Anda di halaman 1dari 13

CERMIN DATAR

BAHAN TAMBAHAN KULIAH OPTIK


MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP NURUL HUDA

Pengampu: Effendi, M.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permukaan datar pada cermin adalah permukaan yang mempunyai

permukaan bidang pantul yang datar atau menghasilkan pemantulan yang

teratur. Kaca atau cermin datar adalah salah satu contoh alat optik yang memiliki

permukaan datar. Alat optik dapat bekerja jika terdapat cahaya. Cahaya

merupakan gelombang transversal sehingga dapat mengalami gejala-gejala

gelombang pada umumnya, seperti pemantulan, pembiasan, pelenturan,

peruraianpemaduan atau penjumlahan dan pengkutuban.

Makalah ini membahas bagaimana gejala-gejala pemantulan pada

permukaan datar khususnya pada cermin datar. Pemantulan adalah

pengembalian seluruh atau sebagian dari suatu berkas cahaya yang bertemu

dengan bidang batas antara dua medium. Jenis pemantulan pada permukaan

datar adalah pemantulan teratur (jelas).

1.2 Rumusan Masalah

1
Bagaimana pemantulan pada permukaan datar atau pada cermin datar ?

Dengan rincian masalah :

1.2.1 Bagaimana hukum pemantulan pada cermin datar ?

1.2.2 Bagaimana pembentukan bayangan pada cermin datar ?

1.2.3 Bagaimana pembesaran lateral pada cermin datar ?

1.3 Pembatasan Masalah

1.3.1 Permukaan datar yang dibahas adalah cermin datar.

1.3.2 Pemantulan cahaya pada cermin datar, sifat –sifat bayangan yang

dihasilkan, dan pembentukan bayangan pada cermin datar.

1.4 Tujuan Pembahasan

1.4.1 Mengetahui hukum pemantulan pada cermin datar.

1.4.2 Mengetahui pembentukan bayangan pada cermin datar.

1.4.3 Mengetahui pembesaran lateral pada cermin datar.

1.5 Manfaat Pembahasan

1.5.1 Mengetahui pola pembentukan bayangan pada permukaan datar (cermin

datar) dengan menggunakan hukum pemantulan pada cermin datar.

2
1.5.2 Mengetahui kegunaan cermin datar dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.3 Mengetahui pembesaran lateral pada cermin datar.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemantulan Cahaya

Proses mata dapat melihat suatu benda dikarenakan benda tersebut

memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata. Sebagian besar benda-benda

tidak memancarkan cahaya seperti meja, kertas, dan manusia sendiri. Sehingga

apa yang dapat dilihat tergantung pada sifat cahaya. Optika geometri adalah

cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang mempelajari sifat-sifat

perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasan dan prinsip jalannnya sinar.

Berdasarkan arah sinar pantulnya, pemantulan dibedakan menjadi 2 macam

2.1.1 Pemantulan Teratur

3
Pemantulan teratur terjadi jika seberkas cahaya mengenai permukaan

bidang pantul yang rata, licin, dan mengkilat. Misalnya kaca cermin. Berkas sinar

pantul pada pemantulan teratur arahnya teratur sehingga menyilaukan mata.

Namun, pemantulan teratur juga mempunyai keuntungan yaitu akan membentuk

bayangan yang sama persis dengan bayangan benda aslinya.

2.1.2 Pemantulan Baur (difus)

Pemantulan baur atau difus terjadi apabila seberkas cahaya mengenai

permukaan bidang pantul yang kasar atau tidak rata, misalnya kayu, tembok dan

tanah.

2.2 Pemantulan Cahaya Pada Permukaan Datar (Cermin Datar)

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantul berupa bidang datar.

Pada setiap titik diperlukan minimal ada dua sinar yang bertemu untuk

menggambarkan bayangan pada cermin datar.

2.2.1 Hukum Pemantulan

4
Hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, sudut datang dan sudut

pantul telah diselidiki oleh Willebroad Snellius (1591-1626). Hasil

penyelidikannya dinamakan hukum pemantulan yang menyatakan:

1. Sinar datang, garis normal, sinar pantul terletak pada satu bidang datar.

2. Besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul ( )


Sinar datang Normal Sinar pantul

Cermin datar

Gambar 1.1 Skema Hukum Pemantulan


Keterangan N = garis normal (garis tegak lurus terhadap bidang pantul
= sudut datang
= sudut pantul

Pembentukan bayangan pada cermin datar dinyatakan pada Gambar 1.2

5
Gambar 1.2 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar

s s’

A A’

Gambar 1.3 Pembentukan Bayangan Benda Kecil Pada Cermin Datar

Keterangan : A = Benda
A’= Bayangan
S = jarak benda terhadap permukaan cermin datar S’ =
jarak bayangan terhadap permukaan cermin

Membahas besaran-bessaran pemantulan pada cermin datar, untuk menggambar

pembentukan bayangan diperlukan minimal dua buah sinar.

Secara visual benda nyata adalah benda yang terletak di depan cermin

sedangkan benda maya terletak di belakang cermin. Bayangan nyata adalah

bayangan yang nyata dapat dilihat jika ditangkap dengan layar. Sedangkan

bayngan maya adalah bayangan yang dapat dilihat melalui cermin.

Secara grafis bayangan nyata adalah bayangan yang dibentuk dari

pertemuan sinar datang dan sinar pantul (didatangi sinar pantul).

6
Sedangkan bayangan maya apabila bayangan terbentuk dari pertemuan

sinar datang dengan perpanjangan sinar pantul (ditinggalkan sinar pantul).

3 Perbesaran Lateral

Perbesaran lateral pada cermin datar merupakan perbandingan antara

tinggi bayangan dengan tinggi benda. Dinyatakan dalam persamaan:

m = m1 = =
Keterangan: m = m1 = perbesaran lateral

h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
s’ = jarak bayangan terhadap cermin
s = jarak benda terhadap cermin
Tanda minus (-) menunjukkan letak bayangan dibelakang
cermin dan bersifat maya.
Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar bersifat maya dan simetris yaitu

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin (s =s’).

2. Bayangan dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar pantul

dan terletak di belakang cermin sehingga jarak bayangan ke cermin

bertanda negatif (-).

3. Bayangan maya yaitu bayangan yang tidak dapat ditangkap oleh layar.

4. Tinggi atau besar bayangan sama dengan tinggi atau besar benda.

5. Bayangan yang dibentuk bersifat tegak.

6. Bayangan berhadapan dengan bendanya tetapi saling berkebalikan.

7
4 Bayangan Antara Dua Buah Cermin Datar

Dua buah cermin datar yang dirangkai membentuk sudut-sudut tertentu

dapat menghasilkan bayangan lebih dari satu. Banyaknya bayangan

(n) bergantung pada besar sudut ( ) yang dibentuk oleh kedua cermin datar

tersebut.

Hal tersebut dirumuskan:

n= +m
untuk m = -1 jika adalah genap

untuk m = 0 jika adalah ganjil

Apabila sudut yang dibentuk susunan dua cermin besarnya tidak dapat tepat

dibagi 360 derajat dengan banyaknya bayangan dapat dihitung

dengan persamaan berikut.

n= +
Keterangan: = sudut antara dua cermin (pertemuan cermin)

= sudut terkecil antara benda dan susunan cermin

Cermin datar 2

8
Cermin datar 1

Keterangan: = sudut antara dua cermin (pertemuan cermin)

= sudut terkecil antara benda dan susunan cermin

Gambar 1.4 Dua Cermin Datar Disusun Membentuk Sudut Sembarang

Contoh Soal:

1. Berapa banyak bayangan jika dua buah cermin datar disusun sehingga
0
membentuk sudut 60 ?

Penyelesaian:
Diketahui dua buah cermin datar 0
= 60

Ditanyakan n = ?

n= -1
n= -1

9
n=6-1

n=5

Jadi, ada 5 bayangan yang terbentuk

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum pemantulan pada cermin datar:

1. Sinar datang, garis normal, sinar pantul terletak pada satu bidang datar.

10
2. Besar sudut datang sama dengan besar sudut pantul ( )

Sinar datang Normal Sinar pantul

Cermin datar

Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar bersifat maya dan simetris yaitu

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin (s =s’).

2. Bayangan dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar pantul

dan terletak di belakang cermin sehingga jarak bayangan ke cermin

bertanda negatif (-).

3. Bayangan maya yaitu bayangan yang tidak dapat ditangkap oleh layar.

4. Tinggi atau besar bayangan sama dengan tinggi atau besar benda.

5. Bayangan yang dibentuk bersifat tegak.

6. Bayangan berhadapan dengan bendanya tetapi saling berkebalikan.

3.2 Saran

Pemantulan pada cermin datar adalah pemantulan teratur atau

pemantulan jelas. Pemantulan ini dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari

untuk bercermin, konsep pemantulan pada proyektor, dan digunakan dalam alat

optika lainnya. Dalam penyusunan makalah ini penulis terdapat kekurangan

dalam penyusunan. Penulis mengharapkan saran dan kritik

11
membangun untuk tercapainya kesempurnaan materi permukaan datar

dalam optika. Atas saran dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.

12
Daftar Pustaka

Bob Foster, 2000. Fisika SMU Kelas Dua. Jakarta: Erlangga.

Jack Challoner, 2000. Jendela Iptek: Optik. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutrisno, 1983. Fisika Dasar Optika. Bandung: Penerbit ITB.

Tim Penyusun, 1998. Calon Ilmuwan: Menyelidiki Alat-Alat Optik. Jakarta:


Tira Pustaka

Tim Penyusun, 2000. Fisika 2B. Klaten: Intan Pariwara.

13

Anda mungkin juga menyukai