Disusun Oleh :
1. Latar Belakang
Masuk Rumah sakit bisa menjadi pengalaman traumatik yang dialami pada
pasien anak, seperti pengalaman yang penuh tekanan, karena perpisahan dengan
lingkungan normal disana, pengalaman tersebut dinamakan Hospitalisasi (Potter
& Perry, 2005). Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang
memiliki efek yang lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami
hospitalisasi. Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya
yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak
mampu mengatasi atau mengendalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi
besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan
atau gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi
terjadi apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami
suatu gangguan fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk
mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
Tetapi tingkat stresor terhadap penyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda
menurut anak secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai
hal yang biasa tetapi mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai
suatu stresor. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai
pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Terapi Bermain”.
Bermain dipercaya mampu menurunkan stress pada anak akibat lingkungan yang
baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di rumah sakit.
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk
kepada kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya.
Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A
Creative-Play Model (1999) mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang
memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Bermain secara langsung
mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain
memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi,
bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Tujuan terapi bermain di rumah sakit bagi anak yaitu untuk mengurangi
perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan nyeri (Supartini, 2004; Al-Ihsan, 2018).
Banyak macam permainan yang dapat mengembangkan kemampuan anak salah
satunya adalah melipat kertas (origami). Melipat kertas atau origami adalah suatu
seni melipat kertas sehingga menghasilkan berbagai macam bentuk, origami dapat
mengasah kemampuan motorik halus melalui ketrampilan jari jemari tangan anak
saat melipat kertas. Ketika kedua tangan bergerak gerak otot jari tangan
mengirimkan sinyal ke SSP memicu neuron melalui tangan. (Apriliyana 2005).
Bermain melipat kertas (origami) dapat diberikan pada anak yang sedang
menjalani perawatan, karena tidak membutuhkan energi yang besar untuk
bermain. Permainan ini juga dapat dilakukan di atas tempat tidur anak, sehingga
tidak mengganggu dalam proses pemulihan kesehatan anak., dan cocok diterapkan
untuk anak 3-5 tahun
2. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diajak bermain melipat kertas (origami), di harapkan anak
dapat mengembangkan kreatifitas dan menjadi lebih aktif melalui
pengalaman bermain, dan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
bergaul dengan teman sebayanya.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mengembangkan kreativitas anak
2. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan teman sebaya
3. Mengembangkan daya imajinasi
4. Menumbuhkan sportivitas
5. Mengembangkan kepercayaan diri
6. Menstimulus perkembangan motorik anak dan kognitifnya.
7. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain.
3. Sasaran
Sasaran dalam terapi bermain adalah anak usia pra sekolah yang berusia 3-5
tahun, yang sedang menjalani perawatan di ruang Hematologi Bona 2 RSUD
Dr. Soetomo Surabaya
4. Kriteria
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Hematologi
Bona 2 anak yang memenuhi kriteria:
1) Usia 3-5 tahun
2) Keadaan umum mulai membaik
3) Klien dapat duduk
4) Peserta kooperatif
5) Dapat berinteraksi dengan perawat atau keluarga
5. Sarana Dan Media
1) Sarana: Ruangan tempat bermain dan Tikar untuk duduk.
2) Media: Kertas lipat (origami), benang, jarum dan gunting.
6. Petunjuk Permainan
7. Susunan Acara
8. Pengorganisasisan
Jumlah Leader 1 orang, Fasilitator 3 orang dan 1 observer orang dengan
susunan sebagai berikut:
1) Pembimbing Klinik : Sri Astuti, Skep, Ns
2) Pembimbing Akademik : Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep, Ns.,M.Kep
3) Leader : Laily Bestari Putri
4) Observer : Asthin Thamar Genakama
5) Fasilitator : Rambu Mema, Albina
Jenita, Choirina Nur Aziza
9. Deskripsi Tugas
1. Leader
1) Memimpin jalannya acara bermain.
2) Membuka pertemuan.
3) Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
4) Menutup kegiatan bermain
2. Fasilitator
1) Mendampingi/membantu peserta dalam bermain
3. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara.
2) Memberi penilaian.
3) Memberi saran dan kritik setelah acara selesai.
4) Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader
Nama Menilai kemampuan kognitif Menilai kemampuan Kemampuan social, afektif dan bahasa Total
anak motoric halus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Adriana, Dian .(2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.
Jakarta : Salemba Medika
Anggani Sudono. (2000). Sember belajar dan alat permainan. Jakarta: Grasindo