesuai program komputer
c) Nama Pasien :
1. Nama pasien ditulis sesuai dengan identitas (KTP/KTA, SIM, dll)
2. Kata Tn/ Ny/ An/ Ny By ditulis dibelakang nama.
Contoh : Larasati, Ny.
3. Apabila bayi baru lahir/ belum diberi nama ditulis ibu bayi, Ny. By.

Contoh: Larasati, Ny. By.


4. Apabila bayinya kembar, ditulis nama ibu bayi, Ny. By. I/ Ny. By. II
dst.

Contoh: Larasati, Ny. By. I dan Larasati, Ny. By II.


4) Lain-lain

b. Sistem Penomoran
1) Petugas Pendaftaran memasukkan data identitas pasien sesuai dengan data
terbaru yang diisi pada lembar identitas pasien kedalam program health
corner di komputer link.
2) Data identitas untuk bayi baru lahir penamaan sesuai dengan nama ibu
ditambah dengan bayi, sedangkan identitas lainnya sesuai dengan identitas
yang diberikwn dari ruang melahirkan.
Contoh: Nama Ibu: Leni Marlina Nama Bayi: Leni Marlina, Ny. By.
3) Setelah semua identitas pasien masuk kedalam computer maka nomor
rekam medis akan keluar secara otomatis.
4) Penomoran rekam medis pasien di RUMKITAL dr. Ramelan menggunakan
nomor dengan angka akhir (penambahan di akhir nomor).
16

Contoh : Nomor sebelumnya 00-00-00-01 makan nomor selanjutnya adalah 00-


00-00-00-02 dan seterusnya.
5) Apabila terjadi gangguan misalnya listrik padam, jaringan computer trouble
dan lain-lain yang mengakibatkan tidak berjalannya penomoran rekam
medis secara otomatis, maka file akan ditetap dibuat dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Ambil blangko identitas manual.
b) Isikan data pasien sesuai dengan blangko pendaftaran yang diisi oleh
pasien.
c) Lembar identitas yang telah diisi secara manual masukkan ke dalam file
(tanpa nomor) selanjutnya dapat didistribusikan ke poliklinik tujuan
dengan perlakuan khusus.
d) Apabila listrik telah hidup, computer telah pulih atau gangguan yang
menyebabkan sistem penomoran otomatis berhenti telah terlampaui maka
segera masukkan identitas pasien dari lembar identitas untuk
mendapatkan nomor rekam medis secara otomatis, hal ini berlaku untuk
pasien yang akan rawat inap.
e) Setelah file (tanpa nomor) dari unit rawat jalan kembali ke bagian rekam
medis, maka cari ke komputer link dengan pencarian nama dan atau
alamat pasien untuk mendapatkan nomor rekam medis.
f) Setelah file pasien telah diberi nomor rekam medis maka file dapat
dimasukkan ke dalam rak penyimpanan.
g) Untuk kartu pasien bisa kita berikan setelah pasien berkunjung kembali
dengan cara mencari nama dan atau alamat pasien ke dalam komputer.

c. Sistem Penyimpanan
1) Sistem penyimpanan berkas rekam medis pasien menganut sistem
sentralisasi dimana berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat inap dan
instalasi gawat darurat menjadi satu disimpan secara terpusat.
2) Setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis.
17

3) Penyimpanan berkas rekam medisaktif menggunakan sistem terminal digit


filing dengan menggunakan 10 angka yang dikelompokkan masing-masing
terdiri dari 2 angka.
4) Sistem penyimpanan berkas rekam medis in aktif yang sudah 5 tahun tidak
berobat (lihat tabel retensi) akan dipisahkan sendiri diruang berkas rekam
medis in aktif.

d. Sistem Pengendalian
1) Petugas file mengirim berkas rekam medis pasien sesuai dengan permintaan
loket pendaftaran paien rawat jalan dan instalamelan gawat darurat (IGD).
2) Petugas file mengambil berkas rekam medis pasien yang telah selesai
dipakai oleh poliklinik/ unit rawat jalan dalam waktu 1x24 jam.
3) Petugas file mengirim berkas rekam medis pasien sesuai dengan permintaan
ruangan maupun IGD dengan buku ekspedisi peminjaman.
4) Berkas rekam medis pasien pulang rawat inap dikembalikan oleh perawar
ruangan dalam waktu 2x24 jam.
5) Berkas reakam medis pasien dari IGD dikembalikan oleh petugas IGD
dalam waktu 1x24 jam.
6) Petugas assembling mencatat nomor ekspedisi berkas rekam medis yang
telah kembali di buku ekspedisi pada waktu itu.
7) Petugas assembling menyeleksi berkas rekam medis pasien, apabila ada
yang belum lengkap file pasien dikembalikan sesuai dengan ruangannya
masing-masing dan segera dilengkapi paling lambat 14 hari berkas rekam
medis pasien harus sudah dikembalikan.
8) Mensortir berkas rekam medis pasien menurut nomor akhir.
9) Petugas filing memasukkan berkas ke dalam rak serta mengambil out guide
dari rak penyimpanan.

3.1.3 Alur Prosedur Pelayanan Pelepasan Data Rekam Medis.


a. Asuransi
18

Pemohon

Ke kantor bagian
permintaan data

Untuk keperluan apa?


bukan Pemohon sebagai ahli waris /
bukan

ya
Menyerahkan :
- Surat
pelimpahan kuasa
Mengisi blanko
- KTP 2 pihak
surat permohonan
(pemohon dan
data medis
pemilik data
medis)
- KK

Permintaan di Pemohon
proses, apakah tidak mengecek ulang
disetujui ? persyaratan

ya

Petugas
menginputkan
data permintaan
ke Excel

Pemrosesan

Selesai

Data diserahkan
kepada pemohon

Gambar 3.4 Alur Prosedur Pelayanan Pelepasan Data Rekam Medis Untuk
Asuransi
Pemohon datang ke kantor administrasi medis bagian permintaan data.
Petugas menanyakan permintaan data tersebut digunakan untuk keperluan apa ?
Dan pemohon datang sebagai ahli waris atau bukan ?apabila pemohon datang
bukan sebagai ahli waris maka wajib menyerahkan : Surat pelimpahan kuasa,
KTP 2 belah pihak (pemohon dan pemilik data medis), Kartu Keluarga. Jika
pemohon datang sebagai ahli waris maka langsung mengisi blanko surat
permohonan data medis. Kemudian permintaan diproses untuk disetujui atau tidak
disetujui. Pemrosesan tidak dapat dilakukan pada hari itu juga dikarenakan
19

petugas harus memverifikasi permintaan kepada DPJP dan menyarikan berkas


rekam medis pasien terlebih dahulu. Petugas juga harus menginputkan data
permintaan ke Excel.Apabila permintaan tidak disetujui, pemohon diharap
mengecek kembali persyaratan dalam permintaan data medis.Setelah pemrosesan
selesai, maka data dapat diserahkan kepada pemohon.
b. BPJS Ketenagakerjaan (Jasa Rahrja)
c. BPJS Kesehatan

3.1.4 Identifikasi Jenis-Jenis Formulir


a. Rawat Jalan
1) General Consent
2) Identitas Rawat Jalan
3) 30. Cheklist Tugas DPJP Rawat Jalan
4) 31a. Resume Poliklinik (Summary List)
5) 31b. Pengkajian Keperawatan Rawat Jalan
6) 33. Lembar Klinik.
7) 52. Lembar Informasi dan Edukasi.
b. Rawat Inap
1) General Consent
2) 1b/32 Pengkajian IGD / Rawat Jalan
3) 2. Pesetujuan Rawat Inap
4) 3. Checklist DPJP Rawat Inap
5) 4. Cheklis Penerimaan Pasien
6) 5. Transfer Pasien Dalam Rumah Sakit
7) 6. Pemeriksaan Dokter Rawat Inap.
8) 7. Catatan Perkembangan Pasien.
9) 8. Profil Pengobatan Pasien.
10) 9c. Formulir DPJP
11) 10. Grafik Data Vital Pasien.
12) 13. Ringkasan Keluar (Resume)
13) 14. Tindakan Keperawatan/ Bidan
14) 20. Resume Pulang Pasien Rawat Inap
20

15) 21. Penempelan Hasil Lab dan Penunjang lain


16) 22. Penilaian Assemen pasien risiko jatuh
17) 51. Timbang Terima Pasien.
18) 52. Lembar Informasi dan Edukasi.
19) 66. Surat Permintaan Bimbingan Rohani.
20) 88. Form Surveilans IRS
c. IGD
1) General Consent
2) Identitas Rawat Jalan
3) 1a. Triage
4) 1b. Pengkajian IGD
5) 52 Lembar Informasi dan Edukasi

3.1.5 Identifikasi Isi dan Struktur Berkas Rekam Medis


Isi dan struktur rekam medis yang ada di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya sudah cukup memenuhi standar minimal menurut Permenkes No. 269
Tahun 2008 dimana isi rekam medis minimal yang harus ada adalah:
a. Rawat Jalan
1) Identitas Pasien
2) Tanggal dan Waktu
3) Hasil anamnesa
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
5) Diagnosa
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan/ tindakan
8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
9) Odontogram gigi untuk pasien kasus gigi
10) Persetujuan tindakan medis.
b. Rawat Inap
1) Identitas Pasien
2) Tanggal dan Waktu
3) Hasil anamnesa
21

4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic


5) Diangnosa
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan/ tindakan
8) Persetujuan tindakan medis.
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan Masuk dan Keluar
11) Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan
12) Pelayanan lain.
13) Odontogram gigi untuk pasien kasus gigi
c. Gawat Darurat
1) Identitas pasien
2) Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurannya keluhan dan riwayat
penyakit
6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
7) Diagnose
8) Pengobatan/ tindakan
9) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut
10) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
11) sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan pindak ke sarana
pelayanan kesehatan lain
12) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

3.1.6 Analisis Desain Formulir Rekam Medis Sesuai dengan Standar


a. Resume
1) Identifikasi Aspek Anatomi
22

No. Bagian Keterangan

1 Heading 1. Nama instansi di kiri bagaian formulir


2. Judul di tengah bagian formulir
3. No. DRM jelas sesuai urutan
4. Tidak terdapat logo instansi

2. Introduction Jelas tertera “ Ringkasan Keluar ( Resume)”

3. Intruction Terletak di bagian kiri bawah disertai keterangan

4. Body 1 Pengelompokan
a. Data sosial :
b. Data medis :
- Nama pasien - Diagnosa masuk
- Pagkat/ Gol - Diagnosa utama
- Co morbid/ Diagnosa
- No RM
tambahan
- Alamat - Jenis tindakan
- MRS - Alasan dirawat
- Ringkasan penyakit
- Tgl lahir
- Pemeriksaan fisik
- Pekerjaan - Lab/ penunjang
- Tanggal MRS - Terapi pasien
- Tgl KRS - Hasil konsul
- Perkembangan selama
- Lama dirawat dirawat
- Ruangan - Keadaan waktu pulang
- Waktu kontrol ulang
- Saran/ instruksi tindak
2. Type Style : Jenis font yang digunakan Arial
lanjut
3. Margin :
4. Spasi :
23

5. Closed Ruang autentifikasi pasien/ keluarga


Ruang autentifikasi dokter
Ketrangan temapt tanda tangan
2) Aspek Fisik
Ringkasan Masuk dan
No. Bagian Resume
Keluar
1. Warna Tiga warna ( putih , Pu Hijau
merh muda, kuning)

2 Bahan Kertas Nirkabo HVS

3 Bentuk Potrait A4 Potrait

4 Ukuran HVS standart 32,5 cm HVS standart


x 12,5 cm

3) Aspek isi
No. Identifikas Resume Ringkasan Infromed Ringkasa
i Masuk conscent n Masuk
Dan Keluar dan
Keluar
1. Kelengkapa a. Data identitas
n Pasien :
butir data - Nama pasien
- Pagkat/ Gol
- No RM
- Alamat
- MRS
- Tgl lahir
- Pekerjaan
- Tanggal
MRS
24

- Tgl KRS
- Lama dirawat
- Ruangan
b. Data klinis :
- Diagnosa
masuk
- Diagnosa
utama
- CoMorbid/
Diagnosa
tambahan
- Jenis
tindakan
- Alasan
dirawat
- Ringkasan
penyakit
- Pemeriksaan
fisik
- Lab/
penunjang
- Terapi pasien
- Hasil konsul
2. Terminolog a. Istilah:
i Terdapat di
item
diagnosa dan
tindakan
b. Singkatan :
KRS
MRS
25

DPJP
Analisa :
Desain formulir resume (ringkasan keluar ) telah memenuhi aspek dasar
desain yakni aspek fisik, anatomi dan isi terbukti dengan item-item isian data
yang tertera di dalam formulirnya sehingga dapat menjadi informasi yang akan
disampaikan ke penerima layanan ( pasien) dan menjadi bukti dari perawatan
yang diterimnaya selama dirawat. Hal inilah yang perlu di perjelas untuk
mendapatakan data yang informatif maka membutuhkan media perantara yang
baik , dari aspek anatomi telah memenuhi standar desain yakni terdapatnya
heading, introduction, instruction, body dan close.
b. Analisis Desain Formulir Ringkasan Masuk Dan Keluar
Analisis Anatomi Formulir :
1) Heading

Pada formulir ringkasan masuk dan keluar pada bagian heading terdiri logo
instansi, nama instansi rumah sakit, alamat instansi, dan nomor telepon instansi
2) Introduction

Untuk bagian introduction pada formulir ringkasan masuk dan keluar terdiri
dari judul formulir dan nomor rekam medis pasien
3) Instruction

Tidak terdapat instruction pada Formulir Ringkasan Masuk Dan Keluar.


4) Body

Isi / body dari formulir ringkasan masuk dan keluar terdapat kunjungan,
No.BPJS, ruang / kelas perawatan, nama pasien, jenis kelamin, jenis pasien,
tanggal lahir / umur pasien, alamat lengkap pasien, pekerjaan, pangkat /
golongan, agama, NRP / NIP, kotama, status, satker, telp / hp, keluarga
terdekat, hubungan, alamat, telp.kel, tanggal masuk rumah sakit, pindah ruang
rawat inap ke, pada tanggal / jam, lama dirawat, tanggal keluar rumah sakit,
diagnosa masuk, diagnosa keluar meliputi : utama; pembanding; penyerta;
komplikasi beserta kodenya, penyebab cidera dan keracunan beserta kodenya,
nama operasi / tindakan, jenis operasi, tanggal, kode icd 9cm, infeksi
26

nosokomial, penyebab infeksi, imunisasi yang pernah didapat meliputi :


1.BCG; 2.DPT; 3.TFT; 4.DT; 5.Campak; 6.Polio, 7. ...., pengobatan radioterapi
/ kedokteran nuklir, imunisasi yang diperoleh selama dirawat, transfusi darah,
cc, golongan, resus, keadaan keluar meliputi : sembuh; membaik; dirujuk;
pulang atau permintaan sendiri; meninggal < 48 jam; meninggal > 48 jam; lari,
dan terakhir sebab kematian
5) Close

Bagian close formulir ringkasan masuk dan keluar terdiri dari tanda tangan
DPJP / Dokter yang merawat
Saran : untuk kolom nama operasi / tindakan sebaiknya dijadikan satu dengan
kolom diagnosa, dan untuk TTD DPJP serta dokter yang merawat seharusnya
dibedakan / disendirikan

c. Analisis Desain Formulir Pemberian Informasi dan Pernyataan Persetujuan


Operasi / Tindakan Medis / Tindakan Diagnostik

Analisis Anatomi Formulir :


1) Heading

Pada formulir ringkasan Pemberian Informasi dan Pernyataan Persetujuan


Operasi / Tindakan Medis / Tindakan Diagnostik pada bagian heading
terdiri nama instansi rumah sakit dan nomor DRM
2) Introduction

Untuk bagian introduction pada formulir ringkasan Pemberian Informasi


dan Pernyataan Persetujuan Operasi / Tindakan Medis / Tindakan
Diagnostik terdiri dari judul formulir dan nomor rekam medis pasien
3) Instruction
Pada formilir Pemberian Informasi dan Pernyataan Persetujuan Operasi /
Tindakan Medis / Tindakan Diagnostik terdapat instruction yang terdapat
pada bawah kolom pemberian informasi
4) Body
27

Isi / body dari formulir Pemberian Informasi dan Pernyataan Persetujuan


Operasi / Tindakan Medis / Tindakan Diagnostik terdiri dai kolom
pemberian infomasi dan kolom persetujuan tindakan kedokteran. Untuk
kolom pemberian informasi berisi dokter pelaksana tindakan, pemberi
informasi, penerima informasi / pemberi persetujuan *, jenis informasi, isi
informasi, tanda centang, nama dan ttd doketr, nama dan ttd pasien / wali.
Kolom persetujuan tindakan kedokteran berisi nama pasien / wali,tanggal
lahir / umur, jenis kelamin, pangkat / gol, NRP / NIP, kesatuan, alamat,
tanggal dan jam, ttd saksi.
5) Close
Bagian close Formulir Pemberian Informasi dan Pernyataan Persetujuan
Operasi / Tindakan Medis / Tindakan Diagnostikterdiri dari tanda tangan
keluarga pasien dan perawat/ bidan.
Saran : untuk judul kolom persetujuan tindakan kedokteran kurang spesifik,
sebaiknya disamakan seperti judul formulir. Untuk tulisan keterangan pengisian
sebaiknya lebih diperkecil dan diletakkan dipaling bawah dan juga belum terdapat
cara pengisisan untuk kolom tanda centang.

3.1.7 Identifikasi Prosedur Pelaksanaan Retensi Dan Pemusnahan Berkas


Rekam Medis.
Penyusutan dan Penghapusan Berkas Rekam Medis Pasien.
a. Retensi/ Penyusutan
1) Memisahkan berkas rekam medis pasien yang kunjungan terakhir ≥ 5
tahun dari rak berka rekam medis pasien aktif. Setelah diambil ringkasan
pulang (resume) dan persetujuan tindakan medis, berkas yang lain bisa
dimusnahkan.
2) Untuk berkas rekam medis pasien meninggal dipisahkan dari rak pasien
aktif, setelah 5 tahun baru diambil ringkasan pulang (resume),
persetujuan tindakan medis, laporan operasi, ringksan keluar dan masuk,
data pasien.
28

3) Ringkasan pulang (resume), persetujuan tindakan medis, laporan operasi,


ringksan keluar dan masuk, data pasien disimpan ditempat penyimpanan
arsip pasien in aktif dan berkas rekam medis pasien meninggal.
4) Ringkasan pulang (resume), persetujuan tindakan medis, laporan operasi,
ringksan keluar dan masuk, data pasien setelah disimpan selama 7 tahun
bisa dimusnahkan dengan cara dibakar atau dicacah dibuat bubur.
b. Pemusnahan
1) Penilaian berkas rekam medis yang akan dimusnahkan dilakukan oleh
Tim rekam medis, berkas rekam medis yang masih bernilai guna
disimpan dalam waktu yang ditentukan oleh Tim rekam medis.
2) penghapusan dilakukan oleh Tim Pemusnahan yang ditunjuk dengn Sprin
Karumkital dr. Ramelan yang sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari
Komite Medik, Tim rekam medis, Sekretariat (kearsipan), Bagminmed
(penyelenggara rekam medis) unsure pelayanan pasien (perawat) serta
unsur pengamanan rumah sakit (provost dan security).
3) Pelaksanaan penghapusan dibuatkan berita acara, dilampiri daftar
pertelaan berkas rekam medis pasien yang di hapuskan untuk dikirim ke
Karumkital dr. Ramelan dan Kadiskesal sebagai laporan.

3.2 Aspek Klasifikasi Dan Kodefikasi Penyakit Serta Tindakan Masalah


Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Dan Tindakan Medis
3.2.1 Identifikasi Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Klasifikasi dan Kodefikasi Diagnosis Penyakit dan Tindakan Medis
di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Kegiatan pengkodean ialah penetapan atau pemberian kode
menggunakan huruf atau angka guna mewakili sebuah atau sekumpulan
komponen data (Budi, 2011). Kegiatan yang dilakukan dalam koding meliputi
kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dan tindakan medis. Standarisasi Kode
Diagnosa Tindakan dan Kode Proses Tindakan Medis (Coding) memuat beberapa
prosedur diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menerima berkas rekam medis pasien dari unit rawat inap di bagian
assembling,
29

b. Melihat diagnose dokter pada lembar masuk dan keluar atau resume
dokter,
c. Petugas koding melakukan verifikasi kodefikasi yang telah dibuat oleh
dokter pada diagnosa berdasarkan buku ICD 10 atau kode prosedur
tindakan pada buku ICD 9 CM,
d. Tulis kode yang sesuai pada kolom kode diagnosa di sebelah diagnosa,
e. Memasukkan kode ICD 10 atau kode prosedur tindakan pada buku ICD 9
CM kedalam computer SIMRS,
f. Untuk koding berkas rekam medis rawat jalan dilakukan oleh masing-
masing counter klinik dengan cara memasukkan diagnose pada counter
klinik dengan cara memasukkan diagnose pada computer SIMRS.
Menurut SPO kodefikasi pada RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, dokter
lah yang bertugas memberikan koding penyakit serta tindakan pada berkas rekam
medis khusus rawat inap dan perawat pada masing-masing poli yang memberikan
kode penyakit serta tindakan pada berkas rawat jalan, sedangkan petugas rekam
medis hanya bertugas sebagai verifikator khusus berkas rawat inap yang telah di
assembling jika terdapat kolom kode diagnose yang belum terisi. Menurut SPO
Kodefikasi, petugas rekam medis melakukan verifikasi dengan menggunakan
buku ICD -10 volume III untuk menemukan istilah atau diagnosa yang dicari,
akan tetapi petugas rekam medis kurang memaksimalkan penggunaan buku ICD -
10 volume I (Tabular List) untuk memeriksa keakuratan kode dikarenakan
keterbatasan petugas assembling yang jumlahnya hanya 2 orang dan harus
menyelesaikan proses assembling yang rata-rata jumlah berkas yang masuk dari
rawat inap per harinya yaitu sekitar ±150 berkas yang menyebabkan proses
kodefikasi sedikit terhambat sehingga tidak jarang petugas verifikasi melakukan
double job untuk membantu petugas assembling. Kemudian petugas koding
memverifikasi kode penyakit ke dalam kolom kode diagnosa pada Resume Pasien
Pulang (RM 13). Setelah berkas telah di verifikasi, petugas assembling melakukan
penginputan kedalam SIMRS akan tetapi petugas pada setiap counter poli tidak
menginputkan di SIMRS.
Kode klasifikasi penyakit oleh World Health Organization (WHO)
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan
30

faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan


negara anggotanya termasuk Indonesia menggunakan buku klasifikasi dan
kodefikasi penyakit atau biasa disebut dengan ICD-10 dan ICD 9 CM
(menggatikan ICD-9 pada tahun 1998 melalui SK Menkes RI No. 50/
MENKES/KES/SK/I/1998). Selain itu, penerapan pengkodean dengan
menggunakan sistem ICD digunakan untuk :
1. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan
2. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.
3. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis
karakter ristik pasien dan penyedia layanan.
4. Bahan dasar dalam pengelompokan DRGs (diagnosis related groups) untuk
sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan.
5. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.
6. Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan pelayanan
medis
7. Menentukan bentuk pelayanan yang ahrus direncanakan dan dikembangkan
sesuai kebutuhan zaman.
8. Analisis pembiayaan kesehatan
9. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis ( Hatta, 2012).
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu penetapan diagnosis seorang pasien yang merupakan
kewajiban hak dan tanggung jawab tenaga medis yang terkait tidak diubah oleh
karenanya diagnosis dan tindakan yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD -10 dan ICD-9
CM. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis
dimana tugas tersebuat telah tertuang pada 7 kompetensi perekam medis yaitu
pada kompetensi ke 2 yang memuat tentang proses Klasifikasi dan Kodefikasi
Diagnosis Penyakit dan tindakan Medis(Budi, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui beberapa ketidaksesuaian
SPO dengan kondisi sebenarnya dan beberapa permasalahan ketidakspesifikan
SPO kodefikasi adalah sebagai berikut:
31

1. Kurang spesifiknya SPO pada point a yaitu “Menerima berkas rekam


medis pasien dari unit rawat inap di bagian assembling”, yang sebaiknya
lebih ditekankan pada kelengkapan pengisian berkas khususnya pada kolom
diagnose dan tindakan pada berkas ringkasan masuk dan keluar dan ringkasan
keluar dimana untuk proses pengecekan dapat dilakukan oleh petugas
assembling yang dapat bekerja sama dengan peetugas poli atau ruangan untuk
turut serta membantu pengecekan berkas dan hal tersebut dapat ditunjang
dengan melakukan pelatihan secara berkala dan di sertakan list point yang
harus diisi dengan lengkap. List tersebut dapat berbentuk sebagai berikut :
Tabel 4.1 Checklist kelengkapan diagnose, tindakan dan kodefikasi berkas
Rawat Inap.
No. Lembaran Point Ceklist
1. Ringkasan Masuk dan Diagnosa Masuk
Keluar Diagnosa Utama +
Kodefikasi
Diagnosa penyerta
(Jika ada)
Penyebab Cidera dan
Keracunan ( tergantung
kasus)
Nama Operasi /
Tindakan + Jenis
Operasi + Tanggal +
Kode ICD 9
2. Ringkasan Keluar (Resume) Diagnosa Masuk +
Kodefikasi
Diagnosa Utama +
Kodefikasi
Diagnosa Tambahan
(jika ada)
Jenis tindakan +
32

kodefikasi

Kemudian untuk tertib administrasi seperti pencatatan file masuk dari


ruang rawat inap sudah tercatat secara manual sehingga untuk berkas yang
masuk dari poli maupun ruangan akan di catat kedalam buku ekspedisi. Akan
tetapi hal tersebut tidak memungkiri terjadinya human eror seperti lupa
mencatat atau salah mencatat/ tulis. Berdasarkan penjelasan di atas sebaiknya
SPO kodefikasi pada point a lebih diperinci sebagai berikut:
“Menerima berkas rekam medis pasien dari unit rawat inap di bagian
assembling secara lengkap terutama kode diagnose dan tindakan pada
lembar Ringkasan Masuk dan Keluar dan Resume Keluar serta
dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi sesuai masing-masing
ruangan”.
2. Kurang spesifiknya SPO pada point c yaitu “Petugas koding melakukan
verifikasi kodefikasi yang telah dibuat oleh dokter pada diagnosa
berdasarkan buku ICD 10 atau kode prosedur tindakan pada buku ICD
9 CM”, yang sebaiknya diberikan tambahan mengenai prosedur penetapan
kode diagnose yaitu yang pertama menggunakan buku ICD -10 volume III
untuk menemukan istilah atau diagnosa yang dicari, kemudian memeriksa
keakuratan kode dengan menggunakan buku ICD - 10 volume I (Tabular
List). Serta jangan lupa tetap menggunakan pedoman yang ada pada buku
ICD 10 volume II. Sehingga SPO kodefikasi dapat diperinci menjadi:
“Petugas koding melakukan verifikasi kodefikasi yang telah dibuat oleh
dokter pada diagnosa berdasarkan buku ICD 10 dengan melihat pada
volume III untuk menemukan istilah dan volume I untuk melakukan cek
keakuratan kode serta kode prosedur tindakan pada buku ICD 9 CM.”
3. Melakukan pengarahan dan pelatihan secara berkala serta tetap melakukan
monitoring kinerja petugas agar mutu pelayanan rekam medis tetap berjalan
sesuai dengan stadart prosedur operasional yang telah di tetapkan.
33

3.3.2 Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat
kedalam indeks-indeks menggunakan kartu indeks. Di RUMKITAL Dr. Ramelan
membuat indeks secara manual dan yang dibuat ialah hanya indeks penyakit saja,
untuk indeks kematian hanya di wujudkan berupa list data penyebab kematian
tertinggi. Jenis indeks yang dibuat adalah sebagai berikut :
a. Indeks Pasien
Merupakan data base komputer yang berisi nama semua pasien yang
pernah berobat di rumah sakit. Akan tetapi di RUMKITAL Dr. Ramelan
sendiri sudah tidak menerapkan lagi sistem pembutan Indeks Pasien,
dikarenakan setiap pasien lama yang ingin berobat atau kontrol diwajibkan
mengisi blangko kontrol agar dapat dilakukan pencarian berkas rekam medis.
b. Indeks Penyakit (Diagnosis)
Merupakan suatu data yang menyimpan suatu kode diagnosa penyakit
maupun tindakan operasi setiap pasien yang berobat di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya. Indeks penyakit dan tindakan dilakukan secara manual
melalui laporan pada tiap poli. Kegunaan data ini untuk keperluan sebagai
berikut :
1) Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk memperoleh
pengertian tentang penanggulangan terhadap penyakit-penyakit/masalah-
masalah kesehatan.
2) Untuk menguji teori-teori, membandingkan data-data tentang
penyakit/pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-tulisan ilmiah.
3) Menyuguhkan data untuk menyusun keperluan bahan-bahan, alat-alat
baru, dan lain-lain.
4) Menilai kualitas pelayanan di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
5) Mengerahkan study epidemiologi
6) Mengakumulasikan data manajemen beresiko, seperti insiden komplikasi
medis dan bedah
7) Menyusun data morbiditas dan data statistic RS
c. Indeks Kematian
34

Kegunaan indeks kematian yaitu untuk menunjang proses audit kematian,


menyusun laporan sebab kematian (mortalitas) serta menilai mutu pelayanan
dasar menambah dan meningkatkan peralatan/tenaga. Data didalam indeks
kematian berisikan nama pasien, nomor rm, jenis kelamin, alamat, umur,
Kematuian ( <48 jam atau >48 jam), lama dirawat, penyebab kematian, dokter
yang merawat. Setiap sebab kematian, diikuti dengan penulisan kode yang
dirujuk pada ICD 10. Penyimpanan berkas kematian didasarkan pada nama
sebab kematian dan diurutkan secara alfabetik. Berdasarkan observasi langsung
yang dilakukan oleh peneliti, penyusunan indeks kematian di RUMKITAL Dr.
Ramelan sendiri hanya diwujudkan berupa data penyebab kematian mulai dari
angka tertinggi hingga terendah saja. Sedangkan untuk penyusunan berkas
kematian dilakukan urut berdasarkan nomor rekam medis, dan untuk berkas
sertifikat kematian / surat kematian diarsipkan dan diurutkan berdasarkan
waktu kematian.

3.3 Aspek Hukum Dan Etika Profesi


3.3.1 Syarat-Syarat Terkait Pelepasan Informasi Kepada Pasien Atau Pihak
Ketiga
Berdasarkan buku BPPRM RUMKITAL dr. Ramelan Surabaya terkait
syarat-syarat pelepasan informasi kepada pasien ata pihak ketiga adalah sebagai
berikut :
Pihak yang mengajukan data mengajukan permintaan tertulis atau lisan kepada
Karumkital Dr. Ramelan / Kabag Minmed, seperti:
1. Permintaan pada Kepala Rumah Sakit (tertulis)
a. Jenis data yang diminta : Data medik pasien biasa dan data medik pasien
dengan kuasa hukum
b. Yang berhak meminta : Kasatker, Kasatkes, Provos TNI, Atasan pasien
(pasien umum), lembaga hukum.
2. Dokter IGD (tertulis)
a. Jenis data yang diminta : Visum et repertum
b. Yang berhak meminta : Kepolisian, Provos TNI, Lembaga Hukum.
3. Dokter yang merawat dan atau Kabag Minmed
35

a. Jenis data yang diminta : Data medik/ resume untuk asuransi jasa raharja,
jawaban konsul, pemeriksaan CPW
b. Yang berhak meminta : Pasien atau yang diberi kuasa, Misal Asuransi.
4. Kabag Minmed atas rekomendasi tertulis kadepbangdiklat
a. Jenis data yang diminta : Data pada file pasien atau pada laporan bag
minmed sesuai dengan kebutuhan (obyek penelitian) nya.
b. Yang berhak meminta : Mahasiswa kesehatan yang PKL / penelitian di
RSAL (PPDS, FK,FKG, Akbid, Akper, dst) dan tim Wasrik
5. Kabag Minmed
a. Jenis data yang diminta : Legalisir Kematian
b. Yang berhak meminta : Pasien (keluarga pasien)
c. Data tentang pasien (Data Medik, Jawaban Konsul, Resume, Form
Asuransi) di proses oleh Minmed yang diketahui oleh Kabag Minmed
sebelum diajukan ke dokter yang merawat atau pengganti
d. Data yang dibaca dari berkas rekam medis pasien maka harus dibaca di
ruang file, tidak boleh dipinjam keluar, difoto atau difotocopy.
e. Berkas rekam medis yang dipinjam keluar bukan untuk pelaporan pasien
harus dicatat dibuku ekspedisi berkas rekam medis keluar, siapa yang
beranggung jawab pinjam sedapat mungkin tidak ≥ 24 jam serta harus
diantar ke ruang file bila digunakan pasien untuk control.
f. Peminjam dilarang mengambil sendiri berkas rekam medis dari raknya,
harus dilayanioleh petugas file
g. Pelayanan file dilakukan setelah jam pelayanan poli atau diluar jam kerja.
Berdasarkan hasil observasi pada bagian filling masih ditemukan beberapa
permasalahan seperti berkas rekam medis pasien yang tidak ada pada rak filling /
roll o’pack dan juga tidak terdapat pada buku ekspedisi. Hal ini berkaitan dengan
kerahasiaan berkas rekam medik asien di RUMKITAL DR. Ramelan yang telah
disesuai dengan standart operasional prosedur yang ada pada RSAL. Sehingga
hal ini berdampak pada kenyamanan pasien di poli. Pasien menunggu lama untuk
mendapatkan pelayanan di karenakan berkas yang belum sampai di poli yang
dituju.
36

3.3.2 Mekanisme Untuk Memantau Dan Menangkap Pelanggaran Terhadap


RM Serta Bentuk Hukumnya
Pada RUMKITAL Dr. Ramelan Surabay, kerahasiaan rekam medis diatur
pada SOP (Standar Prosedur Operasional) No. Dokumen SPO /48/XI/2012
a. File pasien di simpan pada tempat tersendiri
b. Ruang penyimanan rekam medik selalu ditutup dan selain petugas yang
berwenang dilarang masuk
c. Ruang file diusahakan memenuhi satndart ergonomic
d. Pengambilan/penyimpanan berkas pasien dari/ke rak hanya boleh dilakukan
oleh anggota rekam medis.
e. Setiap orang yang mengakses rekam medis harus teridentifikasi dan dicatat
pada buku pinjaman
f. Pengiriman/pengembalian file keluar dari URJ menggunakan tempat tertutup
g. Ruang file dijaga 24 jam
h. Database identitas pasien hanya diakses oleh petugas Administrasi Medis
yaitu petugas pendaftaran pasien rawat jalan, petugas pendaftaran rawat inap,
dan petugas pendaftaran IGD
i. Setiap petugas administrasi medis memiliki password tersendiri sehingga
tidak semua orang dapat mengakses database.
Berdasarkan hasil observasi, banyak orang lain selain petugas yang keluar
masuk di bagian URJ dengan kepentingan complain dan/atauhanya untuk
bertanya berkas yang belum diantar ke poli, dengan keadaan banyak berkas
rekam medis pasien kembali dr poli yang belum di kembalikan ke rak filling hal
ini dapat mengurangi nilai keahasiaan berkas rekam medis sesuai dengan standar
yang ada di RUMKIAL Dr. Ramelan Surabaya.

3.3.3 Pelaksanaan Perundag-Undangan Tentang Kerahasiaan Isi RM


(Pelanggaran/Penyimpangan)
a. Permintaan informasi mengenai data medis tertentu seorang pasien oleh pihak
ketiga, dapat diberikan kepada :
 Asuransi
 Perusahaan yang pegawainya mendapatkan perawatan di rumah sakit
37

 Keperluan riset dokter


b. Berdasarkan peraturan pemerintah no. 10 tahun 1996 tentang “wajib simpan
rahasia kedokteran” pasal 3 yang diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran
adalah :
1) Tenaga kesehtan menurut pasal 2 Undang-Undang tenaga kesehatan
2) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dana tau perawatan dan orang lain yang
ditetapkan oleh mentri kesehatan.
Segala rahasia kedoteran yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaan dalam lapangan kedokteran. Yang termasuk anamnesa,
pemeriksaan jasmani, pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran dan
sebagainya, juga termasuk fakta yang dikumpulakan oleh pembantu-
pembantunya, seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dlm apotek
harus pula merahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan kepada
pasien oleh dokter.
c. Setiap petugas pada pekerjaannya berurusan dengan pasien atau mengetahui
keadaan pasienbaik yang telah mengucapkan sumpah jabatan atau tidak wajib
menjujunng tinggi rahasia kedokteran.
d. Ketentuan yang haru dipatuhi dalam menjaga rahasia informasi rekam medis
 Setiap informasi yang bersifat medis yang dimiliki rumah sakit, tidak boleh
di sebarkan oleh pegawai rumah sakit, kecuali bila pimpinan rumah sakit itu
mengijinkan.
 Rumah sakit tidak boleh menggunakan berkas rekam medis pasien yang
dapat membahayakan pasien, kecuali jika rumah sakit itu sendiri yang akan
menggunakan berkas tersebut. Bila perlu untuk melindungi atau mewakili
dari tuntutan hukam.
 Para asisten dan dokter yang bertanggung jawab boleh berkonsultasi dengan
bagian rekam medis akan catatan yang berhubungan dengan pekerjaannya.
38

 Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari berkas rekam
medis pasien, apabila memiliki alasan yang sah untuk memperoleh
informasi, namun untuk data medisnya tetap diperlukan surat persetujaun.
 Permohonan pasien atau keluarga pasien untuk mendapatkan
innformasicatatan dirinya yang dibuat oleh dokter yang merawat.

3.3.4 Proses Penyampaian Informasi Tentang Data Medik Dan Resume


Pasien.
1. Pihak pasien / yang diberi kuasa (sesuai aturan undang-undang) membuat
pengajuan tertulis kepada karumkital Dr. Ramelan untuk meminta resume
atau data medik pasien
2. Unit rekam medis (minmed) akan memperoses :
a. Resume medis difotokopy dan dicapkan dengan cap basah karumkital
Dr. Ramelan
b. Data medik ditulis oleh dokter yang merawat dan diketahui oleh
wakamed rumkital Dr. Ramelan
3. Resume / data medik diserahkan kepada pihak pasien dan dicatat pada
buku ekspedisi surat keluar
Berdasarkan hasil observasi dan waawancara di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya. Berkas pasien datang dengan ada surat permintaan data medis dan
formulir asuransi. Kemudian input data ke excel tentang permintaan asuransi,
selanjutnya berkas rekam medis dicari dan diserahkan kepada DPJP untuk
mengisi formulir asuransi. Jika selesai input data ke excel jika belum ditunggu.

3.3.5 Keamanan dan Kerahasian Data


1. Berkas rekam medis pasien disimpan pada tempat tersendiri (sentralisasi)
2. Ruang penyimpanan berkas rekam medis pasien selalu di tutup dan selain
petugas yang berwenang dilarang masuk
3. Ruang file diusahakan memenuhi standart ergonomi
4. Ruang file harus terbebas dari binatang mengerat, serangga, ngenggat, api,
air dan pencurian file
39

5. Ruang file harus ada alat pemadam kebakaran (APAR), dilakukan fogging
setiap 6 bulan sekali kecuali keadaan tertentu
6. Pengambialan / penyimpanan berkas rekam medis pasien dari / ke rak file
hanya boleh dilakukan oleh anggota rekam medis
7. Setiap orang yang mengakses rekam medis harus teridentifikasi dan
dicatat pada buku pinjaman
8. Pengiriman / pengambilan berkas rekam medis pasien keluar dari gedung
URJ menggunakan tempat tertutup
9. Ruang file dijaga selama 24 jam
10. Database identitas pasien hanya dapat di akses oleh petugas administrasi
medis yaitu petugas pendaftaran pasien rawat jalan, petugas pendaftaran
rawat inap dan petugas pendaftaran IGD. Setiap petugas administrasi
medis memiliki password tersendiri shingga tidak semua orang dapat
mengakses database.
Berdasarkan hasil observasi dan waawancara, disisi lain ruang
penyimpanan file RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya terletak secara terpisah
yakni lantai 1 dan lantai 2. Pada ruang filling bawah saat pelayanan pendaftaran
pasien ditutup pasien masih bisa masuk ke ruang filling. Penyebab pasien masuk
ke ruang filling yaitu petugas kurang menjaga ruang filling dengan maksimal.
 Dampak : Hal ini berkaitan dengan keamanan dan kerahasiaan rekam medis
yang sudah seharusnya dapat terjamin.
 Solusi : Harus ada pelaksanaan yang sinergi sesuai dengan ketentuan SPO
Rukital Dr. Ramelan Surabaya. Pintu ruang filing seharusnya tidak boleh
dibuka, selain petugas yang berwenang dilarang masuk.

3.3.6 Kebijakan Rumah Sakit Terhadap Rekam Medis Dan Bentuk


Sosialisasi
Kebijakan Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Terhadap Rekam Medis
Telah Ditetapkan berdasarkan Permenkes no. 269/menkes/per/III/2008 tentang
rekam medis (medical record). Menurut peraturan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 269/menkes/per/III/2008 tentang rekam medis, bab V pasal 14
menyebutkan bahwa pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab
40

atas hilang, rusak, pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang
tidak berhak atas rekam medis.
a. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, pasal 79 butir
undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran “ dokter
atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lainnya yang dengan sengaja tidak
membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah). “
b. SK karumkital Dr. Ramelan No.kep/7X/2012 tentang pemberlakuan buku
pedoman manajemen administrasi medis (buku pedoman penyelenggaraan
rekam medis) revisi III lingkungan rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Dalam rangka menciptakan keseragaman penyelenggaraan rekam medis di
rumah sakit, maka perlu adanya buku pedoman manajemen administrasi medis
(buku pedoman penyelenggaraan rekam medis (BPPRM) di rumkital Dr. Ramelan
surabaya yang mengacu pada permenkes No.269/menkes/per/III/2008, serta buku
pedoman manajemen informasi kesehatan di sarana pelayanan kesehatan tahun
2008.
Berdasarkan Hasil wawancara, disisi lain cara dan bentuk sosialisasi
mengenai kerahasiaan dan kamanan rekam medis. Bagian Minmed mengadakan
rapat kepada kabag diruangan tertutup kemudian bagian kabag menyampaikan
keanggotanya dari hasil rapat tersebut. Jika informasi mengenai rumah sakit
sosialisasi dilakukan ketika apel pagi dan informasi rumah sakit diluar tanggung
jawab minmed mengenai informasi tersebut.

3.3.7 Alur Pelayanan Visum Et Repertum


a. Berdasarkan pada permintaan dari kepolisian petugas admininstrasi IGD
mengisi data identitas pasien visum ke dalam formulir visum et repertum.
b. Formulir visum et repertum diserahkan kepada dokter untuk mengisi data
medis dan hasil pemeriksaan pasien.
c. Formulir yang sudah lengkap pengisiannya diserahkan ke bagian Minmed
41

d. Setelah selesai formulir visum et repertum dilengkapi dengan tanda tangan,


nama terang dokter dan stempel rumah sakit.
e. Visum dibuat rangkap 3
f. Lembar yang asli akan diserahkan kepada pihak kepolisian dan tembusaanya
untuk arsip Set dan Minmed.

3.3.8 Identifikasi formulir – formulir medis terkait pengadilan dan non


pengadilan beserta prosedur pelaksanaan
Berdasarkan pada surat keputusan Karumkital Dr. Ramelan No. Kep / 10 /
X / 2015 tentang Pemberlakuan Buku Pedoman Manajemen Administrasi Medis,
terdapat beberapa pihak yang membutuhkan data mengajukan permintaan tertulis
/ lisan kepada Karumkital Dr. Ramelam, sebagai berikut :
Tabel 3.3.8 Identifikasi formulir – formulir medis terkait pengadilan dan non
pengadilan beserta prosedur pela ksanaan.

No Permintaan Ke Jenis Data yang Diminta Yang Berhak Meminta


1 Kepala rumah sakit a. Data medik pasien a. Kasatkes
biasa b. Proses TNI
b. Data medik pasien c. Alasan pasien
dengan kasus hukum (pasien umum)
d. Lembaga hokum
2 Dokter IGD Visum et repertum a. Kepolisian
b. Proses TNI
c. Lembaga Hukum

3 Dokter yang Data Medik / resume untuk Pasien atau yang diberi
merawat / Kabag asuransi, jasa raharja, kuasa
Minmed jawaban konsul,
pemeriksaan CPW.
4 Kabag Minmed atas Data pada dile atau a. Mahasiswa
rekomendasi pelaporan bag Minmed kesehatan yang PKL
tertulis sesuai kebutuhan (objek / penelitian di RSAL
42

Kadepbangdiklat penelitian) b. Tim Wasrik


5 Kabag Minmed Legalisir kematian Pasien (Keluarga
pasien)

Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas data tentang pasien yang


berupa (data medik, jawaban konsul, resume dan form asuransi) diproses oleh
Minmed diketahui oleh Kabag Minmed sebelum diajukan ke dokter yang merawat
atau pengganti. Untuk alur prosedur pelaksanaan terkait jenis formulir yang
digunakan dalam proses pengadilan yaitu visum et repertum adalah : Berdasarkan
pada permintaan dari kepolisian petugas admininstrasi IGD mengisi data identitas
pasien visum ke dalam formulir visum et repertum.
a. Formulir visum et repertum diserahkan kepada dokter untuk mengisi data
medis dan hasil pemeriksaan pasien.
b. Formulir yang sudah lengkap pengisiannya diserahkan ke bagian Minmed
c. Setelah selesai formulir visum et repertum dilengkapi dengan tanda tangan,
nama terang dokter dan stempel rumah sakit.
d. Visum dibuat rangkap 3
e. Lembar yang asli akan diserahkan kepada pihak kepolisian dan tembusaanya
untuk arsip Set dan Minmed.

3.3.9 Jenis-jenis formulir inform consent dan pelaksanaannya


Secara etis pasien harus mengetahui apa yang akan dilakukan terhadapnya,
selain itu pasien juga mempunyai hak untuk menerima informasi yang sejelas-
jelasnya mengenai pelayanan kesehatan yang akan diterima. Dari sudut pandang
dokter maupun tim medis adalah merupakan kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya pada penderita. Dokter juga
membutuhkan suatu perlindungan hukum bila terjadi sesuatu akibat yang tidak
diinginkan pada penderita, dimana dokter tersebut telah berusaha memberikan
pelayanan kesehatan semaksimal mungkin. Dari sudut kedua kepentingan tersebut
diatas adalah merupakan suatu keharusan untuk dibuat : Surat Persetujuan
Tindakan Medis
43

1. Setiap tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus mdendapat
persetujuan baik tertulis maupun lisan. Tindkaan yang mengandung resiko
tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.
2. Persetujan sebagaimana dimaksud pada no. 1 diberikan setelah pasien
mendapat informasi tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta
resiko yang ditimbulkan.
3. Cara penyampaian isi informasi harus disesuaikan dengan ingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien
4. Informasi diberikan secara lisaan dengan juur dan benar kecuali bila dokter
menilai bahwa itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
5. Surat persetujuan tindakan medis harus dibaca dan ditandatangani oleh setiap
pasien yang akan rawat inap maupun yang akan dilakukan tindakan
medis/operasi di RUMKITAL Dr. Ramelan.
6. Dokter yang melakukan tindakan, berkewajiban untuk memberikan informasi
sejelas-jelasnya baik diminta maupun tidak diminta tentang penyakit dan
tindakan medis yang bersiat teurapeutik maupun diagnostic, terutama pada
tindakan operasi dan tindakan lain yang bersifat invasive.
7. Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan yang tidak
invasive lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat,
dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
8. Macam informasi yang disampaikan adalah :
a. Tujuan dilakukannya rawat inap
b. Tujuan dilakukannya tindakan medis
c. Tata cara tindakan medis yang dilakukan
d. Resiko yang akan dihadapi ( keuntungan dan kerugian )
e. Prognosa bila tindakan tersebut dilakukan atau tidak dilakukan.
f. Bila penderita menolak tindakan yang akan diberikan, maka penderita
wajib menandatangani formulir “Pemberian Informasi dan Pernyataan
Penolakan Operasi / Tindakan Medis / Tindakan Diagnostik”. Jika
penjelasan ini diperkirakan dapat memperburuk keadaan penderita maka
dokter dapat menahan sebagian atau seluruh penjelasan yang dimaksud
44

9. Petugas kesehatan yang ditunjuk berkewajiban mempersiapkan dan


memperlancar pemberian persetujuan / penolakan tindakan medis diatas.
10. Penandatanganan surat Persetujuan Tindakan Medis dibutuhkan seksi dari
pihak pasien dan Rumah Sakit, bila tidak didapatkan saksi dari pihak pasien
minimal harus ada saksi dari Rumah Sakit.
11. Yang berhak menandatangani surat persetujuan / penolakan adalah :
a. Pasien dewasa yang berada dalam keadaan sadar dan sehat mental
b. Pasien yang dimaksud adalah yang telah berumur 21 tahun atau telah
menikah
c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua / wali
dana tau orang / wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh keluarga
terdekat atau semang
d. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental persetujuan
diberikan oleh orang tua / wali
e. Khusus bagi pasien VCT untuk laki-laki umur 19 tahun dan wanita 16
tahun
12. Nama penandatangani dari pihak pasien harus sesuai dengan Kartu Tanda
Penduduk atau Kartu Identitas lain
13. Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi atau
pengangkatan organ
14. Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya dapat dilakukan untuk
meyelamatkan jiwa pasien
15. Setelah perluasan operasi sebagaimana dimaksud pada no. 14 dilakukan,
dokter harus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
16. Pada pasien tidak sadar / pingsan serta didampingioleh keluarga terdekat dan
secara medis berada dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan
medis segera untuk kepentingannya, tidak diperlakukan persetujuan dari
siapapun
17. Tanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan persetujuan tindakan medis
berada pada dokter yang melakukan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkait jenis formulir inform
consent di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya ada tiga jenis, yaitu inform
45

consent pasien rawat jalan, inform consent pasien rawat inap, dan inorm consent
tindakan operasi. Untuk inform consent pasien yang akan rawat inap baik melalui
poliklinik atau IGD, keluarga atau orng terdekat pasien mengisi informed consent
sesuai tempat pasien mendaftar. Dan untuk informed consent tindakan operasi
diisi pada saat dokter atau perawat akan melakukan tindakan terhadap pasien.

3.4 Aspek Statistik Kesehatan


3.4.1 Alur dan Prosedur Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data
Statistik di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
Prosedur pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya secara umum diproses melalui aplikasi
komputerisasi dengan menggunakan Microsoft Exel. Pengumpulan data di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dilakukan melalui dua prosedur yaitu dengan
pengumpulan data secara manual menggunakan lembar sensus harian rawat inap.
Berikut adalah jenis-jenis formulir statistik kesehatan yang digunakan di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, adalah:
a. Sensus Harian Rawat Inap
1) Pengertian sensus rawat inap
Sensus pasien merupakan aktivitas yang rutin dilaksanakan di rumah sakit,
sensus pasien difokuskan pada sensus pasien rawat inap. sensus pasien rawat inap
berarti secara langsung menghitung jumlah pasien yang dilayani di unit rawat inap
tersebut. Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencatatan atau perhitungan
paisen rawat inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruangan rawat inap.
Kegunaan :
a) Untuk mengetahui jumlah pasien masuk, pasien keluar rumah sakit,
meninggal di rumah sakit.
b) Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
c) Untuk menghitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Pelaksanaan sensus rawat inap di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya


Data sensus rawat inap yang sudah didata oleh setiap ruangan dikumpulkan
di counter atau pendaftaran rawat inap Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Setelah
46

terkumpul, lembar sensus tersebut diserahkan ke Minmed untuk dilakukan


pengolahan lanjutan dengan menggunakan program Excel yang menghasilkan
Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap. Sensus harian rawat inap di Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya dikenal dengan sebutan sensus harian mondok. Fungsi sensus
harian yaitu :
a) Untuk mengecek perpindahan pasien
b) Untuk menghitung BOR pasien
c) Mengetahui jumlah total hari perawatan

3) Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap


Merupakan formulir untuk menghitung dan merekap pasien rawat inap
setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Memuat informasi
selama satu hari tentang penggunaan tempat tidur rumah sakit secara global
maupun terinci untuk masing-masing jenis pelayanan atau menurut ruang rawat
inap.
Kegunaan :
a) Untuk mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan
b) Untuk mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur
c) Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap pada hari tersebut yang
harus dikirimkan kepada manajemen yang membutuhkan.
a. Jenis-Jenis Pelaporan Yang Ada Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Pelaporan rumah sakit dibuat untuk menunjang proses manejemen baik di
tingkat lokal,wilayah maupun nasional. Semua data-data yang penting bagi
masing-masing jenjang kepemimpinan perlu dilaporkan, hanya masalah yang sulit
di pecahkan adalah data yang bagaimana yang diperlukan yang dapat di peroleh
dengan mudah tanpa beban tambahan, penting untuk dilakukan koordinasi yang
terpadu antara Puskes TNI, Diskesal, Dep Kes Provinsi Jawa Timur, dan
Departemen Kesehatan RI untuk memformulasikan data yang perlu dilaporkan
sehingga tidak terjadi duplikasi yang tidak perlu. Perlu diperhatikan pula bahwa
data yang dilaporkan harus singkat, jelas dan tepat waktu. Dengan pelaporan ini
kita dapat mengevaluasi beberapa RM yang masuk dan juga mengetahui biaya
pasien pre-Op dan pas-Op.Pelaporan dibuat secara rutin yang dibuat mingguan,
47

bulanan dan triwulan yang dikirimkan ke Pusat Kesehatan TNI, Dinas Kesehatan
TNI Angkatan Laut dan Dinas Kesehatan TK. I dan TK. II.
Sistem pelaporan Rumah Sakit Mulai dilakukan 1 Januari 1973 sebagai
penyempurnaan terhadap bentuk pelaporan yang di tetapkan tahun 1952. Sistem
pelaporan ini mencakup semua rumah sakit baik yang di kelola pemerintah seperti
Depkes, Pemda, TNI, maupun Departemen lainnya serta Rumah Sakit yang
dikelola sektor swasta. Sisitem pelaporan ini berlaku bagi semua jenis/katagori
Rumah Sakit seperti RS Umum, RS Jiwa RS Mata, RS Bersalin dan sebagainya.
Setiap Rumah sakit yang telah tercatat di Depkes harus mengikuti sisitem
pelaporan Rumah Sakit yang telah ditetapkan sesuai dengan prsedure sebagai
berikut:
 Setiap Rumah Sakit termasuk RS Bersalin harus mempunyai surat ijin
penyelenggaraan Rumah Sakit ( tetap / sementara ) dari Depkes atau surat
penetapan sebagai Rumah Sakit dari Instalasi yang berwewenang.
 Surat ijin penetapan Rumah Sakit dikirimkan ke Dirjen Pelayanan Medis untuk
mendapatkan nomer kode Rumah Sakit yang bersangkutan dan rumah skait
yang telah mempunyai nomor kode berarti telah tercatat di Depkes.
 Nomor kode Rumah Sakit ditetapkan oleh Dirjen Pelayanan Medis dan
disampaikan ke Rumah Sakit yang bersangkutan melalui Kantor Wilayah
setempat.
Pelaporan dan analisis merupakan bagian yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam pengumpulan, pengelolaan, pengenalasisan dan
dilanjutkan dengan menyajikan laporan, baik laporan dalam rumah sakit (intern)
maupun keluar ruamah skait (ekstern).
a. Dokumen yang digunakan:
 Formulir RL 1 sampai dengan RL 5
 Formulir Produksi Fisik Internal
 Formulir Indeks (komputer)
b. Catatan-catatan yang digunakan :
 Buku Ekspedisi
 Buku catatan evaluasi pengiriman data dasar laporan (Komputer)
48

c. Jaringan prosedur yang membentuk sistem :


 Prosedur analisis dokumen (kualitatif dan kantitatif)
 Prosedur assembling
 Prosedur coding & indexing
 Prosedur penggunaan ICD-10
d. Unsur-unsur pengendalian :
 Digunakan buku pedoman penyusunan laporan revisi terbaru.
 Pengumpulan data dasar yang tepat waktu yaitu paling lambat tangal 3
bulan laporan.
e. Pelaporan rumah sakit merupakan alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan secara cepat, tepat, dan akurat menunjang proses
manajemen serta digunakan untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Bentuk pelaporan Rumkita Dr.
Ramelan diatur sebagai berikut :
1) Laporan Intern Rumah Sakit
Merupakan laporan produksi fisik Rumah sakit (kinerja kunjungan rumah
sakit). Kinerja kunjungan instalasi rawat inap, ada beberapa indikator yang
berguna untuk mengetahui tingginya efesiensi pengelolaan rawat inap dari Barber
Johnson sebagai berikut :
(1) BOR ( Bad Occupancy Rate ) (3.1)
Persentase rata-rata pemakaian / pemanfaatan tempat tidur.
Cara penghitungan sbb :
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
TT tersedia x hari
(2) ALOS ( Avarage Length of Stay ) (3.2)
Rata-rata lama tempat tidur terpakai
Cara penghitungan sbb :
ALOS = Jumlah hari perawatan x hari
(Pasien keluar hidup + mati) x hari
(3) TOI ( Turn Over Internal ) (3.3)
Rata-rata interval tempat tidur tidak terisi.
49

Cara penghitungan sbb :


TOI = ( TT tersedia x hari ) – jumlah hari perawatan )
Pasien keluar hidup + mati
(4) BTO ( bad turn Over ) (3.4)
Rata-rata jumlah pasien keluar hidup + mati per tempat tidur.
Cara penghitungan sbb :
BTO = Pasien kelua hidup + mati
TT tersedia

a) Kinerja Instalasi Kamar Operasi ( Jenis Pasien, Operasi, Anastesi ) per


spesialis
b) Kegiatan Kebidanan dan Perinatologi
c) 10 Besar Debtiur / Pelanggan
d) 10 Besar Diagnosa Penyakit ( Rawat Jalaln, Rawat Inap Gawat Darurat)
2) Pelaporan ke Puskes TNI dikirim tiap Triwulan yang berisi :
a) C / 1 / TR ~Lapran Kunjungan Poliklinik Integrasi
b) C / 2 / TR ~Laporan Perawatan Integrasi
c) C / 3 / TR ~Laporan Kegiatan Rumkita Integrasi
d) C / 4 / TR ~Laporan Perincian Pengeluaran DPK Menurut Kode
Anggaran
e) C / 5 / TR ~ Laporan Perincian ULP dan Beras Rumah Sakit Integrasi
f) XKR 11-A ~ Laporan Penyakit dan Jumlah Penderita Rawat Inap
g) XKR 11-B ~ Laporan Penyakit dan Jumlah Penderita Rawat Jalan
h) XKR 12 ~ kesejahteraan Ibu dan Anak
i) XKR 13 ~ Laporan Kematian
j) XKR 14 ~ Laporan Kelahiran Rumkital Dr. Ramelan
k) XKR 15 ~ Laporan Perawatan Mondok
l) XKR 16 ~ Laporan Kunjungan Poliklinik
m) XKR 17 ~ Laporan Vaksinasi
n) XKR 18 ~ Laporan Kunjungan Poliklinik Integrasi (Gigi)
o) XKR 19 ~ Laporan Banyaknya penyakit Gigi dan Mulut
p) XKR 20 ~ Laporan Pekerjaan dan Kegiatan Laboratorium Gigi
50

3) Pelaporan ke Dinas Kesehatan TNI Angkatan Laut meliputi :


a) Laporan Bulanan
1) Laporan penyakit kronis yang berisi tentang data pasien kronis
anggota Rumkital Dr. Ramelan
2) Laporan Pasien TB DOTS yang berisi tentang data pasien TB
seluruh anggota TNI yang berobat di Rumkital Dr. Ramelan
b) Laporan Triwulan yang berisi :
1) Formulir A ~ Laporan Kegiatan Kesehatan Bidang Matra laut
Meliput :
 Dukungan Kesehatan Pada Latihan / Operasi Militer
 Latihan Kesehatan
 Operasi Bhakti Kesehatan
 Buku Riwayat Kesehatan
 Kegiatan RUBT
 Pemeliharaan RUBT
2) Formulir B ~ Laporan Kegiatan Kesehatan Bidang Kesehatan
Preventif Meliputi :
a. Penyuluhan Kesehatan
b. Kesehatan Ibu Dan Anak
 Kegiatan KIA
 Jumlah Persalinan
c. Kegiatan Vaksinasi
 Bayi Dan Balita
 Dewasa Dan Anak > 5 tahun
d. Akseptor Keluarga Berencana
 Perhitungan Jumlah Akseptor
 Jumlah Akseptor Menurut Metode KB
e. Pemberantasan Vektor
 Kegiatan Pemberantasan
 Alat Pemberantasan
3) Formulir C
51

a. Laporan Kegiatan Kesehatan Bidang Material Kesehatan


Rumkital Dr. Ramelan
b. Pengadaan Matkes dari Anggaran RBK, DPK, DII
4) Formulir D ~ Laporan Kegiatan Kesehatan Bidang Pelayanan
Kesehatan
a. Data Umum Pelayanan Kesehatan
b. Pasien Rawat Jalan Menurut Jenis Penyakit
c. Pasien Rawat Inap Menurut Jenis Penyakit
d. Kunjungan Gigi Dan Mulut Menurut Macam Kasus / penyakit
e. Pengobatan / perawatan penyakit Gigi Dan Mulut
f. Kegiatan Laboratorium Teknik Gigi
g. Jenis Tindakan Operasi
h. Pemeriksaan Laboratorium
i. Pemeriksaan Radiologi
j. Pelayanan Rehabmed
 Fisioterapi
 Pelayanan Alat Bantu
5) Formulir E ~ Laporan Data Anggaran
6) Formulir F ~ Rekap : Hasil Uji Dan Pemeriksaan Kesehatan
c) Laporan Khusus
Laporan Pasien Baru pengidap HIV yang berisi tentang data pasien
baru anggota TNI pengidap HIV yang berobat di Rumkital Dr.
Ramelan, yang dikirimkan bila terdapat pasien baru
2. Laporan Eksternal Rumah Sakit
Laporan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1410/Men.Kes/SK/X/2003 tanggal 1 Oktober 2003 tentang Pedoman Sistem
Informasi Rumah Sakit (Pelaporan Rumah Sakit Revisi V) di Indonesia.
Pelaporan yang dimaksud meliputi formulir standar sebagai berikut :
a) RL1 ( Data Kegiatan Rumah Sakit )
Formulir RL1 merupakan formulir rekapitulasi yang mencakup berbagai
kegiatan rumah sakit yang dibuat setiap triwulan berdasarkan pencatatan
harian yang dikompilasi setiap bulan. Data yang dilaporkan mencakup
52

keadaan mulai tanggal 1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 bulan
ketiga pada setiap triwulan yang bersangkutan, meliputi :
 Pelayanan Rawat Inap
 Pelayanan Rawat Jalan
 Pengunjung Rumah Sakit
 Kegiatan Klinik Instalasi Gawat Darurat
 Kegiatan Kebidanan
 Kegiatan Imunisasi
 Kegiatan Pembedahan
 Kegiatan Anestesi
 Kegiatan Pelayanan Gigi dan Mulut
 Kegiatan Intervensi Non Bedah
 Kegiatan Kesehatan Jiwa
 Kegiatan Pengujian Kesehatan
 Kegiatan Rehabilitasi Medis
 Kegiatan Pemeriksaan Laboratorium Klinik
 Kegiatan Kamar Jenazah
 Kegiatan Keluarga Berencana
 Kegiatan Rujukan
 Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
 Kegiatan Latihan Kerja
 Kegiatan Kunjungan Rumah Sakit
 Kegiatan Perkampungan Kusta
 Kegiatan Pelatihan / Kursus / Penataran yang berakhir triwulan ini,
tidak termaksuk PKBRS
 Tingkat Pemanfaatan Rumah Sakit
b) STP Rawat Inap (Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap)
Formulir STP Rawat inap memuat data komplikasi penyakit/morbiditas
pasien rawat inap yang dikelompokan menurut Daftar Tabulasi Dasar KIP/10.
Untuk masing-masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah pasien
53

keluar menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah pasien
mati untuk masing-masing kelompok penyakit.
Data dikumpulkan secara sampling sebesar 10,9 % setahun atau 10 hari
dalam tengan satu triwulan. Periode data meliputi 10 hari pertama bulan kedua
triwulan yang bersangkutan atau pada tanggal 1-10 bulan Februari, Mei, Agustus
dan November dibuatkan kompilasinya dan dilaporkan dengan mengisi foemulir
STP Rawat Inap. Pengelompokan jenis penyakit yang terdapat pada formulir
STMei, Agustus dan November dibuatkan kompilasinya dan dilaporkan dengan
mengisi formulir STP Rawat Inap. Pengelompokan jenis penyakit yang terdapat
pada formulir STP Rawat Inap disusun menurut pengelompokan jenis penyakit
sesuai dengan daftar tabulasi dasar KIP. Data jumlah pasien keluar rumah sakit
untuk setiap jenis kelamin dan golongan umur.
Formulit STP Rawat Inap dibuat rangkap 6. Lembar pertama untuk Depkes.
Sedangkan lembar berikutnya untuk masing-masing instansi sesuai dengan
ketentuan saluran-saluran pengiriman data ( Kanwil, Dinkes, Profinsi, Dinkes
Kab/Kodya, Pemilik RS dan Arsip)
c) STP Rawat Jalan (Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan)
Formulir STP Rawat Jalan memuat data komplikasi penyakit/morbiditas
pasien rawat jalan yang dikelompokkan menurut daftar tabulasi dasar KIP/10.
Untuk masing – masing kelompok penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus
menurut golongan umur dan menurut jenis kelamin dari kasus baru tersebut dan
jumlah kunjungan.
d) STP Rawat Inap (Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit)
Formulir STP Rawat Inap adalah formulir untuk data keadaan morbiditas
rawat inap surveilens terpadu Rumah Sakit yang merupakan formulir rekapitulasi
dari jumlah pasien keluar Rumah Sakit (hidup + mati) untuk periode yang
ditetapkan. Data terperinci menurut golongan umur dan menurut seks sesuai
dengan daftar jenis penyakit (DTD).
e) STP Rawat Jalan ( Data Keadaan Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan
Rumah Sakit)
54

Formulir STP rawat jalan adalah formulir untuk keadaan morbiditas rawat
jalan surveilens terpadu rumah sakit yang merupakan formulir rekapitulasi dari
jumlah kasus baru dan jumlah kunjungan yang terdapat pada instalasi rawat jalan
rumah sakit untuk periode yang ditetapkan. Data dirinci menurut golongan umur
dan menurut seks sesuai dengan daftar jenis penyakit (DTD)
f) RL2C (Data status imunisasi)
Formulir RL2C merupakan lampiran dari formulir STP rawat jalan jika pada
anak umur 0-14 tahun terdapat kasus penyakit khusus dapat dicegah dengan
imunisasi. Penyakit – penyakit khusus tersebut adalah difteri, Pertusis Tetanus,
Tetanus Neonatorum, TBC Paru, Campak, Polio, Hepatitis.
g) RL2.1 (Data Individual Morbiditas Pasien Umum Rawat Inap)
Laporan morbiditas rawat inap yang dibuat setelah pasien diizinkan keluar
rumah sakit atau pasien meninggal dirumah sakit yang memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dilaboratorium, radiologi dan sebagainya, sehingga diharapkan
penentuan diagnosa penyakit akan lebih tepat. Data dikumpulkan secara
individual khusus pasien umum rawat inap ( tidak termasuk ibu melahirkan
dirumah sakit dan bayinya serta pasien abortus).
h) RL2.2 (Data Individual Morbiditas Pasien Obstetric Rawat Inap)
Laporan morbiditas rawat inap yang dibuat setelah pasien diizinkan keluar
rumah sakit atau pasien meninggal dirumah sakit yang memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dilaboratorium, radiologi dan sebagainya, sehingga diharapkan
penentuan diagnosa penyakit akan lebih tepat. Data dikumpulkan secara
individual khusus pasien obstetrik rawat inap (ibu melahirkan dirumah sakit dan
pasien abortus).
i) RL2.3 (Data Individual Morbiditas Pasien Bayi Lahir Rawat Inap)
Laporan morbiditas pasien rawat inap dibuat setelah pasien diizinkan keluar
rumah sakit atau pasien meninggal dirumah sakit yang memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dilaboratorium, radiologi dan sebagainya, sehingga diharapkan
penentuan diagnosa penyakit akan lebih tepat. Data dikumpulkan secara
individual khusus pasien bayi baru lahir hidup atau mati rawat inap ( jika terjadi
kelahiran kembar maka masing – masing bayi dibuatkan formulir RL2.3)
j) RL 3 ( Data Dasar Rumah Sakit)
55

Formulir RL 3 adalah formulir standart untuk data dasar rumah sakit, formulir
tersebut diisi oleh rumah sakit satu kali dalam setahun untuk keadaan setiap
tanggal 31 Desember.
k) RL 4 (Data Ketenagaan Rumah Sakit)
Data Ketenagaan Rumah Sakit (Formulir RL 4) merupakan rekapitulasi
semua tenaga yang ditetapkan resmi bekerja di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya termasuk TENAGA DOKTER yang hanya memberikan pelayanan
rawat inap dan rawat jalan saja,termasuk pegawai tidak tetap (PTT).
l) RL 5 (Data Peralatan Medik Rumah Sakit Dan Data Kegiatan Kesehatan
Lingkungan)
Data peralatan medic rumah sakit dikumpulkan setaahun sekali sesuai
keadaan pada tanggal 31 Desember tahun laporan. Unit IPSRS bertanggungjawab
untuk mengkoordinasikan pengumpulan data peralatan medis dan kesehatan
lingkungan rumah sakit serta mengisi kelengkapan dan kebenaran pengisian
formulir RL 5.
m) RL 6 (Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit)
Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit dikumpulkan sekali sebulan dari
tanggal 1 sampai tanggal 30 / 31 akhir setiap bulan dan dilaporkan pada tanggal 5
setiap bulan.
3. Laporan Khusus Ke Dinas Kesehatan Dati Ii Kodya Surabaya, laporan –
laporan tersebut antara lain :
a. Laporan DBD
Laporan ini segera dikiimkan ke DKK, setiap kali ada kasus (sifat laporan
: individual)
b. Laporan Penyakit Menular
Laporan ini merupakan rekapitulasi dari kasus penyakit menular.
c. Laporan LPD
Laporan ini tentang kegiatan selama hamil, selam menyusui, dan
imunisasi.
d. Laporan Imunisasi
Kegiatan pelaporan imunisasi yang dilakukan di RS PHC dilaporkan satu
bulan sekali.
56

e. Laporan Kematian
Laporan ini dilaporkan satu bulan sekali.
f. Laporan Penyakit AFP, TN, Campak
Periode laporan : mingguan
3.4.2 Jenis Pasien Dan Jenis Pembayaran Di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya.
a. Pengertian pasien
Pasal 1 Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
dijelaskan pengertian Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
b. Jenis pembayaran di rumah sakit menurut Wordpress.com (2010),yaitu :
1) Fee fro services/ Cost Based Payment System.
Cara pembiayaan ini merupakan yang paling sering kita jumpai di
kebanyakan rumah sakit. Pasien akan membayar biaya pelayanan
kesehatan berdasarkan pelayanan yang diberikan rumah sakit. Jika seorang
pasien di rawat selama 3 hari di rumah sakit, maka rincian biaya yang
harus dibayar pasien adalah misalnya: biaya kamar selama 3 hari, biaya
administrasi, biaya layanan penunjang yang diberikan, dan lain
sebagainya. Jadi bisa disimpulkan besarnya biaya yang dibayar pasien
tergantung pada banyaknya tindakan atau pelayanan yang diberikan rumah
sakit. Kelemahan dari fee for services ini adalah rawan terjadi kecurangan
dari pihak rumah sakit, misalnya dengan memberikan pelayanan yang
tidak perlu kepada pasien, agar biaya yang harus dibayar lebih tinggi dan
rumah sakit memperoleh untung lebih banyak. Selain itu, biaya
administrasi untuk pelaksanaanya sangat tinggi. Terlebih jika pembayaran
pasien ditanggung oleh asuransi, seluruh bukti tindakan dan pelayanan
medis yang dilakukan terhadap pasein beserta biayanya harus di arsipkan
untuk membuat klaim pada pihak asuransi.
2) INA – DRG
INA DRG merupakan turunan dari sistem DRG yang pertama kali
dikenalkan di Amerika Serikat untuk program perawatan kesehatan
57

masyarakat tidak mampu (medicare). Konsep DRG adalah pembiayaan


pelayanan kesehatan yang didasarkan pada pengelompokan kasus atau
penyakit yang diderita oleh pasien. Sedangkan INA-DRG adalah versi
Departemen Kesehatan RI untuk sistem pembiayaan berdasarkan
pendekatan sistem casemix. Sistem casemix adalah suatu cara sistem
pembiayaan berdasarkan pengelompokan jenis diagnosis kasus yang
homogen. Secara ringkasnya sistem casemix terdiri dari 3 komponen
utama – yakni kodefikasi diagnosis (ICD 10) dan prosedur tindakan (ICD
9 CM), pembiayaan (costing) yang dapat berupa top-down approach,
activity based costing dan atau kombinasi keduanya, dan clinical pathways
(tahapan tindakan klinis).
INA-DRG pertama kali dikenalkan di Indonesia pada tahun 2007,
dan langsung diujicobakan pada 15 rumah sakit vertikal kementrian
kesehatan, yang selanjutnya digunakan untuk pembiayaan pelayanan
jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat). Sampai saat ini, INA-DRG
masih digunakan untuk proses pembiayaan jamkesmas di seluruh rumah
sakit, dengan dibantu software untuk proses koding penyakit, grouper dan
pengajuan klaim.
Kelebihan dari sistem pembiayaan ini adalah dapat memberikan
kepastian biaya kepada pasien, sehingga pasien mengetahui dari awal
berapa biaya yang harus disiapkan. Untuk pasien yang dijamin asuransi,
rumah sakit tidak perlu menyertakan seluruh berkas pelayanan dan
kwitansi-kwitansi pelayanan untuk memproses klaim atau tagihan ke
perusahaan asuransi. Kelebihan lain adalah rumah sakit terpacu untuk
melakukan efisiensi dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan
memberikan pelayanan yang seperlunya kepada pasien. Hal ini
dikarenakan biaya untuk satu penyakit yang diderita pasien sudah
ditentukan di awal, jadi semakin efisien pelayanan yang diberikan rumah
sakit, semakin banyak untung yang diperoleh rumah sakit.
3) Per Diem
Metode pembayaran per diem merupakan metode pembayaran
kepada rumah sakit atau pemberi pelayanan kesehatan yang didasarkan
58

pada hasil negosisasi dan kesepakatan dimana jumlah pembayaran


perawatan mengacu kepada jumlah hari rawat yang dilakukan, tanpa
mengindahkan biaya yang digunakan oleh rumah sakit. Gampangnya
pembiayaan per diem didasarkan atas biaya rawat per hari untuk pasien
rawat inap, dan penentuan biaya tersebut ditentukan sebelum pasien
masuk. Lebih spesifik lagi dapat dilakukan pembedaan besarnya tingkat
pembayaran per diem berdasarkan penggolongan perawatan. misalnya
perawatan operasi dan non operasi, dan lain sebagainya.
Metode lainnya adalah “Sliding scale per diem”, yaitu pembayaran
per diem berdasarkan kuota jumlah hari rawat. Semakin banyak jumlah
hari rawat, maka provider akan diberikan biaya per diem yang semakin
rendah. Misalnya: Jika total hari rawat dalam setahun pada sebuah
provider mencapai 5000 hari rawat, maka pembayaran per diem nya akan
jadi lebih rendah (murah). Jika Jumlah hari rawat dapat ditekan menjadi
misalnya 3000 hari rawat saja, dibayar dengan biaya per diem lebih tinggi.
Jadi ada insentif bagi provider untuk meningkatkan efektifitas pelayanan
dan bukannya sengaja memperbanyak jumlah hari perawatan.
4) Capiated Payment System (Kapitasi)
Pembiayaan jenis ini biasanya dilakukan untuk mekanisme
pembayaran layanan kesehatan rawat jalan baik di puskesmas, rumah
sakit, atau dokter praktek. Contoh penerapan sistem pembayaran ini adalah
asuransi kesehatan untuk pegawai negeri yang dilakukan oleh PT Askes.
Mekanismenya adalah misalnya perusahaan asuransi mempunyai 1000
klien yang jika sakit harus dijamin biaya pelkesnya, namun untuk
mendapatkan pelkes dengan biaya ditanggung asuransi, klien harus pergi
ke pemberi pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh pihak asuransi.
Untuk itu, pihak asuransi harus mengadakan perjanjian dengan pemberi
pelayanan kesehatan, misalnya dokter praktek. Dalam perjanijian, dokter
akan menerima pasien dengan jaminan dan biaya akan dibayar oleh pihak
asuransi. Biaya untuk pelayanan kesehatan akan dibayarkan di awal oleh
asuransi dengan perhitungan bahwa satu pasien yang dilayani oleh dokter
akan dihargai 2000 rupiah, sehingga jika dokter bersedia untuk menerima
59

1000 pasien tanggungan pihak asuransi, maka tiap bulan dokter akan
dibayar oleh pihak asuransi sebesar 2.000.000 (2000 rupiah x 1000
pasien).
Pada awalnya terkesan dokter akan merugi karena harus melayani
1000 pasien tiap bulanya dengan biaya pelayanan yang sangat murah.
Namun sebenarnya dokter tidak akan mungkin melayani seluruh pasien
yang ditanggungnya, melainkan hanya kurang lebih 20% saja. Jadi
perhitunganya jika yang dilayani adalah 20% pasien, 2.000.000 dibagi 200
pasien (20% x 1000), jadi dokter akan mendapatkan 10.000 per pasien
yang dilayani. Singkatnya, kapitasi merupakan pembiayaan pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada jumlah peserta atau calon pasien yang
terdaftar/berhak mendapatkan pelayanan di suatu pelayanan kesehatan,
tanpa memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan atau pun banyak
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan.
c. Jenis-jenis pasien di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya beserta contoh
pembayarannya.
Jenis-jenis pasien di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu Pasien Umum, Pasien Asuransi, dan Pasien BPJS.
1) Pasien Umum di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu : Pasien Umum, Pasien Asuransi Perusahaan
dan Asuransi Kesehatan.
a) Pasien Umum ialah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan
medis di Poliklinik dengan membayar dan tanpa jaminan. Biasanya
jenis pasien ini menggunakan jenis pembayaran fee for
services/Cost Based Payment system.
b) Pasien Asuransi Kesehatan adalah pasien yang di tanggung asuransi
perusahaan baik yang suda melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS)
maupun yang belum IKS. Terdapat 40 daftar perusahaan yang
bekerjasama dengan RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya yaitu di
antanya :
(1) PT. Filtron menjamin biaya perawatan Rawat Inap dengan
syarat membawa surat jaminan
60

(2) PT. Pertamina menjain biaya perawatan Rawat Inap dan Rawat
Jalan dengan syarat membawa rujukan atau surat jaminan hari
libur dan menunjukan ID
(3) PT. Ultar Prima Abadi menjamin perawatan biaya Rawat Inap
dan Rawat Jalan cek Lab + Rad dengan syarat membawa
rujukan (Lap, Humas)
(4) PT. Smart menjamin biaya perawatan Rawat Inap dan Rawat
Jalan dengan syarat surat jaminan (Kec. Kerja )
(5) PT. Kedaung indah CAN Tbk. Menjamin biaya perawatan
seluruhnya (ditanggung perusahaan), dll.

Jenis pasien asuransi ini menggunakan cara pembayaran Capiated


Payment System (Kapitasi)
c) Pasien Asuransi Kesehatan adalah pasien yang di tanggung asuansi
kesehatan adalah pasien yang secara khusus dijamin oleh salah satu
jenis asuransi yang mana biaya kesehatan ata perawatan ditanggung
apabila mereka mengalami gangguan kesehatan atau mengalami
kecelakaan. Ada 24 jenis asuransi kesehatan yang bekerjasam
dengan RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, yaitu di antaranya :
(1) Asuransi Jiwa Bakri menjamin biaya perawatan Rawat Inap
dengan syarat membawa kartu peserta dan surat jaminan yang di
lampirkan Laporan Infomed
(2) Asuransi Centra Asia Raya menjamin biaya perawatan Rawat
Inap dan Rawat Jalan khusus Bogasari dengan syarat membawa
kartu peserta dan surat jaminan yang melampirkan Laporan
Informed untuk rawat inap sedangkan rawat jalan lihat kartu.
(3) Asuransi Megalife menjamin biaya perawatan Rawat Inap
dengan syarat membawa kartu peserta dan surat jaminan beserta
laporan humas.
(4) Asuransi In Health menjamin biaya Rawat Inap dengan syarat
membawa kartu peserta dan surat jaminan beserta laporan
humas.
61

(5) Asuransi BNI Life menjamin biaya Rawat Inap dengan syarat
membawa kartu peserta dan surat jaminan yang di lampirkan
Laporan Informed.
2) Pasien PBJS
Pasien PBJS adalah pasien yang tidak hanya wajib bagi peserta
disektor formal namun juga pekerja informal. Para pekerja wajib
mendaftrkan dirinya dan membayar iuran sesuai dnegan tinkat manfaat
yang diinginkan. Sedangkan bagi warga miskin iuran BPJS ditanggung
pemerintah melalui program bantuan iuran.
BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang
ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan esehatan PT. Askes
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga
kerjaan PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Pasien BPJS di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dibedakan
menjadi 2 yaitu HANKAM dan ASKES NON HANKAM:
(1) Pasien HANKAM, meliputi : TNI AL, TNI AD, dan TNI AU
(2) ASKES NON HANKAM, meliputi : Purnawirawan, Pasien Askes,
pasien Jamsostek, Pasien Miskin dll
Jenis pasien ini menggunakan jenis pembayaran dengan cara
pembayaran INA-DRG
62

3.4.3 Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Inap Dan Rawat Jalan di RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA
Tabel 4.3 Data 10 Besar Penyakit Rawat Jalan
NO. NO. NO. DAFTAR GOLONGAN TNI AL TNI PURN ANH BPJS PBI UMUM JUM
DTD TERPERINCI SEBAB – MIL PNS KEL NON AL LAH
I SEBAB SAKIT &KEL
1. 206.1 M54.5 Nyeri Punggung 1586 421 1010 215 3990 521 219 211 736 10888
Bawah
2. 155 I64 Strok Tak 1330 128 344 223 2744 501 1320 127 373 7090
Menyebut
Pendarahan Atau
Infark

3. 073 C50 Neoplasma Ganas 46 84 322 63 308 462 4630 413 119 6447
Payudara
4. 104.0 E11 Diabetes Militus 608 446 600 8 2771 457 1020 195 112 6217
Tidak Bergantung
Insulin
5. 201 M15-M19 Artrosis 931 225 993 59 1868 311 1315 78 414 6134
6. 104.0 E10 Diabetes Militus 722 183 614 13 2475 395 1051 64 1 5518
Bergantung Insulin
7. 146 I11-I15 Penyakit Hipertensi 508 354 429 1067 1584 407 552 108 188 5194
Lainnya
8. 205 M50-M51 Gangguan Diskus 408 142 191 20 489 195 2580 7 370 4402
Servikal Dan
Intervertebral
Lainnya
9. 199.9 L10-L22,L25-L99 Penyakit Kulit Dan 271 331 898 12 302 80 676 8 1531 4110
Jaringan Subkutan
Lainnya
10. 181.2 K04 Penyakit Pulpa Dan 358 213 1355 10 381 310 742 76 359 3804
Periapikal
63

Berdasarkan data 10 besar penyakit terbesar rawat jalan tahun 2018 diatas
tersebut diketahui bahwa nyeri punggung bawah menjadi urutan diagnosis
penyakit urutan pertama pada tahun 2018 yaitu sebesar 10888. Mayoritas penyakit
ini dialami oleh purnawirawan atau pensiunan TNI, kemungkinan disebabkan oleh
aktivitas menjadi seorang TNI berat terutama dalam hal latihan fisik. berikut
merupakan penjelasan mengenai penyakit nyeri punggung yaitu :
1. Definisi
Sakit punggung merupakan salah satu penyakit yang umumnya diderita oleh
laki – laki. Penelitian Community Oriented Program for Control of Rheumatic
Disease (COPORD ) di Indonesia menemukan bahwa prevalensi nyeri punggung
adalah 13,6 persen pada wanita dan 18,2 persen pada laki-laki. Sakit punggung
terjadi karena meregangnya otot punggung atau meregangnya ligamen. Namun
ada kalanya sakit timbul begitu saja secara perlahan.
2. Gejala
Gejala nyeri punggung bawah bisa muncul ketika terjadi cidera pada
pinggang, sensasi seperti kesetrum atau panas, rasa sakit, atau kesemutan. Rasa
sakit dapat ringan atau bisa jadi serius sampai tidak bisa bergerak. Nyeri
punggung dapat disebabkan karena berbagai hal, mulai dari kebiasaan yang buruk
hingga efek samping dari cedera. Walau demikian, gejala yang diderita biasanya
akan sama, antara lain:
 Nyeri yang tajam dan terlokalisir di daerah punggung bagian bawah, bagian
atas maupun leher. Kondisi ini terutama dirasakan sesaat setelah melakukan
aktivitas tertentu atau mengangkat benda berat.
 Nyeri pungung yang menjalar dari punggung bagian bawah hingga ke bokong
turun ke belakang paha dan ke jari-jari kaki.
 Kaku dan nyeri yang menetap yang dirasakan sepanjang tulang
belakang. Tidak mampu berdiri tegak tanpa disertai rasa nyeri atau kaku otot di
punggung bagian bawah.
 Nyeri kronis di punggung bagian bawah atau tengah, terutama setelah duduk
atau berdiri lama.
3. Penyebab
64

Tujuh penyebab nyeri unggung yang sering tidak disadari yaitu:


a) Olahraga berat di akhir pekan
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang membuat seseorang
lebih rentan terkena nyeri punggung. Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan
olahraga berlebihan hanya di akhir pekan. "Jika kita melakukan sesuatu yang berat
setelah sepanjang minggu lebih banyak beraktivitas pasif, kita sangat beresiko
mencederai diri," kata Shamie. Ia menambahkan olahraga high impact yang
dilakukan tanpa pemanasan untuk menguatkan batang tubuh (core) akan membuat
otot-otot tidak kuat mendukung gerakan yang dilakukan. Karena itu ia
menyarankan agar setidaknya kita melakukan latihan dasar untuk penguatan
batang tubuh 15 menit setiap hari serta pemanasan agar batang tubuh dan otot-otot
lebih siap ketika kita berolahraga lebih intens di akhir pekan.
b) Menggendong anak
Menggendong anak di punggung, terlebih jika berat badan anak cukup besar,
akan menyebabkan tekanan yang besar pada tulang punggung. Apalagi jika si
anak banyak bergerak, risikonya adalah salah urat.
c) Duduk membungkuk
Duduk dengan punggung melengkung dalam waktu lama akan menyebabkan
tulang lumbal tidak tersangga dengan baik sehingga tekanan pada diskus semakin
besar. "Akan tetapi tekanan paling besar pada diskus terjadi ketika kita dalam
posisi duduk kemudian dalam posisi miring hendak mengambil sesuatu dari
lantai. Karena itu jika ingin memungut sesuatu berdirilah dulu baru berjongkok
untuk mengambilnya," katanya. Advertisment
d) Merokok
Merokok akan menyebabkan diskus memburuk dengan cepat. Diskus atau
bantalan tulang ini memiliki dinding fibrosa di bagian luar yang melindungi gel di
dalamnya.
e) Memilintir pinggang
Semua gerakan yang melibatkan rotasi di bagian perut atas secara berulang-
ulang akan menyebabkan trauma mikro pada tulang punggung bawah. Kerusakan
ini akan berakumulasi dan beresiko menyebabkan kerusakan di kemudian hari.
65

f) Kurang tidur
Diskus tulang belakang tidak memiliki pembuluh darah sehingga mereka
tidak mendapat cukup nutrisi. Akibatnya diskus lebih rentan retak dan dehidrasi.
"Usahakan untuk tidur cukup minimal 7 jam setiap malam karena di malam hari
diskus akan terhidrasi kembali," katanya.
g) Kasur empuk
Alas tidur yang terlalu empuk dan melengkung di bagian tengah akan
membuat struktur tulang berubah. Ketika mengalami rasa sakit pada punggung
dan leher, aktivitas ringan sehari – hari seperti berjalan, makan, batuk dan bersin
menjadi sangat menyiksa. untuk memastikan nyeri punggung harus dicermati
riwayat penyakit dan pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan radiologi.
h) Pengobatan atau Penanganan
Menangani nyeri punggung jangka pendeku mumnya perawatan di rumah dan
konsumsi pereda rasa sakit yang dijual bebas di apotek dapat mengobati nyeri
punggung yang terjadi kurang dari 1,5 bulan.
i) Teruslah bergerak aktif
Pengidap nyeri punggung biasanya berpikir untuk beristirahat hingga sakit
mereda, namun nyatanya diketahui bahwa dengan tetap beraktivitas, penderita
nyeri punggung justru memiliki waktu penyembuhan yang lebih cepat. Olahraga
ringan seperti berjalan kaki atau melakukan kegiatan sehari-hari justru akan
membantu pemulihan nyeri.
j) Obat pereda rasa sakit
Berikut ini adalah obat-obatan yang pada umumnya digunakan untuk
meredakan nyeri punggung:
 Paracetamol
 Obat-obatan anti-inflamasi non-steroid seperti .
 Kodein, bersifat lebih keras dan kadang-kadang digunakan bersamaan dengan
paracetamol
11. Terapi dingin dan panas
Perubahan temperatur dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan
membantu meredakan nyeri. Tempatkan benda dingin atau hangat pada area yang
66

sakit. Namun hindari meletakkan es langsung pada kulit. Bungkus kemasan berisi
es dengan kain, lalu letakkan pada bagian yang sakit. Selain itu, kompres yang
dibasuh air hangat yang kemudian diletakkan pada area yang nyeri dapat dijadikan
alternatif terapi. Mandi air hangat juga dapat membantu.
12. Mengubah gaya hidup
Kelebihan berat badan, stress, dan postur tubuh yang buruk juga bisa menjadi
penyebab nyeri punggung. Olahraga teratur dapat membantu mencegah kondisi
ini, sehingga terhindar dari nyeri.
13. Posisi tidur
Jika terbiasa tidur telentang, tempatkan bantal di bawah lutut. Sementara jika
biasa tidur menyamping, angkat sedikit kaki ke arah dada, lalu tempatkan sebuah
bantal di antara kedua kaki. Posisi-posisi ini akan membantu menjaga postur
punggung bawah tetap pada posisi normal.
Pengubahan posisi tidur ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan
meredakan tekanan pada punggung.
14. Merelaksasi otot dan pikiran
Khawatir akan situasi yang sedang hadapi membuat otot-otot
menegang. Penelitian membuktikan bahwa orang yang tetap optimis saat
mengidap nyeri punggung cenderung lebih cepat pulih dan dapat terhindar dari
sakit jangka panjang.
15. Pengobatan Nyeri Punggung Jangka Panjang
Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang dapat pilih jika mengalami
nyeri punggung kronis (lebih dari 1,5 bulan). Perawatan-perawatan ini efektif
untuk pengidap yang merasa nyeri punggungnya sangat mengganggu mereka
dalam menjalani aktivitas.
16. Terapi manual
Ahli fisioterapi atau chiropractic dapat membantu mengurangi nyeri dengan
pemijatan. Beberapa kegunaan dari terapi manual, antara lain:
 Fisioterapi: terapi untuk memperbaiki fungsi gerak motorik akibat cedera,
cacat, atau penyakit.
67

 Terapi chiropractic: metode ilmiah untuk mendiagnosis, menangani, dan


mencegah gangguan pada sistem muskuloskeletal (otot-otot dan kerangka
tubuh).
Rangkaian penanganan di atas dapat dipadukan untuk nyeri punggung yang sudah
terjadi lebih dari enam minggu dan sudah dianggap kronis.
17. Olahraga
Olahraga bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh dan memperkuat otot .
Target ini dapat dicapai dengan peregangan dan aerobik.
18. Akupuntur
Pengobatan tradisional Tiongkok yang terbukti mampu membantu meredakan
nyeri punggung bawah. Perawatan dilakukan dengan memasukkan jarum-jarum
halus yang ditancapkan ke beberapa titik berbeda pada tubuh.
19. Obat antidepresan
Obat antidepresan mungkin akan diberikan jika obat pereda rasa sakit tidak
dirasa manfaatnya. Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi depresi ini juga
efektif dalam menangani beberapa kasus nyeri yang bersifat menetap.
Mungkin dokter akan meresepkan tricyclic antidepressants (TCAs) seperti
amitriptilin dalam dosis kecil.
20. Konseling
Perasaan dan pikiran negatif yang mengiringi nyeri punggung dapat
memperburuk kondisi . Pada saat seperti inilah mungkin membutuhkan cognitive
behavioural therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif untuk menata ulang
persepsi terhadap nyeri yang diidap. Langkah ini diharapkan bermanfaat untuk
meredakan rasa sakit yang diderita. Pasien yang menjalani CBT terbukti dapat
kembali aktif dan rasa sakit yang dialami pun berkurang.
21. Klinik rasa sakit
Klinik spesialisasi ini membantu pengidap nyeri punggung dalam
meningkatkan aktivitas mereka dan tidak berlarut-larut fokus dalam rasa sakit
akibat kondisi yang dirasakannya. Program yang tersedia di klinik ini merupakan
kombinasi dari latihan fisik, relaksasi, terapi berkelompok, dan edukasi mengenai
68

psikologi dari rasa sakit. Jika semua cara di atas tidak berhasil, terdapat
kemungkinan dokter akan menyarankan pilihan untuk melakukan pembedahan.
22. Pembedahan Akibat Nyeri Punggung
Jenis bedah yang akan diterapkan tergantung pada tipe dan tingkat keparahan
nyeri. Opsi ini dipilih jika nyeri yang dialami sudah berlangsung terus-menerus
dan terasa tidak tertahankan lagi hingga membuat tidak dapat beraktivitas
ataupun tidur.
Berikut ini adalah beberapa jenis bedah yang dapat dijalani:
23. Disektomi
Disektomi adalah jenis pembedahan untuk mengangkat cakram sendi yang
terletak di antara ruas vertebra pada sepanjang tulang belakang yang mengalami
pergeseran. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah timbulnya tekanan pada
jaringan saraf di sekitarnya
24. Operasi fusi atau penyatuan tulang belakang
Operasi fusi tulang belakang adalah prosedur yang mana sendi penyebab
nyeri disatukan dengan sendi lain agar tuang belakang lebih stabil. Proses ini
dilakukan untukmengurangi rasa sakit.
Sebelum menyetujui prosedur, diskusikan risiko dan manfaat dari masing-
masing prosedur ini dengan dokter karena langkah ini tidak selalu memberikan
hasil yang diinginkan. dapat saja mengalami hambatan dalam bergerak dan tetap
merasakan sakit setelah dioperasi. Prosedur operasi juga memiliki risiko
komplikasi yang serius sehingga perlu dipertimbangkan dengan baik, seperti
kelumpuhan pada salah satu atau kedua kaki.
4. Pencegahan
Cara sederhana terbaik mencegah nyeri punggung adalah tetap aktif dan
berolahraga secara teratur, serta menjaga postur tubuh dengan baik. cara
mencegah sakit punggung diantaranya :
 Tetap aktif berolahraga, seperti berenang dan berjalan kaki
 Usahakan untuk mengurangi stres, ketegangan, dan kecemasan
69

 Gunakan sepatu datar dengan bantalan pada alasnya untuk mengurangi tekanan
pada punggung. Hindari gerakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan
ketegangan otot
 Jika Anda merasakan nyeri punggung dan memang memiliki berat badan
berlebih, mengurangi berat badan dapat mengurangi beban tulang dan nyeri
yang dirasakan
 Sejajarkan posisi keyboard komputer dengan pusar agar pundak tidak tertekan
 Sejajarkan posisi layar komputer dengan pandangan mata untuk
menghindarkan leher dari ketegangan
 Tingkatkan fleksibilitas otot punggung dengan olahraga yoga atau
pilates. Hentikan latihan jika nyeri bertambah buruk
70

5. Data 10 Besar Penyakit Rawat Inap


Tabel 4.4 Data 10 Besar Penyakit Rawat Inap
NO. NO. NO. DAFTAR GOLONGAN TNI AL TNI NON PURN ANH BPJS PBI UMUM JUM
DTD TERPERINCI SEBAB – SEBAB MIL PNS KEL AL LAH
SAKIT &KEL
1. 005 A09 Diare & 119 24 258 1 77 44 847 72 167 1609
Gastroenteritis Oleh
Penyebab Infeksi
Tertentu (Kolitis
Infeksi)
2. 073 C50 Neoplasma Ganas 6 4 81 2 60 148 1031 151 10 1493
Payudara
3. 104.1 E11 Diabetes Militus Tidak 30 47 75 9 179 71 762 56 77 1306
Bergantung
Insulin
4. 217 N25-N29,N31-N39 penyakit sistem kemih 36 0 134 4 123 80 691 104 34 1206
lainnya
5. 270.9 R 02 - 09.0, 1,3,8 R Gejala, Tanda Dan 53 2 117 2 140 19 618 71 76 1098
11- R 32, R 34 - R 49, Penemuaan Klinik
R 51- R 53, R 55, R Dan Laboratorium
57-R74, R 76- R 94, R Tidak Normal
96- R 99 Lainnya, YTK Di
Tempat Lain
6. 098.9 D51 – D 58, D 60, D Anemia Lainnya 17 26 83 0 61 32 427 41 40 727
62, D 64
7. 239.9 O31-O39 O41, O43, Perawatan Ibu Yang 8 21 189 10 2 12 339 33 32 646
O47 Berkaitan Dengan
Janin Dan Ketuban
Dan Masalah
Persalinan
8. 074 C53 Neoplasma Ganas 0 2 16 0 4 13 591 0 6 632
Serviks Uterus
9. 111 E 15 – 35, E 58, E 63, Gangguan Endokrin, 15 8 50 0 86 11 331 36 31 568
E 65 E 67 – E 85, E87 Nutrisi Dan
– E 90 Metabolisme Lainnya
10. 007.1 Tuberkulosis Paru 14 1 11 1 135 14 264 65 35 540
Lainnya
71

a. Pengertian Diare dan Gastrornteritis


1. Diare
Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air
besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga
apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam
sehari, maka itu bukan penyakit diare. Gastroenteritis
2. Gastroenteritis
adalah infeksi pada lambung dan usus yang disebabkan oleh beberapa
jenis virus dan bakteri. Gastroenteritis bisa menyebabkan mual, muntah,
diare, kram perut, atau terkadang demam pada penderitanya.
b. Penyebab Diare dan Gastroentritis
1. Diare sering dikaitkan dengan infeksi gastrointestinal (saluran cerna), yang
dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme seperti bakteri, virus
dan parasit. Mikrorganisme tersebut menyebar melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi, atau bisa juga dari orang ke orang sebagai
akibat dari kebersihan yang buruk, misalnya tidak cuci tangan sebelum
memegang makanan atau makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
2. Gastroenteritis. Rotavirus. Virus yang menular melalui mulut ini
cenderung menginfeksi bayi dan anak-anak, karena mereka sering
memasukkan jari atau benda-benda yang sudah terkontaminasi ke dalam
mulut. Orang dewasa yang terinfeksi virus ini mungkin tidak akan
merasakan gejala apa pun, namun mereka tetap bisa menularkannya pada
anak kecil maupun bayi. Norovirus. Virus ini sangat mudah menular dan
bisa menginfeksi siapa pun, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Kebanyakan kasus keracunan makanan yang terjadi di seluruh dunia
disebabkan oleh norovirus. Penyebaran virus ini biasanya terjadi di
beberapa tempat, seperti ruang kelas sekolah, ruang kampus, asrama,
tempat perawatan anak, dan ruang perawatan umum. Makanan dan air
yang terkontaminasi menjadi media utama penyebaran virus. Selain itu,
72

virus juga bisa menyebar lewat kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi. Gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh bakteri E. coli dan
salmonella. Pada banyak kasus, bakteri salmonella dan campylobacter
sering kali menjadi penyebab utama gastroenteritis. Biasanya bakteri jenis
ini menyebar melalui daging unggas yang sudah matang, telur, serta hewan
peliharaan atau unggas yang masih hidup.
c. Gejala Diare dan Gastroenteritis
 Diare
Kram perut atau melilit, neri perut, demam atau panas, tinja encer, rasa
melayang atau pusing karena dehidrasi
 Gastroenteritis
Sakit dan kram perut, diare cair, mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan, demam
d. Pengobatan Diare dan Gastroenteritis
1. Diare
Sebagian besar diare dapat sembuh dengan sendirinya setelah dua
sampai tiga hari, dan paling sering membutuhkan waktu satu hingga dua
minggu. Satu-satunya pengobatan diare yang paling diperlukan adalah
mencegah dehidrasi, yang dapat dilakukan dengan minum cairan
pengganti dan campuran elektrolit (Oralit). Kecukupan mineral seperti
natrium, magnesium, kalsium dan kalium sangat penting dalam menjaga
fungsi tubuh dan kelistrikan jantung agar tetap berdetak normal. diare
yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasite pengobatannya
dilakukan oleh dokter yang biasanya berupa antibiotik
2. Gastroenteritis
Seperti halnya pengobatan pada diare yaitu dianjurkan untuk
meminum oralit untuk menghidari terjadinya dheidrasi.
73

3.4.4 Grafik Barber Johnson Tahun 2018 dan Interpretasi Di RUMKITAL Dr.
RAMELAN SURABAYA
a. Pengertian Grafik dan manfaat
1) Salah satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit
2) Pada tahun 1973 Barry & David Johnson berusaha merumuskan dan
memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi
penggunaan TT untuk bangsal perawatan pasien.
b. Menurut Budi (2011), manfaat grafik BJ yaitu :
Sebagai alat untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit
khususnya terkait dengan penggunaan sarana dan prasarana rumah sakit yaitu
tempat tidur
1) Memonitor kegiatan yang ada pada waktu tertentu dengan membandingkan
hasil kegiatan pada tahun sebelumnya. Sehingga dari grafik iniakan terlihat
peningkatan efisiensi pelayanan di rumah sakit.
2) Memonitoring kegiatan pengolahan pelaporan, dengan meletakan garis BOR,
AVLOS, TOI dan BTO pada grafik Barber Johnson.
3) Memonitoring kegiatan pengolahan pelaporan, dengan meletakan garis BOR,
AVLOS, TOI dan BTO pada grafik Barber Johnson.
a. Parameter yang digunakan untuk menghitung
1) BOR (Bed Occupancy Ratio) = 70-85%
BOR = ƩHp
X 100%
ƩTT x ƩHari 1 periode (3.1)

2) AVLOS (Average Length of Stay) = 3-12 hari


LOS = ƩHP (3.2)
ƩPx keluar ( hidup+mati)

3) TOI (Turn Over Internal) = 1-3 hari


TOI = (ƩTT x ƩPeriode) - HP (3.3)
ƩPx keluar ( hidup+mati)
74

4) BTO (Bed Turn Over) = > 30 kali


BTO = ƩPx keluar ( hidup+mati) (3.4)
ƩTT

b. Langkah-Langkah Perhitungan
Untuk membuat grafik barber johnson diperlukan pehitungan terkait
statistik rumah sakit di antaranya adalah perhitungan BOR, LOS, TOI,
BTO. Dari data yang di dapat pada sensus harian rawat inap di Rumkital
Dr Ramelan Surabaya selama 1 tahun kebelakang yaitu tahun 2018 adalah
seperti tercantum pada lampiran 4.3. Pada lampiran tersebut dijelaskan
secara rinci pehitungan terkait grafik barber johnson .

3.4.4 Analisis Grafik Barber Johnson


4) BOR
BOR (Bed Ocupation Rate) merupakan presentase pemakaian TT pada satu-
satuan waktu tertentu. Indikator ini memerikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan TT rumah sakit dengan standart Baber Johnson 70%-85% . Pada
triwulan I tahun 2018 rata – rata penggunaan tempat tidur sebesar 78,72%,
triwulan II sebesar 68,87%, triwulan III sebesar 66,71%, sedangkan pada triwulan
IV rata – rata penggunaan tempat tidur tahun 2018 sebesar 72,92%. berdasarkan
hasil perhitungan diatas, diperoleh bahwa nilai BOR tertinggi terdapat pada
triwulan ke-I. hal ini menunjukan bahwa pada triwulan I penggunaan TT pada
rumah sakit Dr.RAMELAN sudah memenuhi standart BOR yang telah ditetapkan
oleh Depkes RI dibandingkan pada triwulan II,III, dan IV pada tahun 2018.
sehingga dapat disimpulkan penggunaan TT di RUMKITAL Dr.Ramelan
Surabaya Pada triwulan I,IV sudah efisien dibandingkan dengan triwulan II dan
III yang belum efisien dikarenakan standart Barber Johnson sebesar 70%-85%.
BOR yang terlalu tinggi dapat menurunkan kinerja tim medis dan menurunkan
kepuasan dan keselamatan pasien. Sebaliknya, BOR yang terlalu rendah
menunjukkan bahwa penggunaan TT sedikit sehingga menyebabkan kesulitan
ekonomi bagi Rumah Sakit.
75

5) ALOS
ALOS merupakan rata – rata lama perawatan seorang pasien yang digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan memberikan gambaran mutu pelayanan
rumah sakit.Hasil perhitungan ALOS pada RUMKITAL Dr.Ramelan pada tahun
2018 pada triwulan I yaitu 7 hari, triwulan II yaitu 7 hari, triwulan III yaitu 6 hari,
dan triwulan IV yaitu 7 hari. Dari hasil perhitungan ALOS pada triwulan I,II,III,
dan IV dapat disimpulkan bahwa lama hari perawatan pasien di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya sudah efisien sesuai dengan standart barber johnson yaitu 3-12
hari perawatan. LOS dianjurkan serendah mungkin tampa mengurangi kualitas
perawatan, LOS yang terlalu tinggi ditinjau dari aspek medis menunjukkan bahwa
kinerja kualitas medis yang kurang baik kemudian jika ditinjau dari aspek
ekonomi menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya pemasukan Rumah Sakit
6) TOI
TOI merupakan tenggang perputaran atau rata – rata jumlah hari tempat tidur
tidak ditempati. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari
penggunaan tempat tidur. hasil perhitungan TOI pada tahun 2018 triwulan I
sebesar 2 hari, triwulan II sebesar 3 hari, triwulan III sebesar 3 hari, dan triwulan
IV sebesar 2 hari. sedangkan standart barber johnson yang dianjurkan yaitu
sebesar 1-3 hari. dari hasilperhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah
TOI di RUMKITAL Dr.Ramelan Surabaya pada triwulan I, II, III, dan IV sudah
efisien dengan rata – rata 2-3 hari. TOI yang terlalu tinggi menujukkan bahwa
semakin lama TT “menganggur” atau semakin lama TT tidak digunakan oleh
pasien sehingga tidak menguntungkan bagi Rumah Sakit. Sebaliknya, TOI yang
terlalu rendah menujukkan bahwa semakin singkat saat TT menunggu pasien
berikutnya sehingga merugikan pasien karena TT tidak sempat disiapkan dengan
baik dan kemungkinan kejadian infeksi nasokomial meningkat, beban kerja tim
medis meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien menurun
7) BTO
BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satuan
waktu tertentu tempat tidur di suatu rumah sakit terpakai. frekuensi pemakaian
76

TT di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya tahun 2018 untuk triwulan I yaitu 11


kali, triwulan II yaitu 9 kali, triwulan III yaitu 10 kali, dan triwulan IV yaitu 10
kali. standarisasi untuk BTO yaitu minimal 30 kali pertahun. Untuk nilai BTO di
RUMKITAL Dr.Ramelan Surabaya dirubah menjadi satu tahun maka diperoleh
hasi BTO yaitu nilai triwulan I (11) + Triwulan II (9) + triwulan III (10) +
triwulan IV (10) = 40 kali. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) sudah efisien jika dibandingkan dengan
standart barber johnson yaitu minimal 30 kali pertahun. BTO yang terlalu tinggi
menunjukkan bahwa banyak pasien yang menggunakan TT atau produktifitas TT
tinggi sehingga pemasukan Rumah Sakit meningkat. Produktifitas TT yang tinggi
menujukkan bahwa beban kerja toim medis meningkat sehingga kepuasan dan
keselamatan pasien menurun, infeksi nasokomial meningkat. Sebaliknya, BTO
yang terlalu rendah dapat menyebabkan pemasukan Rumah Sakit menurun.
8) NDR dan GDR
NDR merupakan angka kematian >48 jam setelah dirawat untuk tiap 1000
kematian, sedangkan GDR yaitu angka kematian umum untuk tiap 1000
kematian. dari hasil perhitungan NDR dan GDR di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya tahun 2018 diperoleh hasil NDR sebesar 1,57 per 1000 kematian dan
GDR 3,163 per 1000 kematian. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
NDR sudah baik dan nilai GDR juga sudah baik dan sesuai standart.Standart
NDR yaitu kurang dari 25 tiap 1000 kematian sedangkan untuk GDR kurang dari
45 per 1000 kematian. kedua indikator ini dapat menunjukan mutu pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit. Jika ditinjau dari nilai NDR dan GDR yang ada
mutu pelayanan RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya sudah baik.
77

3.4.5 Perhitungan Grafik Barber Johnson


Tabel 3.4 Perhitungan Grafik Barber Johnson

LOS BTO
No Triwulan T A D HP BOR (%) TOI (hr)
(hr) (ps)
1 I ( Januari - Maret ) 90 692 7473 49027 78,72 6,56 1,77 10,79
2 II (April - Juni ) 91 712 6737 44626 68,87 6,62 2,99 9,46
3 III ( Juli - September ) 92 712 6822 43696 66,71 6,41 3,20 9,58
4 IV ( Oktober - Desember ) 92 712 7156 47766 72,92 6,67 2,47 10

T : jml.hari A : jml.tempat tidur D : jml.pasien pulang(hidup+mati) HP : Hari Perawatan

Tabel diatas merupakan tabel hasil perhitungan untuk membuat grafik barber johnson. Perlu diketahui untuk mendapatkan
hasil perhitungan BOR 78,72 % digunakan rumus 3.1 selanjutnya untuk menghiung LOS 6,56 hari didapatkan dari rumus 3.2.
kemudian sama halnya untuk menghitung TOI dan BTO selama 1,77 hari dengan BTO 10,79 adalah dengan menggunakan rumus 3.3
dan 3.4 . untuk perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 4.3.
78

3.4.6 Grafik Barber Johnson


Triwulan 1

Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan I


Tahun 2018
Triwulan 2

Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan II


Tahun 2018
79

Triwulan 3

Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan III
Tahun 2018
Triwulan 4

Gambar 3.4.6 Hasil Pengelolahan Efisiensi Pelaporan Rumah Sakit Triwulan IV


Tahun 2018
80

3.6 Aspek Manajemen Unit Rekam Medis

3.6.1 Struktur Organisasi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

KABAG MINMED
(REKAM MEDIS)
UR TU
OPERATOR
KOMPUTER

KASUBBAG YANMINMED KASUBBAG INFOMED

KAUR KAUR LAPORAN KAUR INFORMASI


KAUR REGISTRASI KAUR REGISTRASI KAUR BERKAS
PENGOLAHAN MEDIS MEDIS
RAWAT JALAN RAWAT INAP REKAM MEDIS DATA

PEREKAM MEDIS UR DATA 1 UR NFORMASI


PEREKAM MEDIS UR DISTRIBUSI UR LAPORAN MEDIS
PELAKS. LANJUT PELAKS. LANJUT
BERKAS REKAM
PEREKAM MEDIS UR DATA 2 UR BANGSIS
PEREKAM MEDIS UR ASSEMBLING
MEDIS 1 S/D 2 UR EVALUASI
PELAKSANA 1 PELAKSANA 1 UR DATA 3 UR HARTEK
PEREKAM MEDIS PEREKAM MEDIS INFOMED
PEREKAM MEDIS
PELAKSANA 2 PELAKSANA
PELAKSANA 2
UR REGISTRASI UR PENYIMPANAN BERKAS
REKAM MEDIS 1 S/D 2
RAWAT JALAN
Gambar 3.6 Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis di RUMKITAL Dr. Ramelan
81

3.6.2 Identifikasi Struktur Organisasi Unit Rekam Medis berikut nama,


jabatan, tugas, wewenang dan tanggungjawab pimpinan, staf, dan
masing-masing karyawan termasuk job description.
Pada unit rekam terdapat petugas rekam medis sebanyak 39 orang petugas
rekam medis. Adapun sebagai berikut
1. Kabag Minmed
1) Nama Jabatan : Kabag Minmed
2) Pangkat/Gol : Letkol (K)
3) Kualifikasi : Diklapa
4) Atasan Langsung : Kaset
5) Bawahan Langsung :
- Kasubbag Yanminmed
- Kasubbag Informed
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :-
b. Ekstern :
a) Kaset
b) Ka Ren Proga
c) Dan Satma
d) Pekas
e) Semua Kadep
f) PT Askes
g) Semua perusahaan yang kerjasama dengan Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya
7) Ringkasan Tugas :
Menyelenggarakan rekam medis meliputi : pelayanan administrasi medis
dan informasi medis sejak perencanaan samapi dengan evaluasi
8) Rincian Tugas :
Merencanakan, mengelola, mengawasi, mengevaluasi dan
mengembangkan bidang administrasi medis dan informasi medis
82

9) Rincian Kegiatan :
a. Membuat rencana sistem dan prosedur kerja manajemen rekam medis
yang cepat, tepat, akurat berdasarkan evaluasi sistem kerja yang telah
dan sedang berjalan
b. Mengatur Jadwal Kerja, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan semua
unit kerja Minmed
c. Menjaga ketertiban dan kelancaran tugas bidang rekam medis, termasuk
administrasi medis dan informasi medis dengan cara pengawasan
terhadap : Rencana kebutuhan logistik bulanan, pelaksanaan
administrasi, pelaksanaan pelayanan rekam medis pasien, pengumpulan
dan pengolahan data, prosedur pelaporan dan evaluasi dan penyajian
data medis
d. Mengadakan rapat anggota bulanan
e. Membuat usulan program Bangdiklat untuk SDM Bagminmed
f. Melaksanakan program orientasi bagi anggota baru
g. Melaksanakan bimbingan dan membantu kelancaran mahasiswa PKL
yang terkait dengan bidang Rekam Medis, mengajarkan materi rekam
medis kepada siswa Sekesal / Pihak lain yang memerlukan.
h. Menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
i. Koordinasi dengan bagian / pihak lain baik didalam / diluar Rumkital
Dr. Ramelan untuk mendukung kelancaran tugas
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas kelancaran tugas dibagian Minmed Rumkital Dr.
Ramelan yang meliputi pelayanan berkas RM Pasien, Sistem Informasi
jaringan, administrasi medis dan ketersediaan data medis yang akurat dan
tepat waktu
11) Wewenang :
a. Merencanakan, melaksanakan, megawasi, mengevaluasi dan
mengembangkan system dan prosedur kerja manajemen rekam medis
b. Melakukan pembinaan dan penilaian kinerja personil Bagminmed
12) Bahan Kerja :
83

Data Pasien, blanko-blanko rekam medis, data-data lain yang terkait


dengan informasi medis rumah sakit
13) Alat Kerja : Mesin cetak (Risograph, Komputer, Komputer,
Komputer jaringan, mesin ketik, ATK
Alat Komunikasi : Telp, Fax
Alat Bantu : Software : Buku Pedoman, SOP, BPPRM dll
Hardware : Ruangan-ruangan dengan prasarananya
14) Hasil kerja :
a. Data / Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan data medis
pasien di rumah sakit
b. Surat menyurat yang terkait dengan pelayanan rekam medis rumah
sakit
c. Pengadaan sampai dengan pemusnahan Berkas Rekam Medis pasien
(yang mati / in aktif)
d. Laporan mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan ke DKK / Diskesal
/ Puskes TNI
e. PKS dengan perusahaan yang Yankesnya di Rumkital Dr. Ramelan
f. Pelaksanaan PKMRS
g. Kelancaran pelayanan Berkas Rekam Medis bagi pasien rawat inap,
rawat jalan dan IGD
h. Produk yang terkait tugas informed ( Profil rumah sakit, tarif Yankes,
materi PKMRS, brosur, angket, website dsb.nya )
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan yang memadai untuk staf, registrasi, penyimoanan Berkas
Rekam Medis, gudang Berkas Rekam Medis dan ruang informasi
b. Lingkungan bersih, nyaman dan memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan kerja
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh, Capek
84

b. Resiko beberapa penyakit akibat debu dan bising mesin seperti


gangguan pernafasan (batuk, pilek, sinusitis, alergi, all); gangguan
pendengaran
2. Urusan TU
1) Nama Jabatan : Ur.TU Minmed
2) Pangkat/ Gol Jab : Serma Ttu
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kabag Minmed
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
a) Kasubbag Yan Minmed
b) Kasubbag Informed
c) Operator Komputer
b. Ekstern :
a) Kaset
b) Semua Kadep / Kabag dll yang terkait dengan surat keluar / masuk
Bag Minmed
c) Pihak-pihak yang terkait dengan pelaporan ataupun administrasi
medis lainnya
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan fungsi administrasidilingkungan Bag Minmed
8) Rincian Tugas :
Pengadaan dan distribusi blanko-blanko rekam medis pasien,
menyelesaikan surat-surat yangn terkait dengan administrasi medis,
menyelesaikan surat-surat keluar/masu, mengelola arsip dan tugas lain
yang diberikan atasan.
9) Rincian Kegiatan :
a. Pengadaan / distribusi blanko-blanko rekam medis sesuai kebutuhan
ruangan / poli dll
85

b. Menyelesaikan administrasi medis yang meliputi :


a) Surat keterangan pasien dirawat
b) Surat Keterangan CPW
c) Data Medis pasien
d) Visum et repertum
e) Resitusi
f) Surat Kematian pada waktu jam kerja
c. Membantu Sub bag Yan Minmed / Informed dibidang administrasi
d. Menyelesaikan surat keluar / masuk
e. Mengirimkan laporan-laporan Bag Minmed
f. Mengelola semua arsip Bag Minmed
10) Tanggung Jawab :
Ur. TU bertanggung jawab kepada kabag Minmed / Subbag Yanminmed
/ Subbag informed terkait semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya
11) Wewenang :
Menyusun sistem, prosedur kerja dan jadual kerja yang sesuai dilingkup
bidang tugasnya demi kelancaran dan efesiensi pelaksanaan tugasnya.
12) Bahan Kerja
Permintaan kebutuhan blanko-blanko rekam medis ruangan/ poli sesuai
jumlah pasien, konsep-konsep surat, konsep-konsep laporan, data pasien
dll yang deperlukan untuk Administrasi Medis, Arsip-arsip surat
keluar/masuk dll
13) Alat Kerja : Komputer, mesin ketik, mesin cetak (Risograph),
kalkulator, pemotong kertas, rak / almari arsip, ATK.
Alat Komunikasi : Telephone
14) Hasil Kerja
a. Semua blanko rekam medis
b. Semua Laporan Bag Minmed
c. Semua surat yang terkait dengan administrasi medis
d. Larsip surat keluar / masuk Bag Minmed
86

15) Kondisi Lingkungan Kerja :


a. Ruangan dan alat kerja memadai, penerangan cukup.
b. Lingkungan bersih dan nyaman
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh, Cepak
b. Gangguan mata, saluran pernafasan.
3. Operator Komputer
1) Nama Jabatan : Operator Komputer
2) Pangkat / Gol Jab : Pelda Pdk
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kabag Minmed
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
a) Kasubbag Yan Minmed
b) Kasubbag Informed
c) Ur TU Bag Minmed
b. Ekstern :
a) Kaset
b) Semua Kadep / Kabag dll yang terkait dengan surat keluar / masuk
Bag Minmed
c) Pihak-pihak yang terkait dengan pelaporan ataupun administrasi
medis lainnya
7) Ringkasan Tugas :
Menyiapkan computer dilingkungan Bag Minmed agar selalu siap pakai
dan membantu kelancaran tugas Ur. TU Bag Minmed
8) Rincian Tugas :
a. Membantu kesiapan computer dan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang timbul
87

b. Kerjasama dengan Ur. TU untuk menyelesaikan surat-surat terkait


dengan administrasi medis / umum dan tugas lain yang diberikan atasan
9) Rincian Kegiatan :
a. Memantau kesiapan komputer, melaporkan permasalahan yang timbul
ke Kabag / Kasubbag / bagian IT
b. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi kegiatan pemeliharaan
komputer
c. Melakukan perawatan dan modifikasi program sesuai kebutuhan
d. Merawat program sistem data processing / bekerja sama dengan Ur. TU
untuk menyelesaikan semua tugas administrasi umum / medis yang
menjadi tanggung jawab bagian Minmed
10) Tanggung Jawab :
Operator computer bertanggung jawab kepada Kabag Minmed/Kasubbag
Yan Minmed/Kasubbag Informed terhadap tugas-tugas yang diberikan
yang terkait dengan segala kegiatan administrasi umum/medis dan
kesepian computer.
11) Wewenang
Menyususn system, prosedur kerja dan jadual kerja yang sesuai dilingkup
bidang tugasnys demi kelancaran dan efisiensi pelaksanaan tugasnya.
12) Bahan Kerja
Komputer dilingkungan Bag Minmed, Konsep-konsep surat / laporan-
laporan / surat keluar / masuk Bag Minmed
13) Alat Kerja : Komputer, mesin cetak (Risograph), kalkulator,
pemotong kertas, rak / almari arsip, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
14) Hasil Kerja
a. Kesiapan komputer
b. Semua blanko rekam medis
c. Semua Laporan Bag Minmed
d. Semua surat yang terkait dengan administrasi medis
88

e. Arsip surat keluar / masuk Bag Minmed


15) Kondisi Lingkungan Kerja
a. Ruangan dan alat kerja memadai, penerangan cukup
b. Lingkungan bersih dan nyaman
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh, Capek
b. Gangguan mata, saluran pernafasan.
4. Kasubbag Yan Minmed
1) Nama Jabatan : Kasubbag Yan Minmed
2) Pangkat / Gol Jab : Mayor K / Kes-Pma
3) Kualifikasi : Diklapa
4) Atasan Langsung : Kabag Minmed
5) Bawahan Langsung :
a. Kaur Registrasi Rawat Jalan
b. Kaur Registrasi Rawat Inap
c. Kaur Berkas Rekam Medis
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern : Kasubbag Informed
b. Ekstern :
a) Kasubdep Rawat Inap / Jalan
b) Semua Ka Poli / Inap
c) PT. Askes, Kadep-kadep, Pekas, Kaset
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan pengelolaan berkas rekam medis pasien rawat jalan , IGD,
dan Rawat Inap mulai pengadaan sampai dengan pemusnahan
8) Rincian Tugas :
Pengadaan kartu berobat, berkasa rekam medis dan identitas pasien rawat
jalan / inap, lembar rawat inap, distribusi, assembling dan filling berkas
rekam medis serta retensi berkas rekam medis in aktif / mati
9) Rincian Kegiatan :
89

a. Mengusulkan kebutuhan logistik bulanan berdasarkan jumlah pasien


b. Menyusun sistem, prosedur dan jadwal kerja anggota Bag Yanminmed
serta pembinaan kinerja anggota dilingkup tanggung jawabna
c. Mengawasi kinerja anggota dan membuat penilaian secara berkala
sesuai aturan yang berlaku
d. Membuat usulan Bangdiklat anggotanya yang memenuhi persyaratan
e. Laporan permasalahan dan hasil kerja kepada Kabag Minmed serta
Koordinasi dengan bagian-bagian terkait
f. Menyelesaikan Administrasi registrasi pasien rawat jalan dan rawat
inap
g. Distribusi berkas rekam medis pasien rawat jalan ke poli yang dituju
h. Mengambil dan menyimpan kembali berkas medis dari poli-poli
sehabis pelayanan
i. Asembling dan kodefikasi pasien KRS dari ruang rawat inap
j. Pencatatan dokumen pasien meninggal
k. Filling berkas pasien rawat jalan dan rawat inap
l. Retensi berkas rekam medis inaktif, pemusnahan berkas pasien in aktif
dan mati
10) Tanggung Jawab :
Terhadap kelancaran distribusi dan filling, ketrsediaan kelengkapan
pengisian, keamanan dan kerahasiaan berkas rekam medis pasien serta
retensi berkas rekam medis in aktif.
11) Wewenang
Merencanakan, mengawasi pelaksanaan, menilai kinerja anggota,
membuat usulan-usulan untuk kelancaran dan pengembangan bidang
tugasnya.
12) Bahan Kerja :
Data Pasien, Logistik (blanko kartu berobat, blanko-blanko rekam medis,
berkas rekam medis dll), ATK
13) Alat Kerja : Komputer, ATK, Alat cetak kartu, mesin risograp
90

Alat Komunikasi : Telepon


Alat Bantu : Sepeda, kereta dorong, BPPRM, SOP Rekam
medis
14) Hasil kerja :
a. Kartu berobat pasien
b. Berkas rekam medis pasien
c. Data pasien (di komputer jaringan)
d. Berkas rekam medis pasien In aktif dan mati yang sudah dihapus
15) Kondisi Lingkungan Kerja
a. Ruangan tertutup, cukup penerangan dan ventilasi, ada tempat
istirahat / ganti pegawai dan kamar mandi
b. Lingkungan yang bersih dan nyaman
16) Resiko Kerja
a. Jenuh, Capek
b. Gangguan penyakit akibat debu (batuk, pilek, sinusitis, alergi dll)
c. Gangguan mata akibat komputer
5. Kaur registrasi rawat jalan
1) Nama Jabatan : Kaur Registrasi Rawat Jalan
2) Pangkat / Gol Jab : Kapten (Kes)
3) Kualifikasi : Dikspespa
4) Atasan Langsung : Kasubbag Yan Minmed
5) Bawahan Langsung :
a. Perekam medis pelaksana lanjut
b. Perekam medis pelaksana 1
c. Perekam medis pelaksana 2
d. Ur. Registrasi rawat jalan
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
a) Kasubbag Informed
b) Kaur-kaur dibagian Minmed
91

b. Ekstern :
a) Kadep / Kasubdep
b) Unit Rawat Inap
c) Unit Rawat Jalan
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab atas semua kegiatan rawat jalan yang terkait dengan
bagian rekam medis
8) Rincian Tugas :
a. Mengatur keterlibatan, kelancaran registrasi pasien rawat jalan
b. Mengadakan koordinasi di unit kerja baik staf mmaupun semua
karyawan
9) Rincian Kegiatan :
a. Registrasi pasien rawat jalan baru, pembuatan kartu berobat dan
berkas rekam medis
b. Merekapitulasi sensus harian kunjungan rawat jalan
c. Menyiapkan kebutuhan berkas rekam medis
d. Mengirim dan mengambil berkas rekam medis ke / dari poli yang
membutuhkan
e. Menjaga kebersihan ruangan, merawat Berkas Rekam Medis dan
Filling berkas rekam medis
f. Merencanakan retensi sampai dengan pemusnahan berkas rekam
medis sesuai BPPRM
g. Melaksanakan tugas lain dari atasan
10) Tanggung Jawab :
Atas keterlibatan dan kelancaran registrasi pasien rawat jalan,
pengantaran / pengambilan berkasrekam medis pasien poliklinik.
11) Wewenang
a. Mengawasi semua kegiatan registrasi pasien rawat jalan dan
pelayanan berkas rekam medis ke poliklinik
92

b. Mengawasi, mengkoordinir dan menilai kinerja semua anggota yang


ada dibawah bidang tugas dan tanggung jawabnya secara periodik.
12) Bahan Kerja :
Data-data pasien rawat jalan, kartu berobat, blanko-blanko rekam medis,
laporan poliklinik.
13) Alat Kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP dll
14) Hasil Kerja :
a. Berkas rekam medis pasien rawat jalan yang lengkap dan akurat
b. Kelancaran pelayanan registrasi pasien rawat jalan
c. Terlaksananya pemusnahan berkas yang telah memenuhi syarat
pemusnahan
15) Kondisi Lingkungan Kerja
a. Ruang tertutup, cukup penerangan dan ventilasi, ada tempat istirahat /
ganti pegawai dan kamar mandi
b. Lingkungan yang bersih dan nyaman
16) Resiko Kerja
a. Jenuh, Capek
b. Gangguan penyakit akibat debu (batuk, pilek, sinusitis, alergi all)
c. Gangguan mata akibat komputer
6. Perekam medis pelaksana lanjut
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana Lanjut
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda TK. I III/B
3) Kualifikasi : Jabfung Rekam Medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Jalan
5) Bawahan Langsung :
a. Perekam Medis Pelaksana 1
b. Perekam Medis Pelaksana 2
c. Ur. Registrasi Rawat jalan
93

6) Hubungan Kesamping /Diagonal


a. Intern : Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Ekstern :
a) Unit Rawat Jalan
b) Set
c) Urdal
d) Pam
e) Provos
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan berkas rekam
medisnrawat jalan, penyimpanan arsip dan pemusnahan berkas rekam
medis pasien in aktif dan meninggal
8) Rincian Tugas :
a. Melaksanakan retensi berkas medis rawat jalan
b. Melaksanakan pengarsipan dan pemusnahan berksa rekam medis in
aktif, pasien meninggal dll sesuai BPPRM
9) Rincian Kegiatan :
a. Melakukan retensi berkas rekam medis pasien rawat jalan
b. Merekap berkas rekam medsi pasien in aktif yang akan dimusnahkan
sesuai kebutuhan
c. Merencakan, melaksanakan pemusnahan dengan berkerjasama dengan
bagian-bagian terkait (Set, Urdal, Pam, Provos dll) sesuai petunjuk
BPPRM
d. Menyerahkan berita acara dan buku rekap rekam medis yang
dimusnahkan ke Kaur Lahta
e. Menyimpan arsip-arsip (resume yang sudah dimusnahkan, berkas yang
belum waktunya dimusnahkan) di gudang arsip
f. Menjaga kebersihan kerapian gudang arsip sehingga mudah ditemukan
10) Tanggung Jawab :
94

Melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan berksa rekam


medis mengenai retensi,pemusanhan dan pengarsipan
11) Wewenang
Mengkoordinasikan kegiatan antar unit yang berada dibawahnya dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
12) Bahan Kerja :
Formulir yang terkait dengan berkas rekam medis
13) Alat Kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : SOP
14) Hasil Kerja :
a. Kerapian penataan berkas rekam medis
b. Kenyamanan penyimpanan berkas rekam medis
15) Kondisi Lingkungan Kerja
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC (AC rusak)
c. Tempat berkas rekam medis terpisah
16) Resiko Kerja
a. Debu
b. Jenuh
c. Melelahkan
7. Perkam medis pelaksana 1
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana 1
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK. I II/d (kes)
3) Kualifikasi : Jabfung Rekam Medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Jalan
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
1) Perekam Medis Pelaksana Lanjut
95

2) Perekam Medis Pelaksana 2


3) Ur. Registrasi Rawat Jalan
a. Ekstern :
1) Wakamed
2) Set
3) Pam
4) Urdal
7) Ringkasan Tugas :
a. Melaksanakan retensi berkas rekam medis rawat jalan
b. Melaksanakan pencatatan berkas rekam medis rawat jalan
8) Rincian Tugas :
a. Melakukan retensi berkas rekam medis rawat jalan in aktif sesuai jadual
retensi
b. Melakukan pencatatan berkas rekam medis rawat jalan in aktif
9) Rincian Kegiatan :
1. Memilah rekam medis rawat jalan in aktif yang masih disimpan sesuai
dengan retensi
2. Memilah rekam medis rawar jalan in aktif yang boleh dimusnahkan
dengan retensinya
3. Mencatat berkas rekam medis rawat jalan yang boleh dimusnahkan
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengelolaan berkas rekam
medis yang akan di in aktifkan dan dimusnahkan
11) Wewenang
Mengkoordinir kegiatan antar unit yang berada dibawah tugas tanggung
jawabnya
12) Bahan Kerja :
Formulir yang terkait dengan berkas rekam medis rawat jalan
13) Alat Kerja : komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
96

Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP


14) Hasil Kerja :
a. Berkas rekam medis in aktif rawat jalan
b. Catatan berkas rekam rawat jalan yang akan dimusnahkan
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan penglihatan
d. Gangguan pernafasan
8. Perekam medis pelaksana 2
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana 2
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK. I II/D
3) Kualifikasi : Jabfung Rekam Medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Jalan
5) Bawahan Langsung :
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
a) Kaur-kaur dibagian Minmed
b) Perekam Medis Pelaksana Lanjut
c) Perekam Medis Pelaksana 1
d) Perekam Medis Pelaksana2
b. Ekstern : Unit Rawat Jalan
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan pengarsipan berkas rekam medis rawat jalan
8) Rincian Tugas :
97

Melakukan pengarsipan berkas rekam medis rawat jalan in aktif sesuai


jadwal retensi
9) Rincian Kegiatan :
1. Mengurutkan arsip resume berkas rekam medis pasien rawat jalan in
aktif yang sudah dipilah-pilah sesuai dengan nomer urutnya
2. Dokumentasi resume kehard disk eksternal
3. Menjaga kebersihan dan kerapian penyimpanan arsip sehingga
mudah dicari
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengarsipan resume berkas
rekam medis in aktif rawat jalan
11) Wewenang
Mengkoordinir kegiatan antar unit yang berada dibawah tugas tanggung
jawabnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien rawat jalan
13) Alat Kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP dll
14) Hasil Kerja :
a. Arsip resume berkas rekam medis yang sudah dimusnahkan
b. Dokumen resume
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan pernafasan
98

9. Urusan registrasi rawat jalan


1) Nama Jabatan : Urusan Registrasi Rawat Jalan
2) Pangkat / Gol Jab : Peltu (Rum)
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Jalan
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping /Diagonal
a. Intern :
a) Kaur-kaur dibagian Minmed
b) Perekam Medis Pelaksana Lanjut
c) Perekam Medis Pelaksana 1
d) Perekam Medis Pelaksana 2
b. Ekstern :
a) Unit Rawat Jalan
b) Unit Rawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
Merekapitulasi sensus harian kunjungan pasien rawat jalan
8) Rincian Tugas :
Registrasi pasien mengenai identitas, cara kunjungan dan macam
kunjungan
9) Rincian Kegiatan :
a. Menerima kartu berobat dan karcis (untuk pasien umum)
b. Mengidentifikasi pasien rawat jalan
c. Menerima surat rujukan
d. Membuat kartu berobat untuk diberikan kepada pasien
e. Menyiapkan berkas rekam medis pasien baru
10) Tanggung Jawab :
Mengatur ketertiban, kelancaran penerimaan pasien rawat jalan
11) Wewenang
Mengawasi prosedur penerimaan pasien rawat jalan agar sesuai ketentuan
99

12) Bahan Kerja :


a. Data identitas pasien
b. Surat rujukan
c. KK dinas (KU 1)
13) Alat Kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP dll
14) Hasil Kerja :
Laporan pengunjung dan kunjungan
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC (AC mati)
c. tenang
16) Resiko Kerja :
a. Stress
b. Jenuh
c. Lelah
d. Gangguan penglihatan
10. Kaur Registrasi Rawat Inap
1)Nama Jabatan : Kaur Registrasi Rawat Inap
2)Pangkat / Gol Jab : Kapten (Kes)
3)Kualifikasi : Dikspespa
4)Atasan Langsung : Kasubbag Yanminmed
5)Bawahan Langsung :
a. Perekam Medis pelaksana lanjut
b. Perekam Medis pelaksana 1
c. Perekam Medis pelaksana 2
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
a) Kasubbag Infomed
100

b) Kaur-kaur dibagian Minmed


b. Ekstern:
a) Kadep / Kasubdep
b) Unit Rawat Inap
c) Unit Rawat Jalan
7) Ringkasan Tugas:
Bertanggung jawab atas semua kegiatan Rawat Inap yang terkait dengan
bagian rekam medis
8) Rincian Tugas:
a. Mengatur ketertiban, kelancaran registrasi pasien rawat inap
b. Mengkoordinasikan kegiatan rawat inap
9) Rincian Kegiatan:
a. Melayani registrasi pasien MRS selama 24 jam
b. Menyiapkan dan mengatur kebutuhan berkas rekam medis
c. Pencatatan data pasien rawat inap yang terkait dengan pelaporan dan
evaluasi
d. Memasukkan data pasien rawat inap ke komputer
10) Tanggung Jawab:
a. Bertanggung Jawab atas semua kegiatan registrasi dan pencatatan data
pasien rawat inap kepada Kasubbag Yanminmed
11) Wewenang:
a. Mengawasi semua kegiatan registrasi rawat inap dan pelayanan berkas
rekam medis rawat inap
b. Mengawasi, mengkoordinasi dan menilai kinerja semua anggota yang
ada dibawa bidang tugas dan tanggung jawabnya
12) Bahan Kerja :
Data pasien rawat inap, kartu berobat, blanko-blanko rekam medis,
laporan ruangan
13) Alat Kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
101

Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP


14) Hasil Kerja :
a. Berkas rekam medis pasien rawat inap yang lengkap dan akurat
b. Kelancaran pelayanan registrasi pasien rawat inap
c. Data pasien rawat inap untuk pelaporan dan evaluasi
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan Tertutup
b. Ruangan Ber AC (Rusak)
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan pernafasan
d. Gangguan penglihatan
11. Perekam Medis Pelaksana Lanjut
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana Lanjut
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda TK. I III/B ( Kes )
3) Kualifikasi : Jabfung rekam medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Inap
5) Bawahan Langsung :
a. Perekam Medis Pelaksana 1
b. Perekam Medis Pelaksana 2
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Ekstern : Unit Rawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan kodefikasi diagnosa, jenis tindakan dan operasi pasien KRS
8) Rincian Tugas :
a. Melaksanakan pengkodingan diagnosa rawat inap setelah keluar dari
perawatan
102

b. Melaksanakan pengkodingan jenis tindakan dan operasi setelah pasien


keluar perawatan
9) Rincian Kegiatan :
1. Menerima berkas rekam medis dari petugas assembling
2. Melaksanakan coding diagnosa berdasarkan ICD-10
3. Melaksanakan coding jenis tindakan dan operasi yang ada di rekam
medis rawat inap berdasarkan ICD-9
10) Tanggung Jawab :
Melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengkodingan
berkas rekam medis pasien KRS
11) Wewenang :
Mengkoordinir kegiatan unit-unit yang berada dalam bidang tanggung
jawabnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien rawat inap yang KRS
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
Laporan 10 besar jenis penyakit pasien rawat inap
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Pengab
b. Panas AC mati
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh
b. Lelah
c. Gangguan penglihatan
d. Gangguan pernafasan
12. Perekam Medis Pelaksana 1
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana 1
103

2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK.I II/d ( Kes )


3) Kualifikasi : Jabfung rekam medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Inap
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
a. Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Perekam medis pelaksana 2
c. Ekstern :-
7) Ringkasan Tugas :
a. Melaksanakan retensi berkas rekam medis rawat inap
b. Melaksanakan Pencatatan berkas rekam medis rawat inap
8) Rincian Tugas :
c. Melakukan retensi rekam medis rawat inap in aktif sesuai jadwal
retensi
d. Melakukan pemusnahan berkas rekam medis rawat inap in aktif
9) Rincian Kegiatan :
1. Memilah rekam medis rawat inap in aktif yang masih disimpan sesuai
dengan retensinya
2. Memilah rekam medis rawat inap in aktif yang boleh dimusnahkan
dengan retensinya
3. Mencatat berkas rekam medis rawt inap yang belum dimusnahkan
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengelolahan, berkas rekam
medis yang akan di in aktifkan dan dimusnahankan
11) Wewenang :
Mengkoordinasi kegiatan antar Unit yang berada dibawah tugas dan
tanggung jawabnya
12) Bahan Kerja :
Formulir yang terkait dengan berkas rekam medis rawat inap
104

13) Alat kerja : Komputer, ATK


Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Berkas rekam in aktif pasien rawat inap
b. Catatan berkas rekam medis pasien rawat inap yang akan
dimusnahkan
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan Tertutup
b. Ruangan ber AC
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan penglihatan
d. Gangguan pernafasan
13. Perekam Medis Pelaksana 2
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana 2
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK. I II/d
3) Kualifikasi : Jabfung rekam medis
4) Atasan Langsung : Kaur Registrasi Rawat Inap
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
a. Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Perekam medis pelaksana lanjut
c. Perekam medis pelaksana 1
d. Perekam medis pelaksana 2
e. Ekstern : Unit Gawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
105

Melaksanakan pengarsipan berkas rekam medis rawat inap


8) Rincian Tugas :
a. Melakukan pengarsipan rekam medis pasien rawat ianp in aktif sesuai
jadwal retensi
b. Melakukan pengarsipan rekam medis rawat inap kematian
9) Rincian Kegiatan :
1. Mengurutkan arsip resume berkas rekam medis pasien rawt inap In
aktif rawat inap yang sudah dipilah-pilah sesuai dengan nomor
urutnya
2. Mengurutkan arsip berkas rekam medis pasien meninggal sesuai
dengan nomer urut
3. Dokumentasi resume ke hard disk external
4. Menjaga kebersihan dan kerapian penyimpanan arsip in aktif sehingga
mudah dicari
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap pelaksanakan pengarsipan berkas rekam
medis rawat inap/ kematian.
11) Wewenang :
Mengkoordinir kegiatan antar Unit yang berada dibawah tugas dan
tanggung jawabnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien rawat inap
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP dll
14) Hasil kerja :
a. Arsip resume berks rekammedis yang sudah dimusnahkan
b. Dokumen resume
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
106

b. Ruangan ber AC
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh
b. Lelah
c. Gangguan pernafasan
14. Kaur Berkas Rekam Medis
1) Nama Jabatan : Kaur Berkas Rekam Medis
2) Pangkat / Gol Jab : Kapten ( Kes )
3) Kualifikasi : Pama ~ Dikspespa
4) Atasan Langsung : Kasubbag Yanminmed
5) Bawahan Langsung :
a. Ur Distrinusi Berkas Rekam Medis 1
b. Ur Distribusi Berkas Rekam Medis 2
c. Ur Assembling
d. Perekam Medis pelaksana
e. Ur. Penyimpanan Berkas Rekam Medis 1
f. Ur. Penyimpanan Berkas Rekam Medis 2
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Ekstern :
1. Unit Rawat Jalan
2. Unit Rawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab atas semua kegiatan urusan Berkas Rekam Meedis
8) Rincian Tugas :
a. Menyiapkan berkas rekam medis sesuai permintaan dari unit
pelayanan lain.
b. Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan assembling.
107

9) Rincian Kegiatan :
1. Mengirim / mengambil berkas rekam medis sesuai permintaan
2. Menyerahkan rekam medsi pasien KRS ke bagian Coding
3. Melakukan penyisiran untuk mengetahui kesalahan masuk dan
kehilangan rekam medis
4. Mencari berkas rekam medis yang tidak ada ditempat
5. Mengecek berkas rekam medis yang kembali dari poli
6. Filling sesuai sistem numbering digit
7. Pencatatan dan pelaporan
10) Tanggung Jawab :
Melaksanakan semua kegiatan urusan Berkas Rekam Medis rawat inap
maupun rawat jalan
11) Wewenang :
a. Mengawasi semua kegiatan urusan Berkas Rekam Medis
b. Mengkoordinir kegiatan antar unit yang berada dibawah tugas dan
tanggung jawabnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien, blanko-blanko rekam medis, data pasien
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Kerapian penataan berkas rekam medis di raknya masing-masing
b. Mempermudah pencarian rekam medis
c. Menjaga kerahasiaan berkas rekam medis
d. Pencatatan dan pelaporan yang terkait dengan uurusan Berkas Rekam
Medis
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC (AC Rusak)
108

c. Berdebu
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh
b. Lelah
c. Gangguan pernafasan
15. Urusan Distribusi Berkas Rekam Medis 1s/d 2
1) Nama Jabatan : Ur Distribusi Berkas Rekam Medis 1
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda TK.I II/b ( Min )
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Berkas Rekam Medis
5) Bawahan Langsung : Distribusi 2 (kurir)
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Assembling
2) Coding
b. Ekstern :
1) Unit Rawat Jalan
2) Unit Rawat Inap
3) Instalasi Gawat Darurat
7) Ringkasan Tugas :
Mendistribusikan berkas rekam medis pasien ke unit-unit yang
memerlukan
8) Rincian Tugas :
Melayani permintaan berkas rekam medis dari unit rawat jalan, rawat inap,
IGD
9) Rincian Kegiatan :
a. Mencatat semua berkas rekam medis keluar / masuk
b. Mengatur berkas rekam medis ke unit pelayanan rawat jalan
c. Mangambil kembali dari unit pelayanan pada siang hari setelah
seledai pelayanan pasien
109

d. Mengantar berkas rekam medis sesuai permintaan dari unit rawat inap
maupun IGD
e. Menjaga kerapian, kebersihan ruangan
10) Tanggung Jawab :
Memeriksa kelengkapan berkas rekam medis sebelum dikirim, mencatat
dan mendistribusikan sesuai ketentuan
11) Wewenang :
Melaksanakan tindakan pengantaran / pengiriman berkas rekam medis
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien aktif
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Pelayanan pengiriman di unit-unit lancar
b. Pengambilan di unit-unit rawat jalan lancar
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Debu
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Gangguan pernafasan
1) Nama Jabatan : Ur Distribusi Berkas Rekam Medis 2
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda II/a ( Min )
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Distribusi Berkas Rekam Medis 1
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
110

1) Assembling
2) Coding
b. Ekstern :
1) Unit Rawat Jalan
2) Unit Rawat Inap
3) Instalasi Gawat Darurat
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan berkas rekam medis sebelum
dikirim.
8) Rincian Tugas :
Melayani permintaan berkas rekam medis dari unit pelayanan
9) Rincian Kegiatan :
a. Mengantar berkas rekam medis ke unit pelayanan rawat jalan
b. Mengambil kembali dari unit pelayanan pada siang hari setelah selesai
pasien dilakukan tindakan
c. Mengantar berkas rekam medis sesuai permintaan dari unit rawat inap
maupun IGD
10) Tanggung Jawab :
Memeriksa kelengkapan berkas rekam medis sebelum dikirm.
11) Wewenang :
Melaksanakan tindakan pengantaran / pengiriman berkas rekam medis.
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : SOP
14) Hasil kerja :
a. Pelayanan pengiriman di unit-unit lancar
b. Pengambilan di unit rawat jalan lancer
111

15) Kondisi Lingkungan Kerja :


a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Debu
16) Resiko Kerja :
a. Stress
b. Jenuh
16. Urusan Asembling
1) Nama Jabatan : Urusan Asembling
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda TK.I II/b ( Min )
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Berkas Rekam Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Semua kaur / Ur. Dilingkungan Bag Minmed
b. Ekstern : Unit Rawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
Melakukan assembling terhadap rekam medis rawat inap pasien KRS yang
sudah lengkap
8) Rincian Tugas :
a. Melaksanakan pencatatan berkas rekam medis pasien KRS
b. Melaksanakan pemeriksaan kelengkapan berkas rekam medis
9) Rincian Kegiatan :
a. Menerima berkas rekam medis dari rawat jalan, IGD, rawat inap dan
dicatat dibuku ekspedisi
b. Memeriksa kelengkapan berkas rekam medis
c. Mengembalikan berkas reakm medis pasien rawat inap yang tidak
lengkap kepada unit pelayanan yang bersangkutan untuk dilengkapi
d. Menyusun berkas rekam medis sesuai urutan, merapikan dan
mengganti sampul (map) yang rusak.
112

10) Tanggung Jawab :


Menyusun program kerja assembling rekam medis rumah sakit
11) Wewenang :
Menyusun prosedur kerja assembling rekam medis termasuk pengisian
formulir rekam medis berdasarkan BPPRM
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien KRS
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik BPPRM dll
14) Hasil kerja :
a. Berkas rekam medis yang lengkap dan akurat
b. Berkas rekam medis teratur menurut susunannya
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Pengap, panas
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
17. Perekam Medi Pelaksana
1) Nama Jabatan : Perekam Medis Pelaksana
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK.I II/b ( Min )
3) Kualifikasi : Jabfung Rekam Medis
4) Atasan Langsung : Kaur Berkas Rekam Medis
5) Bawahan Langsung :
a. Ur Penyimpanan Berkas Rekam Medis I
b. Ur Penyimpanan Berkas Rekam Medis II
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Kaur-kaur dibagian Minmed
113

b. Ekstern :
1) Unit Rawat Jalan
2) Unit Rawat Inap
3) IGD
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan tugas penyimpanan dan penyusunan berkas rekam medis
sesuai sistem numbering digit
8) Rincian Tugas :
a. Menyimpan dan menyusun berkas rekam medis aktif / in aktif /
meninggal
b. Melakukan retensi berkas rekam medis
9) Rincian Kegiatan :
a. Memilah berkas rekam medis yang sudah di coding / assembling
berdasarkan urutan tempat rak
b. Menyimpan kembali berkas rekam medis ke raknya masing-masing
c. Melakukan retensi sesuai jadwal
d. Menyimpan berkas rekam medsi in aktif ke rak rekam medis in aktif
e. Menyimpan berkas rekam medis pasien meninggal
f. Pencatatan / pelaporan tentang penyimpanan, peminjaman berkas
rekam medis
g. Menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan kerja
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap kehilangan, penyusunan, peminjaman dan
kerahasiaan berkas reakm medis
11) Wewenang :
a. Mengkoordinir, menilai anggota yang berada dibawah tanggung
jawabnya
b. Menyusun, sistem kerja sesuai bidang tugasnya
12) Bahan Kerja :
114

Berkas rekam medis aktif, in aktif dan meninggal


13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Rak tertata rapi sesuai system numberung digit
b. Pencarian berkas rekam medis teapt dan cepat
c. Terjaga kerahasiaannya.
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan pernafasan
18. Urusan Penyimpanan Berkas Rekam Medis 1s/d 2
1) Nama Jabatan : Ur Penyimpanan Berkas Rekam Medis 1
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda TK.I II/b ( Min )
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Berkas Rekam Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : kaur-kaur dibagian Minmed
b. Ekstern :
1) Unit Rawat Jalan
2) Unit Rawat Inap
3) IGD
7) Ringkasan Tugas :
115

Melaksanakan tugas penyimpanan, pemeliharaan, penyusunan berkas


rekam medis sesuai system numbering digit
8) Rincian Tugas :
a. Menyimpan, memelihara, menyusun berkas rekam medis aktif / in
aktif
b. Melaksanakan retensi berkas rekam medis
9) Rincian Kegiatan :
a. Memilah berkas rekam medis yang sudah di coding / assembling
berdasarkan urutan tempat rak
b. Menyimpan kembali berkas rekam medis ke raknya masing-masing
c. Melakukan retensi sesuai jadwal
d. Menyimpan berkas rekam medis in aktif ke rak rekam medis in aktif
e. Pencatanan / pelaporan tentang penyimpanan, peminjaman berkas
rekam medis
f. Menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan kerja
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas penyimpanan dan kerahasiaan berkas rekam
medis aktif / in aktif
11) Wewenang :
Menyusun system kerja sesaui bidang tugasnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien aktif dan in aktif
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Penyimpanan Berkas Rekam Medis tertata rapi sesuai system
numbering digit
b. Pencarian Berkas Rekam Medis tepat dan cepat
116

c. Terjaga kerahasiannya
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan pernafasan
1) Nama Jabatan : Ur Penyimpanan Berkas Rekam Medis 2
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda TK.I II/b ( Min )
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Berkas Rekam Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Kaur-kaur dibagian Minmed
b. Ekstern :
1) Unit Rawat Jalan
2) Unit Rawat Inap
3) IGD
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan tugas penyimoanan, pemeliharaan, penyusunan berkas
rekam medis
8) Rincian Tugas :
Menyimpan, memelihara, menyusun berkas rekam medis pasien
meninggal
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyimpan berkas rekam medis pasien meninggal berdasarkan bulan
/ tahun meninggal
117

b. Melaporkan berka rekam medis pasien in aktif dan pasien meninggal


yang sudah waktunya dimusnahkan
c. Pencatatan pelaporan berkas rekam medis pasien meninggal
d. Menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan kerja
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab atas penyimpanan dan kerahasiaan berkas reakm
medis pasien meninggal
11) Wewenang :
Menyusun system kerja sesuai bidang tugasnya
12) Bahan Kerja :
Berkas rekam medis pasien meninggal
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, SOP
14) Hasil kerja :
a. Rak tertata rapi sesuai bulan / tahun pasien meninggal
b. Penyimpanan berkas rekam medis tertata rapi
c. Terjaga kerahasiaannya
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tertutup
b. Ruangan ber AC ( AC rusak / mati )
c. Tenang
16) Resiko Kerja :
a. Lelah
b. Jenuh
c. Gangguan pernafasan
19. Kasubbag Informed
1) Nama Jabatan : kasubbag Informed
2) Pangkat / Gol Jab : Mayor ( K ) ~ Pma
118

3) Kualifikasi : Diklapa
4) Atasan Langsung : Kabag Minmed
5) Bawahan Langsung :
a. Kaur Lahta
b. Kaur Laporan Medis
c. Kaur Infomed
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Kasubbag Yan Minmed
b. Ekstern :
1) Kasubdep Rawat Jalan / Inap
2) Unit Rawat Inap
3) Instalasi Gawat Darurat
7) Ringkasan Tugas :
Melaksanakan pengumpulan data medis rumah sakit, pengolahan dan
pelaporan, penyediaan data rumah sakit
8) Rincian Tugas :
Pengumpulan dan pengolahan data medis rumah sakit, pelaporan intern /
ekstern TNI Angkatan Laut, penyediaan data rumah sakit, perencanaan
sampai dengan evaluasi penyelenggaraan PKMRS terkait kepuasan pasien
dan customer service
9) Rincian Kegiatan :
a. Mengusulkan kebutuhan logistik bulanan sesuai bidang tanggung
jawabnya
b. Menyusun sistem, prosedur dan jadwal kerja anggita Sub Bag
Informed serta pembinaan kinerja anggota dilingkup tanggung
jawabnya
c. Mengawasi dan menilai kinerja anggota secara berkala sesuai aturan
yang berlaku
d. Membuat ususlan Bangdiklat anggota yang memenuhi persyaratan
119

e. Laporan permasalahan dan hasil kerja kepada Kabag Minmed serta


Koordinasi dengan bagian-bagian terkait
f. Bertanggung jawab terhadap kesiapan sarana / prasarana Bag Minmed
g. Merencanakan sistem dan melaksanakan pengumpulan data medis
rumah sakit, membuat pelaporan intern / ekstern rumah sakit sesuai
aturan yang berlaku
h. Evaluasi monitoring dan tindak lanjut terhadap sistem kerja unit-unot
Bag Minmed
10) Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap Pullahta pasien rumamh sakit rawat inap /
jalan, laporan-laporan rekam medis, pengolahan arsip-arsip rekam medis,
kesipan sarana / prasarana Bag Minmed
11) Wewenang :
Merencanakan, mengawasi pelaksanaan, menilai kinerja anggota Bag
Informed, Membuat usulan-usulan untuk kelancaran dan pengembangan
tugas dilingkup tanggung jawabnya
12) Bahan Kerja :
Data Profil rumah sakit dari masing-masing departemen, semua data
pasien rawat jalan / rawat inap, surat-surat keluar / masuk Sub bag
Informed, dll
13) Alat kerja : Kalkulator, Komputer, mesin ketik, ATK
Alat Komunikasi : Telephone, Fax, Email, Website
Alat Bantu : Skep, Juklak, Juknik, SOP-SOP terkait bidang
tugasnya
14) Hasil kerja :
a. Produk ceak tentnag profil remah sakit, angket, Website, materi
PKMRS dll
b. Laporan-laporan rekam medis, berita acara pemusnahan berkas pasien
In aktif dan pasien mati
120

c. Gudang arsip rekam medis yang bersih, rapi dan mudah didapatkan
bila dibutuhkan sewaktu-waktu
d. Kesiapan pakai sarana / prasarana Bag Minmed
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Ruangan tersendiri, cukup penerangan, ventilasi dan prasarannya
b. Lingkungan yang nyaman dan bersih
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh, Capek
b. Gangguan mata dan saluran pernafasan
20. Kaur Pengolahan Data
1) Nama Jabatan : Kaur Pengolahan Data
2) Pangkat / Gol Jab : Kapten Kes
3) Kualifikasi : Dikpespa
4) Atasan Langsung : Kasubbag Informed
5) Bawahan Langsung :
a. Ur. Data 1
b. Ur. Data 2
c. Ur. Data 3
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1. Kasubbag Yan Minmed
2. Semua Kaur dilingkungan Bag. Minmed
b. Ekstern :
1. Semua kadep / Kasubdep
2. Unit rawat Jalan
3. Unit Rawat Inap
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab terhadapa pelancaran pengumpulan dan pengolahan
data pasien rawat jalan, rawat inap, IGD yang terkait dengan pelaporan
dan evaluasi yang menjadi tanggung jawab Bagminmed
121

8) Rincian Tugas :
a. Menyusun prosedur, mengumpulkan dan mengolah data pasien rawat
jalan rawat inap dan Igd
b. Koordinasi dengan semua Kaur dilingkungan bagian Minmed, bagian
URJ dan URI
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyusun prosedur kerja Pullahta
b. Mengumpulkan data pasien rawat jalan : Jumlah pengunjung,
kunjungan, diagnosa
c. Mengumpulkan data pasien rawat inap : Jumlah MRS, KRS, hari
perawatan, diagnosa, dll
d. Memantau jumlah pasien IGD
e. Mengumpulkan data pasien yang meninggal
f. Mengumpulkan data tentang kelengkapan pengisian berkas rekam
medis (Resume, DPJP, Informed consent) pasien rawat jalan dan
rawat inap (hal 43)
g. Mengumpulkan data tentang waktu pengembalian berkas rekam medis
dari ruangan
h. Mengolah data yang ada sesuai keutuhan laporan mingguan, bulanan,
triwulan dan tahunan untuk DKK Kota Surabaya, Puskes TNI dan
Diskesal
i. Koordinasi dengan semua poli, ruangan dan bagian-bagian lain yang
terkait bidang tugasnya
j. Retensi berkas rekam medis pasien in aktif dan mengolah sesuai
BPPRM
k. Mengolah berkas rekam medis pasien meninggal
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
a. Mengumpulkan dan mengolah data pasien rawat jalan, rawat inap dan
IGD yang diperlukan untuk pelaporan dan evaluasi
122

b. Retensi dan pengolahan berkas pasien in aktif dan pengolahan berkas


pasien mati sesuai prosedur yang berlaku
11) Wewenang :
Menetapkan prosedur pengumpulan, pengolahan data sesuai BPPRM yang
berlaku dan koordinasi dengan semua bagian terkait demi kelancaran
pelaksanaannya.
12) Bahan Kerja :
Data Pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien IGD, laporan harian,
mingguan, bulanan dari ruangan-ruangan / poli-poli, berkas rekam medis
in aktif, pasien meninggal dunia
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, BPPRM dll
14) Hasil kerja :
a. Data pasien rawat jalan : Jumlah Kunjungan, jumlah pengunjung,
diagnosa rawat jalan dll
b. Data pasien rawat inap : Jumlah pasien MRS, jumlah pasien dirawat,
jumlah harian perawatan, BOR, ALOS, TOI, jumlah KRS, jumlah
pasien meninggal dll
c. Data pasien IGD : Jumlah pengunjung
d. Resume pasien meninggal, resume pasien in aktif, dokumentasi pasien
meninggal dan in aktif
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman, Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Jenuh, Capek
b. Gangguan pernafasan, mata dll
21. Urusan Data 1
1) Nama Jabatan : Ur Data 1
123

2) Pangkat / Gol Jab : Peltu Pdk


3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Ka Ur Pengolahan Data
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Informed
2) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Yanmed
b. Ekstern : Unit rawat inap
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengumpulan dan pengolahan
data sejak perencanaan sampai dengan evaluasi yang menjadi tanggung
jawab Bagian Minmed
8) Rincian Tugas :
a. Menyusun prosedur mengumpulkan dan pengolahan data pasien rawat
inap termasuk pasien mati; kelangkapan pengisian berkas rekam
medik ( DPJP, resume, informed consent)
b. Koordinasi dengan bagian lain yang terkait
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyusun prosedur Pullahta pasien rawat inap
b. Mengumpulkan data pasien rawat inap berdasarkan kebutuhan
laporan harian, mingguan dan bulanan secara manual ataupun
komputerisasi
c. Mengolah data sesuai kebutuhan laporan mingguan, bulanan, triwulan
dan tahunan yang dikehendaki DKK Kota Surabaya, Puskes TNI dan
Diskesal
d. Mengumpulkan data kelengkapan pengisian berkas rekam medis
pasien keluar rumah sakit
e. Mengumpulkan data ketepatan pengembalian berkas pasien rawat inap
yang keluar rumah sakit
124

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan


10) Tanggung Jawab :
Mengumpulkan dan mengolah data pasien rawat inap yang diperlukan
untuk pelaporan dan evaluasi
11) Wewenang :
Menetapkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data sesuai BPPRM
yang berlaku serta koordinasi dengan bagian-bagian yang terkait demi
kelancaran pelaksanaan tugas
12) Bahan Kerja :
Data Pasien rawat inap, laporan harian mingguan / bulanan dari ruang
perawatan
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, BPPRM dll
14) Hasil kerja :
a. Data pasien rawat inap : Jumlah MRS, jumlah pasien dirawat, jumlah
KRS, jumlah pasien meninggal, BOR, ALOS, TOI dsb nya sesuai
yang dikehendaki untuk pelaporan dan evaluasi
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan mata
c. Resiko beberapa penyakit akibat debu dan bising mesin : seperti
gangguan pernafasan ( batuk, pilek, sinusitis, alergi dll ); gangguan
pendengaran
22. Urusan Data 2
1) Nama Jabatan : Ur Data 2
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK.I II/d (Min)
125

3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Ka Ur Pengolahan Data
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Informed
2) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Yanmed
b. Ekstern : Unit Rawat Jalan (termasuk ruang HD, fisioterapi,
anestesi, VCT, radioterapi )
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung Jawab terhadap kelancaran pengumpulan dan pengolahan
data pasien rawat jalan yang diperlukan untuk pelaporan dan evaluasi yang
menjadi tanggung jawab Bag Minmed
8) Rincian Tugas :
a. Menyusun prosedur pengumpulan dan pengolahan data pasien rawat
jalan ( jumlah kunjungan, jumlah pengunjung, diagnosa, frequensi
pemakai alkes / matkes tertentu sesuai format laporan yang dikehendaki
( DKK, Puskes TNI, Diskesal )
b. Koordinasi dengan bagian lain yang terkait
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyusun prosedur Pullahta pasien rawat jalan
b. Mengumpulkan data pasien rawat jalan ( jumlah kunjungan, jumlah
pengunjung, diagnosa dsb nya )
c. Mengolah data sesuai kebutuhan laporan yang dikehendaki DKK,
Puskes TNI dan Diskesal
d. Mengumpulkan data kelengkapan pengisian berkas rekam medis
pasien rawat jalan secara berkala
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
126

Mengumpulkan dan mengolah data pasien rawat jalan yang diperlukan


untuk pelaporan dan evaluasi
11) Wewenang :
Menetapkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data sesuai BPPRM
yang berlalu serta koordinasi dengan bagian-bagian yang terkait demi
kelancaran pelaksanaan tugas
12) Bahan Kerja :
Data Pasien rawat jalan, laporan bulanan dari semua poliklinik termasuk
HD, fisioterapi, radioterapi, anestesi dan VCT
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, BPPRM dll
14) Hasil kerja :
Data pasien rawat jalan seperti Jumlah kunjungan, jumlah pengunjung,
diagnosa pasien dll yang diperlukan untuk pelaporan dan evaluasi
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan mata
23. Urusan Data 3
1) Nama Jabatan : Ur Data 3
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur TK.I II/d (Min)
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Ka Ur Pengolahan Data
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Informed
127

2) Semua Kaur dilingkungan Sub Bag Yanmed


b. Ekstern : Instalasi Gawat Darurat
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung Jawab terhadap kelancaran pengumpulan dan pengolahan
data pasien IGD berkas pasien pasien meninggal, berkas pasien in aktif
sesuai petunjuk BPPRM
8) Rincian Tugas :
a. Memantau jumlah pasien IGD
b. Menyusun prosedur retensi berkas pasien in aktif, pengolahan berkas
pasien in aktif dari pasien meninggal sesuai petunjuk BPPRM
9) Rincian Kegiatan :
a. Memantau jumlah pasien IGD
b. Menyusun prosedur retensi berkas pasien in aktif dan
melaksanakannya
c. Mengolah berkas pasien meninggal, pasien in aktif dan
mendokumentasikan
d. Mencatat data pasien meninggal sesuai kebutuhan pelaporan
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
a. Memantau jumlah pasien IGD
b. Melaksanakan retensi dan mengolah berkas pasien in aktif
11) Wewenang :
Menetapkan prosedur retensi dan pengolahan berkas rekam sesuai
BPPRM.
12) Bahan Kerja :
Laporan petugas RM IGD, berkas pasien in aktif, berkas pasien mati,
catatan kematian
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik, BPPRM.
128

14) Hasil kerja :


a. Catatan kematian
b. Resume pasien meninggal, berkas RM pasien meninggal 5 th terakhir
c. Resume pasien in aktif dan berkas rekam medis pasien in aktif sesuai
ketentuan retensi
d. Berita acara pemusnahan berkas RM dan rekap berkas RM pasien
mati / in aktif yang sudah dimusnahkan
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan mata
24. Kaur laporan Medis
1) Nama Jabatan : Kaur Laporan Medis
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda III/a, (Kes)
3) Kualifikasi : Diklatpim
4) Atasan Langsung : Ka Subbag Informed
5) Bawahan Langsung :
a. Ur Laporan
b. Ur Evaluasi
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Kasubbag Yanminmed
2) Semua kaur di lingkungan Bagian Minmed
b. Ekstern :
1) Kadep / Kasubdep
2) Kaset
3) Proga
4) Unit Rawat Jalan
129

5) Unit Rawat Inap


7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung Jawab atas tersedianya laporan-laporan ke Diskesal, Puskes
TNI dan DKK serta evaluasi-evaluasi berkala untuk menilai tertib
administrasi medis dan tingkat kepuasan pasien
8) Rincian Tugas :
a. Menyusun laporan ke DKK, Diskesal dan puskes TNI baik mingguan,
bulanan, Triwulan dan Tahunan.
b. Menilai tertib administrasi medis / yankes terkait dan tingkat kepuasan
pasien terhadap yankes di Rumkital Dr. Ramelan
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyelesaikan hasil kerja Kaur Pullahta untuk disusun menjadi
laporan dan evaluasi sbb:
1) (a) Laporan Mingguan : DHF; Survelans (ke DK)
(b) Laporan Bulanan : Penyakit kronis, TB DOTS, KB,
Temuan HIV (ke Diskesal)
(c) Laporan Triwulan : Diskesal , Puskes
(d) Laporan Tahunan : SPM ( ke DKK ), Tahunan ( ke
Proga )
2) EVALUASI
 Kelengkapan pengisian berkas RM pasien Rawat Jalan,
Rawat Inap
 Ketepatan waktu pengembalian berkas rekam medis pasien
rawat inap keluar rumah sakit
 Pencapaian Proker Bagminmed
 Menyusun prosedur evaluasi Yankes lainnya sesuai
kebutuhan rumah sakit
b. Melaksanakan tugas lain dari atasan
130

10) Tanggung Jawab :


a. Menyelesaikan laporan mingguan, triwulan dan tahunan ke DKK,
Diskesal dan Puskes TNI sesuai Jukni, Juklak yang berlaku.
b. Melakukan evaluasi berkala pelaksanaan tertib administrasi medis
oleh Yankes terkait dan tingkat kepuasan pasien terhadap Yankes di
Rumkital Dr. Ramelan
11) Wewenang :
Menyusun prosedur pelaporan dan evaluasi sesuai Juknis, Juklak yang
berlaku dan melaksanakannya
12) Bahan Kerja :
a. Semua data dari Kaur Pallahta
b. Permintaan / masukan dari Unit kerja lain yang membutuhkan
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik
14) Hasil kerja :
a. Laporan mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan
b. Evaluasi Yankes sesuai kebutuhan rumah sakit
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan mata
25. Urusan Laporan
1) Nama Jabatan : Ur Laporan
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda III/a, (Kes)
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Laporan Medis
5) Bawahan Langsung :-
131

6) Hubungan Kesamping / Diagonal


a. Intern : Semua Kaur / Ur. Dilingkungan Subbag Informed
b. Ekstern :
1) Kaset
2) Proga
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab atas tersedianya laporan-laporan ke Diskesal, puskes
TNI dan DKK.
8) Rincian Tugas :
Mengerjakan laporan ke DKK ( mingguan, bulanan, tahunan ), ke Puskes
TNI (triwulan) dan ke Diskesal ( bulanan, triwulan, tahunan)
9) Rincian Kegiatan :
a. Mengirimkan laporan :
1) Laporan Mingguan : DHF Surveilans (ke DKK)
2) Laporan Bulanan : Penyakit kronis, TB DOTS, KB, temuan
HIV (ke Diskesal)
3) Laporan Triwulan : laporan triwulan (ke Diskesal dan Puskes
TNI)
4) Laporan Tahunanan : Standart pelayanan minimal (ke DKK),
laporan tahuanan ke (bagian Proga Rumkital Dr. Ramelan)
b. Melaksanakan tugas lain dari atasan
10) Tanggung Jawab :
Menyelesaikan laporan mingguan, bulanan, triwulan, tahunan ke DKK,
Diskesal dan Puskes TNI sesuai Juknik, Juklak yang berlaku
11) Wewenang :
Menyusun prosedur pelaporan dan pelaksanan sesuai Juknik, Juklak yang
berlaku
12) Bahan Kerja :
Semua data dari Kaur Pullahta
13) Alat kerja : Komputer, ATK
132

Alat Komunikasi : Telephone


Alat Bantu : Juklak, Juknik
14) Hasil kerja :
Laporan mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan Penglihatan
26. Ur Evaluasi
1) Nama Jabatan : Ur Evaluasi
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda III/a, (Min)
3) Kualifikasi : Diklatpim
4) Atasan Langsung : Kaur Laporan Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern : Semua Kaur / Ur dilingkungan Subbag Informed
b. Ekstern : Kadep / Kasubdep
7) Ringkasan Tugas :
Tersedianya hasil evaluasi kenerja Yankes yang terkait dengan tugas
bagian Minmed dan tingkat kepuasaan pasien secara berkala
8) Rincian Tugas :
a. Mengevaluasi apakah berkas-berkas rekam medis telah diisi oleh
petugas Yankes terkait dengan optimal secara berkala
b. Mengevaluasi tingkat kepuasaan pasien terhadap Yankes rumah sakit.
9) Rincian Kegiatan :
a. Evaluasi kelengkapan pengisian berkas rekam medis pasien Rawat
Jalan, pasien Rawat Inap.
133

b. Evaluasi ketetapan waktu pengembakan berkas rekam medis pasien


Rawat Inap KRS.
c. Evaluasi pencapaian proker bagian Minmed
d. Menyusun prosedur evaluasi Yankes lainnya sesuai kebutuhan rumah
sakit.
10) Tanggung Jawab :
Melakukan evaluasi berkala pelaksanaan tertib administrasi medis oleh
Yankes terkait dan tingkat kepuasan pasien terhadap Yankes di Rumkital
Dr. Ramelan.
11) Wewenang :
Menyusun prosedur evaluasi dan melaksanakannya sesuai Juknik, Juklak
yang berlaku
12) Bahan Kerja :
Semua data dari Kaur Pullahta
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik.
14) Hasil kerja :
Evaluasi Yankes sesuai kebutuhan Rumkital Dr. Ramelan.
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Gangguan penglihatan
27. Kaur Informasi Medik
1) Nama Jabatan : kaur Informasi Medik
2) Pangkat / Gol Jab : Kapten (K); Paramedis
3) Kualifikasi : Dikspespa
4) Atasan Langsung : Ka Subbag Informed
134

5) Bawahan Langsung :
a. Ur. Informasi Medis
b. Ur. Bangsis
c. Ur. Hertek Infomed
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Kaur Lahta
2) Kaur Lapmed
b. Ekstern :
1) Kadep / Kasubdep
2) Kabag / Karu / Ka poli
7) Ringkasan Tugas :
Bertanggung jawab atas tersedianya informasi mutakhir tentang data medis
Rumkital Dr. Ramelan
8) Rincian Tugas :
Menjamin tersedianya informasi rumah sakit yang mutakhir dan akurat
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyajikan indormasi mutahir tentang fasilitas pelauanan kesehatan
dan data medis pasien di Rumkital Dr. Ramelan
b. Menyajikan informasi kesehatan kepada masyarakat rumah sakit
(PKMRS)
c. Mengevaluasi, mengembangkan sistem kerja unit-unit di lingkungan
bagian Minmed
d. Memlihara sarana / prasarana bagian Minmed agar siap pakai,
mengusulkan kebutuhan sesuai beban tugas
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
Tersedianya informasi mutahir tentang data medis pasien Rumkital Dr.
Ramelan, terlaksananya PKMRS.
11) Wewenang :
135

Menysusun sistem kerja sesuai bidang tugasnya


12) Bahan Kerja :
Hasil kerja Kaur Lahta, Kaur Lapmed; data fasilitas Yankes Rumkital Dr.
Ramelan; masyarakat rumah sakit.
13) Alat kerja : Komputer, ATK, alat-alat multimedia
Alat Komunikasi : Telephone, Fax. Email, Website
Alat Bantu : Juklak, Juknik dll
14) Hasil kerja :
a. Kesiapan sarana / prasarana bagian Minmed
b. Produk-produk yang terkait dengan tanggung jawabnya : Profil rumah
sakit, brosur-brosur, angket materi PKMRS, Website dll.
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
c. Lelah, Jenuh
d. Stress, sakit hati
28. Urusan Informasi Medik
1) Nama Jabatan : Ur Informasi Medik
2) Pangkat / Gol Jab : Penata Muda III/a, (Min)
3) Kualifikasi : Diklatpim
4) Atasan Langsung : Kaur Laporan Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Ur. Bangsis
2) Ur. Hartek Informed
3) Ur-ur lai dilingkungan bagian minmed
b. Ekstern :
1) Customer / pasien / perusahaan kerja sama
136

2) Unit kerja yang terkait dengan bidang tugas Minmed


3) Unit kerja yang terkait dengan bidang tugas Minmed
7) Ringkasan Tugas :
Menyiapkan info muktahir tentang dara medis dan non medis rumah sakit
dari Rumkital Dr. Ramelan
8) Rincian Tugas :
Promosi rumah sakit ke masyarakat, menyelenggarakan customer service,
menampung dan menindak lanjuti keluhan pasien, PKM RS.
9) Rincian Kegiatan :
a. Pengadaan software untuk keperluan promosi RS, PKM RS (profil RS
buku tarif, website dll)
b. Menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan
c. Merencanakan melaksanakan PKMRS, bekerja sama dengan dep /
subdep / bagian terkait
d. Menyajikan informasi mutakhir tentang :
1) Fasilitas kesehatan rumah sakit
2) Data medis pasien rumah sakit
e. Merencakan, melaksanakan, mengembangkan customer service
f. Menampung dan menindak lanjuti keluhan pasien
10) Tanggung Jawab :
Atas terselenggaranya customer servis, kerjasama dengan perusahaan
tersedianya informasi faskes, data medik yang muntakhir dan akurat.
11) Wewenang :
Menyusun sistem kerja yang sesuai untuk kelancaran tugas Ur Informed.
12) Bahan Kerja :
a. Fasilitas yankes RS
b. Keinginan / kebutuhan pasien / masyarakat akan informasi yankes RS.
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik.
137

14) Hasil kerja :


a. PKS dengan perusahaan
b. Kepuasaan pasien
c. Produk-produk terkait dengan tanggung jawabnya (profil RS, tarif,
materi PKMRS, website, brosur, angket dll)
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
c. Aman dan Nyaman
d. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
e. Lelah, Jenuh
f. Stres, Sakit Hati
29. Urusan Bangsis
1) Nama Jabatan : Ur Bangsis
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur muda II/a, (Min)
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Informasi Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Ur Informed
2) Ur Hartek Informed
3) Ur-ur lainnya dilingkungan bagian Minmed
b. Ekstern : Unit-unit kerja yang terkait dengan bidang tugasnya
7) Ringkasan Tugas :
Mengevaluasi dan mengembangkan sistem kerja, unit-unit di bagian
Minmed
8) Rincian Tugas :
Mengevaluasi dan mengembangkan sistem kerja : alur pasien rawat jalan,
rawat inap, IGD, Pengelolaan Berkas Rekam Medis (dari pengadaan
138

sampai dengan pemusnahan), metode PKMRS, metode promosi rumah


sakit, sistem informasi.
9) Rincian Kegiatan :
a. Evaluasi sistem kerja yang berjalan, pengembangan / inovasi sistem
yang sesuai dengan perkembangan Iptek, sistem kerja yang dimaksud
meliputi :
1) Alur pasien rawat jalan
2) Alur pasien rawat inap
3) Alur pasien IGD
4) Metode PKMRS
5) Metode promosi rumah sakit
6) Pengelolaan Berkas Rekam Medis (pengadaan, distribusi,
penyimpanan, retensi pemusnahan, pengarsipan)
7) Sistem informasi
b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
10) Tanggung Jawab :
Mengevaluasi dan mengembangkan sistem kerja di unit-unit bagian
Minmed.
11) Wewenang :
Mengamati / mempelajari sistem kerja setiap unit dibagian Minmed.
12) Bahan Kerja :
Pelaksanaan sistem kerja setiap unit dibagian Minmed
13) Alat kerja : Komputer, ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik dll
14) Hasil kerja :
a. Hasil evaluasi sistem kerja unit-unit bagian Minmed
b. Saran pengembangan sistem yang sesuai dengan kemajuan Iptek
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
139

b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
a. Lelah, Jenuh
b. Stress
30. Urusan Hartek Infomed
1) Nama Jabatan : Ur Hartek Informed
2) Pangkat / Gol Jab : Pengatur Muda II/a, (Min)
3) Kualifikasi :-
4) Atasan Langsung : Kaur Informasi Medis
5) Bawahan Langsung :-
6) Hubungan Kesamping / Diagonal
a. Intern :
1) Ur Informed
2) Ur Bangsis.
3) Ur-ur lainnya dilingkungan bagian Minmed
b. Ekstern : Unit-unit kerja yang terkait dengan bidang tugasnya
7) Ringkasan Tugas :
Menjamin kesiapan sarana / prasarana yang ada dilingkungan bagian
Minmed.
8) Rincian Tugas :
Menjamin kesiapan semua komputer bagian Minmed, alat-alat multimedia,
mesin cetak blanko, mesin cetak kartu, membelair, rak dll.
9) Rincian Kegiatan :
a. Menyusun jadwal dan pengecekan sarana / prasarana bagian Minmed
b. Menindak lanjuti setiap ketidak-siapan sarana / prasarana.
c. Menyusun kebutuhan sarana / prasarana sesuai beban tugas bagian
Minmed
d. Melaksanakan tugas lan dari atasan.
10) Tanggung Jawab :
Menjamin sarana / prasarana agar selalu siap untuk digunakan.
140

11) Wewenang :
Mengecek dan menindak lanjuti, ketidaksiapan sarana/prasana bagian
Minmed, mengusulkan kebutuhan sesuai beban kerja.
12) Bahan Kerja :
Kondisi sarana / prasarana yang ada di bagian Minmed.
13) Alat kerja : ATK
Alat Komunikasi : Telephone
Alat Bantu : Juklak, Juknik.
14) Hasil kerja :
a. Sarana / prasarana yang siap pakai
b. Usulan kebutuhan sarana / prasarana sesuai beban kerja
15) Kondisi Lingkungan Kerja :
a. Aman dan Nyaman
b. Cukup penerangan
16) Resiko Kerja :
Lelah, Jenuh
3.6.3 Prosedur Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan
menggunakan metode WISN (Work Load indicator Staff
need/kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan indicator beban kerja)
a. Metode perhitungan kebutuhan SDM dengan metode WISN
Salah satu metode perencanaan kebutuhan tenaga adalah workload
Indicator Of Staffing Need (WISN),yaitu metode perhitungan kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan pada beban kerja nyata yang di laksanakan oleh tiap
kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan
,kelebihan metode ini mudah di operasikan,mudah digunakan,secara teknis mudah
di terapkan,komprehensif dan realistis.Metode WISN dapat diterapkan untuk
menghitung setiap jenis tenaga di fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit Salah
satu unit di rumah sakit yang berperan besar dalam menunjang kegiatan
operasional kegiatan rumah sakit adalah instalasi Rekam Medis.
Adapun kelebihan metode WISN, yaitu:
141

1) Mudah dioperasionalkan
2) Mudah digunakan
3) Secara teknis mudah diterapkan
4) Komprehensif
5) Realistis

Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini,yaitu:


1) Menetapkan waktu kerja tersedia
2) Menetapkan unit kerja dan kategori SDM
3) Menyusun standar beban kerja
4) Menyusun standar kelonggaran

Langkah – langkah metodologi WISN :


1) Memilih Sub Unit Kerja untuk Pengembangan WISN
Metodologi WISN dapat digunakan untuk menghitung susunan kepegawaian
yang di butuhkan bagi seluruh kategori staf di semua jenis unit kerja,tetapi
perlu di tetapkan prioritas bagian mana yang akan digunakan dalam
mengembangkan WISN.
2) Menghitung Waktu Kerja Tersedia
Langkah berikutnya dalam metodologi WISN adalah menentukan banyaknya
waktu yang dimiliki seorangdalam suatu kategori staf tertentu untuk
melaksanakan tugasnya. Untuk menghitung waktu kerja tersedia,jumlahkan
semua hari ketidak hadiran karena berbagai alasan lalu kurangkan jumlah
tersebut dari keseluruhan hari kerja yang mungkin dalam setahun.

Keterangan :
A : Jumlah Hari Kerja
B : Cuti Tahunan
C : pendidikan dan pelatihan
D : Hari Libur Nasional
E : Ketidakhadiran Kerja
142

F : Waktu Kerja
3) Menetapkan Komponen Beban Kerja
Komponen – komponen beban kerja dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Kegiatan utama unit kerja yang dilaksanakan oleh semua staf tersebut.Ada
catatan statistik untuk kegiatan - kegiatan ini.
b) Kegiatan penunjang penting yang di lakukan oleh semua staf
tersebut.Tidak ada catatan statistik untuk kegiatan - kegiatan ini.
c) Kegiatan lain yang dikerjakan oleh staf tertentu (bukan semua)dalam
kategori staf ini.Tidak ada catatan statistik untuk kegiatan – kegiatan ini.
4) Menetapkan Standar Kegiatan
Suatu standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja
yang terdidik dan terlatih dengan baik,terampil,dan bededikasi untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan standar professional dalam
keadaan setempat.Ada dua jenis standar kegiatan yang berbeda yaitu:
a) Standar Pelayanan
Standar pelayanan adalah standar kegiatan bagi kegiatan – kegiatan
yang baginya tersedia catatan statistik tahunan.Ini diukur sebagai waktu
rata-rata yang dibutuhkan seorang staf untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.Dalam menetapkan standar pelayanan,perhitungan waktunya
dimulai dari saat suatu kegiatan mulai dilaksanakan hingga kegiatan yang
sama berikutnya dimulai.
b) Standar Kelonggaran
Standar kelonggaran ditulis sebagai persentase dari waktu kerja
atau waktu kerja sesungguhnya.Pencatatan dan pelaporan merupakan
kegiatan penunjang yang penting bagi banyak tenaga kesehatan. Standar
kelonggaran bagi kegiatan penunjang dapat dinyatakan sebagai “empat
belas persen dari waktu kerja” atau sebagai “satu jam setiap hari kerja”
(dimana rata-rata waktu kerja harian adalah 7,2 jam).
5) Menyusun Beban – beban Kerja Standar
143

Beban kerja standar adalah banyaknya kerja (dalam satu kegiatan


pelayanan utama) yang dapat dilakukan oleh seorang tenaga kesehatan dalam
setahun.Beban kerja standar di tetapkan untuk semua kegiatan yang
utama.Perhitungan suatu beban kerja standar mengasumsikan bahwa staf
tersebut hanya mengerjakan kegiatan yang sedang dibuatkan beban kerja
standarnya selama setahun itu.Rumus yang digunakan untuk menghitung beban
kerja standar suatu kegiatan pelayanan tergantung kepada apakah waktu bagi
standar pelayanan dinyatakan sebagai unit waktu atau kecepatan kerja.Rumus
perhitungan standar beban kerja yaitu:
(3.5)

6) Menyusun standar kelonggaran


Sistem informasi kesehatan secara teratur mengumpulkan data semua
kegiatan pelayanan ini. Tetapi staf juga diwajibkan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan penting lainnya yang datanya tidak direkam dalam statistik
tahunan.

(3.6)
7) Perhitungan kebutuhan tenaga per unit

Menetukan berapa keseluruhan kebutuhan staf untuk mengatasi semua


komponen dari beban kerja saat ini dari kategori staf WISN di Unit Kerja

(3.7)
3.6.4 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Assembling Di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Menurut hasil observasi yang dilakukan tugas pokok pada bagian
assembling yang berdasarkan di Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi
petugas melakukan pengecekan BRM yang masuk dari poliklinik ke bagian
assembling, Mencatat nomor rekam medis yang masuk pada hari tertentu , Merakit
berkas rekam medis pasien.
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Assembling
Tabel 3.6.1 Waktu Kerja Tersedia Assembling

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

144
145

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian assembling:


Hari kerja tersedia assembling = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia assembling = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
b. Menyusun Standar Beban Kerja assembling

Tabel 3.6.2 Kegiatan Pokok Petugas assembling di RUMKITAL Dr. Ramelan


Surabaya

Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
Petugas melakukan pengecekan BRM yang masuk
1. 2,10
dari poliklinik ke bagian assembling
Mencatat nomor rekam medis yang masuk pada hari
2. 1,29
tertentu
3. Merakit berkas rekam medis pasien 2
Jumlah 5,39
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan subbagian assembling,
kegiatan yang dilakukan meliputi Petugas melakukan pengecekan BRM yang masuk
dari poliklinik ke bagian assembling, Mencatat nomor rekam medis yang masuk pada
hari tertentu, Mengassembling berkas rekam medis pasien diperoleh total waktu 5,39
menit.
Perhitungan untuk standar beban kerja subbagian assembling

Standar beban kerja =


146

71.640
=

5,39
= 13.291
c. Standar Kelonggaran assembling
Tabel 3.6.3 Standar Kelonggaran Kategori Petugas Assembling RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Waktu Kelonggaran Waktu
N Frekuensi
Kegiatan Kerja % SK
o. (hari) (Menit) (Menit/Tahun) Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Assembling


Kebutuhan tenaga kerja subbagian assembling berkas rawat inap adalah
sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja =


12,240
=
13.291

= 0.92 + 0,52 = 1,44

= 2 orang petugas
Jadi kebutuhan petugas assembling rawat inap rata-rata membutuhkan petugas
untuk dibagian assembling sebanyak 2 ( dua) petugas.
147

3.6.5 Mengidentifikasi perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Koding Di


RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan tugas pokok pada bagian
koding yang berdasarkan di Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi
Mengkoding berkas rekam medis pasien , Mengecer berkas rekam medis yang telah
di assembling dan koding .Berdasarkan obsevasi yaitu tidak ada menginputkan DRM
dan koding di entry di dalam komputer .
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Koding
Tabel 3.6.4 Waktu Kerja Tersedia Koding

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian koding:


Hari kerja tersedia koding = {A – (B + C + D + E) }
148

= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia koding = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)

b. Menyusun Standar Beban Kerja Koding


Tabel 3.6.5 Waktu Kerja Tersedia TPPRJ Pasien Baru
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
1. Mengkoding berkas rekam medis pasien 2,6
Mengecer berkas rekam medis yang telah di
2. 1,8
assembling dan koding
Jumlah 4,4
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan di bagian koding diperoleh total
waktu 4,4 menit.

Standar beban kerja =


71.640
=
4.4

= 16.281
c. Standar Kelonggaran Koding
Tabel 3.6.6 Standar Kelonggaran Kategori Petugas Koding RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Waktu Kelonggaran Waktu
Frekuensi
No. Kegiatan Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun) Tersedia
149

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Koding


Kebutuhan tenaga kerja subbagian koding berkas rawat inap adalah sebagai
berikut:

Kebutuhan tenaga kerja =


12,240
=

16,281
= 0,85 + 0,52
= 2 orang petugas koding
Jadi kebutuhan petugas koding rawat inap rata-rata membutuhkan petugas untuk
dibagian koding sebanyak 2 petugas koding .
3.6.6 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRJ (
Tempat Pendaftran Pasien Rawat Jalan ) Di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Menurut hasil observasi yang dilakukan tugas pokok pada bagian TPPRJ
di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya adalah Menginputkan data pasien baru,
Mencetak KIB ,Cetak label barcode dan Membuat DRM baru.
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia TPPRJ
Tabel 3.6.7 Waktu Kerja Tersedia TPPRJ Pasien Baru

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

A Hari Kerja 5 (hari Kerja)x 240 Hari per


150

48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian TPPRJ:


Hari kerja tersedia TPPRJ = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia TPPRJ = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
a. Menyusun Standar Beban Kerja TPPRJ
151

Tabel 3.6.8 Kegiatan Pokok Petugas TPPRJ untuk pasien baru di RUMKITAL
Dr. Ramelan Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
1. Menginputkan data pasien baru 1,6
Mencetak KIB ,Cetak label barcode dan
2. 0,20
Membuat DRM baru
Jumlah 1,8
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan TPPRJ diperoleh total waktu
1,8 menit.

Standar beban kerja =

= 71,640
1,8
= 39,800
b. Standar Kelonggaran TPPRJ pasien baru
Tabel 3.6.9 Standar Kelonggaran Kategori Petugas TPPRJ Pasien Baru
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya

a. N Waktu Kelonggaran Waktu


Frekuensi
Kegiatan
o Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


152

c. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRJ


Kebutuhan tenaga kerja subbagian koding berkas rawat inap adalah sebagai
berikut:

Kebutuhan tenaga kerja =

= 57,600
39,800
= 1,44 + 0,52
= 1,96
= 2 orang petugas TPPRJ Pasien Baru
Jadi kebutuhan petugas TPPRJ Pasien Baru rata-rata membutuhkan petugas untuk
dibagian TPPRJ Pasien Baru sebanyak 2 petugas.

Menurut hasil observasi yang dilakukan tugas pokok pada bagian TPPRJ
pasien lama di Rumkital Dr.Ramelan Surabaya adalah Menginputkan nomor RM
Pasien lama dan menginputkan ke poliklinik tujuan, mencari DRM .
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia TPPRJ
Tabel 3.6.10 Waktu Kerja Tersedia TPPRJ Pasien Lama

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai

E dengan rata-rata ketidakhadiran 10 Hari per tahun


kerja selama kurun waktu 1
tahun,karena alasan sakit, tidak
153

masuk kerja dengan atau tanpa


pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

a. Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian TPPRJ pasiem lama:


Hari kerja tersedia TPPRJ = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun

Waktu kerja tersedia TPPRJ = {A – (B + C + D + E) × F}


= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
b. Menyusun Standar Beban Kerja TPPRJ
Tabel 3.6.11 Kegiatan Pokok Petugas TPPRJ untuk pasien lama di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
Menginputkan nomor RM Pasien lama dan
1. 1,25
menginputkan ke poliklinik tujuan
2. Mencari nomer RM pada DRM pasien 3,15
Jumlah 4,4
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan TPPRJ diperoleh total waktu
4,4 menit.

Standar beban kerja =


154

= 71,640
4,4
= 16,281
c. Standar Kelonggaran TPPRJ pasien lama
Tabel 3.6.12 Standar Kelonggaran Kategori Petugas TPPRJ Pasien lama
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya

1) N Waktu Kelonggaran Waktu


Frekuensi
Kegiatan
o Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRJ
Kebutuhan tenaga kerja subbagian TPPRJ pasien lama adalah sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja =

= 40,800
16,281
= 2,50+ 0,52
= 3,02
= 4 orang petugas TPPRJ Pasien lama
Jadi kebutuhan petugas TPPRJ Pasien lama rata-rata membutuhkan petugas untuk
dibagian TPPRJ Pasien lama sebanyak 4 orang petugas TPPRJ Pasien lama
155

3.6.7 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRI (


Tempat Pendaftran Pasien Rawat Inap ) Di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Menurut hasil SOP yang dilakukan tugas pokok pada bagian TPPRI yang
berdasarkan di Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi Menginputkan data
pasien RI (Rawat Inap), Mencetak barcode , mencetak gelang berdasarkan jenis
kelamin dan mencari kamar untuk RI (Rawat inap). Menurut observasi yang
dilakukan tugas pokok TPPRI sama dengan berdasarkan SOP.
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia TPPRI
Tabel 3.6.13 Waktu Kerja Tersedia TPPRI

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian TPPRI:


156

Hari kerja tersedia TPPRI = {A – (B + C + D + E) }


= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia TPPRI = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
a. Menyusun Standar Beban Kerja TPPRI
Tabel 3.6.14 Kegiatan Pokok Petugas TPPRI di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
1. Menginputkan data pasien RI 1,9
Mencetak barcode , mencetak gelang
2. berdasarkan jenis kelamin dan mencari kamar 0,8
untuk RI
Jumlah 2,7
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan TPPRI diperoleh total waktu
2,7 menit.

Standar beban kerja =

= 71,640
2,7
= 26,534
b. Standar Kelonggaran TPPRI
Tabel 3.6.15 Standar Kelonggaran Kategori Petugas TPPRI RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Kegiatan
2) N Frekuensi Waktu Kelonggaran Waktu % SK
157

o (hari) Kerja
(Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


c. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPPRI
Kebutuhan tenaga kerja subbagian TPPRI adalah sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja =

= 12,240
26,534
= 0,46 + 0,52
= 0,98
= 1 orang petugas TPPRI
Jadi kebutuhan petugas TPPRI rata-rata membutuhkan petugas untuk dibagian
TPPRI sebanyak 1 orang petugas TPPRI.
3.6.8 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja IGD (Instalasi
Gawat Darurat) Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Berdasarkan SOP yang dilakukan tugas pokok pada bagian IGD di
Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi Menginputkan data pasien baru ,bila
pasien lama hanya menginputkan nomer RM dan mencetak barcode, Menuliskan
trease dan untuk pasien baru dibuatkan DRM baru. Menurut observasi yang dilakukan
tugas pokok IGD sama dengan berdasarkan SOP
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia IGD
158

Tabel 3.6.16 Waktu Kerja Tersedia IGD

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian IGD:


Hari kerja tersedia IGD = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia IGD = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
b. Menyusun Standar Beban Kerja IGD
159

Tabel 3.6.17 Kegiatan Pokok Petugas IGD di RUMKITAL Dr. Ramelan


Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
Menginputkan data pasien baru ,bila pasien lama
1. hanya menginputkan nomer RM dan mencetak 2,1
barcode
Menuliskan trease dan untuk pasien baru
2. 1,9
dibuatkan DRM baru
Jumlah 4
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan IGD diperoleh total waktu 4
menit.

Standar beban kerja =

= 71,640
4
= 17,910
c. Standar Kelonggaran IGD
Tabel 3.6.18 Standar Kelonggaran Kategori Petugas IGD RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya

3) N Waktu Kelonggaran Waktu


Frekuensi
Kegiatan
o Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02


160

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja IGD

Kebutuhan tenaga kerja =

= 12,000
17,910
= 0,67+ 0,52
= 1,19
= 2 orang petugas IGD
Jadi kebutuhan petugas IGD rata-rata membutuhkan petugas untuk dibagian IGD
sebanyak 2 orang petugas IGD.
3.6.9 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Analisis
KLPCM Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Berdasarkan SOP yang dilakukan tugas pokok pada bagian Analisis
KLPCM di Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi Pengecekan data terhadap
kelengkapan pengisian data DRM, Menginputkan data pasien tentang kelengkapan
DRM . Menurut observasi yang dilakukan tugas pokok Analisis KLPCM sama
dengan berdasarkan SOP.
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Analisis KLPCM
Tabel 3.6.19 c

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun


161

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian Analisis KLPCM:


Hari kerja tersedia Analisis KLPCM = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia Analisis KLPCM = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
b. Menyusun Standar Beban Kerja Analisis KLPCM
Tabel 3.6.20 Kegiatan Pokok Petugas Analisis KLPCM di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
Pengecekan data terhadap kelengkapan pengisian
1. 0,15
data DRM
2. Menginputkan data pasien tentang kelengkapan DRM 1,9
Jumlah 2,05
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan Analisis KLPCM diperoleh
total waktu 2,05 menit.
162

Standar beban kerja =

= 71,640
2,05
= 34,946
c. Standar Kelonggaran Analisis KLPCM
Tabel 3.6.21 Standar Kelonggaran Kategori Petugas Analisis KLPCM
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya

4) N Waktu Kelonggaran Waktu


Frekuensi
Kegiatan
o Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Analisis KLPCM

Kebutuhan tenaga kerja =

= 12,240
34,946
= 0,35+ 0,52
= 0,87
= 1 orang petugas Analisis KLPCM
Jadi kebutuhan petugas Analisi KLPCM rata-rata membutuhkan petugas untuk
dibagian Analisis KLPCM sebanyak 1 orang petugas Analisis KLPCM.
163

3.6.10 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Filling Di


RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Berdasarkan observasi yang dilakukan tugas pokok pada bagian Filling
di Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi Melakukan pencarian berkas
DRM, Melakukan pengiriman berkas /distribusi berkas DRM, Melakukan
pengembalian berkas DRM.
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Filling
Tabel 3.6.22 Waktu Kerja Tersedia Filling

Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

5 (hari Kerja)x 240 Hari per


A Hari Kerja
48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

Ketidakhadiran Kerja (sesuai


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
E 10 Hari per tahun
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

8 jam
Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari
F (25% X 8 = 2)
sehari
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian filling:


Hari kerja tersedia filling = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
164

= 119 Hari kerja /tahun


Waktu kerja tersedia filling = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
= 71.640 (Dalam Menit)
b. Menyusun Standar Beban Kerja filling
Tabel 3.6.23. Kegiatan Pokok Petugas Filling di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
1. Melakukan pencarian berkas DRM 0, 15
Melakukan pengiriman berkas /distribusi berkas
2. 9,25
DRM
3. Melakukan pengembalian berkas DRM 1,09
Jumlah 10,49
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan Filling diperoleh total waktun
10,49 menit.

Standar beban kerja =

= 71,640
10,49
= 6,829
c. Standar Kelonggaran Filling
Tabel 3.6.24 Standar Kelonggaran Kategori Petugas Filling RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya.

5) N Waktu Kelonggaran Waktu


Frekuensi
Kegiatan
o Kerja % SK
(hari) (Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia
165

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Filling

Kebutuhan tenaga kerja =

= 168,240
6,829
= 24,56 + 0,52
= 25,08
= 26 orang petugas Filling
Jadi kebutuhan petugas Filling rata-rata membutuhkan petugas untuk dibagian
filling sebanyak 26 orang petugas Filling.
3.6.11 Mengidentifikasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Pelaporan
Di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Berdasarkan SOP yang dilakukan tugas pokok pada bagian Pelaporan di
Rumah sakit Dr.Ramelan Surabaya meliputi Melakukan pengumpulan data kegiatan
pelayanan kesehatan seperti data kunjungan rawat jalan/rawat inap, Menginputkan
data pelaporan kematian dan pelaporan tentang sensus harian atau sensus tahunan,
Melakukan pengolahan data menjadi pelaporan dan kemudian diperiksa oleh Kabag
Minmed, Setiap pelaporan yang diinputkan /pengiriman dicacat pada buku ekspedisi.
Menurut observasi yang dilakukan tugas pokok Pelaporan yaitu Melakukan
pengumpulan data kegiatan pelayanan kesehatan seperti data kunjungan rawat
jalan/rawat inap, Menginputkan data pelaporan kematian dan pelaporan tentang
sensus harian atau sensus tahunan, Melakukan pengolahan data menjadi pelaporan
166

dan kemudian diperiksa oleh Kabag Minmed, Setiap pelaporan yang diinputkan
/pengiriman dicacat pada buku ekspedisi.
a. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia Pelaporan
Tabel 3.6.25 Waktu Kerja Tersedia Pelaporan
Keterangan Faktor – Faktor Waktu Kerja Keterangan

A Hari Kerja 5 (hari Kerja)x 240 Hari per


48(minggu) tahun

B Cuti Tahunan 10 Hari per tahun

C Pendidikan & Latihan 3 Hari per tahun

D Hari Libur Nasional 18 Hari per tahun

E Ketidakhadiran Kerja (sesuai 10 Hari per tahun


dengan rata-rata ketidakhadiran
kerja selama kurun waktu 1
tahun,karena alasan sakit, tidak
masuk kerja dengan atau tanpa
pemberitahuan atau ijin)

F Waktu kerja (waktu kerja dalam Jam per hari


sehari 8 jam
(25% X 8 = 2)
8-2= 6 jam/hari

Perhitungan untuk waktu kerja tersedia subbagian pelaporan :


Hari kerja tersedia pelaporan = {A – (B + C + D + E) }
= { 240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) }
= 119 Hari kerja /tahun
Waktu kerja tersedia pelaporan = {A – (B + C + D + E) × F}
= {240 – (10 + 3+ 18 + 10 ) x 6}
= 1.194 jam kerja/tahun
167

= 71.640 (Dalam Menit)


b. Menyusun Standar Beban Kerja Pelaporan
Tabel 3.6.26 Kegiatan Pokok Petugas Pelaporan di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya
Rata-rata
No Kegiatan Pokok
waktu/menit
Melakukan pengumpulan data kegiatan pelayanan
1. kesehatan seperti data kunjungan rawat 0,20
jalan/rawat inap
Menginputkan data pelaporan kematian dan
2. pelaporan tentang sensus harian atau sensus 1
tahunan
Melakukan pengolahan data menjadi pelaporan
3. 0,50
dan kemudian diperiksa oleh Kabag Minmed
Setiap pelaporan yang diinputkan /pengiriman
4 0,08
dicacat pada buku ekspedisi
Jumlah 1,78
Berdasarkan pengamatan waktu yang di butuhkan pelaporan diperoleh total
waktu 1,78 menit.

Standar beban kerja =

= 71,640
1,78
= 40,274
c. Standar Kelonggaran Pelaporan
Tabel 3.6.27 Kegiatan Pokok Petugas assembling di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya
Kegiatan
6) N Frekuensi Waktu Kelonggaran Waktu % SK
168

o (hari) Kerja
(Menit) (Menit/Tahun)
. Tersedia

1. Apel pagi 260 60 15600 0.21

2. Ishoma 260 60 15600 0,21


71.640
3. Olah raga 104 60 6240 0,08

4. Rapat 24 45 1080 0,02

Jumlah 0,52

Jadi standart kelonggaran adalah 0,52


d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Pelaporan

Kebutuhan tenaga kerja =

= 168,240
40,274
= 4,17 + 0,52
= 4,69
= 5 orang petugas pelaporan
Jadi kebutuhan petugas pelaporan rata-rata membutuhkan petugas untuk
dibagian pelaporan sebanyak 5 orang petugas pelaporan.
3.6.12 Perhitungan Kebutuhan Rak
Rak Atas
Kebutuhan rak penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit AL Dr Ramelan
Surabaya. Perhitungan kebutuhan Rak Penyimpanan Rekam Medis menggunakan
metode IFHRO. Menurut IFHRO (International Federation Health Record
Organization) (2007), menyatakan langkah-langkah perhitungan jumlah rak yaitu:
a. Rata-rata Kunjungan Pasien Baru dan pasien lama perhari di rawat jalan
RSAL DR Ramelan tahun 2018
1) Kunjungan Pasien baru
169

a) Rata-rata Pasien baru =

b) Rata-rata Pasien baru =

2) Kunjungan Pasien Lama

a) Rata-rata Pasien lama =

b) Rata-rata Pasien lama

Dari jumlah Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama maka didapatkan
hasil perkiraan jumlah berkas RM untuk 5 tahun yang akan datang yaitu:
a) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = {(tahun x jumlah hari kerja
aktif x pasien RJB) + Pasien RJL}
b) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = {(5 x 260 x 275) + 793}
c) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = (357500+793)
d) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = 358293 Per 5 Tahun
e) Jadi Perkiraan Jumlah berkas RM 5 tahun yang akan datang adalah =
358293
f) Keterangan :1. RJB = Rawat Jalan Baru
2. RJL = Rawat Jalan Lama
b. Rata-rata ketebalan berkas RM RSAL DR Ramelan Tahun 2018
Berdasarkan hasil kerja PKL terhadap Berkas Rm Maka diketahui ketebalan
berkas rekam medis sebagai berikut:
1) Berkas Rekam Medis yang tebal
a) Total DRM yang tebal dari 10 berkas total ketebalan berkas = 21 cm
b) Rata-rata berkas rekam medis yang tebal yaitu cm

2) Berkas Rekam Medis yang tipis


a) Total DRM yang tipis dari 10 berkas total ketipisan berkas = 2 cm
b) Rata-rata berkas rekam medik yang tipis yaitu
170

Tebal RM merupakan ketebalan Rata-rata pada saat kami melakukan


pengukuran terhadap berkas RM di unit Penyimpanan. Untuk mengetahui
Rata-rata ketebalan berkas RM adalah sbb :
1) =

2) Jadi Rata-rata Ketebalan berkas RM di ruang filling di RSAL Dr. Ramelan


Surabaya adalah 1,2 cm
c. Mengetahui Kapasitas Rak Penyimpanan berkas RM di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya Tahun 2018
Volume rak dapat mempengaruhi kapasitas rak , hal ini berkaitan dengan
jenis rak yang digunakan maka, dari itu sangat perlu dilakukan perhitungan
kebutuhan Rak Penyimpanan berkas RM. Adapun perhitungan kapasitas Rak
berkas RM Sbb:

1)

2) 1 Sub Rak = 77 berkas


3) Jumlah 1 Rak terdapat 70 Sub Rak = 77 x 70 = 5390 DRM
d. Mengetahui Kebutuhan Rak RM

1) =

Rak Bawah
Kebutuhan rak penyimpanan rekam medis di Rumah Sakit AL Dr Ramelan
Surabaya. Perhitungan kebutuhan Rak Penyimpanan Rekam Medis menggunakan
metode IFHRO. Menurut IFHRO (International Federation Health Record
Organization) (2007), menyatakan langkah-langkah perhitungan jumlah rak yaitu:
e. Rata-rata Kunjungan Pasien Baru dan pasien lama perhari di rawat jalan
RSAL DR Ramelan tahun 2018
1) Kunjungan Pasien baru

c) Rata-rata Pasien baru =


171

d) Rata-rata Pasien baru =

2) Kunjungan Pasien Lama

a) Rata-rata Pasien lama =

b) Rata-rata Pasien lama

Dari jumlah Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama maka didapatkan
hasil perkiraan jumlah berkas RM untuk 5 tahun yang akan datang yaitu:
g) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = {(tahun x jumlah hari kerja
aktif x pasien RJB) + Pasien RJL}
h) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = {(5 x 260 x 275) + 793}
i) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = (357500+793)
j) Rata-rata kunjungan pasien baru dan lama = 358293 Per 5 Tahun
k) Jadi Perkiraan Jumlah berkas RM 5 tahun yang akan datang adalah =
358293
l) Keterangan :1. RJB = Rawat Jalan Baru
2. RJL = Rawat Jalan Lama
f. Rata-rata ketebalan berkas RM RSAL DR Ramelan Tahun 2018
Berdasarkan hasil kerja PKL terhadap Berkas Rm Maka diketahui ketebalan
berkas rekam medis sebagai berikut:
1) Berkas Rekam Medis yang tebal
a) Total DRM yang tebal dari 10 berkas total ketebalan berkas = 21 cm
b) Rata-rata berkas rekam medis yang tebal yaitu cm

2) Berkas Rekam Medis yang tipis


a) Total DRM yang tipis dari 10 berkas total ketipisan berkas = 2 cm
b) Rata-rata berkas rekam medik yang tipis yaitu (3.49)

Tebal RM merupakan ketebalan Rata-rata pada saat kami melakukan


pengukuran terhadap berkas RM di unit Penyimpanan. Untuk mengetahui
Rata-rata ketebalan berkas RM adalah sbb :
172

1) =

2) Jadi Rata-rata Ketebalan berkas RM di ruang filling di RSAL Dr. Ramelan


Surabaya adalah 1,2 cm
g. Mengetahui Kapasitas Rak Penyimpanan berkas RM di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya Tahun 2018
Volume rak dapat mempengaruhi kapasitas rak , hal ini berkaitan dengan
jenis rak yang digunakan maka, dari itu sangat perlu dilakukan perhitungan
kebutuhan Rak Penyimpanan berkas RM. Adapun perhitungan kapasitas Rak
berkas RM Sbb:

1)

2) 1 Sub Rak = 83 berkas


3) Jumlah 1 Rak terdapat 70 Sub Rak = 83 x 70 = 5810 DRM
h. Mengetahui Kebutuhan Rak RM

1) =

3.7 Aspek TI
3.7.1 Hasil identifikasi jenis aplikasi yang digunakan dalam
penyelenggaraan unit rekam medis di Rumah Sakit.
Jenis aplikasi yang digunakan dalam penyelenggaraan unit rekam medis di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya adalah aplikasi SIMRS berbasis Web dimana
dibutuhkan jaringan internet untuk mengakses sistem Rumah Sakit. Aplikasi unit
Rekam Medis di Rumah Sakit menggunakan software Java dan Web BIZ. Website
merupakan halaman situs sistem informasi yang dapat diakses secara cepat.
Website ini didasari dari adanya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Melalui perkembangan teknologi informasi, tercipta suatu jaringan
antar komputer yang saling berkaitan. Jaringan yang dikenal dengan istilah
internet secara terus-menerus menjadi pesan–pesan elektronik, termasuk e-mail,
173

transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu atau komputer.BIZ adalah
Biz merupakan Singkatan dari Business (bisnis, usaha). Walaupun BIZ bisa
digunakan untuk jenis blog atau website apa saja, namun, Ekstensi ini sering dan
lebih tepat digunakan untuk usaha/bisnis, lembaga usaha, toko online dan lainnya
yang terkait. Ekstensi domain ini sebenarnya hampir sama tujuannya dengan .com
dan .net yang bisa dijadikan alternatif jika domain tersebut sudah ada yang punya.
Dengan bahasa pemrograman PHPMySQL (Pretext Hyper Processor) yaitu
bahasa pemrograman script yang paling banyak dipakai saat ini.Aplikasi unit
Rekam Medis Rumah Sakit menggunakan Topologi Star.
Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis Menuju Elektronik Medical
Record Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
a. Berpedoman pada permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 Tentang rekam
medis, khususnya pasal 2 ayat 1 dan 2 dijelaskan:“ayat 1 berbunyi Rekam medis
dibuat harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Ayat 2
berbunyi Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri”.
b. Berpedoman pada penjelasan pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 29 tahun 2004, tentang praktek kedokteran dijelaskan pada ayat 1 sampai 3
Undang-Undang informasi dan transaksi elektronik (ITE), khususnya Pasal 5 ayat
1 sampai 4, Pasal 6, Pasal 11 ayat 1, Pasal 16 ayat 1.
3.7.2 Pengoprasian Aplikasi INACBG’s, SIMRS Serta Trouble Shooting
Yang Ada
Dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit (SIM RS) dan INACBG’s
yang di gunakan pada Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, tempat penggunaannya di
bedahkan atau dipisahkan berdasarkan lokasi, untuk penggunaan SIM RS
digunakan di pendaftaran unit rawat jalan, rawat inap dan unit gawat darurat,
sedangkan untuk aplikasi INA CBG’s di gunakan pada pendaftaran BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial).Sedangkan trouble shooting untuk penggunaan
174

SIM RS di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, masih sering terjadi hal ini
disebabkan aplikasi SIM RS yang masih baru sehingga perlu adanya pembaruan
aplikasi sesuai dengan kebutuhan para pengguna.
3.7.3 Hasil Analisis Sistem Informasi Pendaftaran Rawat Jalan dan Rawat
Inap Menggunakan Flowchart Sistem
Flowchart Sistem Rawat Jalan & Rawat Inap

Petugas Loket Pendaftaran Rawat Jalan Petugas Loket Pendaftaran Rawat Inap

Start

Baru?
DB

Entry Data
Sosial Cari No. RM
DB

Proses Cari

Ketemu?

Rekam Medis
DB

Entry Kunjungan
DB

Entry Data Pelayanan


Poli

Rekam Medis
DB

Rawat Inap? Entry Kunjungan


Rawat Inap

Rekam Medis

Entry Data Pelayanan


Rawat Inap

Rekam Medis
End

3.7.4 Hasil Pelaporan Dibagian Unit Rekam Medis Berdasarkan Inputan


Dari Sistem Pendaftaran
Untuk penggunaan sistem SIM RS di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya,
sistem yang digunakan masih baru, sehingga masih perlu pengembangan, dan
pembaruan sesuai dengan kebutuhan pengguna untuk memudahkan petugas untuk
menyusun pelaporan rumah sakit. Untuk laporan pada SIM RS saat ini yaitu
Rigkasan pengunjung hari ini, Ringkasan pengunjung berdasarkan Jenis Kelamin,
Ringkasan pengunjung berdasarkan jenis status pasien. Untuk pelaporannya di
bentuk menggunakan table dan diagram batang. Hal ini dimaksud untuk
mempermudah petugas dalam membaca dan membandingkannya.
175

3.7.5 Hasil Desain Database


Hasil dari desain database yang digunakan dalam SIM RS Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya tidak dapat ditampilkan disebabkan database tersebut masih
dipegang oleh perancangn dan pembuat SIM RS tersebut. Tabel-tabel yang
diperlukan untuk sistem informasi rekam medis RUMKIRAL Dr. Ramelan
Surabaya adalah :
1. Tabel Pasien
No Field Jenis Keterangan
1 No_RM Numberic Primary Key
2 Jenis_id Character
3 No_id Character
4 Nama Character
5 Jenis_Kelamin Character
6 Tempat_Lahir Character
7 Tgl_Lahir Date
8 Umur Character
9 Status_Pernikahan Character
10 Agama Character
11 Pekerjaan Character
12 Pendidikan Character
13 Provinsi Character
14 Kabupaten Character
15 Kecamatan Character
16 Alamat Character
17 RT/RW Character
18 Telp Character
19 Keanggotaan Character
20 Pangkat Character
176

21 Kotama Character
22 NRP/NIP Numberic
23 Satker Character
24 Jenis_Pasien Character

2. Tabel Keluarga TNI


No Field Jenis Keterangan
1 NRP/NIP Numberic Primary Key
2 Jenis_Keluarga Character
3 Nama Character
4 Keanggotaan Character
5 Pangkat Character

3. Tabel Keluarga yang Bisa Dihubungi


No Field Jenis Keterangan
1 No_Kel Character Primary Key
2 Nama Character
3 Alamat Character
4 Telp Character
5 Tanggal_Lahir Date
6 Hubungan Character

4. Tabel Penanggung jawab Pembayaran


No Field Jenis Keterangan
1 No_Penanggung Character Primary Key
2 Nama Character
3 No_KTP Character
4 Alamat Character
177

5 Telp Character

5. Tabel Tujuan Pelayanan


No Field Jenis Keterangan
1 Id_Tupel Character Primary Key
2 Tupel Character

6. Tabel Jenis Layanan


No Field Jenis Keterangan
1 Id_Jenis_Layanan Character Primary Key
2 Jenis_Layanan Character

7. Tabel Kunjungan Pasien


No Field Jenis Keterangan
1 No_RM Numeric Primary Key
2 Tanggal Date
3 Loket Character
4 Rujukan Character
5 Status_Pasien Character
6 Kelas Character
7 Keterangan Character

8. Tabel Dokter
No Field Jenis Keterangan
1 Id_Dokter Character Primary Key
2 Nama Character
178

9. Tabel Diagnosa
No Field Jenis Keterangan
1 Id_Diagnosa Integer Primary Key
2 Diagnosa Character

10. Tabel Kamar


No Field Jenis Keterangan
1 No_bed Character Primary Key
2 Nama_Kamar Character
3 Kelas Character
4 Harga Numberic
5 TT Character
6 TTK Character
3.7.6 Model Topologi Jaringan Sistem Informasi
Topologi jaringan pada umumnya mempunyai 5 model, yaitu :
a. Topologi Bus
Pada topologi Bus semua komputer dihubungkan secara langsung pada media
transmisi dengan konfigurasi yang disebut Bus. Kebel untuk menghubungkan
jaringan ini biasanya menggunakan kebel koaksial. Setiap Server dan Workstation
yang disambungkan pada Bus menggunakan konektor T (T-Connector). Pada
kedua ujung kabel harus diberi Terminator berupa Resistor yang memiliki
resistansi khusus sebesar 50 Ohm yang berwujud sebuah konektor, bila resistansi
dibawah maupun diatas 50 Ohm, maka Server tidak akan bisa bekerja secara
maksimal dalam melayani jaringan, sehingga akses User atau Client menjadi
menurun. Sekarang ini, topologi bus sering digunakan backbone (jalur utama),
dengan menggunakan kabel Fiber Optik sebagai media transmisi
 Keunggulan
a) Penggunaan kabel sedikit, sehingga terlihat sederhana dan hemat biaya.
179

b) Pengembangan menjadi mudah.


 Kelemahan
a) Jaringan akan terganggu bila salah satu komputer rusak.
b) Jika tingkat traffic tinggi dapat menyebabkan kemacetan.
c) Membutuhkan Repeater untuk jarak jaringan yang terlalu jauh (jika
menggunakan kabel coaxial).
d) Bila terjadi gangguan yang terlalu serius, maka proses pengiriman data
menjadi lambat karena lalu lintas jaringan penuh dan padat akibat tidak
ada pengontrol User.
e) Deteksi kesalahan sangat kecil, sehingga bila terjadi gangguan maka sulit
sekali mencari kesalahan tersebut.
b. Topologi Star
Pada Topologi jaringan Star, setiap Workstation dihubungkan dengan
menggunakan alat penghubung terpusat atau yang disebut dengan konsentrator.
Masing–masing Workstation tidak saling berhubungan. Jadi setiap Workstation
yang terhubung ke konsentrator tidak akan dapat berinteraksi atau berkomunikasi
sebelum konsentrator dihidupkan. Bila Konsentrator dimatikan, maka seluruh
koneksi jaringan akan terputus. Bila dibandingkan dengan sistem topologi
jaringan Bus, sistem ini mempunyai tingkat kerumitan jaringan yang lebih
sederhana, hanya saja pada sistem ini membutuhkan konsentrator. Pada topologi
ini beban yang dipikul oleh konsentrator cukup berat, dengan demikian tingkat
kerusakan atau gangguan dari sentral ini lebih besar. Hubungan antar Workstation
akan dilakukan melalui peralatan yang disebut konsentrator, sehingga setiap
Workstation dihubungkan dengan kabel jaringan ke konsentrator. Jadi, tidak ada
hubungan kabel antar Workstation. Pada topologi Star, penambahan Workstation
tidak akan mengganggu sistem yang sedang bekerja, tinggal menambah kabel dari
Workstation ke konsentrator. Begitu pula jika salah satu Workstation kabelnya
180

terputus atau terjadi kerusakan, maka tidak akan mengganggu Workstation lain
yang sedang bekerja. Yang bertindak sebagai konsentrator dalah Hub dan Switch.
1. Keunggulan
a. Fleksibel dalam hal pemasangan jaringan baru, tanpa mempengaruhi
jaringan yang sudah ada sebelumnya.
b. Bila salah satu kabel koneksi User putus, maka hanya komputer User yang
bersangkutan saja yang tidak berfungsi dan tidak mempengaruhi User yang
lain (keseluruhan hubungan jaringan masih tetap bekerja).
2. Kelemahan
a) Boros dalam pemakaian kabel, jika dihubungkan dengan jaringan yang
lebih besar dan luas.
b) Bila pengiriman data secara bersamaan waktunya, dapat terjadi Collision.
c. Topologi Ring
Untuk membentuk jaringan cincin, setiap sentral harus dihubungkan seri satu
dengan yang lain dan hubungan ini akan membentuk Loop tertutup. Dalam sistem
ini setiap sentral harus dirancang agar dapat berinteraksi dengan sentral yang
berdekatan maupun berjauhan. Dengan demikian topologi ini memiliki
kemampuan melakukan Switching ke berbagai arah Workstation. Keuntungan
dari topologi jaringan ini antara lain adalah tingkat kerumitan jaringan rendah
(sederhana). Topologi ini sering digunakan untuk jaringan yang luas pada satu
kota dengan menggunakan media transmisi kabel fiber optik, misalnya untuk
menghubungkan beberapa ISP pusat dan cabang dalam satu kota.
1. Keunggulan
a) Hemat kabel.
b) Untuk membangun jaringan dengan topologi ini lebih murah bila
dibandingkan dengan Topologi Star
2. Kelemahan
a. Sangat peka terhadap kesalahan jaringan.
181

b. Sukar untuk mengembangkan jaringan, sehingga jaringan tersebut nampak


menjadi kaku.
c. Biaya pemasangan lebih besar.
d. Topologi Tree
Topologi Tree atau juga disebut sebagai topologi jaringan bertingkat. Topologi
ini biasanya digunakan untuk interkoneksi antar sentral dengan susunan yang
berbeda. Topologi Tree merupakan pengembangan dari topologi Star. Pada
topologi Tree setiap tingkai atau Node akan dihubungakan pada pusat atau
konsentrator (Hub atau Switch) yang berada pada awal Trafic rangkaian.Pada
dasarnya, topologi Tree merupakan gabungan dari beberapa topologi Star,
sehingga keunggulan dan kelemahan dalam topologi ini hampir sama.
1. Keunggulan :
a) Mudah dalam pengembangan jaringan.
b) Mudah dalam mendeteksi kerusakan.
c) Jika salah satu kabel sub-Node, maka sub-Node yang lain tidak akan
terganggu.
2. Kelemahan
Jika salah satu konsentrator atau sentral Node mengalami kerusakan, maka
sub-Node yang ada dibawahnya akan terganggu.
e. Topologi Mesh
Topologi Mesh merupakan topologi yang dibangun dengan memasang Link
diantara semua Node. Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral
secara penuh atau Fully-Connected Mesh, yaitu sebuah jaringan dimana setiap
Node terhubung langsung ke semua Node yang lain. Jumlah saluran atau Link
yang harus disediakan untuk membentuk jaringan topologi Mesh adalah jumlah
Node (Station) dikurang 1 (n-1, n = Jumlah Node). Misal, jika semua Node dalam
jaringan terdapat 5 Node, maka setiap Node harus me-Link (menyambung) ke 4
Node lainnya. Topologi Mesh biasanya digunakan pada ISP (Internet Service
182

Provider) untuk memastikan bila terjadi kerusakan pada salah satu sistem
komputer maka tidak akan mengganggu hubungan jaringan dengan sistem
komputer lain dalam jaringan.
1. Keunggulan :
Topologi Mesh memiliki tingkat Redundancy yang tinggi, sehingga jika
terdapat satu Link yang rusak maka suatu Node (Station) dapat mencari Link yang
lainnya
2. Kelemahan
a. Membutuhkan biaya yang cukup besar, karena membutuhkan banyak kabel,
setiap Node harus dipasang LAN Card sebanyak n-1 (n=Jumlah Node).
b. Jaringan ini tidak praktis.
a. Topologi Jaringan yang digunakan di unit rekam medis Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya
Pada Rumkital Dr.Ramelan jaringan yang digunakan yaitu jaringan LAN
dimana jaringannya hanya mencangkup wilayah Rumkital saja. Sedangkan
topologi jaringan yang digunakan yaitu topologi star. Topologi star merupakan
jenis topologi yang paling umum digunakan oleh banyak pengguna karena
topologi star ini tergolong simpel dalam pengimplementasiannya khususnya bagi
Rumkital Dr.Ramelan. Topologi star yang digunakan Rumkital ini memanfaatkan
salah satu hardware penting dalam pembentukan jaringan komputer yaitu Hub dan
2 Switch yang terletak diruangan dekat Sangkar burung. Hub dan 2 switch
tersebut akan mentransmisikan sinyal dan juga paket data ke semua komputer
terutama di bagian pendaftaran Rawat Jalan. Dengan menggunakan topologi star
sebagai dasar implementasinya, maka setiap komputer di Rumkital Dr.Ramelan
menggunakan instalasi kabel, kabel yang digunakan yaitu jenis fiber optik.
Pengguanaan kabel fiber optic tersebut dapat menghantarkan jauh lebih banyak
sinyal sehingga tanpa memerlukan lagi bantuan perangkat repeater atau penguat
sinyal.
183

Pusat server tertinggi yang berperan sebagai pusat kontrol adalah bagian
IT dibawahnya adalah kepala bagian adminstrasi medis, kemudian diikuti oleh
unit rawat jalan sebagai tempat mendaftar pasien baru dan IGD sebagai pengganti
unit rawat jalan ketika berada diluar jam kerja. Lalu dibawahnya adalah tempat
registrasi rawat inap.
3.7.7 Analisa Teknologi Yang Digunakan Serta Rancangan Sistem Yang
Dibutuhkan Untuk Menyempurnakan Fitur Dan Sistem Yang Ada
Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.Ramelan Surabaya merupakan
salah satu rumah sakit rujukan TNI paripurna yang berada di wilayah indonesia
timur sebagai unsur pelaksana Teknis Dinas Kesehatan TNI AL yang
berkedudukan langsung dibawah Dinas Kesehatan TNI AL. Rumah Sakit
Angkatan Laut (RSAL) Dr. Ramelan Surabaya memiliki ciri khusus yang berbeda
dari rumah sakit lain sehingga status pasien di klasifikasikan antara lain pasien
BPJS dan Pasien Umum . Pasien BPJS meliputi BPJS Mandiri, BPJS TNI AL,
BPJS TNI AD, BPJS TNI AU, BPJS Sipil AL, BPJS Sipil AD, BPJS Sipil AU,
BPJS Keluarga AL, BPJS Keluarga AL, BPJS Keluarga AD, BPJS Keluarga AU,
BPJS Purna Hankam, BPJS Non Hankam, BPJS Taruna AL/Kadet, BPJS
Dikmaba, BPJS Dikmata, BPJS PBI-Jamkesmas, BPJS PBI-Jamkesda, BPJS PBI-
SKTM, dan BPJS PHL /Honorer. Pasien Umum meliputi Pasien Pribadi dan
Pasien Kerjasama /Perusahaan.
Berdasarkan informasi yang didapat saat praktek kerja lapang di Rumkital
Dr Ramelan Surabaya, rumah sakit telah mengalami perubahan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) sebanyak 4 kali. Sistem informasi pendaftaran
pasien di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.Ramelan dilaksanakan di 3
tempat yakni di Unit Rawat Jalan,Rawat Inap Dan Instalasi Gawat Darurat.
Adapun tampilan SIMRS saat ini sebagai berikut:
184

Gambar 3.7 Tampilan Login SIMRS

Tampilan login SIMRS yang digunakan cukup mudah dipahami, pengguna


dengan mudah dan jelas untuk memasukkan username dan password. Untuk
bagian administrasi medis terbagi menjadi di tiga username yaitu untuk unit rawat
jalan, rawat inap, dan IGD. Terlebih lagi dalam kerahasian username dan
password hanya terbagai per unit bukan per pengguna. Hal ini dapat menyebabkan
semua petugas dapat masuk ke unit yang ingin dimasuki.

Gambar 3.8 Tampilan Home


185

SIMRS melampirkan informasi pada home/dashboard meliputi :


1) Informasi dan grafik ringkasan pengunjung hari ini meliputi jumlah
kunjungan pasien rawat inap, jumlah pasien rawat jalan, jmlah kunjungan
pasien rawat darurat, jumlah kunjungan kunjungan pasien tindakan medis,
dan jumlah pasien unit tindakan.
2) Informasi dan grafik ringkasan pengunjung berdasarkan jenis kelamin
meliputi keseluruhan jumlah pasien laki-laki dan jumlah pasien perempuan.
3) Informasi dan grafik ringkasan pengunjung berdasarkan status pasien
meliputi jumlah pasien umum, jumlah pasien umum pribadi, jumlah pasien
umum kerjasama dan jumlah pasien BPJS.

SIMRS saat ini sangat user-friendly (mudah digunakan) dan sangat mudah
mengajarkan sistem informasi rumah sakit pada orang baru. Adapun langkah-
langkah dalam menjalan SIM RS sebagai berikut:
7) Admisi Rawat Jalan
a. Pertama kali kita login dulu ke rumkital dr ramelan sama halnya dengan
admisirj, akan memasukkan user name ADMISIRI dengan pasword
123.kemudian akan muncul bagian bagian yang akan kita klik. Fungsi dari
user name dan pasword itu sendiri untuk petugas bisa login ke ADMISIRJ.
b. Yang kedua akan muncul gambar seperti dibawah ini : yakni admisi rawat
jalan, data pasien, daftar pasien masuk poli, daftar pasien masuk UT,
daftar kunjungan poli, daftar kunjungan UT, rekam kunjungan poli, rekam
kunjungan UT, riwayat kunjungan pasien, daftar pengambilan RM, jadwal
operasi, daftar pasien KRS, daftar pemesanan kamar.
c. Yang pertama yaitu data pasien, data pasien ini sendiri berfungsi untuk
penginputan data pasien rawat jalan, yang akan yang akan kita klik view
dan akan muncul seperti edit, hapus, kunjungan,edit kunjungan,pesan
kamar ,cetak barcode,cetak kartu, data pasien, dan cetak SEP.
186

d. Menu edit berfungsi untuk pengubahan status pasien dan melengkapi data
pasien yang kosong, hapus berfungsi untuk penghapusan edit data pasien,
edit kunjungan yaitu jika pasien sudah mendaftar ke poli namun data
pasien salah memasukkan poli maka bisa di edit kunjungan pasien,
kunjungan berfungsi untuk penginputan data pasien berobat yang akan
diinputkan yaitu pasien dirujuk, pasien bpjs atau umum, poli mana, kelas
berapa, jika pasien bpjs akan diklik paling bawah sendiiri lalu simpan,
fungsi cetak barcode untuk pasien baru agar di tempelkan di file pasien
dan untuk file yang rusak, cetak kartu fungsinya yaitu jika pasien berobat
harus selalu membawa kartu berobat RSAL agar mudah penginputan data
pasien.
e. Jika pasien komplain bisa dilihat jam berapa pasien datang dan dimana
terkahir berobat yaitu diriwayat kunjungan pasien.
8) Admisi Rawat Inap
a. Pertama kali kita login dulu ke rumkital dr ramelan sama halnya dengan
admisirj, akan memasukkan user name ADMISIRI dengan pasword
123.kemudian akan muncul bagian bagian yang akan kita klik. Fungsi dari
user name dan pasword itu sendiri untuk petugas bisa login ke ADMISIRI.
b. Yang kedua akan muncul gambar seperti dibawah ini : yakni admisi rawat
inap, data pasien, daftar permintaan opname, informasi kamar, pencarian
pasien dikamar, riwayat kunjungan pasien, laporan pasien rawat inap,
laporan pasien sedang dirawat, daftar pasien KRS, dan pemesanan kamar.
c. Lalu data pasien, data pasien ini sendiri berfungsi untuk penginputan data
pasien rawat inap, yang akan yang akan kita klik view dan akan muncul
seperti edit, hapus, kunjungan,edit kunjungan,pesan kamar cetak barcode,
cetak kartu, data pasien, dan cetak SEP. Fungsi dari penjelasan tersebut
yaitu mencetakdata pasien pasien yang akan dirawat inapkan, pengeditan
jika data pasien tidak terisi lengkap, edit itu sendiri melakukan perubahan,
187

view berfungsi untukmengatur tampilan layar dari dokumen yang kita


kerjakan. Cetak barcode dan cetak kartu untuk pasien baru dan untuk
pasien kartun hilang atau sudah tidak bisa dibaca nomer berobatnya.
d. Kemudian petugas menginputkan data dengan mengeklik kunjungan,
fungsi dari kunjungan tersebut untuk penginputan data pasien rawat inap
dan pencarian kamar pasien yang akan dirawat inapkan.
9) Admisi IGD
Untuk menginputkan kunjungan pasien IGD, dapat dilakukan dengan cara
login ke SIMRS RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dengan username dan
password IGD. Kemudian Klik “Administrasi” > Klik “Data Pasien”. Data Pasien
ini digunakan untuk menginputkan kunjungan pasien, dengan cara:
a. Apabila pasien lama, maka menginputkan nomor kartu berobat pasien pada
kolom “Pencarian”.
b. Apabila pasien baru, maka akan menginputkan identitas baru dengan mengklik
“+ Pendaftaran Pasien Baru”.
c. Untuk menginputkan kunjungan pasien IGD, Klik “Kunjungan”.
d. Lalu tedapat Form Kunjungan Pasien disebelah kanan layout. Hal yang harus
diisi yaitu:
“Loket = ADMISI IGD”
“RUJUKAN= Datang Sendiri” (Karena Pasien IGD adalah pasien yang gawat
darurat (emergency), rumah sakit yang bekerjasama maupun tidak dengan BPJS,
wajib memberikan pelayanan kegawatdarurat sesuai indikasi medis. Sehingga
tidak perlu membawa surat rujukan)
“Status Pasien= Umum/BPJS”
“Jenis Pelayanan= Rawat Darurat”
“Tempat Pelayan= IGD”
“Kelas= III”
Lalu klik “Simpan”.
188

BAB 4. KEGIATAN KHSUS RUMAH SAKIT


ANGKATAN LAUT DR.RAMELAN SURABAYA

Kegiatan khusus merupakan topik yang menjadi judul laporan PKL


didapat dari salah satu sub sub bab dari BAB 3 yang selanjutnya diajabarkan lebih
rinci. Berikut judul laporan PKL dari kegiatan khusus di unit rekam medis dan
informasi kesehatan RSAL Surabaya:

4.1 Mengidentifikasi factor 5M ( Man, Money, Methode, Material, Mechine)


terkait K3 petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan Tahun 2019
4.1.1 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada
bagian filing menggunakan aspek man yaitu pengetahuan K3 petugas
filing
Man yang dimaksud dalam laporan ini merujuk pada sumber daya manusia
yaitu petugas yang terlibat atau berperan secara langsung dalam kegiatan filing,
dimana sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja petugas Administrasi Medis bagian filing.
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penyebaran lembar observasi petugas rekam medis di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabya, pengetahuan tentang k3 petugas filing masih
kurang khusunya bagi petugas dengan lulusan pendidikan SMA. Mubarak (2007)
menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan rendah salah
satunya dari segi pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya
rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
189

Menurut Kepmenkes RI (Nomor 377/Menkes/SK/ III/2007) menyatakan


bahwa, peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota
maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan profesi
melalui penerapan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan perkembangan di
bidang Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Selain pengetahuan yang rendah
dapat menyebabkan perilaku petuagas kurang baik pula. Berdasarkan hasil
penyebaran lembar observasi petugas sebagian besar petugas kurang mengetahui
tentang kesehatan dan keselamatan kerja namun ada beberapa petugas yang tidak
pernah menghiraukan terkait K3 petugas agar terhindar dari kecelakaan seperti
petugas tidak menggunakan masker saat di rak filing. Hal ini didukung oleh
penelitian Febriyanti (2016) yang menyatakan bahwa faktor dominnan yang
mempengaruhi perilaku petugas adalah pengetahuan petugas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan petugas maka semakin
baik pula perilaku petugas itu sendiri, begitupun sebaliknya semakin rendah
pengetahuan petugas maka semakin buruk perilaku petugas itu sendiri.

4.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada


bagian filing menggunakan aspek money yaitu anggaran dalam
pelaksanaan K3 petugas filing.
Money yang dimaksud dalam indentifikasi penelitian merujuk pada
anggaran yang digunakan dalam kesehatan dan keselamatan kerja petugas seperti
fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti penyediaan masker, penyedian obat-
obatan.Dalam penyediaan dana atau anggaran di RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya terkait K3 petugas filing tidak ada anggaran khusus. Penyediaan
anggaran masker, obat-obatan dan alat sarana dan prasarana di sediakan jika alat
dan kebutuhan itu habis. Pujilestari (2016) menyatakan bahwa dana adalah salah
satu hal yang paling berperan untuk mencapai suatu sistem di rumah sakit agar
tercapai pelayanan yang baik dan cepat sesuai dengan yang di harapkan pasien.
Apabila dana rumah sakit tidak memenuhi dalam pengadaan peralatan pendukung
190

maka tingkat kejadian K3 petugas filing semakin tinggi. Adanya hal tersebut maka
perlu dilakukannya suatu kebutuhan anggaran yang baik agar manajemen
keuangan rekam medis menjadi sistematis.

4.1.3 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada


bagian filing menggunakan aspek methode yaitu kebijakan terkait K3
petugas di ruang filing.
Methods yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk pada
Standart Operating Procedure terkait K3 petugas filing di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya.RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dalam K3 petugas filing
harus memiliki Standart Operational Procedure (SOP) atau kebijakan yang
dibuat oleh suatu instansi rumah sakit. Suatu rumah sakit wajib memiliki Standart
Operational Procedure (SOP) salah satunya dalam hal kebijakan tentang K3
petugas filing. Standart Operational Procedure (SOP) tersebut harus diketahui
dan dipenuhi oleh semua tenaga kesehatan yang terlibatdidalamnya untuk
menunjang berlangsungnya suatu kegiatan rekam medik yang sesuai dengan
standar atau ketentuan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil identifikasi di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya,
dalam kesehatan dan keselamatan kerja petugas di ruangan filing tidak terdapat
atau tidak memiliki Standart Operational Procedure (SOP). Standart Operational
Procedure (SOP) dapat membantu rekam medik tentang prosedur kerja. Sehingga
ketentuan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerjapetugas di ruang filing tidak
keluar dari jalur yang sudah ditetapkan. Menurut notoatmodjo (2002) menyatakan
bahwa, melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya tergantung pada
kemampuan atau keterampilan pekerja semata tetapi juga dipengaruhi oleh
beberapa hal, salah satu diantaranya adalah standart prosedur kerja yang berisikan
uraian tugas yang jelas atau adanya Standart Operational Procedure (SOP)
191

4.1.4 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas filing


pada ruang filing menggunakan aspek machine yaitu sarana dan
prasarana terkait K3 petugas.
Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk
pada fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja petugas di ruang filing berdasarkan hasil observasi didapatkan
bahwa di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, terdapat 1 lift untuk distribusi
berkas rekam medis dari ruang filling atas menuju bawah. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa kenyataan di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya,
sarana dan prasaran pendukung di ruang filing sudah cukup membantu namun,
Roll O’Packyang terdapat di ruang filing bawah tidak terdapat tanda bahwa kalau
ada petugas di Roll O’Pack sehingga sering terjadi kecelakaan kerja seperti
petugas sering terjepit, petugas sering mengalami low back paint sedangkan rak
filling di ruangan atas terlalu tinggi sehingga membuat petugas kesulitan dalam
pengambilan berkas di bagian atas dan petugas sering mengalami low back paint.
Menurut Budi (2011), beberapa fasilitas di ruang penyimpanan berkas rekam
medis diantaranya yaitu:
a. ruang dengan suhu ideal untuk penyimpanan berkas dan keamanan dari
serangan fisik lainnya.
b. alat penyimpanan berkas rekam medis, bisa menggunakan roll o pack, rak
terbuka, dan filing cabinet.
c. tracer yang digunakan sebagai pengganti berkas rekam medis di rak filing
yang dapat digunakan untuk menelusur keberadaan rekam medis.

4.1.5 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas filing


pada ruang filing menggunakan aspek material yaitu bahan rak filing.
Material yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk pada bahan
yang digunakan dalam pembuatan rak peyimpanan dokumen rekam medis.Pada
192

saat peneliti melakukan observasi di bagian filing di RUMKITAL Dr. Ramelan


Surabaya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di bagian rak penyimpanan
dokumen rekam medis. Peneliti menemukan bahwa rak dokumen rekam medis
terbuat dari bahan kayu sehingga membuat petugas sering tergores dan rak
dokumen rekam medis di ruang filing atas tidak tertutup sehingga dapat
mengganggu pekerjaan petugas dari hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Mengidentifikasi faktor penyebab missfile berkas rekam medis dengan


unsur manajemen 5M (Man, Money, Methode, Mechine,Material).
5.1.1 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada
bagian filing menggunakan aspek man yaitu pengetahuan K3 petugas
filing
Man yang dimaksud dalam laporan ini merujuk pada sumber daya manusia
yaitu petugas yang terlibat atau berperan secara langsung dalam kegiatan filling,
dimana sumber daya manusia yang berpengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja petugas Administrasi Medis bagian filing.
a. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penyebaran lembar observasi petugas rekam medis di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabya, pengetahuan tentang k3 petugas filing masih
kurang khusunya bagi petugas dengan lulusan pendidikan SMA. Mubarak (2007)
menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan rendah salah
satunya dari segi pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya
rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
Menurut Kepmenkes RI (Nomor 377/Menkes/SK/ III/2007) menyatakan
bahwa, peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota
maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan profesi
melalui penerapan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan perkembangan di
bidang Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Selain pengetahuan yang rendah
dapat menyebabkan perilaku petuagas kurang baik pula. Berdasarkan hasil
penyebaran lembar observasi petugas sebagian besar petugas kurang mengetahui

193
194

tentang kesehatan dan keselamatan kerja namun ada beberapa petugas yang tidak
pernah menghiraukan terkait K3 petugas agar terhindar dari kecelakaan seperti
petugas tidak menggunakan masker saat di rak filing. Hal ini didukung oleh
penelitian Febriyanti (2016) yang menyatakan bahwa faktor dominnan yang
mempengaruhi perilaku petugas adalah pengetahuan petugas, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan petugas maka semakin
baik pula perilaku petugas itu sendiri, begitupun sebaliknya semakin rendah
pengetahuan petugas maka semakin buruk perilaku petugas itu sendiri
.
5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada
bagian filing menggunakan aspek money yaitu anggaran dalam
pelaksanaan K3 petugas filing.
Money yang dimaksud dalam indentifikasi penelitian merujuk pada
anggaran yang digunakan dalam kesehatan dan keselamatan kerja petugas seperti
fasilitas-fasilitas yang menunjang seperti penyediaan masker, penyedian obat-
obatan, dan lain-lain. Dalam penyediaan dana atau anggaran di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya terkait K3 petugas filing tidak ada anggaran khusus.
Penyediaan anggaran masker, obat-obatan dan alat sarana dan prasarana di
sediakan jika alat dan kebutuhan itu habis. Pujilestari (2016) menyatakan bahwa
dana adalah salah satu hal yang paling berperan untuk mencapai suatu sistem di
rumah sakit agar tercapai pelayanan yang baik dan cepat sesuai dengan yang di
harapkan pasien. Apabila dana rumah sakit tidak memenuhi dalam pengadaan
peralatan pendukung maka tingkat kejadian K3 petugas filingsemakin tinggi.
Adanya hal tersebut maka perlu dilakukannya suatu kebutuhan anggaran yang
baik agar manajemen keuangan rekam medis menjadi sistematis.
195

5.1.3 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas pada


bagian filing menggunakan aspek methode yaitu kebijakan terkait K3
petugas di ruang filing.
Methods yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk pada
Standart Operational Procedure terkait K3 petugas filing di RUMKITAL Dr.
Ramelan Surabaya.RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dalam K3 petugas filing
harus memiliki Standart Operational Procedure (SOP) atau kebijakan yang
dibuat oleh suatu instansi rumah sakit. Suatu rumah sakit wajib memiliki Standart
Operational Procedure (SOP) salah satunya dalam hal kebijakan tentang K3
petugas filing. Standart Operational Procedure (SOP) tersebut harus diketahui
dan dipenuhi oleh semua tenaga kesehatan yang terlibat didalamnya untuk
menunjang berlangsungnya suatu kegiatan rekam medik yang sesuai dengan
standar atau ketentuan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil identifikasi di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya,
dalam kesehatan dan keselamatan kerja petugas di ruangan filing tidak terdapat
atau tidak memiliki Standart Operational Procedure (SOP). Standart Operational
Procedure (SOP) dapat membantu rekam medik tentang prosedur kerja. Sehingga
ketentuan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerjapetugas di ruang filing tidak
keluar dari jalur yang sudah ditetapkan. Menurut notoatmodjo (2002) menyatakan
bahwa, melakukan pekerjaan secara efisien tidak hanya tergantung pada
kemampuan atau keterampilan pekerja semata tetapi juga dipengaruhi oleh
beberapa hal, salah satu diantaranya adalah standart prosedur kerja yang berisikan
uraian tugas yang jelas atau adanya Standart Operational Procedure (SOP).

5.1.4 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas filing


pada ruang filing menggunakan aspek machine yaitu sarana dan
prasarana terkait K3 petugas.
Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk
pada fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam kegiatan kesehatan dan
196

keselamatan kerja petugas di ruang filing berdasarkan hasil observasi didapatkan


bahwa di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya, terdapat 1 lift untuk distribusi
berkas rekam medis dari ruang filing atas menuju bawah. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa kenyataan di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya,
sarana dan prasaran pendukung di ruang filling sudah cukup membantu
namun,Roll O’Pack yang terdapat di ruang filling bawah tidak terdapat tanda
bahwa kalau ada petugas di Roll O’Pack sehingga sering terjadi kecelakaan kerja
seperti petugas sering terjepit, petugas sering mengalami low back paint
sedangkan rak filing di ruangan atas terlalu tinggi sehingga membuat petugas
kesulitan dalam pengambilan berkas di bagian atas dan petugas sering mengalami
low back paint.
Menurut Budi (2011), beberapa fasilitas di ruang penyimpanan berkas
rekam medis diantaranya yaitu:
a. ruang dengan suhu ideal untuk penyimpanan berkas dan keamanan dari
serangan fisik lainnya.
b. alat penyimpanan berkas rekam medis, bisa menggunakan roll o pack, rak
terbuka, dan filing cabinet.
c. tracer yang digunakan sebagai pengganti berkas rekam medis di rak filing
yang dapat digunakan untuk menelusur keberadaan rekam medis.

5.1.5 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kejadian K3 petugas filing


pada ruang filing menggunakan aspek material yaitu bahan rak filing.
Material yang dimaksud dalam identifikasi penelitian merujuk pada bahan
yang digunakan dalam pembuatan rak peyimpanan dokumen rekam medis.Pada
saat peneliti melakukan observasi di bagian fillingdi RUMKITAL Dr. Ramelan
Surabaya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di bagian rak penyimpanan
dokumen rekam medis. Peneliti menemukan bahwa rak dokumen rekam medis
terbuat dari bahan kayu sehingga membuat petugas sering tergores dan rak
dokumen rekam medis di ruang filling atas tidak tertutup sehingga dapat
197

mengganggu pekerjaan petugas dari hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan


kerja.

5.1.6 Menentukan prioritas penyebab masalah kejadian K3 petugas filing di


Rumkital Dr.Ramelan dengan metode USG
Tahap pengumpulan selanjutnya dalam penelitian ini adalah USG.
Peneliti menyampaikan hasil penelitiannya kepada informan apabila ada data
yang disepakati, ditambah atau ditolak oleh informan. Tujuan dari USG adalah
untuk menentukan prioritas masalah dari kejadian K3 petugas di Rumkital Dr.
Ramelan
Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu menjelaskan informasi
terkait analisis kejadian K3 petugas filing berdasarkan unsur manajemen 5M
(man,material, money, method, machine) dan menjelaskan tujuan penelitian
tersebut.Peneliti kemudian memaparkan permasalahan berdasarkan hasil
penelitian. Hasil identifikasi permasalahan terkait kejadian K3 petugas
fillingsebagai berikut:
a. Tidak ada SOP terkait K3 petugas filing
Diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung kepada
petugas selama PKL bahwa di Rumkital Dr Ramelan Surabaya peneliti
menemukan bahwa tidak adanya SOP terkait K3 petugas.
b. Sering terjadi kecelakaan di rak filing
Permasalahan sering terjadinya kecelakaan kerja di rak filing di
peroleh dari hasil observasi dan wawancara langsung kepada petugas
seperti, petugas yang terjepit saat sedang mencari berkas ataupun petugas
terluka karena terkena bahan dari rak filing
c. Tidak ada anggaran khusus terkait K3 petugas filing
Diperoleh dari observasi dan wawancara langsung terhadap petugas
selama kegiatan PKL di Rumkital Dr Ramelan Surabaya.
d. Bahan rak filing yang kurang bagus mengganggu petugas
198

Di peroleh dari hasil observasi langsung selama kegiatan PKL dan


diperoleh dari wawancara terhadap petugas.
e. Kurangnya pengetahuan petugas trerkait K3 petugas
Dari beberapa petugas yang dilakukan wawancara langsung
diperoleh bahwa sebagian petugas yang dilakukan wawancara tidak
mengetahui terkait K3 petugas di bagian Filling dan di perkuat dengan
tidak adanya sosialisasi terkait K3 petugas.
Langkah kedua peneliti memberikan kesempatan kepada audien untuk
melakukan prioritas masalah menggunakan teknik USG (Urgency, Seriousness,
Growth) sekaligus memberikan saran dan pendapat mengenai prioritas
permasalahan yang didapat. Berdasarkan hasil scoring USG didapatkan bahwa
prioritas penyebab masalah kejadian K3 petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya yaitu tidak ada SOP terkait K3 petugas filing, sering terjadi kecelakaan
kerja di rak filing, kurangnya pengetahuan petugas terkait K3 di ruang filing Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Hasil Skoring Metode USG (Urgency, Serousness, Growth)
Total
Keseluruhan
Masalah Urgency Seriousness Growth Total

A 23 23 14 66
B 18 17 20 55
C 9 6 9 24
D 6 9 9 24
E 15 16 17 41
Tabel 5.1 hasil scoring jawaban petugas
dengan menggunakan teknik USG di peroleh perhitungan sebagai berikut
dengan rincian yang terlampir pada lampiran 4.2 pada pedoman metode USG
199

5.1.7 Menentukkan alternatif solusi terkait K3 petugas filling menggunakan


brainstorming.
NO Masalah Solusi
1 Tidak ada SOP terkait K3 petugas Pembuatan SOP terkait K3
filing petugas filing dapat diliat di
lampiran 4.3 SOP terkait K3
petugas filing
2 Sering terjadi kecelakaan di rak Memberi tanda apabila ada
filing petugas yang sedang mencari file
di dalam roll o’pack dapat di liat
di lampiran 4.4
3 Rendahnya pengetahuan petugas Memberikan sosialisasi terhadap
terhadap K3 petugas filing petugas filing terkait K3 petugas
filing dapat di liat di lampiran 4.5

Tabel 5.2 alternative solusi masalah terkait K3


BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan dari penelitian tentang upaya perbaikan
Kesehatan dan Keselamatan kerja petugas filing di Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Identifkasi penyebab pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja petugas filing
berdasarkan unsur – unsur manajemen yaitu :
a. Man : tidak adanya sosialisasi kepada petugas rekam medis di bagian
filling terkait upaya perbaikan kesehatan dan keselamatan kerja petugas
b. Money : tidak ada anggaran khusus terkait pelaksaan K3 petugas seperti
penyediaan kota P3K di bagian filing dan alat-alat terkait pelaksaan K3
petugas filing
c. Material : Bahan dari rak rekam medis harus terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan permasalahan kepada petugas dan memudahkan petugas
dalam bekerja.
d. Machine : tidak adanya alat bantu seperti tanda peringatan bahwa sedang
ada petugas yang mencari berkas rekam medis di dalam Roll O’Pack
membuat kerja petugas akan terhambat dan sering di temukan petugas
yang terjepit saat mencari berkas.
e. Methode : tidak adanya SOP terkait Kesehatan dan Keselamatan kerja
petugas membuat petugas kurang mengerti akan aturan kerja di bagian
filing untuk mencegah resiko kecelakaan kerja.
Berdasarkan prioritas masalah dengan menggunakan teknik USG dari
penelitian tentang upaya perbaikan Kesehatan dan Keselamatan kerja petugas
filing di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Tidak adanya SOP terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja petugas di
bagian filing

200
201

b. Tidak adanya tanda peringatahan dan tanda pemberitahuan kepada petugas


sehingga dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja
c. Di Rumkital Dr Ramelan Surabaya selama ini belum pernah diadakan
sosialisasi terkait K3 kepada petugas khususnya di bagian filing

6.2 Saran
a. Perlu diadakan kegiatan sosialisasi kepada petugas filing terkait upaya
perbaikan kesehatan dan keselamatan kerja petugas
b. Implementasian terhadap tanda peringatan yang telah di rancang untuk
memberikan informasi bahwa sedang ada petugas yang sedang mencari
berkas di Roll O’Pack
c. Implementasian terhadap SOP petugas terkait K3 di bagian filing yang
telah di buat untuk di terapkan kepada petugas di Rumkital Dr Ramelan
Surabaya
202

DAFTAR PUSTAKA
Adam, M dan Zuhny, E. 2010. Modul Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta:
Budi, S.C. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Jogjakarta : Quantum.
Cyntia, Sellea dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan
Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap
Rsud Liun Kendage Tahuna. Volume1 Nomor 1, Agustus 2013. Diambil
dari : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2237/1794. (10
Maret 2019).
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Nomor 44 Tahun 2009. Tentang
Rumah Sakit.
Menkes RI. 2007. Kemenkes RI Nomer 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standart
Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Menkes RI.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016, tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. PengantarPendidikanKesehatandanPerilakuKesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
203
204

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan selesai melaksanakan PKL di RSAL


205
206

Lampiran 2. Rangkuman Kegiatan Harian PKL (logbook kegiatan)


207
208
209
210

Lampiran 3. Daftar Hadir PKL


211
212
213

Lampiran 4. Data Pendukung


4.1 Pedoman wawancara
Lampiran 4.1 Pedoman Wawancara

UPAYA PERBAIKAN K3 PETUGAS FILING DI


RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA TAHUN
2019

LEMBAR WAWANCARA

No Pertanyaan Informan Jawaban


Variabel Man
Sub Variabel : Pengetahuan
1 Sejauh mana pemahaman Sebisa mungkin kita menghindari
1
Anda tentang kesehatan resiko kecelakaan kerja
keselamatan kerja 2 Kurang tau dek
petugas?
Kesehatan keselamatan kerja itu
3 suatu aturan untuk meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja
Keselamatan kesehatan kerja
petugas merupakan aturan pokok
4 yang mengatur dan mencegah
terjadinya kecelakaan bagi
petugas

5 Tidak tau dek

6 Tidak paham dek

Keselamatan kesehatan kerja


7
petugas itu aturan untuk petugas
214

supaya petugas selamat sehat


dalam bekerja di ruangan
Kesimpulan Petugas mengetahui yang dimaksud kesehatan
dan keselamatan kerja
2 Apakah Anda tahu tujuan Tujuannya itu untuk menghindari
dari kesehatan 1 terjadinya kecelakaan kerja bagi
keselamatan kerja petugas itu sendiri dek
petugas? Yang saya tahu tujuannya itu iya
2 untuk mencegah kecelakaan bagi
petugas saat bekerja
Tidak tau dek
3

Iya tujuannya itu supaya petugas


4
bisa selamat, sehat dalam bekerja
Tidak tau ya
5

Gak tau dek


6

Kurang tau iya dek


7

Kesimpulan Petugas tidak mengetahui tujuan dari adanya


kesehatan dan keselamatan kerja
3 Berapa jumlah petugas 1 26 dek
filling?
Setahu saya ada 26 dek
2

26 dek
3

26
4
215

26 dek
5

Kira-kira 26 dek
6

26 dek
7

Kesimpulan
Jumlah petugas filing ada 26 orang

4 Apakah Anda tau Iya tau dek informasi yang di


informasi yang dihasilkan hasilkan itu iya informasi tentang
1
didalam kesehatan keselamatan kesehatan kerja
keselamatan kerja petugas
petugas? Aturan untuk mengatur
keselamatan kesehatan kerja
2
petugas supaya petugas bisa kerja
dengan aman dan selamat
Tidak pernah tau dek
3

Informasi yang di hasilkan itu


petugas bisa mengerti dan tau
4
aturan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja petugas dek
Informasi yang di hasilkan itu
5 informasi tentang keselamatan
kesehatan kerja petugas dek
Tidak
6
216

Informasi yang mengatur supaya


kerja petugas menjadi optimal,
7 produktif, dan mencegah
kecelakaan terjadi terhadap
petugas itu sendiri dek
Kesimpulan Petugas banyak mengetahui tentang informasi
yang di hasilkan dari k3 petugas filing
Variabel Money
5. Apakah terdapat 1 Tidak ada
anggaran khusus terkait
2 Kurang paham dek
K3 petugas filling ?
Aduh kalau masalah anggaran
khusus untuk k3 petugas itu
3
berkaitan dengan atasan saya
tidak paham

4 Tidak tau dek

5 Kurang mengetahui

6 Menurut saya si tidak ada dek

7 Gak ada dek

Kesimpulan Tidak ada anggaran khusus terkait K3 petugas


filing
Variabel Methode
Sub Variabel : SOP K3 petugas filing
6. Apakah di bagian filing 1 Tidak ada dek
terdapat SPO K3 petugas
Menurut saya selama kerja disini
filing? 2
belum mengetahui kalau ada SPO
217

K3 petugas dek

3 Tidak ada

Saya kurang mengetahui tentang


4
SPO k3 petugas filling dek

5 Tidak tau dek

6 Gak tau dek

7 Gak ada dek

Kesimpulan Tidak ada SOP terkait K3 petugas filing

7. Jika tidak, mengapa tidak 1 Kalau itu kurang paham dek


ada SPO terkait K3
Gak tau juga dek soalnya kalau
petugas filing ?
2 masalah SPO itu tergantung dari
atasan
Kurang tau dek
3

Kurang paham dek dari atasan


4

Gak tau kenapa gak di buat dek


5

Saya kurang tau dek


6

Saya tidak tau dek


7

Kesimpulan Petugas tidak mengetahui alasan tidak adanya


SOP terkait K3 petugas filing dikarenakan
yang membuat SOP adalah atasan
218

Variabel Machine
Sub Variabel : Sarana dan prasarana
8. Bagaimana sarana dan Sarana dan prasarana di ruangan
1
prasarana yang terdapat filling sudah cukup
di unit filling? 2 Sudah cukup membantu dek

3 Sudah membantu

4 Sudah nyaman dek

5 Sudah cukup

Kalau menurut aku sudah cukup


6
dan sangat membantu dek

7 Sudah cukup nyaman

Kesimpulan Alat bantu di ruang filing sudah sangat


membantu kinerja petugas
7. Apakah cukup jika hanya 1 Sudah cukup dek
dengan 1 lift yang
Saya rasa sudah cukup dek
tersedia? 2

Menurut saya sudah cukup dek


3

Cukup
4

Sudah cukup
5

Sudah cukup kok dek


6

Sudah dek
7
219

Kesimpulan
Lift yang ada di ruang filing sudah cukup

9. Menurut Anda, apakah 1 Sudah kok dek


lift untuk pengiriman
Kalau menurut saya sudah
berkas sudah ergonomis ? 2
ergonomis dek
Kalau masalah ergonomisnya
3
saya tidak mengerti dek
Kurang tau iya dek
4

Sudah cukup ergonomis dek


5

Gak tau dek


6

Sudah ergonomis kok


7

Kesimpulan
Lift di ruang filing sudah ergonomis

10. Apakah Anda pernah Pernah dek, saya pernah terjepit


1
mengalami kecelakaan rak filling bawah
kerja di rak filing? Sering dek, saya sering kejepit
saat mengambil berkas di rak
filing bawah, saya pernah terjatuh
2
dari tangga karena tangganya
kurang kuat saat saya ngambil
berkas paling atas dek
Pernah dek, saya sakit batuk,
3 pilek, pegal-pegal dek saat ada di
rak filing
220

Pernah dek, iya saya kejepit saat


mengambil berkas di rak terus
4
saya sakit pinggang saat ambil
berkas paling atas dek
Pernah dek, saya terjepit di rak,
5 tangan berdarah karena rak filing
atas terrbuat dari kayu
Sering dek,
6

Pernah dek saya terjatuh terjepit


7

Kesimpulan Petugas sering mengalami kecelakaan kerja di


rak filing
Variabel Material
Sub Variabel :Bahan rak filing
8. Menurut anda apakah Mengganggu dek, bahan rak
bahan rak filing tidak 1 filling yang ada di atas itu terbuat
mengganggu pekerjaan dari kayu jadi sering tergores dek
anda? Sangat mengganggu dek, rak
2 filing bahannya mudah rapuh
karena terbuat dari kayu

3 Mengganggu

4 Mengganggu dek

Mengganggu, rak filing terbuat


5 dari kayu dan besi jadi saya
sering keseleo dan tergores dek
Mengganggu banget dek,
6
soalnya bahannya itu terbuat dari
221

besi sering kejepit dan sangat


berat

7 Mengganggu dek

Kesimpulan Petugas mengalami gangguan dengan bahan


rak filing
Lampiran 4.2 Pedoman Metode USG

UPAYA PERBAIAKAN K3 PETUGAS FILING


DI RUMKITAL DR. RAMELAN
TAHUN 2019

PEDOMAN USG ( Urgency, Seriousness, Growth )

Tahap pelaksanaan USG ( Urgency, Seriousness, Growth ) adalah sebagai


berikut :
- Menjelaskan faktor-faktor yang didapat dari hasil identifkasi unsure 5M
( Man, Material, Money, Method, Machine).
- Membuat daftar masalah dari hasil faktor identifkasi unsur 5M (
Man,Material, Money, Method, Machine).
- Melakukan perbandingan masalah berdasarkan :
o Tingkat Urgency
Dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut berdasarkan Man, Material, Money,
Method, Machine.
 Tingkat Seriousness
Melihat dampak kejadian K3 petugas filing berdasarkan
faktor Man, Material, Money, Method, Machine. terhadap
produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.
a. Tingkat Growth
222

Apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa


sehingga sulit untuk dicegah.
3. Menjumlah hasil perbandingan.
4. Penentuan prioritas penyebab masalah dengan nilai scoring tertinggi.

A. Tingkat Urgensi Masalah


Perbandingan Responden Sub total
1 2 3 4 5 6 7 A B C D E
A:B A A A B A A A 6 1 0 0 0
A:C A C A C A C A 4 0 3 0 0
A:D A A A A A A A 7 0 0 0 0
A:E A A A A A A E 6 0 0 0 1
B:C B B B B C B B 0 6 1 0 0
B:E B B B B B E E 0 5 0 0 2
B:D B B B B B B D 0 6 0 1 0
C:D C C D C D C C 0 0 5 2 0
C:E E E E E E E E 0 0 0 0 7
D:E E D E E E E E 0 0 0 2 5
Total 23 18 9 6 15
B.Tingkat Keseriusan Masalah
Perbandingan Responden Sub total
1 2 3 4 5 6 7 A B C D E
A:B A A A A A A B 6 1 0 0 0
A:C C A A A A A A 6 0 1 0 0
A:D A A D A A A A 6 0 0 1 0
A:E E E E E A A A 3 0 0 0 4
B:C B B C B B B B 0 6 1 0 0
B:E E B B E E B E 0 3 0 0 3
B:D B B B B B B B 0 7 0 0 0
C:D C C D C D D D 0 0 3 4 0
C:E E E E E E C E 0 0 1 0 6
D:E E D D D E D E 0 0 0 4 3
Total 23 17 6 9 16
223

C.Tingkat Perkembangan Masalah


Perbandingan Responden Sub total
1 2 3 4 5 6 7 A B C D E
A:B B B B B B B A 2 5 0 0 0
A:C C C C A A A C 3 0 4 0 0
A:D A A A A A D A 6 0 0 1 0
A:E A A A E E E E 3 0 0 0 4
B:C B B C B B B B 0 6 1 0 0
B:E B E E B B E B 0 4 0 0 3
B:D D B B B B B D 0 5 0 2 0
C:D C C D D D C D 0 0 3 4 0
C:E E E E E E E E 0 0 0 0 7
D:E D D D D E E E 0 0 0 4 3
Total 14 20 9 9 17

D. Total Keseluruhan
Total
Keseluruhan
Masalah Urgency Seriousness Growth Total
A 23 23 14 66
B 18 17 20 55
C 9 6 9 24
D 6 9 9 24
E 15 16 17 41
Lampiran 4.3 SOP terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja petugas filing

PEMERINTAH KABUPATEN SURABAYA


DINAS KESEHATAN
RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA

Jl. Gadung No.1 Telp. (031) 8438153/ 54


Surabaya

1) PENGERTIAN : Ketentuan K3 petugas filing adalah suatu


upaya perencanaan dan tindakan kegiatan serta
operasional dibagian filing agar senantiasa
mengikuti norma atau ketentuan K3 yang
berlaku
2) TUJUAN : Melindungi serta menjamin keselamatan setiap
orang yang berada di tempat kerja. Sarana
prasarana untuk di pergunakan secara aman,
tepat dan efisien.
3) KEBIJAKAN : Surat Keputusan Kepala Bagian Rekam Medis
Rumkital Dr Ramelan Nomor : .../...,.../.../2019
tentang kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja di bagian filling
4) PROSEDUR : 1. Lakukan identifikasi resiko dan berusaha
mengurangi bahaya yang ada di ruang
filing
2. Gunakan alat pelindungi yang sesuai
pekerjaan dan jenis bahayanya. Di bagian
filling alat pelindung diri yang di gunakan
adalah masker, sarung tangan, dan sepatu.
3. Perhatikan sistem pencahayaan dan tata

224
225

udara.
4. Pastikan bahwa semua peralatan berfungsi
dengan baik sebelum di gunakan seperti
tangga yang di gunakan untuk mengambil
berkas rekam medis
5. Pastikan semua petugas dalam kondisi
kesehatan yang baik
6. Lakukan tindakan atau pekerjaan sesuai
SOP yang berlaku
7. Pastikan bahwa berkas rekam medis di tata
dengan rapi.
8. Rapikan kembali tempat kerja dan
peralatan kerja setelah melakukan
pekerjaan
9. Laporkan semua kejadian yang
berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja atau kecelakaan dan
penyakit akibat kerja ke komite K3 RS.
10. Jangan melakukan pekerjaan yang di luar
tugas pokok dan fungsi ( TUPOKSI) dan
SOP pekerjaan.
11. Jika terjadi kebakaran ikutilah petunjuk
jalur evakuasi yang sudah ad
5) UNIT TERKAIT : 1. Rekam medis.
2. Petugas rawat jalan.
3. Petugas rawat inap.
4. K3 RS.
Lampiran 4.4 Tanda Bahaya K3 petugas

WAJIB MENGGUNAKAN MASKER

CUCI TANGAN SEBELUM DAN


SESUDAH BEKERJA

226
JAGALAH KEBERSIHAN

MAAF ..... !
DILARANG MASUK TANPA SEIJIN
PETUGAS

227
STOP... !!!

SEDANG ADA PETUGAS

228
229

KAWASAN MENGGUNAKAN SARUNG


TANGAN

KAWASAN MENGGUNAKAN SEPATU


MATIKAN ALIRAN LISTRIK JIKA
TIDAK DI GUNAKAN

HATI – HATI BAHAN MUDAH TERBAKAR

230
231
Lampiran 4.5 Materi Sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja petugas
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rekam Medis
A. Kompetensi

NO Topik Pembelajaran Kompetensi


1 Konsep dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - Mampu menjelaskan konsep
dasar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2 Peraturan Perundangundangan Keselamatan dan - Mampu menjelaskan
Kesehatan Kerja (K3) kompetensi materi pokok
yang diatur dalam Undang-
Undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
- Mampu menjelaskan peraturan
perundang-undangan yang
mengatur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

3 Alat pelindung diri (APD) - Mampu menjelaskan


pentingnya penggunaan
APD dalam pekerjaan

4 Pemadam kebakaran - Mampu menjelaskan prinsip


pemadaman kebakaran.
- Mampu menjelaskan penyebab
terjadinya kebakaran
B. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dengan Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini


akan terdiri dalam 10 (sepuluh) kegiatan pembelajaran. Kesepuluh kegiatan
pembelajaran tersebut adalah:
1. Pembelajaran I : Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
2. Pembelajaran II : Peraturan Perundang - undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
3. Pembelajaran III : Alat Pelindung Diri.
4. Pembelajaran IV : Pemadam Kebakaran

PEMBELAJARAN 1
KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

232
233

A. KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR:
Menguasai Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran I ini, petugas
diharapkan:
1) Mampu menjelaskan konsep Keselamatan Kerja.
2) Mampu menjelaskan konsep Kesehatan Kerja.
3) Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja dan yang timbul
karena hubungan kerja dan pencegahannya.
4) Mampu menjelaskan Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya
B. Materi
KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem
Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk menciptakan
suatu sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan
unsure manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan
yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih;
234

perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh


karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
Berdasarkan Pasal 4 Permenakes tentang Sistem Manajemen K3, terdapat 5
(lima) ketentuan yang harus perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan
dan kesehatan kerja.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan pentingnya Sistem
Manajemen K3 diterapkan dalam suatu perusahaan/laboratorium. Alasan
tersebut dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan Peraturan,
serta nama baik (Adrian, dkk, 2009). Berikut adalah argumentasi betapa
pentingnya Sistem Manajemen K3.
a. Alasan Manusiawi.
Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha
melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan suatu
tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini di karenakan kecelakaan yang
terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya (misalnya
235

kematian, cacat/luka berat, luka ringan), melainkan juga penderitaan


bagi keluarganya. Oleh karena itu pengusaha atau sekolah mempunyai
kewajiban untuk melindungi pekerja atau siswanya dengan cara
menyediakan lapangan kerja yang aman.
b. Alasan Ekonomi.
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian
ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan,
biaya pengobatan, dan biaya santunan kecelakaan. Oleh karena itu,
dengan melakukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan, maka
selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga
dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
c. Alasan UU dan Peraturan.
UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu
organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih
banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan
dengan menggunakan teknologi modern, pekerjaan konstruksi
merupakan kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber
terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang
konstruksi.
d. Nama Baik Institusi.
Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat
mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain.
Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting
terutama bagi industry jasa, termasuk jasa konstruksi, karena
berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi tugas/pemilik proyek.
Prestasi keselamatan kerja perusahaan mendukung reputasi perusahaan
itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja yang
baik akan memberikan keuntungan kepada perusahaan secara tidak
langsung.
236

3. Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada awal


perkembangannya,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengalami beberapa
perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika Tahun 1911
dimana K3 sama sekali tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan
para pekerjanya. Kegagalan terjadi pada saat terdapat pekerjaan yang
mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja dan perusahaan. Kecelakaan
tersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima oleh perusahaan dan
tenaga kerja. Bahkan, tidak jarang, tenaga kerja yang menjadi korban tidak
mendapat perhatian baik moril maupun materiil dari perusahaan. Perusahaan
berargumen bahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan tenaga kerja
sendiri untuk menghindari kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga
kerja.
Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yang
dikenal dengan Teori Domino. Konsep Domino memberikan perhatian
terhadap kecelakaan yang terjadi. Berdasar Teori Domino, kecelakaan dapat
terjadi karena adanya kekurangan dalam lingkungan kerja dan atau
kesalahan tenaga kerja. Dalam perkembangannya, konsep ini mengenal
kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe act).
Pada awal pengelolaan K3, konsep yang dikembangkan masih bersifat
kuratif terhadap kecelakaan kerja yang terjadi. Bersifat kuratif berarti K3
dilaksanakan setelah terjadi kecelakaan kerja. Pengelolaan K3 yang
seharusnya adalah bersifat pencegahan (preventif) terhadap adanya
kecelakaan. Pengelolaan K3 secara preventif bermakna bahwa kecelakaan
yang terjadi merupakan kegagalan dalam pengelolaan K3 yang berakibat
pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan dan tenaga kerja.
Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern mulai lebih maju dengan
diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen
perusahaan. Hal ini mulai disadari dari data bahwa kecelakaan yang terjadi
juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Dengan memperhatikan
237

banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan, maka mulailah diterapkan


Manajemen Resiko, sebagai inti dan cikal bakal Sistem Manajemen K3.
Melalui konsep ini sudah mulai menerapkan pola preventif terhadap
kecelakaan yang akan terjadi.
Manajemen Resiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak
manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak terkait
termasuk pekerja. Dalam penerapan K3 di sekolah, maka diperlukan
keterlibatan manajemen sekolah, guru, teknisi, dan siswa. Pada konsep ini,
bahaya sebagai sumber kecelakaan harus teridentifikasi, kemudian
perhitungan dan prioritas terhadap resiko dari potensi bahaya, dan terakhir
pengendalian resiko. Peran manajemen sangat diperlukan terutama pada
tahap pengendalian resiko, karena pengendalian resiko membutuhkan
ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan/sekolah dan
hanya pihak manajemen yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Dari perjalanan pengelolaan K3 diatas semakin menyadarkan akan
pentingnya K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasarkan
agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi
ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk menerapkan suatu
Sistem Manajemen K3 untuk mengelola K3. Sistem Manajemen K3
mempunyai pola Pengendalian Kerugian secara Terintegrasi (Total Loss
Control) yaitu sebuah kebijakan untuk mengindarkan kerugian bagi
perusahaan, property, personel di perusahaan dan lingkungan melalui
penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengintegrasikan sumber daya
manusia, material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan
pola penerapan prinsip manajemen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan
(do), pemeriksaan (check), peningkatan (action).
Dalam sejarah perjalanan Sistem Manajemen K3, tercipta beberapa
standar yang dapat dipakai perusahaan. Standar-standar tersebut antara lain:
- HASAS 18000/18001 Occupational Health and Safety Management
Systems.
238

- Voluntary Protective Program OSHA.


- BS 8800.
- Five Star System.
- International Safety Rating System (ISRS).
- Safety Map.
- DR 96311
- Aposho Standar 1000
- AS/ANZ 4801/480
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 (SMK3 yang
berbentuk Peraturan Perundang-Undangan).
Kini pengelolaan K3 dengan penerapan Sistem Manajemen K3 sudah
menjadi bagian yang dipersyaratkan dalam ISO 9000:2000 dan CEPAA
Social Accountability 8000:1997. Akan tetapi sampai saat ini belum
terdapat satu standar internasional tentang Sistem Manajemen K3 yang
disepakati dan dapat diterima banyak negara, sebagaimana halnya Sistem
Manajemen Mutu ISO 9000 dan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO
14000.
4. Keselamatan Kerja
Selain kesehatan yang tak kalah pentingnya adalah Keselamatan
Kerja. Keselamatan kerja merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat
melakukan kerja. Menurut Suma’mur (1987:1), keselamatan kerja adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut semua proses
produksi dan distribusi baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah
tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk
setiap tenaga kerja maupun masyarakat pada umumnya. Tasliman (1993:1)
sependapat dengan Suma’mur bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
menyangkut semua unsur yang terkait di dalam aktifitas kerja. Ia
menyangkut subjek atau orang yang melakukan pekerjaan, objek (material)
239

yaitu benda-benda atau barang-barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang


dipergunakan dalam bekerja berupa mesin-mesin dan peralatan lainnya,
serta menyangkut lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda atau
barang.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang
baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain
menjadi hambatan langsung, juga merugikan secara tidak langsung yakni
kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk
beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. (Suma’mur,
1985:2) Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan
penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta
cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset
perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD),
perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi. Pendapat lain
mengatakan Keselamatan (safety) meliputi:(1). mengendalikan kerugian
dari kecelakaan (control of accident loss) dan (2). kemampuan untuk
mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak
bisa diterima (the ability to identify and eliminate unacceptable risks).
Pengertian K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society
of Safety and Engineering (ASSE), K3 diartikan sebagai bidang kegiatan
yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya
dengan lingkungan dan situasi kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
240

masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan


adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan
dan Keselamatan (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Istilah lainnya adalah ergonomi yang merupakan
keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian
manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna tercapainya
pelakasanaan pekerjaan secara baik. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas
kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja. Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami,
yaitu: (1) aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja; (2)
diterapkan untuk melindungi tenaga kerja; (3) resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
5. Kesehatan Kerja
Produktifitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan dambaan
setiap manager atau pemilik usaha, karena dengan demikian sasaran
keuntungan akan dapat dicapai. Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat
keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and
psychological well being of the individual). Kesehatan Kerja, yaitu : suatu
ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja
melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerjayang
diwujudkan melaluii pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan
makanan yang bergizi.
Program kesehatan di usaha busana bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan usaha busana yang aman, nyaman dan sehat bagi seluruh
pekerjai, dan pengunjung, di dalam dan di lingkungan Usaha busana.
Sehingga kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang
ditimbulkan oleh kegiatan usaha busana dapat di tekan atau bila mungkin di
hilangkan. Empat pilar strategi yang telah ditetapkan tuntuk mendukung visi
241

Kementrian Kesehatan dalam rangka merujudkan “ kesehatan kaerja ”


adalah :
a. Strategi paradigma sehat yang harus dilaksanakan secara serempak dan
bertanggung jawab dari semua lapisan. Termasuk partisipasi aktif lintas
sektor dan seluruh potendi masyarakat.
b. Strategi Profesionalisme, yaitu memelihara pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau.
c. Strategi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), guna
memantapkan kemandirian masyarakat hidup sehat, diperlukan peran
aktif dan pembiayaan.
d. Strategi Desentralisasi, intinya adalah pendelegasian wewenang yang
lebish besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur system
pemerintahan kerumahtanggaannya sendiri.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO di Linz Australia, dihasilkan
beberapa definisi sebagai berikut :
a. Penyakit Akibat Kerja: penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab
yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebeb yang mudah
diakui.(pekerjaan sebagai pencetus sakit atau penyakit) atau lebih
dikenal dengan sebagai man made disease. Pencegahan dapat dimulai
dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu kesehatan atau
pengganggu kerja. Gangguan ini terdiri dari:
1) Beban kerja (berat, sedang, ringan, atau fisik, psikis, dan sosial).
2) Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor
fisik, kimia, biologi, dan psikologi.
3) Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan sendiri yang meliputi:
kemahiran, ketrampilan, usia, daya tahan tubuh, jenis kelamin,
gizi,ukuran tubuh, dan motivasi kerja.
242

b. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan –Work related disease


adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana
faktor pada pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi yang kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi pekerja adalah penyakit yang terjadi
pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja,
namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.
6. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada prinsipnya sasaran atau tujuan dari K3 adalah :
a. Menjamin keselamatan operator dan orang lain.
b. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan.
c. Menjamin proses produksi aman dan lancar
Sedangkan tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur, (1985:1)
adalah sebagai berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas masyarakat.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat
kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun
1970 Pasal 3 tentang keselamatan kerja ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
243

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada


waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan
penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi. (Tia , Setiawan dan Harun, 1980:11-12)
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang
lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka
ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu,
perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka
244

disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokokpokok mengenai


tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU
No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama, akan tetapi pekerja mempunyai
kewajiban untuk memberikan kontribusi pada kondisi tersebut dengan
berperilaku yang bertanggung jawab. Setiap cidera atau kasus sakit
akibat hubungan kerja, dapat dihindari dengan sistem kerja , peralatan,
substansi, training dan supervisi yang tepat. Sakit, Cidera dan perilaku
yang tidak mendukung kesehatan ,keselamatan dan keamanan kerja
akan mengakibatkan menurunnya produktifitas kerja. Salah satu
masalah yang hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah
kecelakaan yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan,
seperti kerusakan peralatan, cedera tubuh, kecacatan bahkan kematian.
7. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan dalam Bekerja
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.
Kecelakaan, adalah kejadian yang tak terduga dan tak diharapkan. Tak
terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsure
kengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencenaan. Tidak diharapkan oleh
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun penderiaan
dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat dan tidak
diinginkan. Secara teoritis istilahistilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
245

a. Hazard (sumber bahaya). Suatu keadaan yang memungkinkan /


dapat menimbulka kecelakaan, penyakit, kerusakan atau
menghambat kemampuan pekerja yang ada.
b. Danger (tingkat bahaya). Peluang bahaya sudah tampak (kondisi
bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan
prventif.
c. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu
d. Insident. Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak
diinginkan, yang dapat/ telah mengadakan kontak dengan sumber
energi yang melebihi ambang batas badan/struktur.
e. Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau
kerugian (manusia/benda).

PEMBELAJARAN II
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR:
1) Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Menguasai materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran II ini,
petugas diharapkan :
1) Mampu menjelaskan tujuan dan ruang lingkup Undang-Undang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2) Mampu menjelaskan materi pokok yang diatur dalam Undang-
Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
246

B. MATERI
PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pentingnya Peraturan Perundang-Undangan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik jika
kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusianya juga
baik, termasuk didalamnya sumber daya manusia keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Data menunjukkan bahwa di dunia terjadi 270 juta
kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, 2,2 juta
pekerja meninggal dunia dan kerugian yang dialami sebesar 1,25 triliun
USD. Sementara itu, data PT. Jamsostek (Persero) menunjukkan bahwa
dalam Periode 2002-2005 telah terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja,
5.000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp 550 milyar
(DK3N, 2007). Tenaga kerja merupakan asset penting perusahaan. Oleh
karena itu tenaga kerja harus diberikan perlindungan dalam hal K3, karena
terdapat ancaman dan potensi bahaya yang berhubungan dengan kerja.
Mengingat hal tersebut, pemerintah telah membuat kebijakan perlindungan
tenaga kerja terhadap aspek K3 melalui peraturan perundang-undangan K3.
Peraturan perundang-undangan K3 merupakan salah satu usaha dalam
pencegahan kecelakaan kerja, penyakt akibat kerja, kebakaran, peledakan
dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis dan
sifat pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja. Peraturan perundang-
undangan K3 perlu disosialisaikan baik kepada tenaga kerja dan pengusaha
agar semua memahami aturan tersebut terutama mengetahui hal dan
kewajibannya. Sosialisasi penting juga bagi petugas rekam medis di bagian
filing karena petugas filing merupakan tenaga kesehatan yang mempunyai
hak untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Landasan Hukum Peraturan Perundangan-Undangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sumber hukum peraturan perundang-undangan tentang K3 adalah
UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa, ”Tiap warga negara
247

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.


Makna pasal tersebut sangatlah luas. Disamping menjelaskan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pekerjaan yang layak, juga berhak
mendapatkan perlindungan terhadap K3 agar dalam melaksanakan
pekerjaan tercipta kondisi kerja yang kondusif, nyaman, sehat, dan aman
serta dapat mengembangajan ketrampilan dan kemampuannya agar dapat
hidup layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Berdasarkan UUD
1945 Pasal 27 ayat (2) tersebut, kemudian ditetapkan UU RI No. 14 Tahun
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan. Dalam UU
Pokok Ketenagakerjaan tersebut diatur tentang perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja, yaitu: a. Pasal 9 yang menyatakan bahwa setiap tenaga
kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan harkat dan martabat
serta moral agama. b. Pasal 10 yang menyatakan bahwa pemerintah
membina perlindungan kerja yang mencakup:
1. Norma keselamatan kerja.
2. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan.
3. Norma kerja.
4. pemberian ganti kerugian, perawatan, dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja
Seiring berjalannya waktu, UU RI No. 14 Tahun 1969 tidak lagi
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman sehingga diganti dengan
UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. UU tersebut
mempertegas perlindungan tenaga kerja terhadap aspek K3 sebagaimana
termaktup dalam Pasa 86 dan 87 UU RI No. 13 Tahun 2003.
a. Pasal 86
1) Ayat (1): Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
248

2) Ayat (2): Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna


mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pasal 87 Ayat (1): Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Aturan keselamatan kerja secara khusus sudah ada sejak masa
kolonial Belanda. Aturan tersebut dikenal dengan Veiligheids Reglement
(VR) Tahun 1910 (diundangkan dalam Lembaran Negara No. 406 Tahun
1910). Undang-Undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-Undang
(UU) No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Safety Act) mengingat
VR sudah tidak mampu menghadapi perkembangan industri yang tidak
lepas dengan penggunaan mesin, pealatan, pesawat, instalasi dan bahan
baku dalam rangka mekanisasi, elektrifikasi, dan modernisasi untuk
meningkatkan intensitas dan produktivitas kerja. Disamping itu,
pengawasan VR bersifat represif yang kurang sesuai dan tidak mendukung
perkembangan ekonomi, penggunaan sumber-sumber produksi, dan
penanggulangan kecelakaan kerja serta alam negara Indonesia yang
merdeka. Penetapan UU No. 1 Tahun 1970 berdasarkan pada UU No. 14
Tahun 1969 Pasal 9 dan 10 dimana pengawasannya yang bersifat preventif
dan cakupan materinya termasuk aspek kesehatan kerja. Dengan demikian
UU No. 1 Tahun 1970 merupakan induk dari peraturan perundang-
undangan K3.
3. Tujuan dan Ruang Lingkup UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mempunyai tujuan
memberikan perlindungan atas keselamatan pekerja, orang lain yang
memasuki area kerja, dan sumber-sumber produksi dapat digunakan dengan
aman, efektif, dan efisien. Sedangkan ruang lingkup UU Keselamatan Kerja
ini meliputi tempat kerja di darat, dalam tanah, permukaan air, dalam air,
249

dan di udara dengan terdapat unsur dilakukan usaha, tenaga kerja yang
bekerja, dan sumber bahaya.
4. Materi UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Materi UU Keselamatan Kerja lebih dominan berisi tentang hak dan
atau kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus (manajemen) dalam
melaksanakan K3. Berikut adalah pokok-pokok materi dari UU
Keselamatan Kerja.
a. Hak Tenaga Kerja ditetapkan dalam Pasal 12 Huruf (d) dan (e)
- Huruf d: Meminta pada pengurus agar dilaksanakan
semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
- Huruf e: Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dipertanggungjawabkan.
b. Kewajiban tenaga kerja ditetapkan dalam Pasal 12 Huruf (a),
(b), dan (c)
- Huruf a: Memberikan keterangan yang benar bila
diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja.
- Huruf b: Memakai alat-alat perlindungan diri yang
diwajibkan,
- Huruf c: Memenuhi dan mentaati syarat-syarat
keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang
diwajibkan.
c. Kewajiban pengusaha/pengurus
1. Pasal 3 Ayat (1): Melaksanakan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
250

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b) Mencegah, mengurangi, dan memaadmkan
kebakaran.
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d) Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan
diri pada waktu lebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya.
e) Memberikan pertolongan pada kecelakaan.
f) Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para
pekerja.
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebarluasnya suhu, kelebaban, debu, kotoran,
asap, gas, dan hembusan.
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik mauun psikis, peracunan,
infeksi dan penularan.
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang
cukup .
k) Menyelenggarakan penyegaeab udara yang cukup.
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja,
lingkungan, cara kerja, dan porses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkat muat, perlakuan, dan penyimpanan
barang.
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis
bengunan.
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
251

q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan


pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaan kerja
menjadi lebih tinggi

2. Pasal 8
a) Ayat (1): Pengurus diwajibkan memeriksa
kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.
b) Ayat (2): Pengurus diwajibkan memeriksa semua
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
3. Pasal 9
a) Ayat 1: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: -
kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang
dapat timbul dalam tempat kerja, - semua
pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerja, - alat-alat
perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan, - cara-cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Ayat (2): Pengurus hanya dapat mempekerjakan
tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat-syarat tersebut diatas.
c) Ayat (3): Pengurus diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
252

dibawah pimpinannya, dalam pencegahan


kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula
dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
d) Ayat (4): Pengurus diwajibkan memenuhi dan
mentaati semua syaratsyarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat
kerja yang dijalankan.
4. Pasal 10 Ayat (1): Menteri Tenaga Kerja berwenang
membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) guna memperkembangkan kerjasama, saling
pengertian, dan partisipasi efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
untuk melaksanakan tugas kewajiban bersama di bidang
K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
5. Pasal 11 Ayat (1): Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
6. Pasal 14: Pengurus diwajibkan
a) secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, semua syarat-syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai
undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
253

b) memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya


semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
c) menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setipa orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai denfan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja.

PEMBELAJARAN III
ALAT PELINDUNG DIRI
A. KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR:
1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama
dalam bidang busana.
2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan
INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran III ini,
petugas filing diharapkan :
1. Mampu menjelaskan berbagai macam alat pelindung diri (APD)
terutama dalam bidang busana.
2. Mampu menjelaskan pentingnya penggunaan APD dalam
pekerjaan
254

B. MATERI
ALAT PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan
saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh
pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia
(http://id.wikipedia.org/wiki/alat_pelindung_diri).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai pada yang paling berat. Untuk menghindari risiko dari
kecelakaan dan terinfeksinya petugas laboratorium khususnya pada laboratorium
kesehatan sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan seperti pemakaian APD,
apabila petugas filing tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar
kemungkinan petugas filing terjadi kecelakaan kerja
1. Alat Pelindung Diri
Jenis APD adalah banyak macamnya menurut bagian tubuh yang
dilindunginya (Suma’mur PK, 1989: 296). Penggunaan alat pelindung
diri di rumah sakit ditentukan berdasarkan kesesuaian dengan potensi
bahaya yang ada. Beberapa alat pelindung diri yang dapat dipilih
sesuai jenis dan tempat kerja antara lain
(http://id.wikipedia.org/wiki/alat_pelindung_diri):
a. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, tapi dari
bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kaki karena tertimpa benda tajam atau berat dll.
b. Sarung Tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada
saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan
cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
255

c. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang


dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk
(misal berdebu, beracun).
2. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
salah satu usaha dalam melindungi tenaga kerja di tempat kerja
/praktikan di laboratorium sehingga dapat mencapai produktivitas
yang optimal. Salah satu wujud dari penerapan K3 adalah dengan
menggunakan APD secara disiplin. Pengunaan APD merupakan suatu
kewajiban. Pemanfaatan APD oleh tenaga kerja/praktikan sampai saat
ini masih merupakan masalah rumit dan sulit dipecahkan. Hal ini
karena faktor disiplin tenaga kerja/praktikan yang masih rendah.
Tujuan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk
melindungi tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan
penyakit atau kecelakaan kerja, sehingga penggunaan alat pelindung
diri memegang peranan penting. Hal ini penting dan bermanfaat bukan
saja untuk tenaga kerja tetapi untuk perusahaan (Septina, 2006).
a. Manfaat APD bagi petugas:
1) Petugas dapat bekerja dengan perasaan lebih aman
untuk terhindar dari bahaya-bahaya kerja.
2) Dapat mencegah kecelakan akibat kerja.
3) Petugas dapat memperoleh derajat kesehatan yang
sesuai hak dan martabatnya sehingga petugas akan
mampu bekerja secara aktif dan produktif.
4) Petugas bekerja dengan produktif sehingga
meningkatkan hasil produksi/prakteknya. Khusus bagi
petugas, hal ini akan menambah keuntungan bagi
tenaga kerja yaitu berupa kenaikan gaji atau jaminan
sosial sehingga kesejahteraan akan terjamin
b. Manfaat APD bagi rumah sakit:
256

1) Meningkatkan produksi dan mutu pelayanan rumah


sakit
2) Menghindari hilangnya jam kerja akibat absensi tenaga
kerja
3) Penghematan biaya terhadap pengeluaran ongkos
pengobatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
3. Penatalaksanaan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh bagi perusahaan/
laboratorium yang hendak menerapkan penggunaan APD. Langkah-
langkah tersebut antara lain:
a. Menyusun kebijaksanaan penggunaan dan pemakaian APD
secara tertulis, serta mengkomunikasikannya kepada semua
petugas.
b. Memilih dan menempatkan jenis APD yang sesuai dengan
potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja.
c. Melaksanakan program pelatihan penggunaan APD untuk
meyakinkan petugas agar mereka mengerti dan tahu cara
menggunakannya.
d. Menerapkan penggunaan dan pemakaian APD serta
pemeliharaannya secara berkala.
4. Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri
Induk dari peraturan perundang-undangan K3 adalah Undang-
Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja atau bisa
disebut dengan UU K3. Karena APD merupakan salah satu
perwujudan dari K3 maka dasar hukum APD adalah UU K3 yang
memang telah mengatur tentang APD.
UU K3 menetapkan syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
berkaitan dengan alat pelindung diri kepada pekerja. Pasal 9 Ayat (1)
UU K3 mewajibkan manajemem perusahaan untuk menunjukkan dan
menjelaskan:
257

a. Kondisi-kondisi dan bahaya serta yang dapat timbul dalam


tempat kerjanya.
b. Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Pada Pasal 12 (b) UU K3 mengatur mengenai kewajiban dan hak
tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri. Sedangkan Pasal
14 (c) memerintahkan manajemen perusahaan untuk menyediakan
secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau keselamatan kerja.
Sedangkan peraturan lainnya yang mengatur tentang APD salah
satunya adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Permenakertrans tersebut mengatur APD sebagimana termuat pada
Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (1).
a. Pasal 1 ayat (2) tentang Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja:
“Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan
yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja”
b. Pasal 2 ayat (1) tentang Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan
Kerja: “Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja” Pemilihan alat pelindung diri yang
diperlukan dan zat gizi serta penyelenggaraan makanan
ditempat kerja”
258

PEMBELAJARAN IV
PEMADAMAN KEBAKARAN
A) KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR:
1. Menguasai penyebab terjadinya kebakaran.
2. Memahami prinsip pemadaman kebakaran.
INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran VIII ini,
mahasiswa diharapkan:
1. Mampu menjelaskan penyebab terjadinya kebakaran
berdasarkan konsep segitiga api,
2. Mampu menjelaskan kategorisasi/kelas kebakaran,
3. Mampu menjelaskan prinsip pemadaman kebakaran dan
pemilihan alat pemadam yang tepat.

B) MATERI
PEMADAM KEBAKARAN
1. Pengertian
Kebakaran Api adalah suatu reaksi kimia yang merupakan hasil
dari bertemunya unsur oksigen (O2), bahan bakar dan panas.
Ketiganya ini dikenal dengan segitiga api. Panas yang menyebabkan
terjadinya api adalah panas dengan tingkat suhu tertentu tergantung
bahan yang ada. Oksigen adalah unsur yang menyempurnakan
terjadinya api. Dengan meniadakan salah satu dari ketiga bahan
tersebut maka api akan padam. Jadi, untuk tindakan preventif maka
kita harus mencegah bertemunya ketiga bahan tersebut. Kebakaran
dapat digolongankan menjadi beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C dan
D dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kelas A (Solid Fire) Kebakaran kelas A merupakan kebakaran
yang terjadi pada bahan-bahan seperti kayu, kertas, sampah, dan
259

kain. Media yang dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran


kelas A adalah air dan debu kering.
b. Kelas B (Liquid Fire) Kebakaran kelas B merupakan kebakaran
yang terjadi pada zat cair yang mudah terbakar seperti minyak,
cat, vernis. Pemadaman kebakaran kelas B dapat dilakukan
dengan menggunakan media debu kering, buih/soda dan
varpourising liquid.
c. Kelas C (Gas and Stim Fire) Kebakaran kelas C merupakan
kebakaran yang terjadi pada gas seperti butana, propane, oxy
acetalane, gas (LPG). Pemadaman kebakaran kelas C dapat
dilakukan dengan menggunakan media debu kering, karbon
dioksida (CO2) dan varpourising liquid.
d. Kelas D (Metal Fire) Kebakaran kelas D merupakan kebakaran
yang terjadi pada unsur-unsur logam seperti potassium, sodium,
kalsium, titanium dan magnesium. Pemadaman kebakaran kelas
D dapat dilakukan dengan menggunakan media soda abu, pasir,
debu kering dan powder.
2. Pemadaman Kebakaran
Pada dasarnya cara kerja dari memadamkan api adalah membantu
untuk meniadakan atau menghilangkan salah satu atau lebih dari ketiga
unsur segitiga api. Oleh karena itu perlu sekali untuk mempunyai
pengetahuan mengenai bagaimana memilih alat pemadam api yang
tepat. Berikut adalah tabel pemilihan bahan/media pemadam api
berdasarkan bahan yang akan diproteksi.
Berikut dijelaskan lebih lanjut tentang alat pemadam kebakaran jenis
air, debu kering, gas, dan buih/busa.
a. Alat pemadam kebakaran jenis air Kandungan alat pemadam
kebakaran ini adalah air biasa. Untuk alat pemadam kebakaran
air dengan volume air sekitar 9 liter, jarak semprotan dapat
260

mencapai 20-25 inch selama 60-120 detik. Kelebihan alat


pemadam kebakaran air (portable) antara lain:
1) mudah dikendalikan,
2) dapat digunakan untuk memadamkan api pada awal
kebakaran,
3) zat cair yang digunakan tidak berbahaya.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
1) hanya dapat digunakan sekali,
2) tidak cocok untuk memadamkan kebakaran yang terjadi
pada alat elektronik dan unsur logam.
3) tidak dapat diletakkan ditempat yang suhunya dingin dan
dapat membeku.
4) tidak dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran besar.

b. Alat pemadam kebakaran jenis debu kering Alat pemadam tipe


ini berisi sodium bikarbinat 97%, magnesium steaote 1,5%,
magnesium karbonat 1%, trikalsium karbonat 0,5%. Untuk alat
yang portable, jarak semprotan dapat mencapai 15-20 inch
dengan waktu semprotan hingga 2 menit. Kelebihan alat
pemadam kebakaran debu kering (portable) antara lain:
1) mudah dikendalikan,
2) dapat untuk memadamkan kebakaran kelas A, B, dan C,
dengan efektif,
3) pemadamannya lebih efektif jika dibandingkan dengan alat
pemadam kebakaran jenis CO2 dan BCF.
4) semprotannya menggunakan release handle.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
1) hanya dapat digunakan sekali,
2) debunya dapat merusak bahan-bahan tertentu seperti mesin
motor dan bahan makanan,
261

3) tidak dapat untuk memadamkan kebakaran pada unsur


logam,
4) tidak dapat diletakkan ditempat yang suhunya dingin dan
dapat membeku,
Hal yang perlu diperhatikan adalah penempatan alat
pemadam kebakaran ini hendaknya diletakkan di tempat yang
mudah terlihat dan dijangkau. Alat sebaiknya digantung
sehingga tidak rusak pada tabung dan isinya. Pemeriksaan
hendaknya dilakukan setiap bulan. Pastikan preasure guage
menunjukkan kandungan penuh (hijau berarti penuh dan
merah berarti kosong) dan apabila tekanan udara kurang
sebaiknya diserviskan.

c. Alat pemadam kebakaran jenis gas (CO2 dan BCF)


Alat pemadam ini berisi cairan CO2 dalam tekanan dan
mempunyai ukuran berat antara 2 hingga 5 ibs. Jarak semprotan
dapat mencapai 8-12 inch dengan waktu semprotan hanya 8-30
detik. Kelebihan alat pemadam kebakaran gas (portable) antara
lain:
1) mudah dikendalikan,
2) dapat untuk memadamkan pada awal kebakaran dengan
efektif,
3) gasnya bersih dan tidak membantu kebakaran,
4) gasnya tidak mengalirkan listrik,
5) dapat dikenakan pada tempat-tempat yang mempunyai
permukaan kecil, Sedangkan kekurangannya antara lain:
1) hanya dapat digunakan sekali,
2) berat tabung ridak sepadan dengan kandungan gas
(pada berat tabung 5,3 kg hanya mempunyai berat gas 2,2 kg
saja),
262

3) kandungan gas tidak dapat dilihat, sehingga perlu


ditimbang secara reguler untuk menghindari kekurangan gas
hingga 10%.
4) tidak dapat untuk memadamkan kebakaran kelas A, B,
dan D.
5) tidak dapat untuk memadamkan kebakaran yang sudah
terlalu besar.

d. Alat pemadam kebakaran jenis buih/busa (foam)


Alat pemadam jenis buih/busa ini cocok untuk memadamkan
kebakaran kelas B karena fungsinya yang menyelimuti dan
menurunkan suhu dibawah suhu api (mendinginkan). Alat ini
biasanya mempunyai 2 (dua) tabung yaitu tabung dalam
(alumunium sulphate) dan tabung luar (sodium
bikarbinate/stabilizer). Jarak semprotan yang dipunyai alat ini
berkisar 20 inch dengan lama semprotan 30-90 detik.
Kelebihan alat pemadam kebakaran gas (portable) antara lain:
1) mudah dikendalikan,
2) buih/busa dapat menutup permukaan cair dan menyekat
oksigen sehingga dapat mengurangi kebakaran,
3) tidak terganggu oleh tiupan angin,
4) dapat digunakan untuk memadamkan api pada awal
kebakaran dengan efektif.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
1) hanya dapat digunakan sekali
2) tidak dapat memadamkan kebakaran kelas A, C, dan D
3) jika pencampuran bahan kimianya tidak sempurna, maka
buih tidak dapat memadamkan kebakaran dengan efektif
263

4) tidak sesuai digunakan bersama dengan alat pemadam


kebakaran jenis dry powder karena powder akan
memecahkan buih.

Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan PKL di RSAL Surabaya

Anda mungkin juga menyukai