Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

WHO memprediksikan penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan 60 %

kematian dan 43% kesakitan di dunia. Angka kesakitan dan kematian ini juga

muncul pada masyarakat golongan ekonomi rendah. Di Indonesia sendiri,

meskipun masih banyak penyakit menular seperti TBC dan malaria, penyebab

kematian yang utama sudah diambi alih oleh penyakit tidak menular, seperti

stroke, serangan jantung dan kanker. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

2007, kematian akibat penyakit menular menurun dari 44 persen di tahun 1995

menjadi 28 persen di tahun 2007. Sementara kematian akibat penyakit tidak

menular meningkat dari 42 persen di tahun 1995 menjadi 60 persen di tahun

2007.1 Ini peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan kasus penyakit tidak

menular (seperti penyakit kardiovaskuler dan kanker) secara cukup bermakna,

menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda.1

Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan khususnya penyakit

tidak menular, masyarakat masih diposisikan sebagai objek dan belum sebagai

subjek, selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh

masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan dan perbatasan.

Untuk itu perlu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), agar upaya

kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable), dan lebih

berkualitas (quality). Bentuk UKBM dalam menangani masalah PTM adalah Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu).

1
1.2. Batasan Penulisan

Makalah ini membahas tentang laporan kegiatan posbindu PTM di koperasi


perindustrian dan perdagangan.

1.3. Tujuan

Makalah ini dibuat untuk membahas tentang laporan kegiatan posbindu PTM di

koperasi perindustrian dan perdagangan, serta sebagai salah satu syarat

menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran Universitas Baiturrahmah.

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit
tidak menular
2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.

1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada data

laporan kegiatan posbindu PTM di koperasi perindustrian dan perdagangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

2.1 Kebijakan Nasional

Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

didasari oleh kerangka dasar Bloom bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh

faktor keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Kebijakan

pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang

mempunyai faktor risiko yang sama yaitu jantung, stroke, hipertensi, diabetes

mellitus, penyumbatan saluran napas kronis.1

Tujuan

Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan pengulangan

PTM untuk menurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan

meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan

Metode

Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan

memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen

kesehatan, melalui pusat promosi kesehatan memfokuskan pada: meningkatkan

upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik pusat maupun Propinsi dan

Kabupaten. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama

yaitu: rokok, aktivitas fisik dan diet seimbang.

Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM. Mencoba

mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet,

3
aktivitas fisik, dan rokok. Mengembangkan Sistem Surveilans Perilaku Beresiko

Terpadu (SSPBT) PTM. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM

tingkat nasional maupun lokal spesifik. Untuk di masa datang upaya pencegahan

PTM akan sangat penting karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu

rokok, diet seimbang dan aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh

semua pihak terutama para penentu kebijakan baik nasional maupun lokal.

Sasaran

Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan

Kabupaten/ Kota). Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di pusat dan daerah

(Provinsi dan Kabupaten/Kota). Organisasi profesi yang ada. Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) sektor swasta serta masyarakat.

Landasan hukum promosi dan pencegahan PTM tentunya mengacu pada

landasan hukum yang sudah ada secara nasional yaitu: Undang-Undang Nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1992 tentang

Pemerintah Daerah. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Pertimbangan

Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Peraturan Pemerintah Pusat nomor

25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Surat

Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 1277/menkes/SK/XI/2001 tentang

Struktur Organisasi dan Tatalaksana Departemen Kesehatan RI. Program

Pembangunan Nasional (Propenas) Sistem Kesehatan Nasional. Surat Keputusan

Menteri Kesehatan tahun 1999 tentang Rencana Pembangunan Kesehatan menuju

Indonesia Sehat 2010 Depkes RI tahun 1999.2,4,5

4
Kebijakan promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase

kehidupan, melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti

organisasi profesi, LSM, media massa, dunia usaha/ swasta.1

Upaya promosi dan pencegahan PTM tersebut ditekankan pada

masyarakat yang masih sehat (well being) dan masyarakat yang berisiko (at risk)

dengan tidak melupakan masyarakat yang berpenyakit (deceased population) dan

masyarakat yang menderita kecacatan dan memerlukan rehabilitasi (rehabilitated

population).3

2.2 Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

PTM mengutamakan pencegahan timbulnya faktor risiko utama dengan

meningkatkan aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.

Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya yang

mendorong atau memfasilitasi diterbitkannya kebijakan publik yang mendukung

upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.1,3

Promosi dan pencegahan PTM dilakukan melalui pengembangan

kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi

profesi termasuk dunia usaha dan swasta. Promosi dan pencegahan PTM

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam semua pelayanan kesehatan yang

terkait dengan penanggulangan PTM khususnya Puskesmas. Promosi dan

pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga professional melalui peningkatan

kemampuan secara terus menerus (capacity building). Promosi dan pencegahan

PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai dengan

5
masalah, potensi dan sosial budaya untuk meningkatkan efektivitas intervensi

yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.1

Strategi

Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional dilakukan pada

beberapa tatanan (rumah tangga, tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan

khususnya Puskesmas, tempat sekolah, tempat umum, dll). Area yang menjadi

perhatian adalah diet seimbang, merokok, aktivitas fisik, dan kesehatan lainnya

yang mendukung.1

Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi advokasi,

bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di tingkat pusat lebih banyak

dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/ kota

lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat. Mendorong dan memfasilitasi

adanya kebijakan public berwawasan kesehatan yang mendukung upaya

pencegahan dan penanggulangan PTM. Mendorong dan memfasilitasi

berfungsinya jaringan kerjasama antar institusi penyelenggara promosi dan mitra

potensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.1

Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya

penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif, preventif,

kuratif, maupun rehabilitative di masing-masing institusi pelayanan.

Meningkatkan kapasitas tenaga professional bidang profesi kesehatan baik di

pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.

Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalaha PTM yang

6
dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lingkungannya dalam

pencegahan dan penanggulangan PTM.1

Indikator

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi

penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk

monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan

pencegahan dan penanggulangan PTM.2

Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu1,2:

a. Indikator umum

 Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama

 Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama

 Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama

 Menurunnya angka factor resiko bersama PTM utama

b. Indikator khusus

 Penurunan 3 faktor resiko utama PTM (merokok, kurang aktivitas fisik

dan konsumsi rendah serat).

 Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sektor yang mendukung

penanggulangan PTM.

 Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi

masyarakat.

7
 Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan

alkohol, dan BBLR.

 Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan

terutama Puskesmas.

Posbindu

Salah satu program promosi kesehatan dalam penanggulangan penyakit

tidak menular adalah Posbindu PTM yang merupakan Pos Pembinaan terpadu

faktor risiko PTM Utama (Obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet

tidak sehat, kurang aktifitas, dan merokok). Kegiatan ini berupa bentuk peran

serta kelompok masyarakat yang aktif dalam upaya promotif-preventif untuk

mendeteksi secara dini keberadaan faktor risiko PTM utama sekaligus

peningkatan pengetahuan untuk pencegahan dan pengendalian PTM yang di mulai

sejak usia 15 tahun sampai usia lanjut.2

Kegiatan posbindu

1. Monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan priodik

 Mencakup masalah konsumsi sayur, buah dan lemak, aktifitas fisik

 Pengukuran IMT, tekanan darah

 Memantau kadar gula darah dan kolesterol darah2

8
2. Tindak lanjut dini

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tata cara mencegah dan

mengendalikan faktur risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan /dialog interaktif

secara masal/ konseling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.2

Tujuan Utama Dan Mamfaat Posbindu PTM

1. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif.

Mengontrol kondisi kesehatan meskipun tidak sedang sakit, tapi untuk

berbagi pengalaman dan informasi masalah kesehatan.

2. Mawas diri

Masyarakat dapat selalu waspada dan siaga untuk mencegah dan

mengendalikan faktor risiko PTM.

3. Menetapkan metode-metode yang bermakna secara klinis

Monitoring faktor risiko PTM dilakukan dengan menerapkan metode

pemeriksaan, kriteria faktor risiko, kriteria diagnosis sesuai dengan

standart profesi medis.

4. Mudah dijangkau

Kegiatan Posbindu PTM di lakukan dengan cara terpadu dan praktis. Dan

dilakukan dengan jadwal yang sudah ditetapkan sendiri oleh masyarakat.1,2

9
BAB III

HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Puskesmas Nan Balimo

Kondisi Geografi

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

10
Puskesmas Nan Balimo merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota

Solok yang berdiri pada tahun 2008dengan luas tanah 1200 M2, dan merupakan

puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan.

Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan PPA dan Kampung

Jawa

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan tanjung paku

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa

Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera

Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua)

kelurahan, yaitu:

1) Kelurahan Nan Balimo

2) Kelurahan Laing

3.2 Kondisi Demografi

Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan:

1) Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa

2) Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa

Mata Pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing pada

umumnya.

11
3.3 Visi dan Misi

1) Visi Puskesmas Nan Balimo

“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk

hidup sehat”

2) Misi Puskesmas Nan Balimo

a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS

b. Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang

kesehatan

c. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

d. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan

e. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi

f. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di

wilayah kerja

g. Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta

kesehatan lingkungan

3.4 Sarana dan Prasarana

1. Gedung Puskesmas

Gedung puskesmas yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok.

2. Puskesmas Pembantu

a. Pustu Gelanggang Betung

b. Pustu Tembok

c. Pustu Laing Taluk

d. Pustu Laing Pasir

12
1) Pos Kesehatan Kelurahan

a. Poskeskel Nan Balimo

b. Poskeskel Laing

2) Sarana Transportasi

a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 2 Unit

b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit

Tabel 3.1 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo

No Jenis Sarana Jumlah


1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 2 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2018

3.5 Ketenagakerjaan Nan Balimo

Tabel 3.2 Tenaga yang ada di Puskesmas Nan Balimo Tahun 2018

No Jenis Tenaga Jumlah Ket

1 Dokter Umum 2 1 kepala puskesmas

2 Dokter Gigi 1

3 Kesehatan Masyarakat 2

4 Tenaga Perawat 12 4 sukarela

13
5 Tenaga Bidan 21 8 sukarela

6 Tenaga Sanitarian 1

7 Tenaga Gizi 3 1 sukarela

8 Perawat Gigi 1

9 Tenaga Apotik/gudang obat 3

10 Tenaga Analis 1

11 Tenaga Refraksi Optisi 1 1 Sukarela

12 Tenaga RM 1

13 Tenaga Elektromedik 1 1 sukarela

14 Administrasi 2 2 sukarela

15 Tenaga Supir 1

16 Penjaga Malam 1 1 sukarela

17 Tenaga Kebersihan 2 2 sukarela

Total 58

Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2018

3.6 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di

Puskesmas Nan Balimo

3.6.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial

1. Promosi Kesehatan

Kegiatan yang dilakukan:

a. Penyuluhan ke sekolah

b. Penyuluhan di posyandu

14
c. Penyuluhan keliling

d. Pembinaan kelurahan model perilaku hidup bersih dan sehat kawasan

tanpa rokok (PHBS-KTR)

e. Pelaksanaan kegiatan kelurahan siaga

f. Pembinaan kader kesehatan

2. kesehatan lingkungan

a. kegiatan yang di lakukan

1. inspeksi sanitasi dasar

2. rumah sehat

3. pemeriksaan tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan

makanan (TTU-TPM)

4. Sanitasi total berbasis masyarakat

5. Pengelolaaan sampah rumah tangga

6. Pembinaan dan pengawasan kualitas air

7. Penyuluhan hygine sanitasi ke sekolah

8. Penyuluhan kawasan sehat

3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

a. Kegiatan yang dilakukan :

1. Program Kesehatan Ibu

a) Kelas Ibu Hamil

b) Pelayanan ANC

c) Kunjungan Bumil Resti

d) Kunjungan Nifas

15
e) Pemantauan Stiker P4K/ANC

f) Berkualitas

g) Otopsi verbal,dll

2. Program Kesehatan Anak

a) DDTK

b) Kelas Ibu Balita

3. Program Keluarga Berencana

a) Pelayanan dan konseling

b) Penanganan komplikasi ringan

b. Hasil Kegiatan

1. Program Kesehatan Ibu

4. Perbaikan Gizi Masyarakat

a. Kegiatan yang dilakukan :

1. Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb & Agst)

2. Pengukuran Status Gizi Murid TK/PAUD

3. Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA

4. Pemberian PMT Pemulihan

5. Kelas gizi

6. Survey GAKI tingkat rumah tangga.

7. Kegiatan rutin seperti :

8. Pemberian vit A

9. Pemberian tablet Fe

16
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

a. Kegiatan yang dilakukan :

1. Program P2P

a) Sosialisasi P2P dan Surveilans

b) Pemeriksaan kontak TB

c) Penyegaran Kader TB

d) Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan

Lapas

e) Survey Epidemiologi

f) PTM

g) Posbindu

2. Kusta

a) Penemuan dan penanganan kasus

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

a) Pelacakan Kasus Kontak

b) PMO TB

c) TB mangkir

d) Penyaringan saspec

4. Pencegahan dan Pemberantasan DBD

a) Sosialisasi DBD

b) Pemantauan Jentik

c) PE

17
5. Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia

a) Penemuan dan penanganan kasus

6. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies

a) Pelacakan Kasus

6. Program Imunisasi

a. Kegiatan
1) Pelayanan Imunisasi
2) BIAS
3) TT WUS
4) Sweeping
5) Pelacakan KIPI

3.7 Kondisi Sosial, Ekonomi Dan Budaya

3.7.1 Sosial.

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo dengan strata dan rasial

yang relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya

menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan. Potensi

keninikmamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi penentu dalam

melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam

dengan komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Buddha dan lain lain.

3.7.2 Budaya

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan

kanak-kanak dasar sampai dengan sekolah menengah atas pada wilayah kerja

Puskesmas Nan Balimo menyebabkan semakin banyak penduduk yang

mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak

18
pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk

setempat masih dipakai sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang

dapat digarap apabila cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan

dalam rangka menjalin kerjasama peran serta masyarakat.

3.7.3 Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo boleh

dikatakan bervariasi mulai dari petani dengan kemampuan terbatas, sampai ke

kelompok mampu dan mapan, swasta, PNS, ABRI, sisanya bekerja di sektor

informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu

secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki

proporsi yang cukup besar dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.

3.8 Hasil Kegiatan Puskesmas

Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan

selama 5 minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas Nan Balimo

kota Solok. Kegiatan dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari

dinas kesehatan berupa materi terkait program-program yang menjelaskan tentang

kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik senior melakukan kegiatan di dalam

gedung berupa pembelajaran mengenai program-program yang ada di Puskesmas

Nan Balimo.Mahasiswi yang berjumlah 2 orang dijadikan 1 kelompok.

19
Berdasarkan uraian mengenai posbindu di atas, maka penulis bermaksud

melaporkan hasil kunjungan ke posbindu.

1. Posbindu

a. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah:

Tanggal : 8 Maret 2019

Tempat : Dinas Koperindag (koperasi, Perindustrian, dan

Perdagangan) kota Solok

Jumlah peserta : 23 orang

Sasaran : 30 orang

b. Tujuan

1. Menimbang tinggi badan dan berat badan

2. Mengukur lingkar pinggang

3. Menilai IMT, body fat, body age, visceral fat, kalori

4. Menilai Gula darah, kolesterol, asam urat

c. Manfaat

1. Untuk mengetahui apakah ada faktor resiko

hipertensi/diabetes/jantung/kanker

2. Mengamati keadaan pasien sebelum dan sesudah pemeriksaan

3. Mengobati pasien yang sakit

4. Bila pasien sakit disarankan berobat kepuskesmas

5. Memberi edukasi bila ada pasien yang memiliki resiko penyakit

hipertensi/diabetes/jantung/kanker

20
d. Perencanaan dan pemilihan interval

Kegiatan posyandu meliputi pemeriksaan status gizi, anamnesis,

pemeriksaan fisik, serta edukasi berupa penyuluhan tentang pola

hidup dan pola diet yang sehat.

e. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan posbindu koperindag (koperasi perindustrian dan

perdagangan) kota solok dilakukan pada tanggal 8 maret 2019 dan

diikuti oleh 23 orang peserta. Dari 23 orang tersebut diketahui peserta

perempuan sebanyak 12 orang dan pesera laki-laki sebanyak 11 orang.

Penderita hipertensi yang ditemukan sebanyak 3 orang, yaitu

sebanyak 2 orang menderita hipertensi grade I dan 1 orang menderita

hipertensi grade II, sedangkan 20 orang sisanya memiliki tekanan

darah dalam batas normal. Pasien-pasien hipertensi yang terjaring

mendapat pengobatan anti hipertensi dan edukasi untuk memodifikasi

gaya hidup dengan menghindari dan membatasi makanan yang

memperparah penyakitnya, serta melakukan olahraga ringan dirumah.

Penderita hiperglikemi yang ditemukan sebanyak 1 orang, yaitu

dengan kadar gula 346 mg/dl. . Pasien-pasien hiperglikemi yang

terjaring mendapat pengobatan anti hiperglikemi dan edukasi untuk

memodifikasi gaya hidup dengan menghindari dan membatasi

makanan yang memperparah penyakitnya dengan cara pola diet yang

sehat, serta melakukan olahraga ringan setiap hari.

21
Dari 23 peserta posbindu diketahui 4 orang memiliki kadar asam

urat tinggi dengan kisaran kadar 6,0-11,5 mg/dl. Sedangkan 19 orang

lainnya memiliki kadar asam urat dalam batas normal. Pada pasien

yang memiliki kadar asam urat melebihi normal ini diberikan terapi

dan edukasi singkat tentang makanan yang harus dihindari untuk

menjaga normalnya kadar asam urat diharapkan dapat mengurangi

gejala nyeri dan kaku sendi serta dapat meningkatkan kualitas hidup

peserta.

Dari 23 peserta posbindu diketahui 16 orang memiliki IMT lebih

dari normal yaitu dengan kisaran 26,5 – 32,1 dimana termasuk

kategori (pra obesitas – obesitas 1). Sedangkan 7 orang lainnya

memiliki IMT dalam batas normal. Pada pasien yang memiliki IMT

lebih dari normal ini diberikan terapi dan edukasi singkat tentang

makanan yang harus dihindari dengan cara memberikan edukasi

tentang pola hidup sehat dan pola diet yang sehat untuk mecapai IMT

ideal atau normal.

Dari 23 peserta posbindu diketahui 11 orang memiliki kebiasaan

merokok yang hampir dikonsumsi setiap hari. Sedangkan 12 orang

lainnya tidak pernah mengkonsumsi rokok. Pada pasien yang

memiliki kebiasaan merokok ini diberikan edukasi tentang bahayanya

mengkonsumsi rokok dalam jangka panjang, dan penyakit-penyakit

apa saja yang akan timbul dikemudian hari akibat seringnya

mengkonsumsi rokok. Dan mengedukasi pasien untuk berhenti dari

22
merokok dengan cara perlahan-lahan dengan cara mengurangi batang

rokok setiap harinya dan untuk kontrol ke poli berhenti merokok di

puskesmas nan balimo.

Dari 23 peserta posbindu diketahui 15 orang memiliki kebiasaan

kurangnya melakukan aktifitas fisik setiap hari. Sedangkan 8 orang

lainnya rutin melakukan aktifitas fisik dalam 4 kali seminggu. Pada

pasien yang memiliki kebiasaan kurangnya melakukan aktifitas ini

diberikan edukasi tentang pentingnya untuk melakukan aktifitas fisik

dalam keseharian meskipun aktifitas ringan sekalipun. Memotovasi

pasien untuk melakukan aktifitas fisik selain dapat memberikan

kebugaran jasmani juga dapat menghindari diri dari berbagai penyakit.

Dari 23 peserta posbindu diketahui 18 orang memiliki kebiasaan

kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran dalam seminggu.

Sedangkan 5 orang lainnya rutin mengkonsumsi buah dan sayuran

dalam 3 kali seminggu. Pada pasien yang memiliki kebiasaan

kurangnya mengkonsumsi buah dan sayuran, diberikan edukasi

tentang pentingnya untuk mengkonsumsi buah dan sayuran, dimana

buah dan sayuran kaya akan serat akan membuat tubuh tidak

kekurangan mineral dan vitamin yang terkandung dalam buah dan

sayur tersebut, serta dapat menghindari beberapa penyakit akibat dari

kekurangan memakan serat seperti hemoroid dan sekalian dapat

melatih pola hidup dan diet sehat.

23
Gambar 3.2 Data yang ikut kegiatan posbindu di Koperindag di kota solok.

Gambar 3.3 Data kegiatan posbindu di Koperindag di kota solok.

24
f. Permasalahan

1. Kesulitan yang didapatkan, dari kurangnya ketersedian dana

untuk posbindu terutama dalam pemeriksaan yang akan

dilakukan seperti: pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan

kolesterol darah.

2. Kesadaran masyarakat masih kurang dalam hal pencegahan

penyakit tidak menular, ini dapat dilihat bahwa sasaran PTM

ini tidak tercapai, dimana peserta yang hadir hanya 23 orang

sedangkan sasaran untuk peserta PTM adalah 30 orang,

sehingga masyarakat kurang mawas diri dengan tidak

memeriksakan dirinya ke posbindu.

3. Pola pikir yang salah tentang kesehatan, dimana masih banyak

yang berpikir bahwa ke tempat pelayanan kesehatan hanya

pada saat sakit saja.

4. Sebagian kecil masyarakat masih belum memahami keberadaan

posbindu di lingkungannya.

25
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pengelolaan penyakit tidak menular memerlukan intervensi dari berbagai

pihak. Kebijakan pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada

penyakit-penyakit yang mempunyai faktor risiko yang sama yaitu jantung, stroke,

hipertensi, diabetes mellitus, penyumbatan saluran napas kronis. Pengelolaan

PTM seperti halnya pada reumatik dan hipertensi yang angka kunjungannya

cukup tinggi di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo, perlu diintervensi tidak

hanya secara kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga secara promotif dan preventif.

Untuk itu perlu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), agar upaya

kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable), dan lebih

berkualitas (quality). Bentuk UKBM dalam menangani masalah PTM adalah Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu).

4.2. Saran

 Meningkatkan upaya promotif dan preventif terutama pada kelompok

risiko tinggi penderita penyakit tidak menular melalui pengoptimalan

posbindu dimasing masing kelurahan.

 Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam

pengelolaan penyakit tidak menular

 Memperkuat manajemen ketenagaan untuk menjalankan program

26
Lampiran Kegiatan

27
28
DAFTAR PUSTAKA

1. Posbindu Strategi Program Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.

2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

2. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan dasar Pusat

Kesehatan Masyarakat.

3. National Institute Health Research And Development Ministry Of Health

Indonesia, Monitoring And Evaluation Of The Integrated Community-

Based Intervation For The Prevention Of Noncummunicable Diseases

Indepok, West Java, Indonesia, Jakarta :2010. Diunduh Dari

Www.Who.Int/Chp/Steps/Steps_Report_Indonesia_Depok 2019.Pdf.

4. World health organization.2000. Global Strategy for The Prevention and

Control of Non Communicable Disease.9:10-25.

5. World health organization. Megacountry Health Promotion Network

Initiatives 2002. Geneva: WHO, 2002: 9-34.

29

Anda mungkin juga menyukai