Anda di halaman 1dari 21

SURVEY HIDROGRAFI

MENGETAHUI CARA KERJA ALAT NAVIGASI


SANGAT MEMBANTU KITA DALAM
MENJALANKAN TUGAS.mAUPUN MENGETAHUI
KEADAAN ALUR DAN SEKITAR PELAYARAN
MEMBUAT KITA MERASA AMAN UNTUK
MELAKUKAN PERJALANAN.

Tentang Hidrografi
SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR
PELAYARAN
Friday, 21 January 2011 11:09 Nopindra Irawan
(pi3n_k3r3n@yahoo.com) Tentang Hidrografi
E-mail Print PDF

SURVEY HIDROGRAFI UNTUK MONITORING ALUR


PELAYARAN

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada


sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan
pemeliharaan secara rutin untuk menjaga
keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan
pelayaran tersebut. Bahaya terjadinya kecelakaan
pada pelayaran memberikan dampak yang sangat
luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal
yang bersangkutan namun pada kapal pengangkut
bahan-bahan cair lainnya yang mengalami musibah
tenggelam dan terbawa arus laut, sehingga
pengotoran/polusi laut akan menyebar luas
ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian.

Pemeliharaan alur pelayaran dapat dilakukan


dengan melaksanakan survey hydrografi secara
berkala, Dengan alat GPS serta menggunakan
metode differensial real time kinematik dapat
membantu kegiatan survey secara cepat dan tepat
di bandingkan dengan memakai peralatan yang
konvensional seperti busur sextan, theodolite, dan
alat bantu lainnya. Penggunaan metode differensial
real time kinematik dapat menentukan posisi kapal
secara teliti dalam waktu yang sangat singkat,
sekaligus menentukan arah dan kecepatan kapal
untuk melakukan survey.
Dengan memakai cara ini dapat mempersingkat
pelaksanaan dan pemrosesan data dengan tingkat
akurasi 1-3 meter, untuk pelaksanaan survey kolam
pelabuhan saja dapat diselesaikan dengan waktu
kurang lebih 7 hari sampai 12 hari dengan syarat
tidak terjadi gangguan koneksi alat. Karena metode
ini sudah memakai peralatan yang komputerise,
sehingga pemrosesan datanya memiliki waktu yang
lebih singkat dari pelaksanaan surveynya, dengan
perbandingan 70:30 (70% untuk pelaksanaan
survey dan 30% untuk pemrosesan data). Seiring
perkembangan jaman, metode differensial real time
kinematik cukup cepat dan tepat dalam
pelaksanaan survey hydrografi, tetapi untuk
ketelitian dapat di tingkatkan dengan menggunakan
metode differensial yang terdapat di GPS. Hasil
yang di dapat untuk penggunaan metode ini
memiliki ketelitian 3 – 50cm tergantung dari
pemrosesan data akhirnya.

Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi


jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah
pelabuhan dengan aman dan mudah dalam
memasuki kolam pelabuhan. Fungsi lain dari alur
pelayaran adalah untuk menghilangkan kesulitan
yang akan timbul karena gerakan kapal kearah atas
(minimum ships maneuver activity) dan gangguan
alam, maka perlu bagi perencanaan untuk
memperhatikan keadaan alur pelayaran (ship
channel) dan mulut pelabuhan (port entrance). Alur
pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang
akan dilayani (panjang, lebar, berat, dan kecepatan
kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung
alur yang berkaitan dengan besar jari – jari alur
tersebut. Karena perbedaan antara perkiraan dan
realisasi sering terjadi, maka penyediaan alur perlu
dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-
kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik
alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik
yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal
nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan
semakin meningkatnya perekonomian dunia maka
penggunaan transportasi laut semakin padat,
khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan
kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti
pelabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas
pelayaran yang dapat menimbulkan resiko tinggi
untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa
tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran
lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di
kedalaman yang dangkal.

Untuk pemeliharaan alur pelayaran biasanya


dilakukan pengerukan secara berkala, perencanaan
pengerukan tersebut memerlukan data-data
keadaan permukaan dasar laut untuk dapat
diketahui berapa volume rencana pengerukan.
Survey hydrografi sangat penting peranannya
untuk perencanaan pengerukan tersebut, karena
hasil survey tersebut berupa data-data keadaan
permukaan dasar laut yang disajikan berupa peta.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan survey hydrografi


ini adalah

a. Survey pendahuluan
Tahapan survey pendahuluan akan dimulai dengan
melakukan orientasi di lokasi survey yang telah
direncanakan serta mengadakan pengamatan
terhadap aspek-aspek penting yang berhubungan
dengan pelaksanaan survey. Adapun langkah dalam
survey pendahuluan yang akan dilakukan sesuai
dengan spesifikasi teknis adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi tugu/BM (Benchmark) referensi yang


akan dipakai acuan dalam pekerjaan adalah tugu
orde 1 atau 2 yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal
dan BPN.

2. Identifikasi lokasi stasiun pasang surut terdekat


ke lokasi survey.

3. Identifikasi dan pemilihan lokasi-lokasi rencana


pemasangan tugu (BM) dan stasiun pasut disekitar
lokasi survey.

4. Penentuan lokasi awal dimana pengukuran


sounding akan dimulai.
5. Mengisi formulir survey serta membuat deskripsi
informasi pencapaian lokasi titik BM dan stasiun
pasut yang ada maupun rencana, serta informasi-
informasi lainnya yang dianggap penting.

b. Penyediaan titik kontrol horizontal

Penentuan jaring kontrol horizontal bertujuan untuk


menyediakan titik referensi bagi kegiatan pekerjaan
selajutnya sehingga berada dalam satu sistem
koordinat. Agar sistem koordinat ini terikat pada
sistem kerangka dasar nasional maka perlu
diikatkan pada titik tetap Bakosurtanal yang telah
menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN-
95) yang ditetapkan tahun 1996 dan merupakan
datum yang mengacu pada datum Internasional
WGS-84.

c. Pengamatan pasang surut

Fonomena pasang surut laut didefinisikan sebagai


gerakan vertikal dari permukaan laut yang terjadi
secara periodik. Adanya fonomena pasut berakibat
kedalaman suatu titik berubah-ubah setiap waktu.
Untuk itu dalam setiap pekerjaan survey hydrografi
perlu ditetapkan suatu bidang acuan kedalaman
laut yang disebut Muka Surutan/Chart Datum.

Tujuan dari pengamatan pasut ini selain untuk


menentukan muka surutan juga untuk menentukan
koreksi hasil ukuran kedalaman.

Survey Hidrografi

Dari gambar di atas diperoleh hubungan sebagai


berikut :

rt= (Tt-Ho+Zo)
Dengan :

rt = besarnya reduksi pasut yang diberikan kepada


hasil pengukuran kedalaman pada –t

Tt = kedudukan pengukuran laut sebenarnya pada


waktu –t

Ho = keadaan permukaan laut rata-rata

Zo = kedalaman muka surutan di bawah MSL

d. Penentuan posisi horizontal titik fix


menggunakan GPS dengan metode differensial real
time kinematik

Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang


pada titik kontrol darat dengan ketelitian tinggi
yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan
akan berfungsi sebagai Referensi_Station
sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal
survey dan berfungsi sebagai Rover_Station.
Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi
Station akan menghasilkan koordinat baru yang
berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya
perbedaan nilai ini dinamakan sebagai koreksi
differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit.
Melalui gelombang UHF data link dalam format
standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat
dari Referensi Station ke Rover Station melalui
antena defferensial untuk kemudian di aplikasikan
pada tiap signal satelit yang diterima oleh Rover
Station. Dengan cara ini maka secara real time nilai
koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan
ketelitian yang optimal (cm sd. submeter ) untuk
penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan
hydrografi.

Survey Hidrografi
Sebelum pelaksanaan pengamatan posisi titik fix
dimulai terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi:

A. PERSYARATAN KONSTELASI SETELIT GPS :

1. Minimum 4(empat) buah satelit GPS diamati


secara bersamaan.

2. Nilai PDOP < 5 3. Elevation Mask receiver GPS di


set 15° B. PERSYARATAN SISTEM DGPS 1. Mampu
melakukan multi hitungan secara paralel 2. Bisa
menanpilkan grafik PDOP dalam Time Series,
Parameter Tinggi (H) dan Nomor Satelit (NSAT)
untuk periode 1 jam s/d 24 jam. 3. Bisa
menampilkan pesan/warning terhadap sistem yang
digunakan. 4. Data storage di user dapat dipilih
berdasarkan interval waktu. 5. Mempunyai
kemampuan untuk mereplay dan menghitung
kembali semua data hasil pengamatan. 6. Data
hasil pengukuran harus disimpan dalam format
NMEA yang disyaratkan. Pada pelaksanaan
pengukuran posisi dengan teknik differensial real
time kinematik peralatan yang digunakan adalah: *
DGPS * GPS Navigasi * RFM96 Radio Modem Pacific
Crest + Antena telemetri * Echosounder digital *
Tranducer * Plat baja untuk Bar check * Laptop *
Hypack Software pengolah data GPS untuk navigasi
* Kapal Survey Untuk penyetingan alat dan data
referensi adalah sebagai berikut : 1. Setting alat di
stasiun kontrol darat terdiri dari DGPS + RFM96
Pacific Crest + Antena GPS + Antena Telemetri .
Antena GPS dipasang pada statif dititik kontrol GPS
yang dipakai, sedangkan antena telemetri dipasang
di atas menara yang dibuat cukup tinggi di atas titik
kontrol GPS yang dipakai. Setelah seting alat
selesai masukkan nilai posisi titik stasiun kontrol
GPS tersebut. 2. Seting alat di kapal (on board)
terdiri dari DGPS + RFM96 Pacific Crest + Antena
GPS + Antena Telemetri. 3. Masukan semua
parameter penentuan posisi pada receiver GPS dan
komputer, seperti informasi sbb: * Parameter
Datum yang dipakai (jika diinginkan datum lokal ) *
Nilai Datum Shift (jika diinginkan datum lokal ) *
Sistem Proyeksi Peta yang dipakai * Nilai offset
antena GPS terhadap Transducer
(forward,starboard) Sistem DGPS di kapal yang
telah terintegrasi dengan komputer akan dijalankan
oleh Hypack software guna melakukan navigasi dan
aquisisi data posisi setiap saat dalam sistem user
(X,Y) dengan datum WGS-84. Posisi yang
dihasilkan ini masih dipengaruhi oleh beberapa
kesalahan sistematik. Melalui koreksi differential
(dX,dY) yang dihasilkan oleh sistem DGPS di
stasiun kontrol darat kemudian dihantarkan ke
antena differential di kapal dan dikoreksikan pada
data posisi sehingga diperoleh nilai data posisi yang
terkoreksi dan ditampilkan secara real time pada
monitor baik dalam bentuk grafik atau numerik.
Dengan cara demikian maka akhirnya kita dapat
menentukan koordinat titik fix dan juga informasi
lainnya seperti jarak offline, jarak yang sudah
ditempuh, jarak keakhir lajur, dll. Survey Hidrografi
Sounding adalah penentuan kedalaman dasar laut
yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
kondisi topografi dasar laut. Alat yang akan
digunakan adalah digital echosunder. Sinkronisasi
data kedalaman dan posisi horizontal dilakukan
secara otomatis oleh firmware (software yang
berada di dalam alat) . Pada proses perekaman,
data posisi direkam dengan interval setiap dua
detik (Fix Position Record) dan semua data
kedalaman direkam dengan kecepatan 6 ping per
detik. Pemasangan peralatan sounding dipasang
dan dipastikan bahwa peralatan dipasang pada
posisi yang aman dan kuat terhubung dengan kapal
(terutama transducer dan antena). Konstruksi
transducer akan dibuat sedemikian rupa sehingga
transducer benar-benar dapat dipasang tegak lurus
bidang permukaan laut. Transducer akan dipasang
pada sisi luar di tengah-tengah bagian buritan dan
haluan dengan kedalaman yang sesuai sehingga
apabila kapal bergerak vertikal akibat gelombang,
bagian bawah transducer tetap berada di bawah
permukaan air. Setelah transducer dipasang
dengan baik maka selanjutnya dilakukan kalibrasi
(bar check). Bar check dilakukan dengan cara
menenggelamkan sebuah plat baja/besi di bawah
transducer dengan menggunakan kabel baja yang
diberi tanda setiap lima meter sampai 20 m. Plat
baja dengan kedalaman yang sudah ditentukan
kemudian menjadi pembanding bacaan
echosunder. Kalibrasi dilakukan dengan cara
merubah kecepatan suara di air sedemikian rupa
sehingga bacaan echosounder sama dengan
panjang tali baja. Pengubahan kecepatan dilakukan
dengan cara menginput secara digital melalui
keypad echosounder. Kalibrasi akan dilakukan pada
kedalaman yang berbeda-beda dan dilakukan pada
saat sebelum dan sesudah survey. Untuk
melakukan kalibrasi/barcheck ini akan dipilih
lokasi/tempat yang permukaan airnya cukup
tenang. Perekaman data posisi dan kedalaman
dilakukan secara otomatis dan simulatan dalam
bentuk digital sehingga terhindar dari kesalahan-
kesalahan akibat sinkronisasi data posisi dan
kedalaman secara manual. Setiap satu lajur ukuran
akan disimpan dalam satu file dengan pemberian
nama file yang unik sehingga memudahkan untuk
pengecekan, pencarian dan pemrosesan data.
Secara real time profile dasar laut pada lajur suvey
tampil pada display komputer dan apabila
dikehendaki dapat langsung dilakukan print out.
Semua kegiatan survey pada tahap pelaksanaan ini
terintegrasi dan dikendalikan oleh software
sehingga terhindar dari human error. Pengolahan
data dilakukan setiap hari setelah selesai
pengukuran hari tersebut untuk selanjutnya
dianalisa dan apabila ada kesalahan dapat
diantisipasi secara cepat pada hari berikutnya.
Pengolahan data terdiri dari downloading, verifikasi
data, dan penggambaran. Proses downloading dan
verifikasi data dilakukan menggunakan software
Hypack. Ouput pada proses downloading adalah
data dalam beberapa format NMEA yang
disyaratkan. Data dalam format NMEA tersebut
kemudian dengan mudah diubah menjadi bentuk
No., X, Y, Z dan digunakan sebagai input pada
proses penggambaran. Penggambaran kontur
dilakukan menggunakan sotware LDD
(LandDesktopDevelopment). f .Penentuan garis
pantai Penentuan posisi garis pantai adalah
penentuan posisi tanda permukaan air laut tertinggi
(High Water Mark) di pantai. Pada daerah yang
cukup terbuka, pengukuran dilakukan
menggunakan GPS dengan metode stop and go
dan untuk daerah yang relatif tertutup oleh
tumbuhan (hutan bakau) pengukuran dilakukan
menggunakan total station. Ada 3(tiga) kriteria
dalam penetapan garis pantai untuk acuan
pengukuran yaitu : * Untuk daerah pantai yang
landai maka garis pantai ditetapkan sebagai posisi
air pada kondisi pasang tertinggi. * Untuk daerah
pantai yang mempunyai hutan bakau garis pantai
ditetapkan pada ujung terluar dari hutan bakau
tersebut. * Untuk daerah pantai berbentuk tebing
garis pantai diambil pada garis batas tebing
tersebut. Kerapatan pengukuran untuk garis pantai
adalah maksimum 50 m untuk pantai yang relatif
lurus (teratur) dan lebih rapat untuk bentuk garis
pantai yang tidak teratur. Selain posisi, keterangan
mengenai kondisi pantai juga merupakan hal
penting yang akan direkam. Pengolahan data
dilakukan dengan cara post processing dan
selanjutnya data posisi dan keterangan obyek akan
menjadi input pada proses penggambaran final. g.
Pemrosesan data Tahap pengolahan data
merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian
pekerjaan survey hydrografi secara keseluruhan
dengan tujuan untuk mendapatkan data kedalaman
yang benar. Beberapa koreksi yang harus dilakukan
pada data hasil ukuran kedalaman terjadi akibat
kesalahan-kesalahan sebagai berikut: 1). Kesalahan
akibat gerakan kapal (sattlement dan squat) 2).
Kesalahan akibat draft tranduser 3). Kesalahan
akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan
4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk
diperhitungkan. Selain itu angka kedalaman juga
harus diredusir kepada suatu bidang acuan
kedalaman yaitu Low Water Spring (LWS)
(tergantung penetapan). Hubungan matematika
koreksi-koreksi di atas dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut: Do = Du +
Dkgs D1 = Do + Dsss D2 = D1 + Dsr Dimana : Du
= bacaan kedalaman yang diperoleh dari
pengukuran Do = kedalaman suatu titik tegak lurus
dibawah tranduser D1 = kedalaman suatu titik
terhadap permukaan laut D2 = kedalaman suatu
titik terhadap muka surutan Dkgs = koreksi
kecepatan gelombang suara Dsss = koreksi sarat
tranduser Dsr = koreksi surutan h. Koreksi surutan
Koreksi surutan diberikan untuk mereduksi seluruh
data ukuran kedalaman kedalam suatu bidang
acuan yang disebut Chart Datum yang mana dalam
hal ini didefinisikan sebagai Low Water Spring
(LWS). Besarnya nilai koreksi surutan ini diperoleh
dari hasil analisa pasut seperti dijelaskan di atas.
Dengan menggunakan perangkat lunak Hypack,
pemberian koreksi syarat tranduser, sattlement dan
squat serta pengaruh perbedaan kecepatan
gelombang suara secara otomatis dikerjakan pada
waktu pelaksanaan pengukuran di lapangan,
sehingga data ukuran yang diperoleh sudah
terbebas dari pengaruh kesalahan-kesalahan
tersebut. Jadi pada tahap pemrosesan, data-data
yang diperoleh tinggal direduksi ke bidang acuan
kedalaman/chart datum. Setelah data hasil ukuran
kedalaman dikoreksi kemudian data-data tersebut
yaitu data posisi dan waktu akan disimpan kedalam
format ASCII dengan format : Bujur, Lintang,
Kedalaman(m) dan Waktu. i. Penyajian data
Setelah semua data lapangan selesai diolah dan
sudah dalam bentuk digital dengan format B,L,H,T
(bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di
eksport ke dalam format drawing menggunakan
LDD. Data gambar pertama yang akan tempil
adalah berupa point, deskripsi, elevasi dan no.point
yang tersimpan dalam layer berbeda. Kemudian
dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada
dalam software tersebut kita akan melakukan
filtering, surfacing, conturing dan interpolasi.
Produk akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta
bathimetri digital dalam format DWG/DXF yang
kemudian akan dicetak dengan skala yang
diinginkan. Unsur-unsur yang akan disajikan pada
peta batimetri tersebut meliputi : * Angka
kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta
* Kontur kedalaman * Garis pantai dan sungai *
Tanda atau sarana navigasi * Informasi dasar laut,
dll Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan
peta batimetri ini menggunakan sistem Transver
Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan
sistem koordinat grid yang akan dipakai adalah
UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun
Geodetik (Lintang, Bujur, Kedalaman). REFERENSI:
UNB, 1988 : Hydrographic Surveying, Lecture Note,
Departement of Surveying Engineering, University
of New Brunswick, Fredericton. Marble, D.F,
Calkins, H.W, Peuquet, D.J. 1984. Basic Reading In
Geographic Information System. SPAD System, Ltd.

Anda mungkin juga menyukai