Anda di halaman 1dari 21

TUGAS TEKNOLOGI BERSIH

Analisa Keluaran Bukan Produk

Pada Industri Elektroplating

Anggota Kelompok:

Igan Kusniandasari 3335150002

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019
PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH

PADA INDUSTRI ELEKTROPLATING

1. PENDAHULUAN
Penerapan prinsip-prinsip teknologi produksi bersih merupakan upaya
mengurangi beban biaya untuk memenuhi peraturan pengelolaan lingkungan,
karena jumlah limbah yang mungkin terbentuk relative berkurang dari jumlah
limbah apabila tidak menerapkannya. Dalam banyak contoh biaya pengelolaan
limbah dapat dieliminasi dengan diterapkannya teknologi produksi bersih.
Pengurangan limbah melalui teknologi produksi bersih juga dapat meningkatkan
produksi serta meningkatkan daya saing industri.
Penerapan produksi bersih di Indonesia dalam rangka meningkatkan daya
saing industri juga berlaku untuk jenis industri elektroplating. Dalam proses
produksinya, jenis industri ini selain menghasilkan limbah yang berupa logam
berat (heavy metal) juga menghasilkan limbah B3. Untuk meminimisasi
terjadinya pencemaran lingkungan, industry elektroplating seyogyanya
menerapkan produksi bersih, sehingga efisiensi dan efektifitas dalam proses
produksinya dapat dioptimalkan.
Industri yang menghasilkan peralatan rumah tangga seperti kompor, lampu,
berbagai bentuk ember, panci, sendok dan sebagainya, lebih dari 90 % bahan
bakunya adalah logam berbentuk plat. Besi berbentuk plat tersebut dipotong baik
dengan alat mekanis maupun dengan cara dipanasi, lalu dibentuk dengan cara
dipress sesuai dengan matras yang sudah ditentukan. Setelah itu logam besi
dipoles secara bertingkat (dari mesin polish yang paling kasar untuk membuang
kerak besi hingga yang mesin polish yang paling halus) sehingga didapatkan hasil
polesan yang halus dan mengkilat. Proses selanjutnya adalah pelapisan baik
menggunakan teknologi electroplating (lapis nikel ataupun nikel-krom) atau dicat
menggunakan serbuk enamel.
Proses pelapisan yang umumnya dikerjakan terhadap logam adalah pelapisan
dengan menggunakan bahan kimia dari garam-garam pelapis, misalnya : Cuprous
Cyanide, Nikel Sulphat, Nikel Clorida, Chromic Acid, dan sebagainya (Polution
Control Facilities For Small Electro Plating Plants). Pelapisan ini dilakukan
secara bertingkat untuk menekan biaya produksi mengingat bahan pelapis ini
sangat mahal dan kadang-kadang harus didatangkan dari luar negeri. Umumnya
sebelum dilapis benda kerja dibebaskan dari minyak lemak yang menempel
padanya. Disini diperlukan larutan yang bersifat basa. Setelah bersih kemudian
benda kerja dicuci dengan menggunakan asam dan kemudian masuk ke unit
pelapisan. Lapisan pertama adalah lapisan tembaga dengan diri benda kerja
setelah dicelup akan berwarna kemerahan. Lapisan kedua adalah lapisan nikel
yang berwarna putih, kemudian lapisan terakhir adalah lapisan khrom yang
berwarna putih mengkilat dan mempunyai daya tahan yang baik terhadap korosi.
Warna khrome yang mengkilat juga akan menambah daya tarik tersendiri bagi
para konsumen.
Saat ini pemerintah melalui industri terkait telah membuat rambu-rambu yang
harus ditaati oleh kalangan industri. Baku mutu limbah daur industry
elektroplating yang dibuat pemerintah dapat dilihat
pada “Tabel (1)”.

Tabel 1 Baku mutu Limbah cair untuk Industri Elektroplating

(Sumber: Keputusan Gubernur KDH Tk. I Jawa Timur, Nomor:136 tahun 1994)

Produsen sendiri harus selalu proaktif dalam menangani masalah pencemaran ini
dengan komitmen produksi yang berwawasan lingkungan.
Usaha yang dapat dilakukan, antara lain adalah membentuk atau menambah
tugas/tanggung jawab divisi Research and Development (R&D) yang selain untuk
melakukan pengembangan proses tetapi juga untuk melakukan penelitian atau
rekayasa mendaur ulang / treatment hasil samping industrinya. Selain itu juga
dapat bekerjasama dengan instansi yang diberi kewenangan atau yang mempunyai
kemampuan dalam menangani hal tersebut.
Proses pelapisan dengan proses elektroplating yang bertujuan untuk
mempertahankan bentuk dan menjaga keawetan produk dihasilkan limbah cair
yang banyak mengandung unsur-unsur berbahaya seperti disebutkan diatas yakni
unsur Cu, Ni dan Cr, CN, Zn dan sebagainya. Unsur-unsur ini dikenal sebagai
unsur B-3 (Beracun dan Berbahaya), karena unsur ini bersifat karsinogenik [3].
Unsur-unsur tersebut harus dipisahkan dengan cara diikat menggunakan
bahan kimia lain/koagulan sehingga akan berbentuk sebagai hidroksida dan
kemudian diendapkan dengan penambahan flokulan. Misalnya chrom bervalensi
enam yang sangat berbahaya harus dirubah menjadi chrom bervalensi tiga. Proses
reduksi ini dapat dilakukan misalnya dengan Sodium Meta Bisulfat dengan dosis
dan kondisi tertentu mengikuti reaksi / (Cahyono, 2003):

2H2CrO4 + 3H2SO3 + 2H2SO4 Cr2(SO4)3 + 3NaHSO4 + 5 H2O.

Unsur-unsur kimia yang lain dapat diendapkan dengan prinsip yang sama.
Pengendapan ini berlangsung lamban dan hal inilah yang menyebabkan kebutuhan
lahan semakin besar. Hal tersebut dapat dihindari jika diterapkan proses filterisasi
bertekanan pada air limbah. Pendangkalan sungai sekitar lokasi pabrik dapat
terjadi bila air limbah yang telah ditreatmen langsung dibuang ke badan air
penerima tanpa melalui tahap filterisasi hal ini sering dilakukan oleh perusahaan
yang kehabisan lahan untuk tempat penampungan lumpur. Selain polutan tersebut
diatas, limbah cair industri logam biasanya juga mengandung minyak solar/IDO.
Minyak dan lemak tersebut juga harus dipisahkan dahulu secara proses fisika saja
atau dengan bahan kimia tertentu. Setelah limbah kehilangan unsur polutannya
maka ia dapat dilepas ke badan air penerima atau dipergunakan lagi dalam proses
produksi sehingga akan memperkecil pemakaian air segar yang pada akhirnya
dapat menekan biaya pruduksi. [4].

2. PENGERTIAN DAN KEUNTUNGAN TEKNOLOGI BERSIH


2.1. Pengertian
Produksi bersih adalah suatu aksi yang mengakibatkan berkurangnya atau
tidak adanya limbah terbentuk atau limbah pada sumbernya, yang dapat terwujud
melalui tindakan yang meningkatkan, mendorong, atau memerlukan perubahan
pada kebiasaan operasi suatu industry niaga, lembaga atau perorangan. Adapun
teknik produksi bersih itu meliputi pencegahan pencemaran pada sumbernya dan
daur ulang seperti terlihat pada “Gambar (1)”.
Produksi juga merupakan suatu perubahan konseptual pada manajemen
lingkungan dari filosofi “beraksi dan mengobati” kepada model “antisipasi dan
pencegahan”. Model baru ini berfokus pada pencegahan pengotor, bukan pada
pemeriksaan dan pembersihan. Kegiatan diarahkan pada identifikasi lingkungan
berpotensi penyebab masalah dan dibuat prioritas, bukan mengoperasikan pabrik
dan menunggu pintu diketuk petugas lingkungan yang datang, menginformasikan
kemungkinan pelanggaran. Antisipasi dan pemecahan masalah lingkungan
sebelum menjadi masalah yang serius adalah tujuan utama konsep produksi bersih
ini.
Hirarki seperti pencegahan, daur ulang pengolahan dan pembuangan adalah
pilihan yang lebih baik dalam manajemen lingkungan seperti terlihat pada
“Gambar (1)”. Tongkat yang paling atas adalah pencegahan pencemaran, yang di
Indonesia disebut produksi besih, apabila dilakukan diluar pabrik disebut
manajemen limbah dan secara teknik bukan produksi bersih lagi. Pilihan
berikutnya adalah pengolahan limbah di dalam pabrik. Dan pembuangan adalah
pilihan terakhir untuk pengolahan limbah. Tingkat yang terakhir ini biasanya
melibatkan biaya yang paling banyak bila dibandingkan dengan ketiga tingkat
yang lain.
Gambar 1. Diagram hirarki pengelolaan lingkungan
Ada tiga elemen kunci yang mempengaruhi keberhasilan program produksi bersih
pada suatu pabrik, yaitu inisiatif, komitmen dan keterlibatan manajemen.
Persyaratan ini meliputi kegiatan: kesadaran dan partisipasi karyawan,
peningkatan prosedur operasi, pelatihan karyawan, dan peningkatan penjadualan
dan proses.

2.2. Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan konsep produksi bersih
antara lain adalah:
a. Penggunaan sumberdaya alam dan energi secara lebih efektif dan efisien.
b. Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar dan atau
limbah.
c. Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media lingkungan ke media
lingkungan lainnya.
d. Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
e. Meningkatkan usaha kebersihan (“Good Housekeeping”) dan efisiensi.
f. Perubahan dalam proses untuk mereduksi emisi dan limbah.
g. Penggunaan kembali dan daur ulang di dalam proses.
h. Memformulasikan dan mendisain kembali produk.
i. Mensubstitusi atau mengurangi pemakaian bahan kimia mengandung B3.
j. Penggunaan bahan baku dan energi yang lebih efektif dan efisien.
k. Perubahan sikap dan perilaku dalam manajemen pengelolaan lingkungan.

3. PROSES PRODUKSI INDUSTRI ELEKTOPLATING


Secara umum proses pelapisan logam dengan listrik (elektroplating) dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu: persiapan permukaan, pelapisan logam dan pengerjaan
akhir. Tahapan proses produksinya dapat dilihat pada “Gambar (2)” berikut ini.

Gambar 2. Diagram Proses Elektroplating

3.1. Persiapan Permukaan


Persiapan permukaan adalah tahap yang sangat penting dalam industri
pelapisan. Pekerjaan yang tidak benar dapat menyebabkan lapisan tidak
menempel, meningkatkan porositas dan menurunkan ketahanan terhadap karat.
Persiapan permukaan dibagi menjadi 2 aktivitas utama yaitu : Pembersihan
dengan cara mekanik dan kimia.
1. Pembersihan Mekanik
Pembersihan ini umumnya dilakukan dengan menyikat, polishing,
penggerindaan, buffing, sand blasting, machining dan filling. Aktivitas ini
dilakukan untuk menghaluskan dan meratakan permukaan. Pembersihan
mekanik yang paling umum dilakukan oleh industry elektroplating adalah
buffing (penghalusan).
2. Pembersihan Kimia
Setelah pembersihan mekanik, benda kerja biasanya membutuhkan
pembersihan kimia untuk menghilangkan lemak, minyak, sisa senyawa
buffing, karat, kerak, oksida dan lain-lain. Penghilangan kotoran-kotoran ini
memerlukan proses kimia seperti pelarut organic, asam, dan alkalin (basa).
Pembersihan ini dapat dilakukan dengan satu bahan kimia atau bisa
dikombinasikan.
a. Pembersihan lemak dan minyak (degreasing).
Untuk menghilangkan minyak (gemuk), lemak, sisa senyawa buffing,
cairan/olie mesin pada benda kerja dapat dilakukan dengan pelarut
organic yang umum digunakan adalah perkloroetilen (PCE), trikloroetilen
(TCE), lll-trikloroetilen, tetrakloroetilen, Freon TE/TF TA, triklorometan,
isopropyl alcohol. Alat yang digunakan untuk proses ini adalah vapor
degreaser. Pelarut organic dipanaskan sehingga menjadi uap dan benda
kerja dibersihkan dari dalam uap tersebut.
b. Pembersihan Pickling/descaling
Karat, kerak dan oksida perlu dibersihkan dari permukaan benda kerja,
serta permukaan logam perlu diaktifkan sebelum diproses dalam
pelapisan. Bahan pembersih atau pengaktif yang biasa digunakan adalah
asam (nitrat, sulfat, hidroklorok, fluoborik, sodium metabisulfit) dan
prosesnya disebut pickling dan descalling.
c. Soak Cleaning
Proses ini termasuk dalam line pelapisan, dan bisanya benda kerja
pertama kali masuk proses pelapisan ke dalam tanki ini. Bahan kimia
yang digunakan dalam pelapisan ini adalah basa kuat, bahan tambahan
lainnya dan deterjen yang dicampur dengan air pada suhu 71-93 ° C.
Benda kerja dicelupkan ke dalam campuran ini, kemudian dibilas atau
langsung dimasukan ke dalam proses selanjutnya.

3.2. Proses Pelapisan


Pada industri elektroplating kuno, kebanyakan bahan kimia pembersih yang
digunakan adalah sianida, sehingga bisa menghasilkan permukaan yang benar-
benar bersih dan siap masuk ke proses pelapisan. Namun pada industri
elektroplating yang modern seperti sekarang ini, bahan sianida sudah diganti
dengan non-sianida atau mengurangi konsentrasi sianida, sehingga satu proses
tidaklah cukup untuk dapat benar-benar membersihkan permukaan logam. Oleh
karena itu proses pra pelapisan masih diperlukan.
Tujuan pra pelapisan ini antara lain menghilangkan sisa kotoran dan semua
oksida pada permukaan benda kerja. Pra pelapisan ini terdiri dari proses
pembersihan (cleaning), pencelupan asam (pickling), pencelupan special, dan
striking. Setelah proses pelapisan, benda dibilas kemudian dikeringkan sebelum
dipak.

3.3. Pengerjaan Akhir


Pada beberapa benda yang sudah dilapis, masih memerlukan tambahan
proteksi karat atau untuk mengubah warna lapisan. Misalnya aplikasi lilin atau
fernis untuk meningkatkan ketahanan kilauan, dan pelapisan konversi kromat
dilanjutkan dengan kadmium atau pelapisan lainnya untuk menghasilkan lapisan
kromat (untuk mengubah warna dari transparan sampai hijau olive). Pelapisan
kuningan sering diolah dengan berbagai larutan kimia untuk mengubah warna dari
hijau sampai hitam (bahkan merah). Larutan pada proses pengerjaan akhir ini
mengandung bahan-bahan kimia seperti asam nitrat, sodium dikromat, selenium,
arsenic, antimony, atau bahan berbahaya lainnya. Proses ini bisa menjadi satu line
pelapisan atau terpisah.

4. PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH


Prinsip utama dalam penerapan produksi bersih industri adalah mereduksi limbah
terbentuk atau mencegah timbulnya limbah pada sumbernya. Industri
elektroplating mempunyai peluang untuk menerapkan produksi bersih yang
meliputi:
4.1. Persiapan Permukaan
1. Pembersihan dan Pengelupasan lapisan. Dengan melakukan reuse dan
recycling.
Reuse:
a. Larutan bekas pembersihan bekas alkaline dapat digunakan untuk
pengaturan pH pada unit pengolahan air limbah.
b. Larutan asam bekas dapat digunakan untuk Mengatur pH selama
operasi pengurangan krom.
c. Larutan asam klorida bekas dapat digunakan untuk larutan make-up
pengelupasan krom, kemudian larutan asam nitrit bekas dapat
digunakan untuk larutan make-up pengelupasan nikel.
Recycling
a. Larutan asam sulfat dapat disirkulasi melalui sistem recovery asam.
b. Asam klorida dapat diambil kembali dari operasi pickling dengan
menggunakan unit difusi dialisis.
2. Pembersihan dan Penghilangan Lemak
a. Menggunakan pelarut konvensional (penghilangan lemak dengan
pencelupan).
b. Mengurangi kebutuhan pembersihan dan pembersihan lemak.
c. Menggunakan pelarut dengan toksisitas rendah, seperti pembersih
emulsi, pelarut aqueus dan abrasif.
d. Standarisasi penggunaan pelarut.
e. Menggabungkan operasi pembersihan ke dalam satu operasi
penghilangan lemak secara sentral.
f. Menghindarkan kontaminasi pelarut.
g. Merawat alat harus bersih dari karat.
h. Menambah pelarut secara hati-hati.
i. Pengambilan lumpur.
j. Mengontrol kehilangan karena penguapan :
 Mengurangi drug out-pemasangan pada rak yang benar, tingkatkan
penirisan
 dan pemasangan papan peniris.
 Menggunakan pembilasan arus balik.
 Memisahkan pelarut untuk recycling.
 Menjaga limbah pelarut bersih dari air padatan dan sampah.
 Memberi label bahan kimia pada setiap container.
 Menghindari area yang banyak angin dan panas.
 On-site recycling.
 Off-site recycling.
3. Penghilangan lemak dengan uap
a. Membatasi kecepatan masuk dan keluar benda kerja.
b. Membatasi ukuran benda kerja, gunakan keranjang yang mempunyai
luas area 50 % dari pintu degreaser untuk meminimalkan drag out uap.
c. Menghindari kejutan-kejutan biasanya terjadi ketika beban berat
dimasukan ke
d. dalam tangki sehingga menghilangkan selimut uap dan infiltrasi udara
ke dalam unit pembersih.
e. Menjaga suhu pelarut.
f. Membiarkan cukup waktu dalam degreaser.
g. Semprotan hanya di bawah zona uap-pola semprotan tidak boleh
berupa kabut.
h. Menjaga permukaan pelarut dalam tangki.
i. Minimisasi difusi uap-difusi uap mengakibatkan emisi udara.
4. Pembersih Aqueous
a. Menjaga mutu larutan.
b. Melakukan inspeksi pra pembersihan.
c. Menyediakan pemanasan secara kontinyu.
d. Mempraktekkan larutan make-up yang benar, campur dengan baik dan
panaskan sampai suhu yang dikehendaki.
e. Menghilangkan lumpur dan kotoran dengan benar.
f. Mengawasi kekuatan larutan pembersih.
g. Merawat alat.
h. Mengurangi drag out.
i. Menggunakan air demineralisasi.
j. Menggunakan pembilasan arus balik.
k. Menggunakan pembilasan dengan semprotan.
l. Memasang nozel pengkabut-mengurangi penggunaan air.
m. Menggunakan sistem siklus tertutup
5. Abrasif
a. Menggunakan binder dengan kadar lemak rendah atau berbasis air,
untuk buffing atau polishing.
b. Mengontrol permukaan air pada operasi pembilasan akhir.

4.2 Pelapisan Listrik


1. Pelapisan Dekoratif Krom
a. Modifikasi proses
b. Perawatan larutan proses.
c. Pengambilan kembali larutan proses.
d. Penggantian bahan Baku.
2. Pelapisan Hard Krom
a. Alternatif pelapis
b. Perbaikan proses yang mengurangi pembentukan limbah
c. Pengurangan drag out
d. Perbaikan teknik pembilasan
e. Perawatan larutan
f. Teknologi atau metoda perawatan larutan
g. Pengambilan kembali bahan kimia
h. Pengurangan emisi udara
i. Konservasi energi
3. Pelapisan Tembaga
a. Penggantian bahan baku
b. Pelapisan tembaga alkalin tanpa sianida
c. Proses tembaga alkalin baru bebas sianida
d. Pelapisan tembaga electroless
4. Pelapisan Nikel
1. Nikel Watts
a. Bus bar anoda dari tembaga dibungkus dengan pelapis selotip dari
vynil
b. Bus bar anoda dari tembaga dilapisi dengan nikel
c. Pemasangan papan peniris dari ppc di atas bus bar anoda
2. Nikel Sulfamat
Pemakaian anoda nikel dari bahan karbon tuang atau karbon gulung

5. Pelapisan Seng
a. Modifikasi praktek pengoperasian
b. Pengambilan kembali larutan
c. Penggantian bahan
d. Proses alternative
6. Pelapisan Seng
a. Proses alternatif
b. Peningkatan proses
c. Pengontrolan air pembilas
d. Kontrol dan perawatan larutan pelapis
e. Recovery/recycle bahan kimia ditempat
f. Recovery di luar lokasi
7. Pelapisan Kadmium
a. Praktek operasi yang baik
b. Pembilasan arus balik
c. Penggantian proses
d. Sistem recovery
8. Pelapisan Anodisasi
a. Mengurangi penggunaan senyawa kromium
b. Penerapan perbaikan proses untuk mengurangi proses pengelupasan
atau pengerjaan ulang
c. Pengontrolan air pembilas
d. Penerapan recovery/recycle bahan kimia ditempat
9. Pengelupasan (Stripping)
a. Praktek pengoperasian yang baik
b. Alternatif penggunaan teknologi
c. Penguapan Atmosferik
d. Penguapan Atmosferik dan penukar Ion
e. Penukar ion

4.3 Pembilasan
Terdapat 2 (dua) metode untuk mengurangi penggunaan air:
1. Peningkatan efisiensi pembilasan
a. Turbulensi antara benda kerja dan air pembilas
b. Menambah waktu kontak antara benda kerja dan air pembilas
c. Meningkatkan volume air selama waktu kontak untuk mengurangi
konsentrasi bahan kimia yang tercuci dari benda kerja
2. Pengendalian Aliran Air
a. Pemakaian alat pegendali kecepatan air
b. Pemakaian alat pengendali aliran secara konduktivitas

4.4 Daur Ulang


1. Recycling air pembilas
2. Pengambilan kembali bahan kimia
3. Pemanfaatan kembali bahan mentah

4.5. Housekeeping dan Manajemen


1. Inspeksi dan Perawatan
a. Memperbaiki seluruh tanki, pompa, kran yang bocor, dll.
b. Inspeksi tanki dan linernya secara regular untuk mencegah kerusakan
yang mungkin berakhir dengan membuang larutan.
c. Inspeksi koil uap alat penukar panas secara reguler untuk mencegah
kontaminasi kondensat uap dan air pendingin atau kebocoran kondensat
dan air pendingin ke dalam larutan pelapis.
d. Memasang alarm permukaan cairan pada seluruh lapisan pelapis dan
tangki pembilas untuk menghindari luapan.
e. Merawat rak pelapis dan anoda untuk mencegah kontaminasi larutan.
Mengambil rak anoda bila tidak digunakan.
f. Merawat barel.
g. Meminimisasi volume air yang digunakan dalam operasi pembersihan.
h. Melatih pekerja dengan benar sehingga mereka mengerti pentingnya
minimisasi kontaminasi larutan dan pembentukan limbah serta
mencegah tumpahan.
i. Pembilasan dan pembersihan benda kerja dengan benar sebelum masuk
ke operasi pelapisan. Daerah yang tidak akan dilapis harus ditutup
dengan maskant atau sekotip atau lilin untuk mengurangi korosi. Benda
harus diambil dari larutan kalau tidak sedang dilapis.
2. Pengurangan Drag-Out
a. Modifikasi campuran larutan pelapis
b. Perubahan pengoperasian
c. Pemasangan papan peniris, batang peniris, dan tanki peniris untuk
menangkap tetasan.
d. Pemasangan pada rak yang benar
e. Desain benda sedemikian rupa sehingga mudah ditiris.
f. Desain rak sedemikian rupa sehingga area permukaan minimum,
permukaan horizontal minimum, tidak ada kantong dan mudah tiris.
g. Penggunaan pisau udara dengan udara yang dipadatkan dan tidak
mengandung olie.
h. Penggunaan pembilasan dengan pengkabutan dan semprot.
i. Pelapisan dalam barel: putar barel di atas tanki larutan untuk
menghilangkan larutan pelapis yang tertinggal.
3. Manajemen Drag-Out
a. Recycling secara langsung ke dalam tanki proses
b. Recovery di tempat atau di luar lokasi
c. Kirim ke recovery atau pengolahan di luar lokasi.
4. Perawatan Larutan Pelapis
a. Mengambil kotoran dari larutan
b. Menggunakan air deionisasi untuk make up dan air pembilas
c. Pengambilan secepat mungkin benda kerja yang terjatuh ke dalam
larutan
d. Mengurangi drag-in
e. Perawatan rak
f. Penggunaan anoda yang lebih murni
g. Memproses ulang larutan bekas
5. Penggantian Bahan Kimia
Penggantian bahan kimia pada industri pelapisan bisa dilakukan pada
larutan kromium, sianida, pickling, brightener, cleaner, dan etsa tembaga.
6. Pembelian dan penanganan Bahan Kimia
a. Inventori bahan baku supaya tidak terjadi tumpukan bahan
b. Pastikan bahwa container sudah kosong sebelum membuka yang baru,
hal ini dilakukan untuk menghindari ceceran
c. Prosedur pencampuran bahan kimia harus dilakukan dengan ketat, hal
ini untuk meminimisasi tumpahan
d. Penugasan hanya kepada beberapa pekerja untuk menangani dan
mencampur bahan kimia, hal ini akan meningkatkan konsistensi
formulasi larutan dan akan mengurangi limbah
e. Mengembalikan sample bahan kimia kepada pemasok
7. Manajemen Lumpur
Dilakukan dengan cara:
a. Pengurangan kandungan air pada lumpur
Dengan menggunakan peralatan centrifuge, filter press, vacuum filter
dan pengering Lumpur.
b. Pengolahan bahan kimia
i. Menggunakan soda kostik
ii. Menggunakan polimer

5. Tinjauan Ekonomi Produksi Bersih IKM Pelapisan Emas/Perak


Untuk Perhiasan Imitasi

Seperti telah dijelaskan di atas, secara garis besar proses pelapisan


kami mengambil contoh pada inustri emas/perak dimulai dari pencucian.
Untuk menghilangkan ke- rak/kotoran yang menempel digunakan sikat,
sabun, buah lerak dan kemudian dicelupkan pada zat asam beberapa saat.
Kemudian di- angkat, dibilas dengan air dan dikeringkan dengan cara
diangin-angin. Setelah kering benda kerja dilapis dengan nikel, kemudian
dilakukan pembilasan kembali dan dike- ringkan. Setelah kering baru
dilapis dengan emas/perak.

Waktu yang dibutuhkan untuk proses pelapisan emas/perak secara


keseluruhan:
NO URUTAN BAHAN WAKTU
PROSES (menit)
1 Pencucian a. Buah lerak 60
b. Sabun
cuci/deterjen

2 Penghilangan HCl/H2SO4 10
karat

3 Pelapisan •Larutan Elek- 5/dm2


trolit utk nikel
•Nikel
4 Pencucian Buah lerak 60

5 Pembilasan Air 15

6 Pengeringan 60

7 Pelapisan • Larutan elek- 2/dm2


emas/ perak trolit utk emas/
perak
• Perak / emas
8 Pencucian Air 60

9 Pembilasan Air 15

10 Pengeringan 60

11 Pemeriksaan 30

12 Produk Jadi

Untuk menghitung kapasitas produksi digunakan asumsi sebagai berikut :


• Dalam satu bulan kerja : 25 hari kerja
• 1 hari kerja : 7 jam efektif
• Luas Benda kerja :
• 1 dm2 cincin : 6 buah
• 1 dm2 gelang : 2 buah
• 1 dm2 kalung : 8 buah
• 1 dm2 anting / subang : 10 buah

Kapasitas yang dibutuhkan untuk proses pelapisan emas/perak secara


keseluruhan

NO KELOMPOK WAKT JUML KAPASIT


PROSES U AH AS
(menit) WAKT
U
(menit)
1 Pencucian 60 70 240
Penghilangan 10
karat
2 Persiapan
Pembuatan 20 55 7x
Larutan utk
nikel
Pembuatan Lrt. 20
Emas/ Perak

Penimban- 15
gan emas/
perak
3 Pelapisan nikel 5/dm2 7x

4 Pencucian 60 75 240
Pembilasan 15
5 Pelapisan 2/dm2 7x
emas/perak
6 Pencucian 60 75 240
Pembilasan 15
7 Pengeringan 60 60 240

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa berdasarkan pengamatan, setelah


dikenalkan produksi bersih maka penghematan larutan yang digunakan rata –
rata adalah lebih kurang separuh atau 50% dari yang dibu-tuhkan. Dari
pengamatan ini maka kebutuhan bahan selama satu bulan beserta dengan
penghematannya adalah

No Nama Kebutuhan Kebutuhan Peghematan Harga Satun Biaya Penghematan


bahan per hari per bulan Bahan Satuan (Rp) per (Rp)
bulan
(Rp)
1 Sabun 2 sak 50 sak 25 sak 5.500 275.000 137.500
Cuci
2 Lerak 0,5 ons 12,5 ons 5 ons 10.000 125.000 50.000
3 HCl 35 ml 875 ml 400 ml 9.000/ltr 8.750 4.000
4 Aquadest 12 ltr 300 ltr 100 ltr 5.000 1.500.000 500.000
5 Air 2 m3 50 m3 20 m3 2.350 1.175.000 47.000
6 NiSO4 4,5 kg 112,5 kg 55 kg 50.000 5.625.000 2.750.000
7 Asam 560 gr 14 kg 7 kg 10.000 140.000 70.000
Borat
8 NiCl2 560 gr 14 kg 7 kg 40.000 560.000 280.000
9 Nikel 1 ons 25 ons 12 ons 50.000/kg 125.000 60.000
10 K Ag CN 420 gr 5,5 kg 2 kg 500.000 2.750.000 1.000.000
11 K CN 840 gr 10,6 kg 5 kg 100.000 1.060.000 500.000
bebas
12 K2CO3 210 gr 3 kg 1 kg 150.000 450.000 150.000
13 Perak 70 gr 2 kg 1 kg 4.000.000 8.000.000 4.000.000
14 K Au 28 gr 336 gr 150 gr 50.000 16.800.000 7.500.000
(CN)2
15 KOH 140 gr 1680 gr 800 gr 150 252.000 120.000
16 Emas 10 gr 120 gr 50 gr 550.000 66.000.000 27.500.000
Jumlah 104.845.750 44.668.500
Untuk menghitung penghematan air dan lis- trik tidak dapat dilakukan
karena keterbatasan alat ukur yang ada. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa
perkiraan penghematan untuk pembelian bahan adalah Rp 44.668.500,- per bulan,
maka dalam satu tahun penghematannya adalah Rp 536.022.000,- Penghematan
ini merupakan keuntungan yang dapat dijadikan tamba- han modal untuk
mengembangkan proses produksi. Selain itu, untuk tataletak di lokasi proses
produksi diatur sedemikian rupa supaya dapat menghemat tenaga dan bahan yang
digunakan.
6. KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keuntungan penerapan produksi bersih pada industri elektroplating antara lain
adalah :
a. Menghemat konsumsi air
b. Menghemat biaya pengolahan air limbah
c. Mengurangi pembuangan bahan kimia berbahaya
d. Mengurangi jumlah limbah B3
e. Mengurangi produk cacat
f. Mengurangi bahan kimia yang dipergunakan
g. Mengurangi biaya tenaga kerja sehingga dapat mengurangi biaya produksi
tahunan.
2. Produksi bersih merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk program
pencegahan dan pengendalian pencemaran limbah industri, melalui: substitusi
bahan dan pemanfaatan kembali bahan (reuse) dan pemakaian kembali bahan
(recycle).

DAFTAR PUSTAKA
1. Altemayer. F, Introduction to Technology of Metal Finishing and Electroplating
Processes, Jakarta, Indonesia, Workshop conducted by World Environment
Center, Bappedal, United States Agency for International Development, 1993.
2. Bappedal and USAID, Buku Panduan Pelatihan Produksi Bersih, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan in Coorperation with United States Agency
for International Development through Indonesia Cleaner Production (ICIP)
Programme, 1997.
3. Bennett. P, Assesment of the Metal Finishing and Planning Industry Source
Reduction Planning Efforts, California Environmental Protection Agency,
Departemen of Toxic Substances Control, Office of Pollution Prevention and
Technology Development, 1996.
4. Cahyono. H.B, Lingkungan dan Industri Logam, Surabaya, ProRistand Indag,
2003.
5. Depperindag, Buku Panduan Produksi Bersih Industri Elektroplating,
Puslitbang Sumberdaya, Jakarta, Wilayah Industri dan Lingkungan Hidup
bekerjasama dengan Balai Besar Industri Kimia (BBIK)-Depperindag, 1998.
6. Sunaryo, S and Asmi, F, Efisiensi Produksi Melalui Penerapan Teknologi
Produk Bersih pada Industri Elektroplating, Jakarta, Buletin Ilmiah Litbang
Indag, No. 09.1.99.53, 1999.
7. US. Environmental Protection Agency, Waste Minimization for Metal
Fabrication and Metal Finishing, Denver, US Environmental Protection
Agency Workshop Region 8, 1990.

Anda mungkin juga menyukai